BAB I PENDAHULUAN. antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks

dokumen-dokumen yang mirip
PERANAN MGMP PENJAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU PENJAS. Oleh. Drs. Andi Suntoda S., M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya secara profesional terus-menerus mencapai tujuan sesuai dengan. dari Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Depdiknas, 2008: 4).

BAB I PENDAHULUAN. menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dari pengalaman negara-negara maju di dunia ini, tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengembangkan diri berdasarkan potensi yang dimiliki. Penigkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. internasional bukan lagi lokal atau nasional (Permadi, 2007). Untuk menjawab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian . Josie Fitri Handayani, 2013

Organisasi Profesi. Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Organisasi Profesi Keguruan. Afid Burhanuddin

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang telah diajarkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional). Pelaksanaan pendidikan di Indonesia masih mengalami

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

KOMPARASI PROSES SUPERVISI KLINIS DITINJAU DARI SERTIFIKASI DAN MASA KERJA KEPALA SEKOLAH SD/MI KECAMATAN KEDUNGTUBAN BLORA TESIS

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kinerja Sumber

BAB I PENDAHULUAN. formal atau nonformal. Kedua pendidikan ini jika ditempuh dan dilaksanakan

PERANAN SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN *) Oleh: Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M. Pd. **)

BAB I PENDAHULUAN. Gunung Jati, Bandung, 1997, hlm

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Hasanah Ratna Dewi, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan profesional secara maksimal. Hal ini disebabkan karena guru

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah mempercepat pencanangan millenium development goals,

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang lebih terbuka, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang paling penting dalam membentuk

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah

Strategi Pemberdayaan dan Pengembangan KKG dalam Upaya Pembinaan Profesi Guru Sekolah Dasar PENGEMBANGAN MANAJEMEN KKG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

P., 2015 PENGARUH PEMBERIAN TUNJANGAN PROFESI TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMPN SE-RAYON 03 KABUPATEN GARUT

Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia.

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

MANAJEMEN PENGELOLAAN MGMP

BAB I PENDAHULUAN. Guru merupakan ujung tombak pendidikan. Sebagai pendidik, guru

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB I. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut membahas mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan, yang jelas disadari bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rendahnya kualitas pendidik di Indonesia merupakan cerminan rendahnya

STUDI TENTANG PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA NEGERI 11 MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

KESEJAHTERAAN GURU. A. Pengertian Kesejahteraan. Kesejahteraan atau sejahtera dapat memiliki empat arti.

(Invited Speaker dalam Seminar Nasional di Universitas Bengkulu, 29 Nopember 2009)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam upaya membantu siswa untuk mencapai tujuan, maka guru harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. acuan dari kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu perlu ditingkatkan, di

PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN GURU BK MELALUI PENILAIAN KINERJA DAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN. Siti Fitriana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek sosial dari program pembangunan

PROGRAM KERJA KKG GUGUS IV JATIWARAS TAHUN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya keterampilan intelektual, sosial, dan personal. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan bahwa keunggulan suatu bangsa bertumpu pada keunggulan

UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi professional para guru dan pengelola sekolah. pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dessy Asri Astrianty, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah

2015 KOMPETENSI PED AGOGIK D AN KUALITAS MENGAJAR GURU SEKOLAH D ASAR D ITINJAU D ARI LATAR BELAKANG PEND ID IKAN GURU LULUSAN PGSD D AN NON-PGSD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. profesionalnya, dan sebaliknya kinerja yang di bawah standar kerja

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah sebuah sistem yang kompleks dimana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Diperlukan adanya pengelolaan, penataan, dan pengaturan ataupun kegiatan yang

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi yang melanda dunia membawa berbagai konsekuensi logis bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21 ini Indonesia dihadapkan pada masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi canggih yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari demi

1. PENDAHULUAN. merupakan sarana mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tercantum dalam

MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU SMA DI KOTA BATU

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

BAB I PENDAHULUAN. Teras, 2009), hlm Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi dan Aplikasi, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pendidikan untuk mewujudkan tujuannya. Guru

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perubahan zaman, semakin maju pula peradaban dunia yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang harus diperhatikan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan ujung tombak dalam mempersiapkan generasi yang handal, karena pendidikan diyakini dapat mendorong memaksimalkan potensi siswa. Melalui pendidikan potensi siswa akan terus digali agar muncul insan yang handal untuk dapat bersikap kritis, logis dan inovatif dalam menghadapi dan menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapinya. Kunci utama dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah optimalisasi sumber daya manusia (SDM) terutama guru. Guru diharapkan melaksanakan pembelajaran dengan optimal dan profesional (Aries, 2009: 1). Kualitas pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 S D di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program. Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (Irfan, 2010: 4). 1

