BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Es krim adalah sejenis makanan semi padat. Di pasaran, es krim

dokumen-dokumen yang mirip
PENGANTAR PINDAH PANAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipanaskan dengan suspensi uap 100 C-110 C. Berikut adalah proses pengolahan

PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. II. 1 Pengertian Ketel Bertenaga Listrik (Electric Boiling)

steady/tunak ( 0 ) tidak dipengaruhi waktu unsteady/tidak tunak ( 0) dipengaruhi waktu

BAB II LANDASAN TEORI

PERPINDAHAN PANAS. Pertemuan 9 Fisika 2. Perpindahan Panas Konduksi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pedesaan dan kalangan anak-anak hingga orang tua. Umumnya

EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA ALAT TAMBAL BAN ELEKTRIK

TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA. 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam!

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Materi 2.2 Sifat-sifat Materi

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

BAB II KABEL DAN PERPINDAHAN PANAS

PENGARUH PENAMBAHAN NaCl PADA PEMBUATAN ES KRIM

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

PERPINDAHAN KALOR J.P. HOLMAN. BAB I PENDAHULUAN Perpindahan kalor merupakan ilmu yang berguna untuk memprediksi laju perpindahan

FIsika KTSP & K-13 FLUIDA STATIS. K e l a s. A. Fluida

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

7. Menerapkan konsep suhu dan kalor. 8. Menerapkan konsep fluida. 9. Menerapkan hukum Termodinamika. 10. Menerapkan getaran, gelombang, dan bunyi

BAB II ZAT DAN WUJUDNYA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!

BAB II LANDASAN TEORI

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

KALOR SEBAGAI ENERGI B A B B A B

LEMBAR KERJA (LAPORAN ) PRAKTIKUM IPA SD PDGK 4107 MODUL 5. KALOR PERUBAHAN WUJUD ZAT dan PERPINDAHANNYA PADA SUATU ZAT

01 : STRUKTUR MIKRO. perilaku gugus-gugus atom tersebut (mungkin mempunyai struktur kristalin yang teratur);

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

9/17/ KALOR 1

Antiremed Kelas 7 Fisika

Xpedia Fisika. Kapita Selekta Set Energi kinetik rata-rata dari molekul dalam sauatu bahan paling dekat berhubungan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES PUTER DENGAN PENGADUK DAN PENGGERAK MOTOR LISTRIK

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

KALOR DAN KALOR REAKSI

LABORATORIUM TERMODINAMIKA DAN PINDAH PANAS PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012

BAB IV PENGOLAHAN DATA

TEMPERATUR. dihubungkan oleh

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 11. KLASIFIKASI BENDALATIHAN SOAL BAB 11

SOAL TRY OUT FISIKA 2

TEKNOLOGI PEMBELAJARAN FISIKA BAHAN AJAR FISIKA PEMUAIAN PANJANG

BAB II PENERAPAN HUKUM THERMODINAMIKA

Fisika Dasar I (FI-321)

BAB SUHU DAN KALOR. Dengan demikian, suhu pelat baja harus ( ,3 0 C) = 57,3 0 C.

ΔL = ΔT. α. L 1. ΔA = ΔT. β. A 1 PEMUAIAN

SMP kelas 7 - KIMIA BAB 1. MATERI Latihan Soal 1.3

Konsep Zat. Zat adalah sesuatu yang menempati ruang dan memiliki massa.

BAB 10 KALOR DAN PERPINDAHAN KALOR

PEMBINAAN OLIMPIADE FISIKA SMP PROPINSI JAWA BARAT

PENERAPAN SIFAT KOLIGATIF PADA PEMBUATAN ES KRIM

SMP kelas 7 - FISIKA BAB 2. Klasifikasi BendaLatihan Soal 2.1

PERUBAHAN MATERI. Materi dapat berwujud padat, cair, dan gas. Materi berwujud padat mempunyai bentuk tertent

KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR

BAB 7 PERUBAHAN SIFAT BENDA. Kamu dapat menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap.

