BAB I PENDAHULUAN. dengan peran Kartini, sekarang wanita sudah bisa mencapai pendidikan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dari dalam maupun dari luar individu. Havighurst yang dikutip (Hurlock,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Siswoyo (2007) mahasiswi adalah individu yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. membawa suatu perubahan yang positif untuk menyampaikan aspirasi rakyat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Profil Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) UIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih besar, sebab seiring dengan bertambahnya usia seseorang maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, setiap manusia diciptakan sebagai makhluk

CINDERELLA COMPLEX PADA MAHASISWI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. muda (youth) adalah periode kesementaraan ekonomi dan pribadi, dan perjuangan

Renungan untuk Hari Kartini MEMBANGUN KONSEP DIRI PEREMPUAN YANG ADIL GENDER Oleh Nenden Lilis A.

PERCEPTION ABOUT THE SYSTEM EDUCATE PERMISIF OF PARENTS WITH CINDERELLA COMPLEX AT FEMALE STUDENTS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa-mahasiswi sangat beragam. Mereka dapat memilih jurusan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

Developmental and Clinical Psychology

BAB I PENDAHULUAN. mencapainya, ada beberapa cara yang perlu diperhatikan. Salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas

Nomer : Jenis Kelamin : Kuliah di : Usia : Asal daerah : Tempat tinggal di Semarang : PETUNJUK PENGISIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diharapkan oleh kelompok sosial, serta merupakan masa pencarian identitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan kaum perempuan pada tahap dewasa dini pada saat ini secara umum

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Ketakutan Sukses. Menurut Horner dalam Riyanti (2007) k etakutan untuk sukses adalah

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada orangtua dan orang-orang yang ada di lingkungannya hingga

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskriptif kuantitatif. Maka pendekatan penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri,

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan kaum akademisi yang menempati strata paling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimana pada masa tersebut merupakan periode peralihan dan perubahan. Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan dibidang akademik. Dalam dunia mahasiswa mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN CINDERELLA COMPLEX RINGKASAN. Disusun Oleh : SAPTI WULANSARI M2A005070

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Perguruan tinggi merupakan satuan penyelenggara pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda dari kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Yang berlandaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengasuhan anak merupakan kebutuhan pokok bagi orang tua dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. bersiap-siap mengakses dan menangani klien-klien lansia. Terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

BAB V PENUTUP. kelas X di SMAN 3 Malang adalah tinggi. 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat determinasi diri pada

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

PERSEPSI IBU MENOPAUSE TERHADAP AKTIVITAS SEKSUALITAS PADA MASA MENOPAUSE DI DESA JAGALAN KECAMATAN TAWANGMANGU KARANGANYAR

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

Materi kuliah e-learning HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA oleh : Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu

BAB I PENDAHULUAN. pada kejahatan dan dibiarkan seperti binatang, ia akan celaka dan binasa.

BAB IV HASIL PENELITIAN. remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA

Nomer : Fakultas : Usia : Agama :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Ketakutan akan kesuksesan terjadi pada laki-laki dan perempuan akan

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran dunia pendidikan di Indonesia untuk memberikan layanan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB I PENDAHULUAN. orang tua sejak anak lahir hingga dewasa. Terutama pada masa

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan bagi sumber daya wanita untuk berkarya. Khususnya di kota-kota besar dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menciptakan berbagai hal seperti konsep, teori, perangkat teknologi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa itu sendiri. Pada Undang-

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini adalah rumah tangga, yang dibentuk melalui suatu perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tugas merupakan suatu hal yang sangat dekat dengan perkuliahan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Pengertian dari pacaran itu sendiri adalah hubungan pertemanan antar lawan

PERAN KELUARGA INTI DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. digolongkan pada individu yang sedang tumbuh dan berkembang (Yusuf,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dengan. remaja merupakan pengembangan dan perluasan kemampuan-kemampuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan anugerah terindah yang diberikan oleh Allah SWT kepada pasangan suami dan istri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prasarana, fisik sekolah, kualitas guru, pemutakhiran kurikulum,dan juga tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang menghadapi banyak. persoalan dan konflik, termasuk diantaranya kebingungan dalam proses

