HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI OBAT ANTIPSIKOTIK PADA PASIEN YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI POLI RAWAT JALAN RSJD SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI OBAT ANTIPSIKOTIK PADA PASIEN YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI POLI RAWAT JALAN RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

M. SANDY FITRA SKRIPSI. Disusun Oleh :

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI POLI KLINIK RUMAH SAKIT JIWA Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG ABSTRAK

M. SANDY FITRA NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KUALITAS HIDUP KLIEN SKIZOFRENIA DI KLINIK KEPERAWATAN RSJ GRHASIA DIY

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA KEPATUHA KO TROL BEROBAT PADA KLIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G

DUKUNGAN KELUARGA MEMPENGARUHI KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN SKIZOFRENIA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN PASIEN MINUM OBAT DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan lainnya ( Samuel, 2012). Menurut Friedman, (2008) juga

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN DUKUNGAN KELUARGA YANG MEMPUNYAI ANGGOTA KELUARGA SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

Aji Galih Nur Pratomo, Sahuri Teguh, S.Kep, Ns *)

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

peningkatan dukungan anggota keluarga penderita kusta.

BAB I PENDAHULUAN. emosional serta hubungan interpersonal yang memuaskan (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI KEMOTERAPI PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN. Manuscript

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DAN KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAHSAKIT Dr.

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN SKIZOFRENIA

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

GAMBARAN SIKAP DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENDERITA GANGGUAN JIWA DI KECAMATAN KARTASURA NASKAH PUBLIKASI

SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan. Oleh: DWI NURSANTI SETYA JATI J

Penelitian Keperawatan Jiwa

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG OBAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN GANGGUAN JIWA DI DESA BANARAN KULON PROGO YOGYAKARTA

Fitri Sri Lestari* Kartinah **

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat

Jurnal Keperawatan, Vol.1 No.1, Januari

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada fungsi mental, yang meliputi: emosi, pikiran, perilaku,

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KUSTA (LEPROSY) DENGAN PERAWATAN DIRI PADA PENDERITA KUSTA DI WILAYAH KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa.

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUNJUNGAN KONTROLPASIEN JIWA SKIZOFRENIA DI RAWAT JALAN DI RSJ PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. perannya dalam masyarakat dan berperilaku sesuai dengan norma dan aturan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN HALUSINASI DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN PASIEN HALUSINASI DI RSJD SURAKARTA ABSTRAK

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KETAATAN POLA MAKAN PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI BESAR BANJARBARU

EVALUASI KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIPSIKOTIK ORAL PASIEN SKIZOFRENIA DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

GAMBARAN DUKUNGAN SOSIAL YANG DIBERIKAN KELUARGA DALAM PERAWATAN PENDERITA SKIZOFRENIA DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. eksternal, dibuktikan melalui pikiran, perasaan dan perilaku yang tidak sesuai

HUBUNGAN PERSEPSI KELUARGA TENTANG SKIZOFRENIA DAN EKSPRESI EMOSI KELUARGA DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN SKIZOFRENIA DI IRD RSJ PROVINSI BALI

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan

BAB V PEMBAHASAN. a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT DIABETES MELLITUS

PENGARUH MENGHARDIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKAMBUHAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA MEDAN

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Nopia Wahyuliani

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI

TINGKAT STRES PADA CAREGIVER PASIEN GANGGUAN JIWA PSIKOTIK LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID DI POLIKLINIK RS JIWA DAERAH PROPSU MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa

DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PERUBAHAN STATUS MENTAL KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA. Skripsi

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KESEMBUHAN PADA PENDERITA TB PARU DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU UNIT MINGGIRAN YOGYAKARTA

PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA GRHASIA PEMDA DIY NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN CARA BAYAR, JARAK TEMPAT TINGGAL DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT RAWAT JALAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA TESIS

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. mendasar bagi manusia. World Health Organization (WHO) sejaterah seseorang secara fisik, mental maupun sosial.

