BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis double blind randomized

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji klinis dengan metode Quasi Experimental dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji klinik dengan desain Randomized

RIWAYAT HIDUP PENELITI. : Jl. Budi Pembangunan II no : 14, Medan Nama Ayah : H. dr. Ramlis B. Alimin, SpMK Nama Ibu : Hj. Hartati

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan Ilmu Anestesi. Waktu pengumpulan data dilakukan setelah proposal disetujui sampai

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia dan Geriatri.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Kesehatan Anak, imunologi, dan mikrobiologi RSUP dr.kariadi Semarang

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Fisiologi dan Kedokteran Olahraga. rancangan one group pre- and post-test design.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang fisiologi dan kedokteran

BAB III METODE PENELITIAN. Kariadi Semarang pada periode Maret Juni neutrofil limfosit (NLR) darah tepi sebagai indikator outcome stroke iskemik

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Mata

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Randomized control

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Gigi dan Mulut dan Ilmu Penyakit Dalam.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang fisiologi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data yang artinya terhadap subjek yang diteliti tidak diberikan perlakuan

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kontrol (hanya terapi empirik). Dua biomarker yaitu kadar TNF- serum diukur

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Fisiologi, khususnya Fisiologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Mata dan CDC RSUP dr. one group pretest and posttest design.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah keilmuan tentang fisika medis.

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. - Tempat : RW X Kelurahan Padangsari, Banyumanik, Semarang, Jawa

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup disiplin Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut, dan Ilmu

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini mencangkup bidang Ilmu Kedokteran Gigi dan Ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi bedah sesar dengan status fisik ASA (American Society of Anesthesiologist)

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak

BAB 4 MATERI METODE PENELITIAN. Surakarta / Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi Surakarta. 1. Populasisasaran:Pasien DM tipe 2.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian mencakup bidang Fisiologi.

BAB I PENDAHULUAN. Dari data antara tahun 1991 sampai 1999 didapatkan bahwa proses

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, Geriatri, Farmakologi

BAB 4 METODE PENELITIAN. Semarang, dimulai pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan kohort prospektif.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji eksperimental klinis dengan randomized. + asam askorbat 200 mg intravena/hari selama 7 hari.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. B. Tempat Penelitian dilakukan di ICVCU Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ginjal-Hipertensi, dan sub bagian Tropik Infeksi. RSUP Dr.Kariadi, Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak khususnya bidang

BAB 4 METODE PENELITIAN. Olah Raga, Fisiologi Respirasi, dan Fisiologi Kardiovaskuler.

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan rancangan pre-post test with control group design yang

BAB IV METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2015 di klinik VCT RSUP Dr.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini melingkupi bidang Anestesiologi. Penelitian ini dimulai sejak tanggal 28 Mei 2014 hingga 28 Juni 2014.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya sub bidang geriatri dan ilmu manajemen rumah sakit. Kariadi Semarang, Jawa Tengah. sampai jumlah sampel terpenuhi.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu kesehatan kulit dan kelamin.

BAB IV METODE PENELITIAN. Universitas Diponegoro Tembalang dan Lapangan Basket Pleburan, Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai bulan April 2015.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, dan Geriatri.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik observasional dengan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya adalah Ilmu Penyakit Dalam, Sub-bagian

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain penelitian cross

Transkripsi:

36 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis double blind randomized controlled trial untuk melihat penurunan kadar interleukin-6 setelah pemberian cairan resusitasi ringer fundin (ringer asetat malat) dengan ringer laktat terhadap pada pasien sepsis. 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan setelah melewati ethical clearance dari komisi etik penelitian bidang kesehatan Fakultas Kedokteran / RSUP HAM pada bulan maret 2017 sampai mei 2017 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Target Semua pasien yang didiagnosis sepsis. 3.3.2 Populasi Terjangkau Semua pasien sepsis yang datang ke RSUP H. Adam Malik Medan dari bulan Maret 2017 sampai mei 2017