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa sebelum Kartini dilahirkan, wanita Indonesia sama sekali tidak boleh melakukan aktifitas selain pekerjaan rumah tangga. Namun dengan peran Kartini, sekarang wanita sudah bisa mencapai pendidikan yang tinggi dan bekerja di luar rumah. Akhirnya wanita Indonesia sudah menyadari dirinya sebagai manusia yang mampu berprestasi sendiri, tidak tergantung kepada orang lain, lebih percaya diri, dan kurang bersikap tradisional. Wanita dewasa muda (20-40 tahun) yang memiliki motivasi tinggi dalam berprestasi dan kemampuan yang baik, kesuksesan lebih mungkin diperoleh bahkan kadang kesuksesan merupakan tujuan mereka. Hal ini menyebabkan mereka lebih mungkin untuk menghadapi konflik antara kemampuan dan motivasi berprestasi yang tinggi serta kesempatan yang dimiliki dengan tuntutan dan harapan masyarakat terhadap mereka yang sesuai dengan peran jenisnya sebagai wanita. Di satu pihak wanita tersebut memiliki kebutuhan yang besar untuk berprestasi, namun di pihak lain masyarakat masih memegang nilai tradisional bahwa wanita tidak diharapkan untuk berprestasi tinggi bagi dirinya sendiri tetapi lebih baik melayani orang lain. Sedangkan pada wanita yang memiliki motivasi berprestasi dan kemampuan yang rendah untuk mencapai kesuksesan bukan merupakan 1

2 sesuatu hal yang mudah sehingga mereka tidak terlalu mempermasalahkan kesuksesan tersebut. 1 Kemandirian wanita dianggap negatif oleh masyarakat. Hal ini akhirnya akan menimbulkan kecemasan pada wanita yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan mengurangi motivasinya sehingga mencegah mereka untuk sukses. 2 Oleh sebab itu, jenis kelamin mempengaruhi pencapaian kemandirian pada remaja. Santrok menjelaskan, bahwa orang tua yang pola pengasuhannya bergaya permissive - indifferent inkompeten secara social, mereka memperlihatkan kendali diri yang buruk dan tidak membangun kemandirian yang baik. Para developmentalis anak dengan orientasi lingkungan yang kuat mengakui bahwa anak laki-laki dan perempuan diperlakukan secara berbeda karena perbedaan fisik dan perbedaan peran dalam reproduksi. 3 Dan anak lakilaki yang diberi kebebasan lebih awal dibandingkan anak perempuan, menjadikan anak perempuan mengalami kesulitan dalam melepaskan emosi dengan orangtua, karena mereka lebih diharapkan untuk mencintai orangtua dan keluarga, dalam arti lebih mempunyai unsur merawat, memelihara, bertanggung jawab terhadap rumah dan keluarga. Idi Subandi Ibrahim dan Hanif Suranto (dikutip oleh Mufidah) penjajahan cultural yang membuat perempuan lebih banyak menjadi korban terus dilestarikan. Tidak jarang, alasan-alasan cultural memberikan legitimasi 1 Fakhrurrozi. Hubungan Antara Motivasi Berprestasi Dengan Fear Of Success Pada Wanita Bekerja Dewasa Muda Putri Adibah. Artikel, Universitas Gunadarma. hal. 4 2 Ibid hal. 3,,,, Fakhrurrozi. 3 Santrock. J. W. live Span Development, Edisi Kelima (Jilid 1). 2002. Jakarta : Erlangga, hal. 281

3 sangat ampuh. Perempuan yang dicekcokkan melalui pelbagai pranata social dan adat istiadat yang mendarah daging dalam jantung kesadaran anggotanya. Rasionalisasi cultural inilah yang pada gilirannya membuat perempuan secara psikologis mengidap sesuatu yang oleh Collete Dowling disebut Cinderella Complex, suatu jaringan rasa takut yang begitu mencekam, sehingga kaum perempuan merasa tidak berani dan tidak bisa memanfaatkan potensi otak dan daya kreatifitasnya secara penuh. 4 Dowling mencetuskan istilah Cinderella Complex ini untuk pertama kalinya pada tahun 1981 berdasarkan dari pengalamannya sebagai seorang psikiater yang menangani masalah-masalah ketergantungan yang seringkali tidak disadari oleh perempuan. Istilah Cinderella Complex ini diambil dari salah satu tokoh cerita dongeng Cinderella yang terbaring di peti kaca yang menanti sang pangeran untuk membangkitkannya. Cinderella Complex sendiri adalah suatu sikap atau rasa takut yang dialami perempuan yang muncul dalam bentuk keinginan yang mendalam untuk dirawat dan dilindungi oleh orang lain, serta keyakinan bahwa sesuatu dari luarlah yang akan menolongnya. 5 s Anggriany & Astuti (dikutip Sapti Wulansari) menjelaskan munculnya Cinderella Complex pada diri seorang perempuan tidak terlepas dari adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain pola asuh orangtua, pekerjaan atau tugas yang menuntut pribadi, media komunikasi massa, serta 4 Mufidah. Isu-Isu Gender Kontemporer. Malang : UIN-Maliki Press. 2010, hal. 55 5 Collete Dowling. Tantangan Wanita Modern : Ketakutan Wanita Akan Kemandirian. Jakarta : Erlangga. 1995. hal. 17