JURNAL PSIKOLOGI JAMBI p-issn : VOLUME 2, NO 2, OKTOBER 2017 e-issn :

HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA DURASI KEKAMBUHA PASIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN MELAKSANAKAN PENDOKUMENTASIAN ASKEP DI RUANG RAWAT INAP RS JIH YOGYAKARTA ABSTRACT

HUBUNGAN DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DENGAN LAMA RAWAT INAP PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

THE CORRELATION BETWEEN SOCIAL SUPPORT AND EMOTIONAL DISTRESS ON DIABETES MELLITUS PATIENTS AT PANEMBAHAN SENOPATI GENERAL HOSPITAL BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah kondisi maladaptif pada psikologis dan

Hubungan Peran Perawat dengan Kemampuan Bersosialisasi pada Pasien Isolasi Sosial di Rumah Sakit Jiwa Daerah Prov. Sumatera Utara Medan

PENGARUH ELECTRO CONFULSIVE THERAPY TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia di RSD dr. Soebandi Jember

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MUTU PELAYANAN POLIKLINIK DIAN NUSWANTORO DENGAN KEPUTUSAN PEMANFAATAN ULANG DI UPT POLIKLINIK DIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI

HUBUNGAN MOTIVASI KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA KUSTA DI RUMAH SAKIT KHUSUS KUSTA KOTA KEDIRI

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016

Transkripsi:

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI OBAT ANTIPSIKOTIK PADA PASIEN YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI POLI RAWAT JALAN RSJD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun oleh: REGA SAPUTRA J 210.080.067 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

2

1 PENELITIAN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI OBAT ANTIPSIKOTIK PADA PASIEN YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI POLI RAWAT JALAN RSJD SURAKARTA Rega Saputra.* Arif Widodo, A.Kep., M.Kes ** Vinami Yulian, S.Kep, Ns ** Abstrak Peran keluarga sangat penting terhadap pengobatan pasien gangguan jiwa, karena pada umumnya klien gangguan jiwa belum mampu mengatur dan mengetahui jadwal dan jenis obat yang akan diminum. Hasil observasi tingkat kepatuhan mengkonsumsi obat di RSJD Surakarta relatif rendah dimana 45% tidak tepat jadwal pengobatan dan mundur dari pengobatan. Keluarga harus selalu membimbing dan mengarahkannya, agar klien gangguan jiwa dapat minum obat dengan benar dan teratur. Dukungan keluarga sangat diperlukan oleh penderita gangguan jiwa dalam memotivasi mereka selama perawatan dan pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan pada pasien yang mengalami gangguan jiwa di poli rawat jalan RSJD Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah pasien gangguan jiwa di poli rawat jalan RSJD Surakarta tahun 2011 sebanyak 2080 pasien. Sampel penelitian adalah 95 pasien yang mengalami gangguan jiwa di poli rawat jalan rumah sakit jiwa daerah Surakarta mengunakan metode purposive sampling. Instrumen penelitian adalah kuesioner dukungan keluarga yang adopsi dari Nursalam (2008) dan kepatuhan mengkonsumsi obat yang berdasarkan dari teori kepatuhan Niven (2002). Teknik analisis data menggunakan uji Spearman Rho. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji Spearman Rho diperoleh nilai rho hitung sebesar 0,335 dengan tingkat signifikansi (p-value) 0,001. Nilai p-value lebih kecil dari 0,05 (0,001<0,005), maka H 0 ditolak sehingga disimpulkan terdapat hubungan dukungan pada pasien yang mengalami gangguan jiwa di poli rawat jalan Rumah Sakit jiwa Daerah Surakarta. Penelitian menyimpulkan bahwa: (1) dukungan keluarga dalam adalah cukup (66%), (2) kepatuhan adalah cukup patuh (62%), dan (3) terdapat hubungan dukungan pada pasien yang mengalami gangguan jiwa di poli rawat jalan Rumah Sakit jiwa Daerah Surakarta. Kata kunci: dukungan keluarga, kepatuhan mengkonsumsi obat, pasien sakit jiwa.