37 3.3.3. Sampel Penelitian eksklusi. Bagian dari populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan 3.4 Besar Sampel Besar sampel dihitung menggunakan formula uji hipotesis beda proporsi untuk dua populasi sebagai berikut: n1 n2 = jumlah sampel RAM = jumlah sampel RL Z = 1,96 (adalah deviat baku pada 0,05) Z = 0,842 (adalah deviat baku ) S1 S2 = standar deviasi larutan RL untuk IL-6 = standar deviasi larutan RAM untuk IL-6 S = simpangan baku yang diambil dari kepustakaan (Andersen, 2013; Ballina, 2009) X1-X2 = selisih rerata IL-6 pada RL dan RAM yang dianggap signifikan Dari perhitungan dengan rumus diatas, maka diperoleh besar sampel: n1= n2= Dengan mempertimbangkan kriteria putus uji 10 % maka n1= n2=18,sehingga keseluruhan sampel berjumlah 36 orang. Berdasarkan jumlah sampel, maka penderita dikelompokkan ke dalam 2 kelompok penelitian, yaitu : Kelompok A : Cairan Ringer Asetat Malat Kelompok B : Cairan Ringer Laktat

38 3.5. Cara Pengambilan Sampel Penelitian Cara pengambilan sampel penelitian dilakukan menggunakan metode consecutive sampling. 3.6. Identifikasi Variabel 3.6.1. Variabel bebas : Cairan Ringer laktat dan Cairan Ringer Asetat Malat 3.6.2. Variabel terikat :Interleukin-6 3.7. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.7.1 Kriteria Inklusi Pasien dewasa dengan sepsis, skor Q SOFA >2 3.7.2. Kriteria Ekslusi Sampel 1. Pasien / keluarga pasien tidak bersedia 2. Pasien dengan riwayat penyakit ginjal 3. Pasien dengan riwayat kelainan fungsi jantung 4. Gangguan sistem imun 5. Pasien dengan riwayat penyakit kanker 6. Terapi obat-obat imunosupresan 3.7.3.Kriteria Drop Out Pasien tidak dapat dinilai a. Pasien meninggal dunia selama intervensi dan observasi. b. Pasien dalam masa intervensi dan observasi menyatakan mundur dari penelitian/penarikan informed consent c. Pasien pindah ke rumah sakit luar.

39 3.8. Cara Penelitian 3.8.1. Penjelasan Kepada Pasien Penjelasan kepada pasien mengenai tujuan, cara, dan manfaat pemeriksaan ini serta mengenai dan selanjutnya pada pasien yang akan menjadi sampel terlebih dahulu menandatangani informed consent. 3.8.2. Pencatatan Data Dasar 1. Pencatatan data dasar dilakukan oleh peneliti di IGD dan ICU RSUP H. Adam Malik Medan seperti nama, jenis kelamin, tempat/ tanggal lahir, alamat, nomor telepon, dan pekerjaan. 2. Diagnosis klinis sepsis ditegakkan oleh peneliti bersama dengan pembimbing di RSUP H. Adam Malik Medan. 3.8.3. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat a. Lembar observasi pasien b. Termometer dengan nama dagang omron c. Stethoscope dengan nama dagang littman d. Pengukur panjang badan e. Alat tulis f. Kertas coklat g. Kalkulator h. Set infus i. Kateter vena no 18 G j. Urine kateter

40 2. Bahan a. Cairan Ringer Laktat Dengan nama dagang Ringer Laktat yang diproduksi oleh PT. B Braun b. Cairan Asetat Malat Dengan nama dagang Ringer Fundin yang diproduksi oleh PT. B Braun 3.8.4. Cara Pemeriksaan 1. Setelah mendapat informed consent dan disetujui oleh komisi etik penelitian bidang kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2. Sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok larutan ringer laktat dan larutan ringer asetat malat. Kedua kelompok dilakukan pemeriksaan kadar IL-6, kelompok 1 mendapatkan larutan Asetat Malat 30ml/kgbb dan kelompok lainnya mendapatkan larutan Ringer Laktat 30ml/kgbb setelah dilakukan resusitasi cairan 3 jam kemudian dilakukan pemeriksaan kadar IL-6. 3. Randomisasi dilakukan dengan cara blok, masing-masing sekuens terdiri dari 6 subjek, dengan jumlah kemungkinan kombinasi sekuens sebanyak 7. Kemudian dijatuhkan pena di atas angka random. Angka yang ditunjuk oleh pena tadi merupakan nomor awal untuk menentukan sekuens yang sesuai. Kemudian dipilih 7 pasangan angka di bawah dari pasangan angka pertama tadi sehingga diperoleh jumlah sekuens yang sesuai dengan besar