4 agama. Cinderella Complex juga mengakibatkan perempuan tidak berani memanfaatkan kemampuan pikir dan kretivitasnya secara maksimal. 6 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Siti Chalimatus Sa diyah dengan judul Hubungan self esteem dengan kecenderungan Cinderella complex pada mahasiswi semester IV jurusan psikologi UIN Malang. Subyek penelitian sebanyak 108 mahasiswi mengindikasikan adanya sindrom kecenderungan Cinderella complex. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa mahasiswi yang mengalami sindrom kecenderungan Cindrella Complex dengan kategori sedang yaitu 60,2 % yaitu 65 mahasiswi, tinggi 35,2 % yaitu 38 mahasiswi dan rendah 4,6 % yaitu mahasiswi dengan total jumlah responden 108 mahasiswi. Jadi dari hasil penelitian terdapat sindrom kecenderungan Cinderella Complex pada mahasiswi semester VI Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang. 7 Hasil penelitian Sartika Zumria menunjukkan bahwa para wanita yang berhenti bekerja dan tetap bekerja setelah menikah mengalami Cinderella Complex. Mereka menyimpan keinginan untuk mendapatkan perlindungan dan perawatan dari orang lain, khususnya suami mereka, baik dalam bentuk fisik maupun psikis. Mereka juga memiliki keyakinan bahwa suami mereka lah yang dapat menolong mereka. Mereka juga harus mengalihkan ketergantungannya kepada ibunya, disebabkan karakter suaminya yang tidak memungkinkan untuk ia jadikan tempat bergantung. Oleh sebab itu, suami 6 Sapti Wulansari. Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Kecenderungan Cinderella Complex. 2010. Skripsi. Fakultas Psikologi. Undip Semarang 7 Siti Chalimatus Sa diyah. Hubungan self esteem Dengan Kecenderungan Cinderella Complex pada Mahasiswi Semester VI Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang. Skripsi, 2012

5 hanya bisa ia andalkan dalam hal yang bersifat fisik. Sedangkan untuk hal-hal yang bersifat psikis, subyek sangat bergantung kepada ibunya. 8 Dalam penelitian Anisah Fitriani, Ruseno Arjanggi dan Rohmatun menyatakan bahwa terdapat hubungan negative yang signifikan antara persepsi pola asuh permisif orangtua dengan Cinderella Complex pada siswi SMK Negeri Gebang. Hal ini berarti menunjukkan semakin positif persepsi pola asuh permisif orangtua maka makin rendah Cinderella Complex pada siswi SMK Negeri 1 Gebang. Sebaliknya semakin negatif persepsi pola asuh permisif orangtua maka makin tinggi Cinderella Complex pada siswi SMK Negeri 1 Gebang. 9 Symonds (dalam dowling) menyatakan bahwa masalah Cinderella Complex merupakan masalah dari hampir semua perempuan yang pernah ditemuinya. Para perempuan yang tampak dari luar sangat berhasil juga cenderung menjadi tergantung dan tanpa sadar mengabdikan sebagian besar energi mereka untuk mendapatkan cinta, pertolongan dan perlindungan terhadap apa yang kelihatannya sulit dan menantang dunia. 10 Cleo Dalson (dalam Mutahhari) mengatakan bahwa perempuan berada dibawah perintah perasaannya. Karena lebih senisitif dari pria, perempuan harus menerima kenyataan bahwa mereka memerlukan kepemimpinan pria dalam hidupnya. Tujuan yang paling penting dalam hidup perempuan adalah keamanan, dan bila ia tidak berhasil mencapai tujuan itu ia tidak aktif lagi. 8 Sartika Zumria. Cinderella Complex Pada Wanita Yang Berhenti Bekerja Dan Tetap Bekerja Pasca Menikah. Universitas Pendidikan Indonesia. Skripsi. 2012. hal. 128 9 Anisah Fitriani, Ruseno Arjanggi dan Rohmatun. Perception About The System Edecate Permisif Of Parent With Cinderella Complex At Female Student. Jurnal Proyeksi, vol. 4(2), 29-38, hal. 36 10 Ibid, hal. 16-17. Dowling