2 The Correlation between Family s Support with Obedience of drug Antipsychotic consumtion in patients Mentally Disordered in Outpatient Clinic of District Psychiatry Hospital of Surakarta Rega Saputra.* Arif Widodo, A.Kep., M.Kes ** Vinami Yulian, S.Kep, Ns ** ABSTRACT Family has a major role on the treatment of psychiatric clients for they re not able to manage and understand their medication schedule and type of medicine itself. The observation of drug taking compliance rate is relatively low in Surakarta RSJD which 45% is not exactly the schedule of treatment and withdrew from treatment. Family must guide psychiatric client to take his medication correctly and regularly. Family takes an important part on medication process of psychiatric client. Psychiatric clients need their family s support to motivate them during their treatment and medication. This research s objection is to analyze the correlation between family s support and obedience of antipsychotic consumption on patient with mental disorder in outpatient clinic of District Psychiatry Hospital of Surakarta. This research was a descriptive-correlative research with crosssectional approach. The study population was mental patients in an outpatient poly RSJD Surakarta in 2011 as many as 2080 patients. Study sample was 95 patients who experienced a mental disorder in poly outpatient psychiatric hospital Surakarta area using purposive sampling method. The instrument used in this research was the Family s support from Nursalam (2008) and obedience drug consumption questionnaire from Niven (2002). Techniques of data analysis using Spearman Rho test. The results showed that based on test results obtained by Spearman Rho rhohitung value of 0.335 with a significance level (p-value) 0.001. The value p-value less than 0.05 (0.001 <0.005), then H0 refused to conclude there is a relationship of family support compliance with antipsychotic drugs in patients who experience a mental disorder in poly outpatient mental Regional Hospital Surakarta.The study concluded that: (1) support the family in taking antipsychotic medication is sufficient (66%), (2) compliance with antipsychotic drugs are quite adherent (62%), and (3) there is a relationship with the family support adherence in patients taking antipsychotic drugs who experience mental illness in outpatient poly Regional Hospital Surakarta soul. Keyword: Family s Support, The Obedience of medicine consumption, psychiatric client..

3 PENDAHULUAN Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju, tetapi masih kurang populer dikalangan masyarakat awam. Dimasa lalu banyak orang menganggap gangguan jiwa merupakan penyakit yang tidak dapat diobati (Hawari, 2001). Gangguan jiwa adalah gangguan pada fungsi mental, yang meliputi emosi, pikiran, prilaku, motivasi daya tilik diri dan persepsi yang menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi sehingga mengganggu seseorang dalam proses hidup dimasyarakat. (Nasir dan Muhith 2011). Jumlah penduduk yang mengalami gangguan jiwa diperkirakan terus meningkat. Ini disebabkan karena seseorang tidak bisa menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan suatu perubahan atau gejolak hidup. Apalagi di era serba modern ini, perubahan-perubahan terjadi sedemikian cepat, seperti sosial ekonomi dan sosial politik yang tidak menentu serta kondisi lingkungan sosial yang semakin keras sehingga mengganggu dalam proses hidup dimasyarakat. Gangguan jiwa terjadi tidak hanya pada kalangan menengah kebawah sebagai dampak dari perubahan sosial ekonomi, tetapi juga kalangan menengah keatas yang disebabkan karena tidak mampu mengelola stress (Yosep, 2009). Menurut Depkes 2007 saat ini lebih dari 450 juta penduduk dunia hidup dengan gangguan jiwa. Di Indonesia, berdasarkan Data Riskesdas tahun 2007, menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional seperti gangguan kecemasan dan depresi sebesar 11,6% dari populasi orang dewasa. Berarti dengan jumlah populasi orang dewasa Indonesia lebih kurang 150.000.000 ada 1.740.000 orang saat ini mengalami gangguan mental emosional. Peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa juga terjadi di rumah sakit jiwa daerah Surakarta, jumlah pasien meningkat 100 persen dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2010, RSJD Surakarta menerima sekitar 2080 penderita per bulan untuk rawat jalan dan sekitar 45-50 penderita per bulan untuk menjalani rawat inap. Sementara pada 2009, RSJD Surakarta hanya menerima 780 penderita per bulan untuk rawat jalan dan 20-25 penderita perbulan untuk menjalani rawat inap. Hasil wawancara peneliti dengan perawat diperoleh informasi bahwa pada tahun 2009 dari 780 pasien rawat jalan terdapat 525 pasien patuh dalam pengobatan yaitu mereka datang sesuai jadwal yang telah ditentukan, 215 orang datang namun tidak sesuai dengan waktu dan sisanya 40 pasien datang hanya sekali yaitu pada kunjungan pertama. Demikian pula pada tahun 2010 dari 2080 pasien rawat jalan terdapat 1542 pasien yang berkunjung untuk berobat ulang sesuai jadwal, 356 pasien datang namun mundur dari jadwal, dan sisanya 182 pasien hanya berkunjung sekali. Terapi yang komperehensif dan holistik, dewasa ini sudah mulai