2 Salah satu penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia disebabkan karena rendahnya kualitas guru. Keadaan guru di Indonesia juga memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat. Bukan itu saja, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar. Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan guru itu sendiri. Data Balitbang Depdiknas (1998) menunjukkan dari sekitar 1,2 juta guru SD/MI hanya 13,8% yang berpendidikan diploma D2-Kependidikan ke atas. Selain itu, dari sekitar 680.000 guru SLTP/MTs baru 38,8% yang berpendidikan diploma D3- Kependidikan ke atas. Di tingkat sekolah menengah, dari 337.503 guru, baru 57,8% yang memiliki pendidikan S1 ke atas. Di tingkat pendidikan tinggi, dari 181.544 dosen, baru 18,86% yang berpendidikan S2 ke atas (3,48% berpendidikan S3) (Sukasmo, 2011: 2). Elemen pembelajaran yang sangat penting bagi sekolah ialah guru sendiri. Guru bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didiknya. Semua kegiatan yang dilakukan dalam interaksi pembelajaran selalu terarah kepada tujuan pembelajaran secara optimal. Jadi tujuan yang akan dicapai merupakan patokan atau batas-batas dari kegiatan interaksi proses belajar mengajar. Guru sebagai penyelenggara dalam proses belajar mengajar di sekolah sudah mempersiapkan segala sesuatunya, seperti bahan, metode yang dipakai, dan perlengkapan lain

3 sebagai faktor pendukung yang dipakai dalam proses pendidikan. Dalam kerangka pencapaian tujuan pendidikan secara umum, maka guru merupakan faktor penting, dengan demikian guru harus dapat memberikan pengetahuan baik dalam jam pelajaran maupun tambahan di luar jam pelajaran (Sardiman, 2008: 143). Karena pentingnya guru dalam proses pendidikan, maka dalam rangka pencapaian hasil dan proses pembelajaran seperti yang diharapkan, maka upaya pertama yang harus dilakukan adalah memposisikan guru sebagai pekerja yang profesional. Guru merupakan pekerjaan profesional, karena guru telah memenuhi ciri-ciri pokok dari pekerjaan profesional: (a) Pekerjaan profesional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang hanya diperoleh dari lembagalembaga pendidikan yang sesuai, sehingga kinerjanya didasarkan kepada keilmuan yang dimilikinya. Seorang dokter, psikolog, saintis, ekonom, dan berbagai profesi lainnya dihasilkan dari lembaga-lembaga pendidikan yang relevan dengan profesi tersebut, (b) Suatu profesi menekankan kepada suatu keahlian dalam bidang tertentu yang spesifik sesuai dengan jenis profesinya, (c) Tingkat kemampuan dan keahlian suatu profesi didasarkan kepada latarbelakang pendidikan yang dialaminya yang diakui oleh masyarakat, sehingga semakin tinggi latarbelakang pendidikan akademik sesuai profesinya, semakin tinggi pula tingkat keahliannya (Muhibbuddin, 2009: 2). Guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksudkan dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada pasal 4 tertulis guru berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen

4 pembelajaran berfungsi meningkatkan mutu pendidikan nasional. Guru yang profesional tentu memiliki kompetensi dalam bidangnya. Disamping memiliki kompetensi tertentu, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial (Yusuf, 2011: 4). Pengembangan dan peningkatan mutu profesionalitas guru Indonesia bukan persoalan mudah dan jangka pendek, melainkan persoalan pelik dan jangka panjang. Oleh karena itu, baik guru, masyarakat dan pemerintah harus bersinergi dan berkomitmen untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu profesionalitas guru. Hal ini harus dilakukan secara berkelanjutan, tidak boleh hanya sekali jadi, karena profesionalitas guru terus berkembang, tidak pernah mengenal kata berhenti. Tanpa profesionalitas, guru tidak mungkin diharapkan menjadi pemicu utama peningkatan mutu pendidikan khususnya pembelajaran (Wiyono, 2006). Rendahnya mutu pendidikan merupakan cerminan rendah atau kurangnya mutu profesionalitas guru. Hal ini disebabkan oleh: (1) Masih cukup banyak guru Indonesia yang tidak berlatar belakang pendidikan sesuai dengan ketentuan dan bidang studi yang dibinanya. (2) Masih banyak guru Indonesia yang memiliki kompetisis rendah dan memprihatinkan. (3) Masih banyak guru yang kurang terpacu dan termotivasi untuk memberdayakan diri, mengembangkan profesionalitas diri atau memutakhirkan pengetahuan mereka secara terusmenerus dan berkelanjutan, namun cukup banyak guru yang rajin mengurus kenaikan pangkat mereka dan sangat rajin pula mengikuti program-program pendidikan kilat atau jalan pintas yang dilakukan oleh berbagai lembaga pendidikan. (4) Masih sangat banyak guru Indonesia yang kurang terpacu,