6 Perempuan takut menghadapi bahaya yang terlibat dalam usaha mencapai tujuannya. Ketakutan adalah satu-satunya perasaan dimana perempuan memerlukan bantuan untuk melenyapkannya. 11 Kecenderungan Cinderella Complex akan berpengaruh terhadap cara perempuan berinteraksi dengan lingkungannya dan ketika menghadapi kesempatan untuk mengembangkan diri serta dalam menghadapi permasalahan. Oleh karena itu, pencapaian kemandirian sangat penting bagi remaja, karena hal tersebut sebagai tanda kesiapannya untuk memasuki fase berikutnya dengan berbagai tuntutan yang lebih beragam sebagai orang dewasa. Steinberg at.al, mengungkapkan bahwa remaja yang mandiri ternyata menunjukkan prestasi belajar yang lebih memadai dan mampu bersaing dibandingkan dengan remaja yang masih bergantung kepada orangtuanya. 12 Alasan yang mendukung pencapaian prestasi yang lebih baik dari remaja yang mandiri itu antara lain: (1) mereka memiliki motivasi intrinsik yang lebih tinggi dalam belajar; (2) mereka mampu menggunakan sumbersumber pribadi dan sumber yang diberikan dari institusi tempat belajar secara lebih baik dan (3) mereka mampu melaksanakan pembelajaran mereka dalam suatu cara yang independent. Menurut Mc.Clelland, dkk, (dalam Mukhlas) kemandirian memiliki kaitan yang erat dengan tuntutan berprestasi. Anak yang didorong untuk berdiri di atas kakinya sendiri dan mengurangi ketergantungan terhadap orangorang dewasa akan berusaha untuk mengatasi dan menguasai masalah- 11 Murtadha Muthahhari. Hak-Hak Wanita Dalam Islam. Jakarta : Lentera. 2001, Hal. 116-167 12 Steinberg, L. Adolence, Sixth Edition. McGraw-Hill Higher Education. 2002. Hal. 77

7 masalahnya sendiri. Kemandirian merupakan tanda rasa aman bagi diri anak dan dimilikinya perasaan aman ini memungkinkannya untuk berfungsi terhadap pencapaian prestasi dan pencapaian tujuan. 13 Telah diketahui secara umum bahwa wanita jauh lebih mengalami kecemasan dalam menghadapi ujian atau tes daripada pria. Symonds (dalam Dowling) melakukan pengamatan terhadap wanita yang menyia-nyiakan bakat yang dimilikinya, ia heran melihat jumlah wanita yang mengalami konflik karena prestasi. Symonds (dalam Dowling) menyatakan bahwa wanita berbakat sering kali enggan maju terus untuk mencapai posisi yang sepenuhnya mandiri dan menonjol. Sejumlah wanita dengan jelas menyatakan bahwa mereka suka dilindungi dan dirawat serta tidak ingin mengubah posisi ini. 14 Oleh karena itu, wanita sering kali menekan inisiatif dan membuang aspirasinya, lalu berubah menjadi terlalu tergantung disertai dengan perasaan tidak aman yang sangat mendalam serta ketidakpastian mengenai kemampuan serta nilai diri mereka. 15 Dan hal tersebut diasumsikan akan berpengaruh pada pencapaian-pencapaian prestasi wanita dalam berbagai bidang. Prestasi belajar merupakan sebuah prestasi yang dihasilkan individu dalam menempuh pendidikan. Prestasi belajar tiap individu berbeda-beda, hal ini dimungkinkan beberapa faktor dari dalam maupun luar individu. Tingkat keberhasilan siswa dalam belajar dapat diketahui melalui prestasi belajarnya berdasarkan hasil evaluasi atau ujian. Dalam Kamus Bahasa Indonesia 13 Mukhlas, Dedi. Hubungan Interaksi Sosial Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPA MAN Cipasung Tasikmalaya. Universitas Pendidikan Indonesia. Skripsi. 2011. Hal. 47 14 Ibid, hal. 27. Dowling. 15 Ibid, hal. 29. Dowling.

