BAB I PENDAHULUAN. perhatian terhadap lingkungan yang memunculkan tuntutan tanggung jawab

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang diunggulkan sebagai

Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Udayana 2) Fakultas Pertanian Universitas Udayana 3)

BAB I PENDAHULUAN. konsisten menempatkan sektor pariwisata sebagai sektor andalan. Dampak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan dan tekhnologi saat ini berdampak pada semakin maju

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) didefinisikan sebagai suatu konsep UKDW

N, 2015 PENGARUH PENGUNGKAPAN AKUNTANSI LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan suatu alat yang digunakan oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini tingkat persaingan antar perusahaan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan Corporate

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dari kegiatan atau tindakan ekonomi perusahaan. Kegiatan produksi yang

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor dan calon

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BUPATI LOMBOK TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan teknologi, sosial ekonomi, budaya pada abad 18 ditandai

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. untuk menghasilkan laba (profit oriented) agar dapat going concern. Namun,


BAB I PENDAHULUAN. operasional perusahaan akan memberikan dampak sosial dan lingkungan disekitar

BAB I PENDAHULUAN. Banyak perusahaan swasta kini mengembangkan apa yang disebut Corporate

Etika & Tanggung Jawab Sosial

BAB I PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility (CSR)).

BAB I PENDAHLUAN. Pulau Bali merupakan daerah tujuan pariwisata dunia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social

I. PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir ini masyarakat semakin peduli dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh masyarakat khususnya perusahaan-perusahaan yang bergerak di

BAB I PENDAHULUAN. bisnis Indonesia. Masyarakat telah semakin kritis dan mampu melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dan negatif. Di satu sisi, perusahaan menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pentingnya Corporate Social Responsibility (CSR) harus dilandasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan isu

I. PENDAHULUAN. sosial, ekonomi, politik, kesehatan, dan lingkungan makin banyak. Kemajuan

A. Visi dan Misi Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), tetapi juga perusahaan harus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan lingkungan (profit-people-planet), kini semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdirinya sebuah perusahaan pasti memiliki tujuan sosial, ekonomis dan

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan masyarakat dalam permasalahan lingkungan dan kesejahteraan.

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan tidak hanya bertanggungjawab kepada investor dan kreditor, tetapi juga

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan atau dalam bahasa Inggris adalah enterprise terdiri dari satu

BAB I PENDAHULUAN. saja kebanyakan dari mereka masih memfokuskan tujuan utamanya pada pencarian

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam laporan tahunan perusahaan (annual report). Informasi tambahan itu dapat

I. PENDAHULUAN. bertanggung jawab atas usaha tersebut (Badan Pusat Statistik, 2013). Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Kontribusi dan

BAB I PENDAHULUAN. Keterkaitan perusahaan dengan daerah lingkungan sosialnya menuntut

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga menunjukkan prospek pada masa yang akan datang.

BAB 1 PENDAHULUAN. pemegang saham (shareholders) saja namun juga mempunyai tanggung jawab

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan perusahaan yaitu memperoleh laba yang sebesar besarnya, masalah sosial

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

BAB I. Pendahuluan. keuangan saja (single buttom line), melainkan sudah meliputi aspek keuangan,

LAMPIRAN. 1. Surat Tugas 2. Daftar hadir peserta pengabdian masyarakat 3. Materi pengabdian masyarakat 4. Foto kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. jawab sosial dan peningkatkan kesejahteraan sosial. Sehingga perusahaan bukan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya informasi yang lengkap, relevan, dan tepat waktu maka para

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

BAB I PENDAHULUAN. dikontrol dan diupayakan cara yang tepat untuk mengatasinya.

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONTEKS MASALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Permasalahan lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang harus kita

I. PENDAHULUAN. Tingkat kehidupan ekonomi masyarakat yang terus berkembang berpengaruh kepada

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. saham dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Tujuan perusahaan untuk memperoleh profit tentunya harus didukung

BAB 1 PENDAHULUAN. Rekreasi merupakan bagian dari kebutuhan pokok dari banyak orang pada

BAB I PENDAHULUAN. ini juga untuk menarik pihak konsumen untuk membeli produk mereka dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah perkembangan akuntansi yang pesat setelah terjadi revolusi industri

