BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah suatu sindroma defisitneurologis yang terjadi secara mendadak.stroke merupakan salah satu penyebab utama kematian pada orang dewasa dengan jumlah penderita semakin meningkat setiap tahun.stroke dibedakan menjadi stroke perdarahan dan stroke iskemik.stroke iskemikmerupakan jenis stroke terbanyak, yang merupakan 85% dari keseluruhan kasus stroke.berdasarkan penyebabnya, stroke iskemik dibagi menjadi stroke trombotik, stroke embolik dan infark lakunar (Ilyas,et al., 2009; Thurman, et al., 2002). Stroketrombotik disebabkan oleh komplikasi aterosklerosis, yang menyumbat pembuluh darah serebroservikal sehingga menurunkan suplai darah ke otak, sedangkan infark lakunar disebabkan oleh sumbatan pada cabang-cabang arteri penetrans yang berukuran kecil. (Brown, et al.,1988;thurman,et al., 2002). Proses terbentuknya aterosklerosisdapat dilihat secara dini dari penebalan tunika intima-media (intima-media thickness (IMT)). Secara umum, IMT arteri karotis komunis diterima sebagai penanda pengganti dan indikator awal aterosklerosis umum (Bots, et al., 1997; Coll, et al., 2008; Rosvall, et al., 2005). Peningkatan IMT arteri karotis komunis berhubungan dengan faktor risiko stroke dan kejadian kardiovaskuler; dan dengan aterosklerosisdi tempat lain dari sistem arteri, sehingga dijadikan indikator adanya aterosklerosis secara umum, dan prediktor non invasif untuk terjadinya stroke iskemik yang akan datangmaupun stroke berulang. Pasien dengan stroke iskemikmempunyai prevalensi tinggi adanya 1
2 plak karotis.ketebalan tunika intima-media arteri karotis komunis berhubungan dengan kejadian stroke dan faktor risiko kardiovaskuler, bahkan dalam kondisi tidak adanya plak (Bots, et al., 1997; Chambless, et al., 2000; Coll, et al., 2008). Penelitian mengenai hubungan antara IMT arteri karotis komunis dengan luas daerah infark telah dilakukan oleh beberapa peneliti, dengan hasil yang berbeda. Penelitian Cupini, et al., Pruissen, et al.,dalam Mutu, et al., 2012,menunjukkan IMT arteri karotis komunis lebih tinggi pada pasien dengan stroke non lakunar dibandingkan dengan stroke lakunar. Sedangkan penelitian Touboul, et al., Nagai, et al. dan Nishiyama, et al.,juga di dalam Mutu, et al., 2012tidak menunjukkan adanya perbedaan IMT arteri karotis komunisantara pasien stroke non lakunar dengan stroke lakunar (Mutu, et al., 2012). Pengukuran IMT arteri karotis komunisdilakukan menggunakan ultrasonografi (USG) B-mode.Pemeriksaan ini merupakan teknik non-invasif dan reliable,dan telah menjadi prosedur standar pada banyak penelitian (Coll,et al., 2008; Rosfors,et al., 1998; Stein, et al., 2007).
3 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan tersebut di atas, dapat diringkas beberapa hal sebagai berikut : 1. Stroke iskemik merupakanpenyakit yang sering terjadi dan kejadiannya semakin meningkat. 2. Penyebab utamastroke iskemik adalah komplikasi proses aterosklerosis. 3. Proses terbentuknya aterosklerosisdapat dilihat secara dini dari penebalan tunika intima-media arteri karotis komunis. 4. IMT arteri karotis komunis merupakan prediktor non invasif untuk terjadinya stroke iskemik yang akan datang maupun stroke berulang. 5. Terdapat perbedaan hasil penelitian mengenai hubungan antara IMT arteri karotis komunis dengan luas infark. Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini akan difokuskan pada korelasi antara IMT arteri karotis komunis denganluas infark pada stroke iskemik serta melihat lokasi infark. C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: apakah terdapat korelasi antara penebalan tunika intima-media arteri karotis komunis dengan luas infark pada penderita stroke iskemik?
4 D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara penebalan tunika intima-media arteri karotis komunisdengan luas infark pada penderita stroke iskemik. E. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui korelasi antaraimt arteri karotis komunisdengan luas infark pada penderita stroke iskemik. 2. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam penatalaksanaan pasien stroke iskemik. 3. Secara medis menunjukkan pentingnya pemeriksaan IMT arteri karotis komunis, sebagai penanda dini aterosklerosis yang merupakan penyebab utama penyakit serebrovaskuler. 4. Bagi pendidikan dan penelitian, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu dasar untuk penelitian selanjutnya, khususnya sebagai dasar teori atau sumber pustaka. F. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian mengenai hubungan antara IMT arteri karotis komunisdengan kejadian stroke iskemikdan subtipe stroke, diantaranya dapat dilihat pada tabel 1 dan 2.Penelitian yang kami lakukan berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam hal populasi, tempat dan desain penelitian.
5 Tabel 1.Penelitian mengenai hubungan antara ketebalan tunika intima-media arteri karotis komunisdengan kejadian stroke iskemik. Peneliti, tahun Subyek /Desain Hasil Bots, et al., 1997 (Rotterdam Study) Chambless, et al., 2000 (ARIC study) Rosvall, et al., 2005 Tsivgoulis, et al., 2006 * 7983 pasien * Usia > 55 tahun * Cohort (3 tahun) *15792 pasien * Usia 45-64 tahun * Cohort (6-9 th) * 5163 pasien * Usia 46-86 tahun * Cohort (7 tahun) * 238 pasien stroke iskemik pertama * Cohort (6-60 bl) Peningkatan IMT karotis berhubungan dengan kejadian serebrovaskuler dan kardiovaskuler yang akan datang Rerata IMT karotis merupakan prediktor non invasif kejadian stroke iskemik yang akan datang IMT karotis berhubungan dengan kejadian stroke, walapun tidak ada plak Peningkatan IMT karotis berhubungan dengan risiko tinggi stroke recurrent dalam jangka panjang Tabel 2.Penelitian hubungan ketebalan tunika intima-media arteri karotis komunisdengan small vessel disease dan large vessel disease. Cupini Pruissen Mutu Touboul Nagai et al. et al. et al. et al. et al. Jumlah subyek 192 532 430 207 185 Rerata usia 70.3 62 64.67 65 64 Rerata IMT pada SVD 0,91 0,92 1,04 0,80 0,91 Rerata IMT pada LVD 1,04 1,08 1,14 0,83 0,92 Sistem klasifikasi TOAST peneliti TOAST peneliti peneliti Bamford (Mutu, 2012)