41 jumlah sampel. Kemudian sekuens yang diperoleh disusun secara berurutan sesuai dengan nomor amplop. 4. Cairan disiapkan oleh relawan yang melakukan randomisasi (peneliti tidak mengetahui komposisi obat yang diberikan). 5. Dilakukan pemeriksaan panjang badan oleh peneliti, untuk dapat menghitung Predicted Body Weight 6. Pemeriksaan kadar IL-6 terhadap kedua kelompok dilakukan sebelum dan setelah resusitasi cairan 30ml/kgbb dengan larutan Ringer Asetat Malat dan larutan Laktat. 7. Pemeriksaan meliputi vital sign, urine out put penderita dan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar IL-6. 8. Selama pasien menerima perlakuan dinilai toleransi apakah pasien toleran atau intoleran. 9. Pemantauan efek samping yang mungkin timbul akibat pemberian larutan Asetat Malat dan larutan Ringer Laktat. 10. Pemeriksaan IL-6 dilakukan setelah dan sesudah diberikan cairan ringer laktat dan ringer asetat malat kemudian darah vena diambil sebanyak 3 ml oleh peneliti dan dimasukkan ke dalam tabung SST. Tabung dibolak-balik perlahan hingga darah homogen. Kemudian sampel diberikan ke Laboratorium Klinik RSUP HAM untuk segera dilakukan sentrifuge 1000 g (sekitar 3000 rpm) selama 15 menit. Serum dipisahkan dan dimasukkan ke dalam 3 tabung sampel masing-masing 0,5 ml. Diberi identitas, nama, tanggal, dan jenis pemeriksaan. Kemudian tabung sampel dibekukan dan disimpan dalam suhu -20ºC.

42 11. Setelah sampel terkumpul dilakukan uji ELISA oleh Laboratorium Klinik RSUP HAM, hasil data pengamatan pada kedua kelompok dibandingkan secara statistik. 12. Penelitian dihentikan apabila subjek penelitian menolak untuk berpartisipasi lebih lanjut, terjadi kegawatdaruratan jalan nafas, jantung, paru, otak yang mengancam jiwa. 3.9. Definisi Operasional 1. Ringer Asetat malat Definisi : Cairan yang memiliki kadar elektrolit yang mendekati kadar elektrolit plasma untuk mencegah terjadinya gangguan elektrolit dan gangguan metabolisme Alat ukur : Mili liter (berdasarkan label di kemasan) Cara ukur : Mili liter (berdasarkan label di kemasan) Hasil ukur : Mili liter (berdasarkan label di kemasan) Skala ukur: Nominal 2. Ringer laktat Definisi : adalah cairan yang isotonis dengan darah merupakan cairan kristaloid. Ringer laktat digunakan diantaranya untuk luka bakar, syok, dan cairan preload pada operasi. Alat ukur : Mili liter (berdasarkan label di kemasan) Cara ukur : Mili liter (berdasarkan label di kemasan) Hasil ukur : Mili liter (berdasarkan label di kemasan) Skala ukur: Nominal

43 3. Interleukin (IL)-6 Definisi : sitokin proinflamasi yang peningkatan kadarnya pada reaksi inflamasi terjadi lebih awal dibandingkan sitokin lain dan memiliki waktu paruh lebih panjang sehingga sangat berguna sebagai marker aktivasi sitokin proinflamasi Alat ukur : ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay) Cara ukur : melihat kadar dari hasil pemeriksaan laboratorium ELISA Hasil ukur : pg/ml Skala ukur: Numerik 4. Sepsis Definisi : Pasien dengan umur 18-60 tahun dengan diagnosa sepsis berdasarkan dengan kriteria qsofa Alat ukur : skor qsofa Cara ukur : menghitung atau melihat tabel qsofa yang telah ditentukan Hasil ukur : Skala ukur: Numerik 5. EGDT adalah merupakan penatalaksanaan resusitasi pada pasien sepsis dan syok septik berguna untuk menurunkan tingkat mortalitas pada pasien sepsis dalam 6 jam.