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 11. KLASIFIKASI BENDALatihan Soal 11.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dokumen penerbit. Konsep Zat berdasarkan. mempengaruhi. Kohesi

KARYA AKHIR PENGUJIAN DAN ANALISA ALAT PEMBUAT ES KRIM DENGAN KAPASITAS TABUNG 4 KG BERAT ADONAN ES KRIM OLEH : WAWAN ADHIAKSA NIM :

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

Antiremed Kelas 11 FISIKA

MATERI POKOK. 1. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor 2. Kalorimeter 3. Kalor Serap dan Kalor Lepas 4. Asas Black TUJUAN PEMBELAJARAN

PENGARUH VARIASI KETEBALAN ISOLATOR TERHADAP LAJU KALOR DAN PENURUNAN TEMPERATUR PADA PERMUKAAN DINDING TUNGKU BIOMASSA

BAB III ZAT DAN WUJUDNYA

MENGELOMPOKKAN SIFAT-SIFAT MATERI

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

PENGARUH SUHU TERHADAP PERPINDAHAN PANAS PADA MATERIAL YANG BERBEDA. Idawati Supu, Baso Usman, Selviani Basri, Sunarmi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

- - KALOR - - Kode tujuh3kalor - Kalor 7109 Fisika. Les Privat dirumah bimbelaqila.com - Download Format Word di belajar.bimbelaqila.

BAB FLUIDA A. 150 N.

Lampiran 1 Nilai awal siswa No Nama Nilai Keterangan 1 Siswa 1 35 TIDAK TUNTAS 2 Siswa 2 44 TIDAK TUNTAS 3 Siswa 3 32 TIDAK TUNTAS 4 Siswa 4 36 TIDAK

BAB II TEORI DASAR. dicampur dengan bahan pencampur seperti daging udang atau ikan yang

Titik Leleh dan Titik Didih

Jika benda A dan B secara terpisah berada dalam kesetimbangan termal dengan benda ketiga C, maka A dan B dalam kesetimbangan termal satu sama lain

Suhu dan kalor 1 SUHU DAN KALOR

TEMPERATUR MAKALAH FISIKA DASAR 2

PERUBAHAN FISIKA DAN PERUBAHAN KIMIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan

Konduksi Mantap 2-D. Shinta Rosalia Dewi

Fisika Umum (MA101) Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa

KESETIMBANGAN FASA. Komponen sistem

SUHU DAN KALOR OLEH SAEFUL KARIM JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI

LEMBAR KEGIATAN SISWA IPA TERPADU

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

Termometri dan Kalorimetri

MASSA JENIS MATERI POKOK

KALORIMETER PF. 8 A. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari cara kerja kalorimeter 2. Menentukan kalor lebur es 3. Menentukan panas jenis berbagai logam B.

LAMPIRAN I. Tes Hasil Belajar Observasi Awal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang.

KALOR. system yang lain; ini merupakan dasar kalorimetri, yang merupakan pengukuran kuantitatif pertukaran kalor.

KALOR. Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang dibutuhkan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, dan (6) Tempat dan Waktu Penelitian. bakery oven. Perangkat khusus yang digunakan untuk memanggang produk pastry