4 dikembangkan meliputi terapi obat-obatan anti skizofrenia (psikofarmaka), psikoterapi, terapi psikososial dan terapi psikoreligius. Terapi psikofarmaka harus diberikan dalam jangka waktu yang lama. Hal ini dimaksudkan untuk menekan sekecil mungkin kekambuhan (relapse). Keberhasilan terapi gangguan jiwa tidak hanya terletak pada terapi obat psikofarmaka dan jenis terapi lainnya, tetapi juga peran serta keluarga dan masyarakat turut menentukan (Hawari, 2001) Peran keluarga sangat penting terhadap pengobatan pasien gangguan jiwa. Karena pada umumnya klien gangguan jiwa belum mampu mengatur dan mengetahui jadwal dan jenis obat yang akan diminum. Keluarga harus selalu membimbing dan mengarahkannya, agar klien gangguan jiwa dapat minum obat dengan benar dan teratur (Nasir dan Muhith, 2011). Keberhasilan perawatan di rumah sakit yakni pemberian obat akan menjadi siasia apabila tidak ditunjang oleh peran serta dukungan keluarga. Banyaknya pasien jiwa yang mengalami kekambuhan salah satunya ketidak patuhan mengkonsumsi obat. Keluarga merupakan bagian yang penting dalam proses pengobatan pasien jiwa. Dukungan keluarga sangat diperlukan oleh penderita gangguan jiwa dalam memotivasi mereka selama perawatan dan pengobatan (Yosep, 2009). Berdasarkan uraian latar belakang di atas perlu di teliti hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan pada pasien yang mengalami gangguan jiwa di poli rawat jalan RSJD Surakarta. TUJUAN PENELITIAN untuk mengetahui apakah ada hubungan dukungan pada pasien yang mengalami gangguan jiwa di poli rawat jalan RSJD Surakarta. LANDASAN TEORI Dukungan keluarga Konsep Dukungan Keluarga Menurut Friedman dalam Setiadi (2008) dukungan keluarga merupakan sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga sangatlah berpengaruh pada penerimanya. Dalam hal ini penerima dukungan keluarga akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan menghargai dan mencintainya. Bentuk Dukungan Keluarga Menurut Setiadi (2008) bentuk dukungan keluarga terdiri dari empat macam dukungan yaitu : 1) Dukungan infomasional Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator (penyebar) informasi dunia. 2) Dukungan penilaian Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi

5 pemecahan masalah. Sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga diantaranya memberikan penilaian atau penghargaan berdasarkan kondisi yang sebenarnya dari penderita, memberikan motivasi dalam mentaati peraturan pengobatan, dan memberikan perhatian dan kasih sayang. 3) Dukungan instrumental Dukungan bentuk ini bertujuan untuk menolong secara langsung kesulitan yang dihadapi pasien. 4) Dukungan emosional. Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek aspek dari dukungan emosional berupa dukungan simpatik, empati, cinta, kepercayaan dan penghargaan. Kepatuhan Konsep Kepatuhan Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh, yang berarti disiplin dan taat. Sacket dalam Niven, (2002), mendefinisikan kepatuhan pasien sebagai sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh petugas kesehatan. Faktor-Faktor yang Mendukung Kepatuhan Pasien Menurut Feuer Stein, et al dalam Niven, (2002), ada beberapa faktor yang dapat mendukung sikap patuh pasien, diantaranya: 1. Pendidikan Pendidikan merupakan usaha seseorang untuk meningkatkan kepribadian dan proses perubahan prilaku. Dengan pendidikan yang tinggi diharapkan pasien mampu menerima informasi-informasi yang diberikan oleh dokter maupun petugas kesehatan. 2. Akomodasi Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian pasien yang dapat mempengaruhi kepatuhan. Pasien yang lebih mandiri, harus dilibatkan secara aktif dalam program pengobatan sementara pasien yang tingkat ansietasnya tinggi harus diturunkan terlebih dahulu. Apabila tingkat ansietas pasien tinggi atau rendah ini akan mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat. 3. Modifikasi faktor lingkungan dan sosial Dalam meningkatkan kepatuhan pasien minum obat sangat penting Membangun dukungan Keluarga, masyarakat dan teman-teman, karena kelompokkelompok pendukung dapat membantu memahami kepatuhan terhadap program pengobatan, seperti mematuhi mengkonsumsi obat. 4. Perubahan Model Terapi Perubahan model terapi dapat dilakukan untuk mengurangi rasa bosan pada pasien dan dengan perubahan model terapi diharapkan kepatuhan pasien semakin meningkat. 5. Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan pasien. Adalah suatu hal yang penting untuk memberikan umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi sehingga dapat meningkatkan kepercayaan pasien. Gangguan Jiwa Konsep Gangguan Jiwa