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perusahaan dihadapkan dalam persoalan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Ide mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau yang dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dapat membantu tercapainya kesejahteraan stakeholders, serta dapat mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR),

BAB I PENDAHULUAN. maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat, semakin tinggi harga

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN UKDW. environmental responsibility (Bakdi Soemanto dkk, 2007). Dari penjelasan diatas

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laba untuk sebesar-besarnya kemakmuran pemagang saham.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanggungjawab sosial muncul dan berkembang sejalan dengan adanya interelasi antara pihak perusahaan dan masyarakat, yang sangat ditentukan dari berbagai dampak yang timbul dari perkembangan dan peradaban masyarakat. Semakin tinggi tingkat peradaban suatu masyarakat, terutama akibat perkembangan ilmu pengetahuan sehingga meningkatkan rasa kesadaran dan perhatian terhadap lingkungan yang memunculkan tuntutan tanggung jawab perusahaan. Hal ini terjadi karena, peningkatan pengetahuan masyarakat berpengaruh terhadap peningkatan masa depan dan sustainabilitas pembangunan. RajaGukGuk (2008) menyatakan bahwa, terjadinya diskusi pertama mengenai apakah suatu perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial terjadi pada tahun 1930-an di Amerika Serikat. Saat itulah, pertama kali dalam sejarah istilah tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) lahir. Akan tetapi, Kartini (2009) dan Solihin (2009) setuju untuk merujuk pada pemikiran Brown (1953) dalam bukunya Social Responsibility of the Businessman menjadi awal kebangkitan CSR modern, sehingga Caroll (1999) menyebut Brown sebagai Bapak CSR. Konsep CSR atau pertanggungjawaban sosial di negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika Serikat diberlakukan dan bersifat sukarela (voluntary) dan digunakan sebagai salah satu indikator penilaian kinerja sebuah perusahaan dengan dicantumkannya informasi CSR di catatan laporan keuangan perusahaan 1

2 yang bersangkutan. CSR merupakan komitmen perusahaan atau dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Terdapat tiga komponen penting dalam pelaksanaan CSR ini yaitu economic growth, environmental protection dan social equity. Elkington dalam Mardikanto (2004) mengemas CSR ini kedalam tiga fokus yaitu 3P (Profit, Planet dan People), lebih lanjut Elkington berpendapat bahwa perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (Profit), tetapi juga memiliki keperdulian terhadap kelestarian lingkungan (Planet) dan kesejahteraan masyarakat (People). Di Indonesia secara yuridis pengaturan soal CSR secara eksplisit dalam hukum Indonesia dimulai ketika pemerintah memberlakukan UU No. 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal, yang dalam Pasal 15 menyebut bahwa setiap penanam modal (perseorangan atau perusahaan, berbadan hukum ataupun bukan badan hukum) berkewajiban untuk menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik, melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Adanya perubahan Undang-Undang No.1 Tahun 1995 menjadi Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, telah membawa perubahan penting bagi dunia usaha di Indonesia. CSR di Indonesia dinamakan dengan istilah Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJSP) atau Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan (TJSLP). Selama kurun waktu empat tahun terakhir hampir seluruh perusahaan dari berbagai sektor bisnis di Indonesia sebagian besar mengklaim bahwa perusahaan mereka telah melaksanakan kewajiban sosialnya terhadap lingkungan

3 sekitar perusahaan. Oleh karena itu, sebagian besar perusahaan tersebut melakukan pengungkapan CSR sebagai motivasi untuk meningkatkan kepercayaaan publik terhadap pencapaian usaha perbaikan terhadap lingkungan sekitar perusahaan. Berkembangnya isu CSR baik ditingkat global maupun di Indonesia juga dipicu oleh banyak kasus yang terjadi di dalam komunitas bisnis. Sebagai contoh, PT. Freeport Indonesia yang melanggar peraturan perundang-undangan tentang lingkungan hidup. Parametrix (2002) dalam studi yang dilakukan menunjukkan bahwa limbah tambang telah membanjiri bagian hulu sungai serta daerah daratan rendah sehingga tidak layak untuk ditempati bagi makhluk hidup. Selain itu, kasus Lumpur Panas di Sidorajo, Jawa Timur, yang disebabkan oleh PT. Lapindo Brantas telah mengakibatkan ratusan tempat tinggal penduduk terendam. Debit semburan lumpur yang berasal dari perut bumi telah mencapai 156.000 m 3 pada bulan keenam terhitung dari awal terjadinya semburan, hingga membutuhkan 10.000 armada truk per hari untuk mengangkat lumpur tersebut (Wibisono, 2007). Terjadinya kasus-kasus yang berkaitan dengan lingkungan dan pekerja seperti yang telah disebutkan di atas, semakin memperjelas kebutuhan pelaksanaan dan pengungkapan CSR oleh perusahaan. Sehingga tidak hanya perusahaan yang bergerak dibidang industri yang wajib melaksanakan program CSR, namun juga bagi perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata. Di Bali, perkembangan pesat pada sektor jasa pariwisata akan didukung dengan pembangunan berbagai akomodasi pariwisata seperti hotel, vila, pondok wisata dan restoran. Berdasarkan laporan dari Dinas Pariwisata Provinsi Bali