44 3 jam pertama : pemeriksaan laktat, pemeriksaan kultur, pemberian antibiotic, pemberian cairan kristaloid 30 ml/kgbb. 3 jam berikutnya : pemberian vasopressor jika terdapat hipotensi persisten ( resusitasi cairan tidak berhasil), pemasangan CVC trget CVP 8-12 mmhg, pemeriksaan ScVO2, pemerikksaan laktat ulang. 3.10 Analisis Data a. Setelah data yang diperlukan telah terkumpul, data tersebut diperiksa randomized controlled trial data tersebut diolah dengan menggunakan perangkat lunak SPSS. b. Data dikatakan berdistribusi normal jika nilai p>0,05 setelah dianalisa dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. c. Membandingkan beda nilai rata-rata antara 2 kelompok dilakukan dengan uji statistik T-test jika data terdistribusi normal dan Mann-Whitney jika data tidak terdistribusi normal. d. Untuk mengetahui perbedaan rerata sebelum dan sesudah perlakuan menggunakan t-test berpasangan jika data terdistribusi normal dan menggunakan uji wilcoxon bila data tidak terdistribusi normal. e. Batas kemaknaan yang diambil p<0.05 dengan interval kepercayaan 95%.

45 3.11 Kerangka Operasional POPULASI INKLUSI EKSLUSI SAMPEL A B IL-6 T0 IL-6 Resusitasi dengan larutan asetat malat 30 ml/kgbb 3 Jam Resusitasi dengan larutan ringer laktat 30 ml/kgbb IL-6 Periksa Ulang (T1) IL-6 ANALISA DATA Gambar 3.1 Kerangka Operasional

46 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini diikuti oleh 40 orang pasien sepsis yang telah memenuhi kriteria inklusi, dibagi menjadi dua kelompok dengan jumah yang sama banyak, masing-masing berjumlah 20 orang. Subyek berjenis kelamin laki-laki pada kelompok yang menerima ringer asetat malat berjumlah 10 orang (50%) dan pada kelompok yang menerima ringer laktat berjumlah 9 orang (45%). Usia subyek di 2 kelompok masing-masing dengan rerata usia 42,85 tahun dan 42,5 tahun. Subyek dengan suku Batak dominan (50%) pada kelompok yang mendapat ringer asetat malat begitu pula pada kelompok yang mendapat ringer laktat berjumlah 8 orang (40%). Kebanyakan subyek di dua kelompok beragama Islam, sebanyak 12 orang (60%) pada kelompok ringer asetat malat dan 14 orang (70%) pada kelompok ringer laktat. Tabel 4.1 Karakteristik Subyek Penelitian Karakteristik Subyek Ringer Asetat Malat (n=20) Ringer Laktat (n=20) Jenis Kelamin, n (%) Laki-laki 10 (50) 9 (45) 1,000 a Perempuan 10 (50) 11 (55) Usia, rerata (SD), tahun 42,85 (9,86) 42,5 (8,65) 0,906 b Suku, n (%) Batak 10 (50) 8 (40) 0,539 c Jawa 5 (25) 7 (35) Karo 3 (15) 5 (25) Melayu 1 (5) 4 (20) Minang 1 (5) 1 (5) Agama, n (%) Islam 12 (60) 14 (70) 0,507 c Kristen 8 (40) 6 (30) a Fisher s Exact, b T Independent, c Chi Square p