SILABUS. - Mengidentifikasikan besaran-besaran fisika dalam kehidupan sehari-hari lalu mengelompokkannya dalam besaran pokok dan turunan.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas dan pembuatan es krim Es krim adalah sejenis makanan semi padat. Di pasaran, es krim digolongkan atas kategori economy, good average dan deluxe. Perbedaan utama dari ketiga jenis es krim tersebut terletak pada kualitas dan kandungan lemak susunya. Es krim kualitas sedang tergolong es krim agak baik, adonannya terdiri dari susu, gula putih, kuning telur, tepung, maizena, pewarna yang aman terhadap kesehatan, pengharum/vanili, air, dan garam secukupnya. Es krim kualitas baik adonannya dapat dibeli di toko, adonan ini merupakan barang paten dan siap digunakan. Bahan tersebut dapat langsung dimasukkan ke dalam tabung/boss es dan diberi air sesuai petunjuk lalu diputar. Dalam waktu sekitar 60 menit es krim telah jadi dan siap dihidangkan. Pembuatan es krim sebenarnya sederhana saja, yakni mencampurkan bahan-bahan dan kemudian mendinginkannya. Air murni pada tekanan 1 atmosfer akan membeku pada suhu 0ºC. Namun, bila ke dalam air dilarutkan zat lain, titik beku air akan menurun. Jadi, untuk membekukan adonan es krim pun memerlukan suhu di bawah 0ºC. Misalkan adonan es krim dimasukkan dalam wadah logam, kemudian di ruang antara ember kayu dan wadah logam dimasukkan es. Awalnya, suhu es itu akan kurang dari 0ºC (coba cek hal ini dengan mengukur suhu es yang keluar dari lemari pendingin). Namun, permukaan es yang berkontak langsung dengan udara akan segera naik suhunya mencapai 0ºC

dan sebagiannya akan mencair. Suhu campuran es dan air tadi akan tetap 0ºC selama esnya belum semuanya mencair. Seperti disebut di atas, jelas campuran es krim tidak membeku pada suhu 0ºC akibat sifat koligatif penurunan titik beku. Bila ditaburkan sedikit garam ke campuran es dan air tadi, kita mendapatkan hal yang berbeda. Air lelehan es dengan segera akan melarutkan garam yang kita taburkan. Dengan demikian, kristal es akan terapung di larutan garam. Karena larutan garam akan mempunyai titik beku yang lebih rendah dari 0ºC, es akan turun suhunya sampai titik beku air garam tercapai. Dengan kata lain, campuran es krim tadi dikelilingi oleh larutan garam yang temperaturnya lebih rendah dari 0ºC sehingga adonan es krim itu akan dapat membeku. Tetapi, kalau campuran itu hanya dibiarkan saja mendingin tidak akan dihasilkan es krim, melainkan gumpalan padat dan rapat berisi kristal-kristal es yang tidak akan enak kalau dimakan. Bila diinginkan es krim yang enak di mulut, selama proses pembekuan tadi adonan harus diguncang-guncang. Pengocokan atau pengadukan campuran selama proses pembekuan merupakan kunci dalam pembuatan es krim yang baik. 2.2 Gambar Penampang Mesin Pembuat es Krim Untuk menghasilkan sebuah es krim, adonan yang sudah dibuat harus dimasukan kedalam alat pembuat es krim, yang cara kerjanya adalah diputar baik secara manual ataupun dengan menggunakan motor penggerak. Alat di disain sedemikian rupa untuk menghasilkan pembuatan es krim yang baik. Dibawah ini adalah contoh mesin pembuat es krim

6 5 4 3 7 8 2 10 9 1 Gambar 2.1 Mesin pembuat es krim Keterangan : 1. Motor penggerak 2. Gear box roda gigi cacing 3. Sabuk transmisi 4. Puli 5. Roda gigi kerucut 6. Pengaduk 7. Tabung pendingin 8. Tempat adonan es krim 9. Saluran pembuangan 10. Rangka batang Daya dari motor penggerak diteruskan pada bagian sistem transmisi yang berupa puli dan roda gigi dan selanjutnya diteruskan tabung tempat adonan es krim. Dalam hal ini pengaduk tetap diam sedangkan tempat adonan es krim yang berputar.