5 terdorong, dan tergerak secara pribadi untuk mengembangkan profesi mereka sebagai guru Rasio (2006: 2). Profesionalisme guru merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi, seiring dengan semakin ketatnya persaingan di era globalisasi sekarang ini diperlukan orang-orang yang memang benar-benar ahli di bidangnya, sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya agar setiap orang dapat berperan secara maksimal, termasuk guru sebagai sebuah profesi yang menuntut kecakapan dan keahlian tersendiri. Profesionalisme tidak hanya karena faktor tuntutan dari perkembangan jaman, tetapi pada dasarnya juga merupakan suatu keharusan bagi setiap individu dalam kerangka perbaikan kualitas hidup manusia. Profesionalisme menuntut keseriusan dan kompetensi yang memadai, sehingga seseorang dianggap layak untuk melaksanakan sebuah tugas (Tika, 2011: 3). Usaha pembinaan profesional guru ekonomi, setiap Kabupaten/Kota dibentuk Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang anggotanya semua guru mata pelajaran ekonomi di wilayah yang bersangkutan, dimaksudkan sebagai wadah pembinaan profesional bagi guru dalam upaya meningkatkan kemampuan profesional guru ekonomi khususnya dalam melaksanakan dan mengelola pembelajaran. Dalam MGMP selain mendapatkan pembinaan secara langsung oleh Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah juga dari para Tutor dan Guru Pemandu Mata Pelajaran (Anonim, 2006: 12). Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) merupakan suatu forum atau wadah profesional guru mata pelajaran yang berada pada suatu wilayah kabupaten/kota/kecamatan/. Ruang lingkupnya meliputi guru mata pelajaran pada

6 SMA Negeri dan Swasta, baik yang berstatus Pegawai Negri Sipil maupun Swasta atau guru tidak tetap/honorarium. Prinsip kerjanya adalah cerminan kegiatan "dari, oleh, dan untuk guru" dari semua sekolah. Atas dasar ini, maka MGMP merupakan organisasi nonstruktural yang bersifat mandiri, berasaskan kekeluargaan, dan tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan lembaga lain (Mangkoesapoetra, 2009: 2). Tujuan diselenggarakannya Musyawarah Guru Mata Pelajaran(MGMP) ialah : Pertama, untuk memotivasi guru guna meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam merencanakan, melaksanakan, dan membuat evaluasi program pembelajaran dalam rangka meningkatkan keyakinan diri sebagai guru profesional; Kedua, untuk menyatakan kemampuan dan kemahiran guru dalam melaksanakan pembelajaran sehingga dapat menunjang usaha peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan; Ketiga, untuk mendiskusikan permasalahan yang dihadapi dan dialami oleh guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan mencari solusi alternatif pemecahannya sesuai dengan karakteristik mata pelajaran masing-masing, guru, kondisi sekolah, dan lingkungannya; Keempat, untuk membantu guru memperoleh informasi teknis edukatif yang berkaitan dengan kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi, kegiatan kurikulum, metodologi, dan sistem pengujian yang sesuai dengan mata pelajaran yang bersangkutan; Kelima, saling berbagi informasi dan pengalaman dari hasil lokakarya, simposium, seminar, diklat, classroom action research, referensi, dan lain-lain kegiatan profesional yang dibahas bersama-sama; Keenam, mampu menjabarkan dan merumuskan agenda reformasi sekolah (school reform),

7 khususnya focus classroom reform, sehingga berproses pada reorientasi pembelajaran yang efektif (As ari, 2011: 5). Tantangan yang harus dihadapi oleh MGMP pada era peradaban global seperti saat ini memang makin rumit dan kompleks. Dalam situasi demikian, MGMP dituntut untuk bersikap tanggap dan responsif terhadap berbagai masalah yang terjadi dan memiliki komitmen yang tinggi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Terbentuknya Pokja MGMP merupakan salah satu upaya nyata dan komitmen para pengurus untuk menyelesaikan berbagai masalah pendidikan yang terjadi di lingkungan masing-masing. Pertemuan MGMP pada setiap Pokja yang difasilitasi oleh pengurus MGMP dan guru pemandu, baik secara rutin maupun insidental, diharapkan bisa menjadi wadah yang tepat untuk berdiskusi, berinteraksi, dan bercurah pikir tentang berbagai persoalan yang dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran. Dengan cara demikian, guru dari berbagai sekolah bisa saling bertukar dan berbagi pengalaman sehingga secara bertahap bisa mengatasi masalah pendidikan yang dihadapi (Tuhusetyo, 2011: 2). Tujuan dibentuknya Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) ekonomi SMA Kota salatiga adalah memberi wadah bagi guru-guru Ekonomi Kota Salatiga untuk melakukan kegiatan dari, untuk dan oleh kita antara lain: (1) Memotivasi guru untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam merencanakan, pembelajaran melaksanakan dan membuat evaluasi program kegiatan dalam rangka meningkatkan keyakinan diri sebagai guru profesional (2) Membantu guru untuk memperoleh informasi dari berbagai sumber ( hasil lokakarya, seminar, workshop, kegiatan kurikulum, dan lain-lain).