47 4.2 Perbedaan Parameter Hemodinamik Tabel 4.2 menampilkan hasil pemeriksaan parameter hemodinamik sebelum dan sesudah pemberian terapi cairan. Tidak ditemukan perbedaan rerata yang signifikan seluruh parameter hemodinamik antara dua kelompok studi (p>0,05). Tabel 4.2. Perbedaan Parameter Hemodinamik Antara Kelompok Ringer Asetat Malat dan Ringer Laktat Pre dan Post Intervensi Parameter Hemodinamik Ringer Asetat Malat (n=20) Ringer Laktat (n=20) Tek. Darah Sistolik, rerata (SD), mmhg Pre Intervensi 94,95 (10,49) 97,50 (7,71) 0,339 a Post Intervensi 106,55 (8,03) 106,65 (9,10) 0,387 a Tek. Darah Diastolik, rerata (SD), mmhg Pre Intervensi 57,35 (5,46) 56,30 (5,33) 0,462 b Post Intervensi 65,80 (5,14) 63,10 (5,44) 0,159 b Frekuensi Nadi, rerata (SD), x/m Pre Intervensi 108,20 (15,16) 104,50 (12,12) 0,524 b Post Intervensi 92,75 (12,50) 93,55 (11,92) 0,674 b Kesadaran, n (%) Pre Intervensi Apatis 2 (10) 2 (10) 1,000 c CM 16 (80) 16 (80) Somnolen 2 (10) 2 (10) Post Intervensi Apatis 1 (5) 1 (5) 1,000 c CM 19 (95) 19 (95) Frekuensi Nafas, rerata (SD), x/m Pre Intervensi 24.95 (2.04) 23.7 (1.59) 0.715 b Post Intervensi 21.9 (2.25) 22.15 (5.28) 0.311 b a T Independent, b Mann Whitney, c Chi Square p

48 Tabel 4.3 Perbandingan Parameter Hemodinamik Antara Kelompok Ringer Asetat Malat dan Ringer Laktat Pre dan Post Intervensi Parameter Ringer Asetat Ringer p Hemodinamik Malat (n=20) Laktat (n=20) p Tek. Darah Sistolik, rerata (SD), mmhg Pre Intervensi 94,95 (10,49) <0,001 a 97,50 (7,71) <0,001 a Post Intervensi 106,55 (8,03) 106,65 (9,10) Delta TDS, rerata (SD), 11,60 (6,30) 9,15 (6,35) 0,106 c mmhg Tek. Darah Diastolik, rerata (SD), mmhg Pre Intervensi 57,35 (5,46) <0,001 b 56,30 (5,33) <0,001 b Post Intervensi 65,80 (5,14) 63,10 (5,44) Delta TDD, rerata (SD), 8,45 (3,68) 6,80 (5,12) 0,095 c mmhg Frekuensi Nadi, rerata (SD), x/m Pre Intervensi 108,20 (15,16) <0,001 b 104,50 (12,12) <0,001 b Post Intervensi 92,75 (12,50) 93,55 (11,92) Delta F. Nadi, rerata 15,45(10,22) 10,95 (6,18) 0,173 c (SD), x/m Frekuensi Nafas, rerata (SD), x/m Pre Intervensi 24,95 (2,04) 0,001 b 23,7 (1,59) 0,001 b Post Intervensi 21,9 (2,25) 22,15 (5,28) Delta Frekuensi Nafas, rerata (SD), x/m 2,15 (2,46) 1,55 (5,15) 0,542 c a T Dependent, b Wilcoxon, c Mann Whitney Rerata tekanan darah sistolik maupun diastolik meningkat secara signifikan di dua kelompok studi (p<0,05). Rerata tekanan darah sistolik pada kelompok ringer asetat malat sebelum terapi adalah 94,95 mmhg. Setelah terapi meningkat menjadi 106,55 mmhg. Sementara itu pada kelompok yang memperoleh ringer laktat, tekanan darah sistolik meningkat dari 97,50 mmhg sebelum terapi menjadi 106,65 mmhg setelah terapi. Meskipun, peningkatan tekanan darah sistolik pada kelompok ringer asetat malat lebih tinggi dengan rerata peningkatan sebesar 11,60 mmhg dan kelompok ringer laktat dengan peningkatan rerata sebesar 9,15 mmhg, namun setelah dianalisis dengan uji Mann Whitney tidak ditemukan perbedaan rerata yang signifikan (p=0,106).

49 Tek. Darah Sistolik, mmhg 108 106 104 102 100 98 96 94 92 90 88 106,65 106,55 97,5 94,95 Pre Intervensi Post Intervensi Ringer Asetat Malat Ringer Laktat Gambar 4.1 Perbedaan Rerata Tek. Darah Sistolik Sebelum dan Sesudah Terapi Cairan Rerata tekanan darah diastolik pada kelompok ringer asetat malat sebelum terapi adalah 57,35 mmhg. Setelah terapi meningkat menjadi 65,80 mmhg. Sementara itu pada kelompok yang memperoleh ringer laktat, tekanan darah diastolik meningkat dari 56,30 mmhg sebelum terapi menjadi 63,10 mmhg setelah terapi. Meskipun, peningkatan tekanan darah diastolik pada kelompok ringer asetat malat lebih tinggi dibandingkan kelompok ringer laktat, namun setelah dianalisis dengan uji Mann Whitney tidak ditemukan perbedaan rerata yang signifikan (p=0,095). 68 65,8 66 Tek. Darah Diastolik, mmhg 64 62 60 58 56 54 52 57,35 56,3 63,1 Ringer Asetat Malat Ringer Laktat 50 Pre Intervensi Post Intervensi Gambar 4.2 Perbedaan Rerata Tek. Darah Diastolik Sebelum dan Sesudah Terapi Cairan