6 Gangguan jiwa adalah suatu ketidakberesan kesehatan psikologis atau perilaku terkait dengan penderitaan yang nyata dan kinerja yang buruk, dan disebabkan oleh gangguan biologis, sosial, psikologis, genetik, fisis, atau kimiawi (Maramis, 2005). Gangguan jiwa adalah suatu sindroma yang terjadi pada seseorang dimana seseorang tidak mampu mengendalikan diri dalam menghadapi stressor dilingkungan sekitar, dan tidak mampu mempertahankan kondisi fisik, mental dan intelektual (Sheil, L, 2008). Penyebab Gangguan Jiwa Menurut Coleman, dan Carson dalam Baihaqi, dkk (2008) ada beberapa penyebab gangguan jiwa yaitu: a. Penyebab Primer (primary cause) Adalah faktor yang menyebabkan gangguan jiwa, dan tanpa faktor tersebut gangguan jiwa tidak akan bisa muncul. b. Penyebab yang menyiapkan (predispoaing cause) Adalah faktor yang menyebabkan seseorang rentan terhadap salah satu bentuk gangguan jiwa. c. Penyebab pencetus (precipitating cause) Kejadian-kejadian traumatik yang langsung dapat menyebabkan gangguan jiwa atau kondisi yang tidak tertahankan bagi indifidu dan akhirnya mencetuskan gejala gangguan jiwa. d. Penyebab yang menguatkan (reinforcing cause) Kondisi yang cenderung mempertahankan atau memperteguh tingkah laku salah yang sudah terjadi. e. Sirkulasi faktor-faktor penyebab (multiple cause) Adanya faktor-faktor penyebab yang kompleks serta saling mempengaruhi. Gangguan jiwa jarang disebabkan oleh satu penyebab tunggal, bukan sebagai hubungan sebab akibat, melainkan saling mempengaruhi. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Mengkonsumsi Obat Antipsikotik Dari teori yang sudah dijabarkan tentunya ada keterkaitan dari dukungan keluarga dengan kepatuhan mengkonsumsi obat. Gangguan jiwa adalah gangguan pada fungsi mental, yang meliputi emosi, pikiran, prilaku, motivasi daya tilik diri dan persepsi yang menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi sehingga mengganggu seseorang dalam proses hidup dimasyarakat. (Nasir dan Muhith 2010). Hal lain yang bisa memperpanjang proses perawatan gangguan jiwa yang dialami oleh pasien, antara lain penderita tidak minum obat dan tidak kontrol ke dokter secara teratur, menghentikan sendiri obat tanpa persetujuan dari dokter. Selain itu, pasien sering mengatakan sudah minum obat, padahal obatnya disimpan disaku baju, terkadang dibuang, dan beberapa pasien sering meletakkan obat dibawah lidahnya. Oleh karena itu dukungan keluarga sangat diperlukan oleh penderita gangguan jiwa dalam memotivasi mereka selama perawatan dan pengobatan. Diharapkan dengan adanya dukungan dari keluarga kepatuhan