4 (2013) bahwa pembangunan kamar untuk pondok wisata, hotel melati dan hotel berbintang telah mencapai 2.577 dengan jumlah 44.318 kamar. Akibat dari kondisi tersebut, Bali menghadapi alih fungsi lahan yang cukup besar. Berdasarkan hasil analisis As-syakur (2011) terhadap data luas penutupan lahan menggunakan data citra satelit Alos tahun 2008 dan dilakukan perbandingan dengan hasil analisis citra satelit Landsat tahun 2003 (JICA, 2005) mengenai luas penutupan lahan didapatkan hasil jika luas tipe lahan permukiman dan sawah irigasi merupakan tipe penggunaan lahan terluas yang mengalami perubahan yaitu masing-masing bertambah seluas 2,553 ha dan berkurang seluas 2,378 ha. Perubahan penggunaan lahan memiliki dampak yang baik dan buruk terhadap lingkungan. Walaupun belum ada penelitian terkait yang dapat menghubungkan kerusakan lingkungan dan perubahan penggunaan lahan di Provinsi Bali, tetapi Provinsi Bali (Bappeda Bali dan PPLH UNUD, 2009) beramsumsi bahwa telah terjadinya status defisit daya dukung lahan dan air yang terjadi akibat perubahan penggunaan lahan. Terciptanya lahan kritis yang mencapai 138.910 ha (Bappeda Bali, 2005) dan sungai kritis sebanyak 34 buah sungai (Adnyana, 2009) di Provinsi Bali dikarenakan kerusakan lahan akibat adanya perubahan penggunaan lahan. Keberadaan akomodasi pariwisata tentu dapat menimbulkan dampak positif bagi masyarakat setempat seperti menciptakan lapangan pekerjaan, menambah wawasan masyarakat tentang bagaimana karakteristik bangsa-bangsa dari berbagai dunia, serta mendorong meningkatnya pendidikan dan keterampilan masyarakat sekitar. Terlepas dari hal positif diatas dengan adanya pembangunan

5 berbagai akomodasi pariwisata juga terdapat dampak negatif yang ditimbulkan seperti perubahan sistem nilai dalam moral, etika, kepercayaan, dan tata pergaulan dalam masyarakat, dan dampak yang terpenting terjadinya kerusakan lingkungan seperti pencemaran air, tanah dan udara akibat dari kegiatan operasional. Pencemaran lingkungan menjadi masalah serius yang harus mendapatkan perhatian khusus dari pemilik usaha atau kegiatan, masyarakat, dan instansi yang terkait. Pasal 74 UUPT mewajibkan setiap perusahaan untuk melaksanakan CSR, secara umum hotel-hotel menafsirkan belum ada kewajiban untuk melaksanakan CSR sampai adanya prosedur dan kriteria CSR yang jelas dan mengikat secara hukum karena dalam UUPT belum memberikan kriteria yang tegas mengenai CSR di bidang jasa perhotelan sebagai kegiatan yang berdampak pada fungsi kelangsungan sumber daya alam. Dalam UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan pasal 26, mewajibkan pengusaha pariwisata untuk bertanggung jawab terhadap memelihara lingkungan yang sehat, bersih, dan asri serta memelihara kelestarian lingkungan alam dan budaya. Apabila pengusaha pariwisata tersebut tidak melaksanakan maka dalam pasal 62, 63, 64 dijelaskan secara terperinci tentang sanksi administrasi mulai dari teguran hingga penghentian sementara kegiatan usaha. Namun dalam UU ini tidak diperinci lebih jauh mengenai prosedur dan lembaga yang memiliki kewenangan dalam memberikan sanksi tersebut. Dalam UUPT pasal 74 juga belum dijelaskan secara terperinci tentang bentuk-bentuk usaha yang wajib melaksanakan CSR. Peran pelaku pariwisata dalam bidang pariwisata melalui CSR tentunya harus meliputi