50 Tidak berbeda dengan yang terjadi dengan frekuensi nadi, terjadi penurunan frekuensi nadi yang signifikan di dua kelompok (p<0,001) dengan penurunan terbesar terjadi pada kelompok ringer asetat malat. Namun, besar perubahan frekuensi nadi tidak berbeda pada dua kelompok (p=0,173). 110 108,2 Frek. Nadi, x/menit 105 100 95 90 104,5 92,75 93,55 Ringer Asetat Malat Ringer Laktat 85 Pre Intervensi Post Intervensi Gambar 4.3 Perbedaan Rerata Frekuensi Nadi Sebelum dan Sesudah Terapi Cairan Frek. Nafas, x/menit 25,5 25 24,5 24 23,5 23 22,5 22 21,5 21 20,5 20 24,95 23,7 Pre Intervensi 22,15 21,9 Post Intervensi Ringer Asetat Malat Ringer Laktat Gambar 4.4 Perbedaan Rerata Ferkuensi Nafas Sebelum dan Sesudah Terapi Cairan

51 Hasil pemeriksaan frekuensi nafas juga menunjukkan terjadi penurunan frekuensi nadi yang signifikan di dua kelompok (p<0,001) dengan penurunan terbesar terjadi pada kelompok ringer asetat malat. Namun, besar perubahan frekuensi nafas tidak berbeda pada dua kelompok (p=0,311). 4.3 Perbedaan Kadar Interleukin 6 Tabel 4.4 Perbedaan Interleukin 6 Antara Kelompok Ringer Asetat Malat dan Ringer Laktat Pre dan Post Intervensi Kadar Interleukin 6 Ringer Asetat Malat Ringer Laktat (n=20) (n=20) p* Pre Intervensi 47,94 (86,63) 47,84 (97,96) 0,499 Post Intervensi 25,29 (56,86) 42,82 (89,68) 0,005 *Mann Whitney Rerata kadar interleukin 6 sebelum intervensi pada kelompok ringer asetat malat adalah 47,94 (SD=86,63) sedangkan pada kelompok ringer laktat dengan rerata 47,84 (SD=97,76). Dengan menggunakan uji Mann Whitney diperoleh hasil tidak ditemukan perbedaan yang signifikan untuk kadar interleukin 6 antara kelompok ringer asetat malat dan ringer laktat sebelum pemberian terapi (p>0,499). 60 50 47,94 Interleukin 6 40 30 20 25,29 Ringer Asetat Malat 10 0 Pre Intervensi Post Intervensi Gambar 4.5 Perbedaan Rerata Interlukin 6 Sebelum dan Sesudah Terapi Ringer Asetat Malat

52 49 48 47 47,84 Interleukin 6 46 45 44 43 42 42,82 Ringer Laktat 41 40 Pre Intervensi Post Intervensi Gambar 4.6 Perbedaan Rerata Interlukin 6 Sebelum dan Sesudah Terapi Ringer Laktat Tabel 4.5 Perbandingan Interleukin 6 Antara Kelompok Ringer Asetat Malat dan Ringer Laktat Pre dan Post Intervensi Kadar Ringer Asetat Ringer Laktat p Interleukin 6 Malat (n=20) (n=20) p* Pre Intervensi 47,94 (86,63) <0,001 a 47,84 (97,96) <0,001 a Post Intervensi 25,29 (56,86) 42,82 (89,68) Delta Kadar Interleukin 6 22,65 (31,78) 5,02 (8,72) <0,001 b a Wilcoxon, b Mann Whitney Rerata kadar interluekin 6 sebelum pemberian ringer asetat malat adalah 47,94 (SD=86,63) dan setelah pemberian ringer asetat malat mengalami penurunan menjadi 25,29 (56,86). Hasil analisis menggunakan uji Wilcoxon, didapatkan perbedaan rerata yang signifikan kadar interleukin 6 antara sebelum dan sesudah pemberian ringer asetat malat (p<0,001). Sedangkan, pada kelompok yang menerima ringer laktat, juga didapatkan penurunan kadar interleukin, sebelum pemberian ringer laktat, rerata kadar interleukin 6 adalah 47,84 (SD=97,96). Setelah pemberian ringer laktat menjadi 42,82 (SD=89,68).