2.3 Cara Kerja Mesin Pembuat Es Krim Cara kerja mesin pembuat es krim adalah sebagai berikut : 1. Setelah adonan es krim selesai kemudian diletakan didalam tabung es (alat pembuat es krim dengan temperatur sekitar 30 ºC. 2. Pada sistem ini alat pembut es krim dilengkapi dengan motor penggerak sebagai penggerak utama, dimana dalam perencanaan ini motor penggerak yang dipergunakan adalah elektromotor. 3. Tenaga yang dihasilkan elektromotor ditransmisikan melalui puli dan roda gigi, roda gigi yang dipergunakan disini adalah roda gigi cacing yaitu untuk memtrasmisikan putaran pada sumbu poros yang tidak sejajar dan roda gigi kerucut untuk mentrasmisikan putaran pada poros harizontal menjadi vertikal. 4. Akibat adanya perbedaan temperatur antara tabung pendingin dengan tabung adonan es krim maka temperatur pada tabung pendingin (0ºC) akan berpindah kebagian tabung adonan yang mengakibatkan adona es krim akan membeku. 2.4 Komponen sistem transmisi Sistem transmisi merupakan bagian yang terpenting didalam alat pembuat es krim karena prores pembuat es krim tidak akan berjalan tanpa adanya sistem transmisi. Dalam perancangannya sistem transmisi yan digunakan adalah puli dan roda gigi.

2.5 Effisiensi alat pembuat es krim Perbandingan daya yang dibutuhkan untuk menggerakan tabung es dengan daya output dari motor penggerak dapat dihitung dengan rumus berikut : Psistemtransmisi η = (%) (2.1) P motorpenggerak 2.6 Kapasitas alat pembuat es krim Kapasitas es krim dapat dihitung dengan rumus berikut : massa adonan Q = (2.2) Waktu Kapasitas dapat ditentukan dari hasil percobaan biasanya kecepatan produksi pada awal pengerjaan agak lama bila dibandingkan dengan proses yang ke dua. 2.7 Perpindahan kalor konduksi Jika pada suatu benda terdapat gradien suhu (Temperatur Gradient), maka menurut pengalaman akan terjadi perpindahan energi dari bagian bersuhu tinggi kebagian bersuhu rendah. Dapat dikatakan bahwa energi berpindah secara konduksi berbanding dengan gradien suhu normal : A ~ T x Jika dimasukkan konstanta proposionalitas atau tetapan kesebandingan, maka : T = KA (2.3) x Dimana adalah laju perpindahan kalor dan T x merupakan gradien suhu ke arah perpindahan kalor. Konstanta positif k disebut konduktifitas thermal benda,

sedangkan tanda minus diselipkan agar memenuhi hukum thermodinamika, yaitu bahwa kalor mengalir ketempat yang lebih rendah. Pada persamaan diatas disebut juga hukum Fourier tentang konduksi kalor, yaitu menurut nama ahli matematika fisika bangsa Perancis, Joseph Fourier yang telah memberi sumbangan yang sangat penting dalam pengolahan analitis masalah perpindahan kalor konduksi. 2.7.1 Bidang Silinder Perhatikan suatu silinder panjang dengan jari-jari dalam r i, jari-jari luar r O, dan panjang L, seperti pada gambar 2.2. Silinder mengalami beda suhu T i - T o. Untuk silinder yang panjangnya sangat besar dibandingkan dengan diameternya, dapat diandaikan bahwa aliran kalor berlangsung menurut arah radial, sehingga koordinat ruang yang diperlukan untuk menentukan sistem ini adalah r. Hukum Fourier digunakan lagi dengan menyisipkan rumus luas yang sesuai. Luas bidang aliran kalor dalam sistem silinder adalah A r = 2πrL Sehingga hukum Fourier menjadi r = ka r dt dr

ro ri r dr L Ti R th ln( ro / ri) R th = To 2 π kl ln( ro / ri) = 2 π kl Gambar 2.2 Aliran kalor satu-dimensi melalui silinder bolong dan analogi listriknya Atau dt r = 2πkrL (2.4) dr Dengan kondisi batas T= T i pada r = r T = To pada r = r Penyelesaian persamaan 2.18 adalah i o 2 kl( Ti To ) = π (J.P. Holman: Perpindahan Kalor hal 30) (2.5) ln( r / r ) o Dimana: = Laju perpindahan kalor (W) i k = Konduktifitas thermal benda (W/m.ºC) L = Panjang benda (m) ( Ti To ) = Beda temperatur di dalam silinder dengan luar silinder (ºC) r o = Jari-jari luar silinder (m) r i = Jari-jari dalam silinder (m)