6 ketiga aspek yakni sosial, ekonomi, dan lingkungan. Sebagai upaya mewujudkan harmonisasi antara perusahaan dengan lingkungan, sejak tahun 2011, KLH telah merangkum CSR bidang lingkungan yang dapat menjadi komitmen dari dunia usaha untuk peduli terhadap lingkungan. CSR bidang lingkungan yang dikembangkan terdiri dari tujuh bidang kegiatan yaitu Produksi Bersih, Kantor Ramah Lingkungan (Eco Office), Pengelolaan Sampah dengan Prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle), Konservasi Sumberdaya, Alam dan Energi, Energi Terbarukan (Renewable Energy), Adaptasi Perubahan Iklim dan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). Pelaksanaan kegiatan program CSR pada lingkungan dilaksanakan melalui penyelarasan kebijakan, penyusunan perencanaan strategis, pelaksanaan mekanisme kerja hingga monitoring. Selain itu proses evaluasi dan pendokumentasian kegiatan dapat membawa perbaikan dalam pelestarian fungsi lingkungan yang akhirnya akan menjaga keberlanjutan pembangunan. Penerapan program CSR pada lingkungan ini dilaksanakan melalui beberapa model. Secara khusus penelitian ini menitikberatkan pada hotel bintang lima di Kawasan Pariwisata Ubud. Hal ini karena Kawasan Pariwisata Ubud menjanjikan pesona eksotis dengan kecantikan alam yang bisa menjadikan tempat bagi wisatawan asing untuk berlibur. Tidak jarang dan hampir semua lokasi dibangunnya hotel terdapat di pinggiran sungai, irigasi persawahan, hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan pemandangan menyegarkan bagi wisatawan yang berkunjung. Berdasarkan latar belakang pemikiran tersebut maka penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran tentang faktor-faktor yang dapat

7 mempengaruhi efektivitas program CSR bidang lingkungan hidup, seberapa besar efektivitas pelaksanaan CSR bidang lingkungan hidup, serta strategi pelaksanaan program CSR bidang lingkungan hidup di Kawasan Pariwisata Ubud, Kabupaten Gianyar. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana efektivitas pelaksanaan program CSR bidang lingkungan hidup pada hotel bintang lima di Kawasan Pariwisata Ubud? 2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan program CSR bidang lingkungan hidup pada hotel bintang lima di Kawasan Pariwisata Ubud? 3. Bagaimana strategi pelaksanaan program CSR bidang lingkungan hidup di Kawasan Pariwisata Ubud? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut : 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui seberapa besar perhatian dan kepedulian pihak pengusaha hotel di Kawasan Pariwisata Ubud, untuk melakukan pengelolaan dan pelestarian lingkungan atas jasa lingkungan yang diperolehnya.

8 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan program CSR bidang lingkungan hidup di Kawasan Pariwisata Ubud. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan program CSR bidang lingkungan hidup di Kawasan Pariwisata Ubud. 3. Untuk merumuskan strategi pelaksanaan program CSR bidang lingkungan hidup di Kawasan Pariwisata Ubud. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademik Perumusan tentang efektivitas pelaksanaan CSR yang paling efektif dilaksanakan dalam bidang lingkungan hidup di Kawasan Pariwisata Ubud bagi akademisi dapat memperkaya wacana aplikasi pelaksanaan program CSR serta sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya tentang pelasanaan program CSR di kawasan yang berbeda. 1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan dan mengembangkan program CSR yang dilakukan oleh pelaku pariwisata di masa mendatang. Disamping itu hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar kajian penerapan kebijaksanaan oleh institusi terkait. Kebijaksanaan tersebut akan menitikberatkan keterlibatan secara aktif masyarakat baik didalam maupun luar organisasi, pemerintah dan wisatawan.