7 mengkonsumsi obat dan respons sosial (emosional) pasien akan lebih baik, dimana respon emosi, kecemasan dan interaksi sosialnya menjadi lebih positif (Yosep, 2009). Kerangka Konsep V. Bebas V. Terikat Dukungan keluarga 1. Baik 2. Cukup 3. kurang Gambar 1 Kerangka Konsep Hipotesis Confounding faktor 1. Status ekonomi 2. Pendidikan 3. Status sosial 4. Domisili Ho : tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan mengkonsumsi obat antipsikotik Ha : ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan mengkonsumsi obat antipsikotik METODELOGI PENELITIAN Kepatuhan 1. patuh 2. cukup patuh 3. tidak patuh Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif korelalif dengan menggunakan pendekatan cross sectional untuk menggambarkan hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien di poli rawat jalan Rumah Sakit Jiwa daerah Surakarta. Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien yang mengalami gangguan jiwa di poli rawat jalan rumah sakit jiwa daerah Surakarta, yang berjumlah sekitar ±2080 pasien. Sampel adalah 95 pasien yang mengalami gangguan jiwa di poli rawat jalan rumah sakit jiwa daerah Surakarta. Instrumen Penelitian Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa kuesioner. Analisis Data Pengujian hipotesis dilakukan dengan teknik korelasi yang digunakan untuk mencari hubungan dua variabel. Untuk menguji hipotesis dilakukan dengan menetapkan taraf signifikansi yang akan digunakan (p=0,05), dimana apabila p<0,05 maka Ho ditolak. Sebaliknya bila p>0,05 maka Ho diterima. Teknik statisktik yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik non- parametris yang digunakan untuk menguji hipotesis asosiatif, yaitu dengan menggunakan rumus korelasi Spearman Rho karena kedua data penelitian ini berbentuk ordinal (Sugiyono, 2007). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Univariat Deskripsi dukungan keluarga Tabel 1. Distribusi dukungan keluarga No Dukungan Jumlah % 1. Buruk 16 17 2. Cukup 63 66

8 3. Baik 16 17 Jumlah 95 100 Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki dukungan keluarga dalam kategori cukup yaitu sebanyak 63 responden (66%), sedangkan kategori buruk dan baik masing-masing sebanyak 16 responden (17%). Deskripsi Kepatuhan Tabel 2. Distribusi Kepatuhan No Kepatuhan Jumlah % 1. Kurang 22 23 2. Cukup 59 62 3. Baik 14 15 Jumlah 95 100 Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar pasien memiliki kepatuhan mengkonsumsi obat dalam kategori cukup yaitu sebanyak 59 responden (62%) dan distribusi terendah adalah baik sebanyak 14 responden (15%). Analisis Bivariat Hubungan dukungan dengan kepatuhan Tabel 3. Hasil Uji Spearman Rho Variabel rho hitung p-v Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan 0,335 0,001 Hasil uji spearman rho diperoleh nilai rho hitung sebesar 0,335 dengan tingkat signifikansi (p-value) sebesar 0,001. Karena nilai p-value lebih kecil dari 0,05 (0,001 < 0,05) maka keputusan uji adalah H 0 ditolak, sehingga disimpulkan terdapat hubungan dukungan pada pasien yang mengalami gangguan jiwa di poli rawat jalan Rumah Sakit jiwa Daerah Surakarta, yaitu semakin baik dukungan keluarga maka tingkat kepatuhan mengkonsumsi obat semakin meningkat. Pembahasan Dukungan Keluarga Hasil penelitian menunjukkan dukungan keluarga terhadap kepatuhan mengkonsumsi obat adalah cukup (63%). Bentuk dukungan keluarga terhadap pasien gangguan jiwa di RSJD Surakarta antara lain menyiapkan obat, mengawasi pasien ketika minum obat, mengingatkan pasien ketika tiba waktu untuk minum obat, mengantarkan pasien untuk kontrol, dan membeli obat ketika obat habis. Dukungan keluarga terhadap pasien gangguan jiwa di RSJD Surakarta yang kurang baik juga diungkapkan oleh perawat, yaitu keluarga ketika mengantarkan pasien hanya sekedar mengantarkan pasien untuk kontrol dan mengambil obat, keluarga tidak memiliki inisiatif untuk menanyakan keadaan perkembangan pasien. Berdasarkan hasil analisis data didapatkan bahwa tingkat dukungan keluarga terhadap kepatuhan pasien mengkonsumsi obat adalah baik, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, tingkat pendidikan responden menunjukkan terdapat 55% responden memiliki pendidikan SMP hingga perguruan tinggi, dalam hal ini tingkat pendidikan berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk merespon informasi tentang kesehatan dan mengimplementasikannya dalam tindakan-tindakan kesehatan.