53 60 Interleukin-6 50 40 30 20 47,94 47,84 42,82 25,29 Ringer Asetat Malat Ringer Laktat 10 0 Pre Intervensi Post Intervensi Gambar 4.7 Perbandingan Rerata Interlukin 6 Sebelum dan Sesudah Terapi Cairan Penurunan kadar interleukin 6 pada kelompok ringer asetat malat adalah 22,65 (SD=31,78) jauh lebih besar dibandingkan penurunan kadar interleukin 6 pada kelompok ringer laktat dengan penurunan hanya sebesar 5,02 (SD=8,72). Hasil analisis menggunakan uji Mann Whitney menunjukkan terdapat perbedaan rerata penurunan kadar interleukin 6 yang signifikan antara kelompok ringer asetat malat dan ringer laktat (p<0,001).

54 BAB 5 PEMBAHASAN Pada pasien dengan sepsis, terjadi hipoperfusi jaringan dan pelepasan mediator-mediator inflamasi. Hal ini yang nantinya akan diresusitasi dengan cairan 30 cc/kgbb sesuai Surviving Sepsis Campaign 2016. Penggunaan cairan yang direkomendasikan adalah menggunakan kristaloid. Sedangkan kristaloid yang menjadi ulasan pada penelitian ini adalah Ringer Laktat dan Ringer Asetat Malat. Pada penelitian yang dilakukan pada rentang waktu Maret 2017 sampai mei 2017, sebanyak 40 pasien digolongkan menjadi dua kelompok sama besar. Kelompok A mendapat perlakuan resusitasi dengan Ringer Asetat Malat dan kelompok B mendapat perlakuan berupa resusitasi dengan Ringer Laktat. Usia rata-rata subjek di kelompok A dan B adalah masing-masing 42.85 dan 42.5. Karakteristik suku menunjukkan suku Batak merupakan yang paling dominan di kedua kelompok yakni 50% di kelompok A dan 40% di kelompok B. islam merupakan agama yang terbanyak di antara kelompok sampel yaitu 12 orang (60%) dan 14 orang (70%) di kelompok A dan B. Pada penelitian ini dapat dinilai bahwa terjadi peningkatan rata-rata tekanan darah sistolik pada kedua kelompok penelitian, baik kelompok A dan B secara signifikan. Angka rerata tekanan darah sistolik pada kelompok ringer asetat malat meningkat dari 94,95 mmhg menjadi 106,55 mmhg. Pada kelompok yang memperoleh ringer laktat, tekanan darah sistolik meningkat dari 97,50 mmhg menjadi 106,65 mmhg. Perbedaan peningkatan tekanan darah sistolik pada kedua kelompok ini tidak signifikan (p=0,106). Hal ini sejalan dengan penelitian Mira (2015) dan Rochwerg (2015) yang menyatakan bahwa pemberian kristaloid merupakan pilihan utama dalam penanganan sepsis yang menurunkan angka mortalitas