8 (3) Membantu guru memecahkan/mendiskusikan permasalahan yang diperoleh guru dilapangan pada saat melaksanakan tugas sehari-hari. (4) Menyetarakan kemampuan dan kemahiran guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran Ekonomi, sehingga dapat menunjang usaha peningkatan pemerataan mutu pendidikan. (5) Memotivasi guru agar mampu menjabarkan/ merumuskan agenda reformasi sekolah (School reform), khususnya focus classroom reform, sehingga terproses reorientasi pembelajaran yang efektif dan efisien (6) Mengembangkan kultur kelas yang kondusif sebagai tempat proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan dan mencerdaskan siswa, dan (7) Membangun kerjasama dengan masyarakat sebagai mitra guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar (Anonim, 2005: 5). Dengan terbentuknya Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Ekonomi SMA di Kota Salatiga, terbukti mempunyai peran penting dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pengelolaan pembelajaran, dan melakukan evaluasi hasil belajar. Namun dalam kenyataannya belum semua guru ekonomi memanfaatkan wadah MGMP untuk menyelesaikan permasalahan, dengan kata lain MGMP belum sepenuhnya dimanfaatkan secara maksimal oleh guru ekonomi, sehingga RPP, proses pembelajaran, dan evaluasi belajar cenderung mengikuti sketsa sekolah lain. Dari uraian di atas dalam penelitian ini peneliti ingin meneliti Dinamika Organisasi MGMP Ekonomi di Kota Salatiga.

9 B. Fokus Penelitian Berdasarkan uraian dalam latar belakang penelitian tersebut di atas, dalam penelitian ini fokus penelitiannya adalah bagaimana karakteristik dinamika organisasi MGMP ekonomi di Kota Salatiga, fokus tersebut dijabarkan menjadi 3 subfokus sebagai berikut. 1. Bagaimana karakteristik struktur organisasi MGMP ekonomi di Kota Salatiga? 2. Bagaimana karakteristik hubungan profesional guru dalam organisasi MGMP ekonomi di Kota Salatiga? 3. Bagaimana karakteristik nilai hubungan kerja guru dalam organisasi MGMP ekonomi di Kota Salatiga? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan fokus penelitian maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1. Karakteristik struktur organisasi MGMP ekonomi di Kota Salatiga. 2. Karakteristik hubungan profesional guru dalam organisasi MGMP ekonomi di Kota Salatiga. 3. Karakteristik nilai hubungan kerja guru dalam organisasi MGMP ekonomi di Kota Salatiga.

10 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Sebagai tambahan literatur dalam dunia pendidikan untuk memperkaya teori tentang pembelajaran dan evaluasi hasil belajar, dan sebagai bahan acuan penelitian lebih lanjut tentang profesionalisme guru. 2. Manfaat Praktis a. Kepala Sekolah Hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan oleh kepala sekolah sebagai bahan masukan dalam mengambil kebijakan terkait dengan upaya peningkatan profesionalitas guru ekonomi, khususnya di SMA melalui kegiatan MGMP. b. LPMP atau Dinas Pendidikan Sebagai masukan bagi SMA Negeri di Kota Salatiga, dalam upaya peningkatan kemampuan pengelolaan pembelajaran guru, dan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pengembangan profesionalisme guru. c. Guru Sebagai masukan bagi guru dalam upaya meningkatkan profesionalitas melalui kegiatan MGMP. d. Warga Sekolah Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan bagi semua warga sekolah terkait dengan profesionalitas guru.

11 E. Daftar Istilah 1. Dinamika : Kekuatan yang dimiliki sekumpulan orang di masyarakat yang dapat menimbulkan perubahan di tata hidup masyarakat 2. Dinamika Organisasi : Suatu organisasi yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota yang satu dan berlangsung pada situasi yang dialami. 3. Holistik : Cara pendekatan pada suatu masalah atau gejala dengan memandang masalah atau gejala itu sebagai suaatu kesatuan yang utuh. 4. Profesional : Memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya. 5. Profesionalitas : Kemampuan untuk bertindak secara profesional 6. Terintegrasi : Pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh 7. Formatur : Orang yang di tugasi untuk membentuk suatu badan 8. Reorientasi : Peninjauan kembali wawasan (untuk penentuan sikap)