9 Menurut Feuer Stein, et al dalam Niven, (2002) menyatakan bahwa tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional. Tingkat pendidikan keluarga pasien adalah membantu pasien dalam memahami pentingnya kepatuhan mengkonsumsi obat. Kedua, hubungan responden dengan pasien. Distribusi hubungan responden dengan pasien menunjukkan sebagian besar responden adalah sebagai orang tua pasien (42%), hubungan responden dengan pasien adalah keluarga inti. Friedman (1998) mengemukakan bahwa salah satu dukungan keluarga yaitu dukungan penilaian, Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah. Kemampuan keluarga dalam memberikan bimbingan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan. A. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Mengkonsumsi Obat Antipsikotik Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan dukungan pada pasien yang mengalami gangguan jiwa di poli rawat jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Pengujian hipotesis yaitu tentang adanya hubungan dukungan menggunakan uji Spearman rho. Hasil uji spearman rho diperoleh nilai rho hitung sebesar 0,335 dengan tingkat signifikansi (p-value) sebesar 0,001. Karena nilai p-value lebih kecil dari 0,05 (0,001 < 0,05) maka keputusan uji adalah H 0 ditolak, sehingga disimpulkan terdapat hubungan dukungan pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di poli rawat jalan Rumah Sakit jiwa Daerah Surakarta. Berdasarkan nilai koefisien korelasi yang positif, maka hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan mengkonsumsi obat antipsikotik adalah searah, artinya semakin baik dukungan keluarga maka tingkat kepatuhan semakin meningkat. Timbulnya gangguan jiwa menyebabkan seseorang tidak sanggup menilai dengan baik kenyataan dan tidak dapat lagi menguasai dirinya dalam semua tindakannya. Hal tersebut terjadi pula pada kemampuan pasien gangguan jiwa pada penelitian ini. Pasien gangguan sakit jiwa umumnya tidak dapat mengurusi kesehatannya, sehingga ia memerlukan bantuan orang lain. Keterbatasan pasien gangguan jiwa dalam mematuhi kebutuhan pengobatan antara lain berhubungan dengan waktu mengkonsumsi obat, jenis obat yang dikomsumsi, dan waktu untuk kontrol. Peran keluarga terhadap pasien gangguan jiwa sebagaimana dikemukakan oleh Julie et.al (2009) yang menyatakan bahwa perhatian dan perawatan keluarga memiliki efek terhadap penurunan tingkat depresi pasien depresi di Connecticut Amerika. Penelitian lain

10 yang dilakukan oleh Wayne et.al (2007) menyimpulkan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi pemenuhan pengobatan pasien skizofrenia adalah tingkat skizofrenia, tindakan pengobatan, pemberian obat, dan dukungan keluarga. Hasil wawancara peneliti terhadap responden diketahui bahwa bentuk-bentuk dukungan keluarga antara lain mereka senantiasa mengawasi ketika pasien mengkonsumsi obat, dimana keluarga selalu meminta pasien untuk menghabiskan obat. Keluarga juga berupaya untuk mampu memenuhi kebutuhan obat-obatan yang dibutuhkan oleh pasien sesuai dengan dosis dan waktu. Keluarga juga berupaya untuk senantiasa memantau perkembangan kesehatan pasien, sehingga jika terjadi perubahan kesehatan, maka keluarga dapat segera melakukan tindakan-tindakan yang terbaik. Peneliti menyimpulkan terdapat hubungan dukungan pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di poli rawat jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Akbar (2008) tentang hubungan dukungan sosial keluarga terhadap tingkat kekambuhan penderita skizofrenia di RS Grhasia Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan antara dukungan sosial keluarga terhadap tingkat kekambuhan skizofrenia adalah signifikan. Penelitian lain dilakukan oleh Prinda (2010) tentang hubungan antara dukungan keluarga dengan keberfungsian sosial pada pasien skizofrenia pasca perawatan di rumah sakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara variabel dukungan keluarga dengan keberfungsian sosial. Hal ini bermakna bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan pasien minum obat. Dapat disimpulkan semakin tinggi dukungan keluarga dalam pengawasan minum obat maka kepatuhan pasien dalam minum obat juga semakin tinggi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu perawat dan keluarga untuk memberikan informasi yang benar dan mendukung perawatan pasien dengan gangguan jiwa. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan dukungan mengkonsumsi obat pada pasien gangguan jiwa di RSJD Surakarta. Hasil penelitian ini ternyata tidak sejalan dengan hasil penelitian Elain (2010), dimana penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan persepsi keterlibatan pengobatan pasien. Tidak adanya hubungan tersebut disebabkan adanya kecenderungan penurunan hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan mengkonsumsi obat ditinjau dari sudut pandang waktu. Keterlibatan keluarga dapat berdampak secara signifikan ketika berlangsung pada waktu singkat, namun ketika dukungan keluarga dengan pasien berlangsung lama, maka dampak keterlibatan keluarga terhadap kepatuhan pasien cenderung menurun. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Dukungan keluarga dalam pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di