Konsep tahanan thermal dapat juga digunakan untuk dinding lapis rangkap berbentuk silinder, seperti halnya dengan dinding datar. Untuk sistem tiga lapis seperti pada gambar 2.8 penyelesaiannya adalah : = ln( r / r ) / k 2 1 A 2πL( T1 T4 ) + ln( r / r ) / k + ln( r / r ) / k 3 2 B 4 3 C (2.6) Sistem berbentuk bola dapat ditangani sebagai suatu dimensi apabila suhu berfungsi sebagai jari-jari saja aliran kalornya menjadi : 4 k( T T ) i o = π (2.7) 1/ r 1/ r i o r1 T1 A B C r2 T2 r3 T3 r4 T4 RA RB RC T1 T2 T3 T4 ln( r2 / r1) 2πk L A ln( r3/ r2) 2πk L B ln( r4 / r3) 2πk L C Gambar 2.3 Aliran kalor satu-dimensi melalui penampang silinder dan analogi listriknya 2.7.2 Konduktivitas Termal Persamaan 2.17 merupakan persamaan dasar tentang konduktivitas termal. Berdasarkan rumus itu maka dapatlah dilaksanakan pengukuran dalam percobaan untuk menentukan nilai kondiktivitas termal berbagai bahan. Untuk meramalkan konduktivitas termal zatcair dan zat padat ada teori-teori yang digunakan dalam berbagai situasi tertentu. Mekanisme konduktivitas termal pada gas cukup sederhana. Energi kinetik molekul ditunjukan oleh suhunya, jadi pada bagian bersuhu tinggi molekul-molekul mempunyai kecepatan yang lebih tinggi dari pada

yang berada dibagian yang bersuhu rendah, molekul-molekul ini selalu berada dalam gerakan acak saling bertumbukan satu sama lain dinama terjadi pertukaran energi dan momentum. Jika suatu molekul bergerak dari daerah yang bersuhu tinggi kedaerah yang bersuhu rendah, maka molekul itu akan mengangkut energi kebagian sistem suhu yang lebih rendah Nilai konduktivitas termal beberapa bahan diberikan pada tabel 2.1 dibawah ini. Tabel 2.1 Konduktivitas Termal Konduktivitas termal Bahan W/m.ºC Btu/h.ft. ºF Logam Perak (murni) Tembaga (murni) Alumunium (murni) Nikel (murni) Besi (murni) Baja karbon Timbal (murni) Baja krom nikel (18% Cr, 8%Ni) Zinc (murni) Bukan logam Kuarsa Magnesit Marmar Batu pasir Kaca jendela Kayu mapel Serbuk gergaji Wol kaca Zat cair Air raksa Air Amonia Minyak lumas SAE 50 Freon 12, CCl 2 F 2 Gas Hidrogen Helium Udara Uap air Karbon dioksida 410 385 202 93 73 43 35 16,3 112,2 41,6 4,15 2,08-2,94 1,83 0,78 0,17 0,59 0,038 8,21 0,556 0,540 0,147 0,073 0,175 0,141 0,024 0,0206 0,0146 (J.P. Holman: Perpindahan Kalor hal 7) 237 223 117 54 42 25 20,3 9,4 24 2,4 1,2-1,7 1,06 0,45 0,096 0,034 0,022 4,47 0,327 0,312 0,085 0,042 0,101 0,081 0,0139 0,0119 0,00844