55 Hal serupa tampak pada peningkatan rata-rata tekanan darah diastolik yaitu 57,35 mmhg menjadi 65,80 mmhg pada kelompok A. Pada kelompok B, tekanan darah diastolik meningkat dari 56,30 mmhg menjadi 63,10 mmhg setelah terapi. Peningkatan tekanan darah diastolik pada kelompok ringer asetat malat lebih tinggi dibandingkan kelompok ringer laktat, namun setelah dianalisis dengan uji Mann Whitney tidak ditemukan perbedaan rerata yang signifikan (p=0,095). Hal ini juga sejalan dengan penelitian-penelitian pendahulu yaitu Mira (2015) dan Rochwerg (2015) Didapati penurunan frekuensi nadi yang signifikan di dua kelompok (p<0,001) dengan penurunan terbesar terjadi pada kelompok ringer asetat malat. Namun, besar perubahan frekuensi nadi tidak berbeda pada dua kelompok (p=0,173). Hal serupa juga dijumpai pada pemeriksaan frekuensi nafas, juga menunjukkan terjadi penurunan frekuensi nadi yang signifikan di dua kelompok (p<0,001) dengan penurunan terbesar terjadi pada kelompok ringer asetat malat. Namun, besar perubahan frekuensi nafas tidak berbeda pada dua kelompok (p=0,311). Hasil analisis menggunakan uji Mann Whitney menunjukkan terdapat perbedaan rerata penurunan kadar interleukin 6 yang signifikan antara kelompok ringer asetat malat dan ringer laktat (p<0,001). Rerata kadar interlukin 6 sebelum pemberian ringer asetat malat adalah 47,94 (SD=86,63) dan setelah pemberian ringer asetat malat mengalami penurunan menjadi 25,29 (56,86). Hasil analisis menggunakan uji Wilcoxon, didapatkan perbedaan rerata yang signifikan kadar interleukin 6 antara sebelum dan sesudah pemberian ringer asetat malat (p<0,001). Sedangkan, pada kelompok yang menerima ringer laktat, juga didapatkan penurunan kadar interleukin, sebelum pemberian ringer laktat, rerata kadar interleukin 6 adalah 47,84 (97,96). Setelah pemberian ringer laktat menjadi 42,82 (89,68). Penurunan kadar interleukin 6 pada kelompok ringer asetat malat adalah

56 22,65 (31,78) jauh lebih besar dibandingkan penurunan kadar interleukin 6 pada kelompok ringer laktat dengan penurunan hanya sebesar 5,02 (8,72). Hal ini dapat dibandingkan dengan penelitian Wei Dong (2015) yang sejalan dengan menunjukkan penurunan kadar IL-6 secara signifikan dengan penggunaan Ringer Sodium Piruvat. Pada penelitian tersebut dinyatakan pula bahwa penggunaan cairan kristaloid tersebut akan menurunkan angka mortalitas, sesuai dengan perubahan hemodinamik yang dihasilkan setelah resusitasi. Dan juga sejalan dengan penelitian Zdenek zadak, dkk (2010) yang menyatakan Ringerfundin lebih stabil terhadap efek metabolic, yang tidak meningkatkan konsumsi oksigen atau total kebutuhan energi Hasil analisis menunjukkan bahwa secara keseluruhan ditemukan hubungan yang signifikan pada pemberian cairan Ringer Asetat Malat dan Ringer laktat dengan perubahan parameter hemodinamik dan IL-6 meskipun dengan variasi kemaknaan. Tampak dari hasil penelitian ini bahwa pemberian Ringer Asetat Malat secara nyata mempengaruhi penurunan kadar IL-6 lebih besar dibandingkan pemberian Ringer Laktat.

57 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada pasien sepsis dengan membandingkan pemberian cairan kristaloid Ringer Asetat Malat dan Ringer Laktat dapat disimpulkan: 1. Terdapat penurunan kadar IL-6 sebelum 47,94 (86,63) dan setelah pemberian cairan Ringer Asetat Malat 25,29 (56,86) pada pasien sepsis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan (RSUP HAM) 2. Terdapat penurunan kadar IL-6 sebelum 47,84 (97,96) setelah pemberian cairan Ringer Laktat 42,82 (89,68) pada pasien sepsis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan (RSUP HAM) 3. Penurunan kadar IL-6 setelah pemberian cairan Ringer Asetat Malat 22,65 (31,78) lebih besar dibandingkan penurunan kadar IL-6 setelah pemberian cairan ringer laktat 5,02 (8,72) pada pasien sepsis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam malik Medan (RSUP HAM)

58 6.2 SARAN 1. Pemberian cairan Ringer Asetat Malat dapat direkomendasikan sebagai pilihan cairan kristaloid pada pasien sepsis. 2. Sebaiknya dilakukan penelitian selanjutnya dengan menilai efek cairan terhadap biomarker-biomarker sepsis lain.