8 didefinisikan prestasi merupakan hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang, sehingga prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai setelah seseorang belajar. 16 Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang telah dikemukakan diatas, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian yang serupa. Namun letak perbedaan penelitian ini adalah pada variabel yang ingin diteliti, yaitu menggunakan variabel prestasi belajar. Dimana peneliti ingin membuktikan bahwa individu yang mempunyai kecenderungan Cinderella Complex kurang dapat berprestasi dengan baik. Hal ini berdasarkan pada penelitian besar mengenai perbedaan jenis kelamin dan kaitannya dengan fungsi intelektual, Dr. Eleanor Maccoby dari Stanford (dalam Dowling) menyimpulkan : pada masa dewasa pria mencapai jauh lebih banyak dari pada wanita didalam hampir seluruh aspek aktifitas intelektual yang dapat saling dibandingkanbuku dan artikel yang ditulis, produktifitas artistic, dan prestasi ilmiah. Sedangkan pada wanita yang telah memasuki masa dewasa mereka mendapat nilai yang semakin menurun dalam inteligensi total sesuatu yang mungkin disebabkan oleh kecenderungan wanita semakin sedikit menggunakan inteligensi dengan semakin lamanya mereka keluar dari sekolah. 17 Penelitian lain menunjukkan bahwa kemampuan intelek untuk berfungsi dapat sungguh-sungguh terusak oleh ciri kepribadian yang tidak mandiri. Jenis kepribadian yang tidak mandiri atau konformis sangat 16 Muzakil Malik. Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Prestasi Belajar Siswa Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang. Skripsi. Fakultas Psikologi Uin Malang. 2010, hal. 21 17 Ibid, hal. 102. Dowling

9 mengandalkan diri pada tanda-tanda dari luar atau dari orang lain. Hal ini dapat menghambat proses analisis dalam diri seseorang. Penelitian ini akan dilaksanakan di Fakultas Tarbiyah jurusan PGMI. Alasan peneliti mengambil tempat tersebut karena jurusan PGMI dipersiapkan untuk menjadi tenaga pendidik khususnya guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau setingkatnya. Sebagai tenaga pendidik di tingkat sekolah dasar, seharusnya individu mempunyai kemampuan untuk mandiri terhadap segala sesuatu yang dihadapkan pada dirinya. Karena sekolah dasar merupakan pembentuk kepribadian anak untuk kedepannya, maka sebagai seorang pendidik seharusnya mampu untuk bersikap mandiri dalam menjalankan perannya. Selain itu berdasarkan observasi yang telah peneliti lakukan kepada 15 mahasiswi, dapat diketahui mahasiswi perempuan dalam mengerjakan tugas kuliah dan pengambilan keputusan individu masih cenderung untuk meminta bantuan kepada teman-teman maupun pasangan. Oleh karena itu peneliti berminat untuk melakukan penelitian di jurusan PGMI. Dari pemaparan diatas peneliti mengambil judul HUBUNGAN KECENDERUNGAN CINDERELLA COMPLEX DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWI JURUSAN PGMI ANGKATAN 2012 UIN MALIKI MALANG untuk dijadikan sebagai penelitian.

10 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana tingkat kecenderungan Cinderella Complex mahasiswi angkatan 2012 Jurusan PGMI UIN Maliki Malang? 2. Bagaimana tingkat prestasi belajar mahasiswi jurusan PGMI angkatan 2012 UIN Maliki Malang? 3. Apakah terdapat hubungan antara kecenderungan Cinderella Complex dengan prestasi belajar pada mahasiswi jurusan PGMI angkatan 2012 UIN Maliki Malang? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui tingkat kecenderungan Cinderella Complex mahasiswi Jurusan angkatan 2012 PGMI UIN Maliki Malang. 2. Untuk mengetahui tingkat prestasi belajar mahasiswi Jurusan PGMI angkatan 2012 UIN Maliki Malang. 3. Untuk membuktikan hubungan antara kecenderungan Cinderella Complex dengan prestasi belajar pada mahasiswi Jurusan PGMI angkatan 2012 UIN Maliki Malang.

11 D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini antara lain : 1. Manfaat Teoritis a. Mampu menambah pengetahuan bagi keilmuan psikologi terutama dalam hal sindrom Cinderella Complex. b. Menambah informasi mengenai kecenderungan Cinderella Complex dan prestasi belajar pada mahasiswi Jurusan PGMI angkatan 2012 UIN Maliki Malang. c. Sebagai penambah wawasan dan pengalaman bagi penulis dalam penelitian ini. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan masukan dan informasi-informasi pada pihak-pihak yang berkepentingan, diantaranya dosen mahasiswi, dan pihak-pihak lain. Penelitian ini juga dapat memberikan gambaran mengenai Sindrom Cinderella Complex yang dialami oleh wanita.