11 poli rawat jalan Rumah Sakit jiwa Daerah Surakarta adalah cukup yaitu sebesar (66%). 2. Kepatuhan mengkonsumsi obat antipsikotik pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di poli rawat jalan Rumah Sakit jiwa Daerah Surakarta adalah cukup yaitu sebesar (62%). 3. Terdapat hubungan dukungan pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di poli rawat jalan Rumah Sakit jiwa Daerah Surakarta. Saran 1. Bagi Petugas Kesehatan Perawat hendaknya senantiasa memotivasi orang tua atau keluarga untuk terus mendukung proses perawatan pasien dirumah, yaitu dengan meningkatkan kepedulian dan dukungan keluarga, misalnya dengan aktif mengawasi perkembangan kesehatan pasien, dan mengawasi konsumsi obat oleh pasien. 2. Bagi Keluarga Keluarga hendaknya selalu meningkatkan dukungannya kepada pasien, dengan memperhatikan perkembangan kesehatan pasien, meningkatkan komunikasi keluarga dengan pasien, dan berusaha memenuhi segala kebutuhan yang diperlukan pasien dalam pengobatannya. 3. Bagi Masyarakat Masyarakat hendaknya menghilangkan asumsi bahwa orang yang mengalami gangguan jiwa tidak dapat sembuh, sehingga masyarat diharapkan ikut berperan serta dalam proses penyembuhan pasien. Masyarakat dapat membantu keluarga memberikan bantuan baik motivasi maupun finansial sehingga proses pengobatan pasien dapat dilakukan keluarga pasien dengan secara maksimal. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai landasan dalam upaya menindaklanjuti hasil penelitian yang ada kearah penelitian yang lebih luas, antara lain dengan menambahkan faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat, serta penggunaan instrumen penelitian yang lebih tepat, sehingga dapat menggambarkan perilaku dukungan keluarga dan kepatuhan mengkonsumsi obat pasien secara lebih teliti.. DAFTAR PUSTAKA Akbar, M. 2008. Hubungan dukungan sosial keluarga terhadap tingkat kekambuhan penderita skizofrenia di RS Grhasia Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia. Baihaqi, Sunardi, Riksma, dan Euis. 2005. Pskiatri. Refika Aditama : Bandung. Depkes. 2007. Kesehatan Jiwa Sebagai Prioritas Global. http://www.depkes.go.id/index.p hp/berita/press-release/394- kesehatan-jiwa-sebagaiprioritas-global.html. diakses

12 pada tanggal 12 November 2011. Elain, M. Edelman. 2010. Patients Perception of Family Involvement and Its Relationship to Medication Adherence for Persons with Schizophrenia and Schizoaffective Disorders. Journal. New Jersey: The State University of New Jersey. Hawari, D, 2001. Pendekatan holistik pada gangguan jiwa. Jakarta : FKUI Julie Robinson, Richard Fortinsky, Alison Kleppinger, Noreen Shugrue, and Martha Porter. 2009. A Broader View of Family Caregiving: Effects of Caregiving and Caregiver Conditions on Depressive Symptons, Health, Work, and Social Isolation. Oxford Journal. Oxford University Press on behalf of The Gerontological Society of America. Maramis, w. F., 2005. Catatan ilmu kedokteran jiwa. Edisi 9. Surabaya : Airlangga Universitas press. Nasir, A & Muhith, A. 2011. Dasar- Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika. pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu Sheila, L, 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. EGC. Jakarta. : Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta : Bandung Wayne S. Fenton, Crystal R. Blyler, and Robert K. Heinssen. 2007. Determinants of Medication Compliance in Schizophrenia: Empirical and Clinical Findings. Schizophrenia Bulletin. West Montgomery Ave. Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Refika Aditama. Bandung *Rega Saputra: Mahasiswa S1 Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura ** Arif Widodo, A.Kep., M.Kes: Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura. ** Vinami Yulian, S.Kep, Ns: Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura Niven, Neil. 2002. Psikologi Kesehatan. Jakarta : EGC Mayang, 2010. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Keberfungsian Sosial Pada Pasien Skizofrenia Pasca Perawatan di Rumah Sakit. Skripsi Semarang: Universitas Diponegoro Setiadi. 2008. Konsep dan proses keperawatan keluarga, Edisi