Nama : Yogi Kelas : Akuntansi E (semester 6) Matakuliah : Akuntansi Topik Khusus Dosen : Yogi Ginanjar,SE KASUS WASTE MANAGEMENT, INC (WMI) Pada 1991, Waste Management menjadi bisnis pembersih sampah terbesar di dunia, dengan pendapatan lebih dari $7.5 milyar. Meskipun terjadi resesi, Buntrock dan eksekutif lainnya di Waste Management menetapkan tujuan/sasaran pertumbuhan yang agresif. Pada tahun 1993, auditor mendokumentasikan salah saji lain sebesar $128 juta yang akan mengurangi pendapatan dari operasi yang dilanjutkan sebesar 12 persen. Meskipun demikian, Andersen menyimpulkan bahwa salah saji tersebut tidak material untuk mengharuskan pengungkapan. Pada tahun 1997 ketika CEO baru perusahaan, Ronald T. Lemay,berhenti setelah tiga bulan menjabat. SEC mulai memeriksa buku WMI pada bulan November 1997, ketika perusahaan mengumumkan bahwa perubahan dalam metode akuntansi akan berakibat pada hilangnya $1.2 milyar dan mengurangi laba ditahan yang dilaporkan sebesar $1 miliar yang tercatat selama lima tahun sebelumnya. Pada tahun 1998, WMI menyajikan kembali laporan keuangan perode 1992-1997. Dalam penyajian kembali, melalui tiga kuartal pertama, perusahaan mengakui secara material telah menggelembungkan laba sebelum pajak sekitar $1.7 milyar dan mengecilkan elemen tertentu dari beban pajaknya sebesar $190juta. WMI mengakui bahwa secara keseluruhan perusahaan telah menggelembungkan laba bersih setelah pajak sebesar lebih dari $1 miliar.
SEC menuduh Dean Buntrock, pendiri perusahaan, dan 5 pejabat top lainnya melakukan penipuan ini. Tuduhan tersebut menduga bahwa manajemen telah berulang kali merubah penilaian biaya depresiasi untuk mengurangi jumlah biaya dan telah melakukan praktik akuntansi yang tidak layak berhubungan dengan kebijakan-kebijakan kapitalisasi, juga merencanakan pengurangan biaya-biaya. SEC juga menuduh Arthur Andersen, sebagai auditor Waste Management, yang diduga keras mengetahui atau secara sembarangan mengeluarkan laporan audit yang secara material salah dan menyesatkan untuk periode 1993 sampai dengan 1996. WMI secara curang memanipulasi hasil keuangan perusahaan untuk memenuhi target laba yang telah ditentukan dengan secara tidak tepat menghilangkan dan menunda beban periode berjalan untuk melakukan banyak praktik akuntansi yang tidak benar untuk mencapai tujuan ini. Mereka melakukan banyak praktik akuntansi yang tidak benar untuk mencapai tujuan mereka. Diantaranya adalah: a. Menghindari beban penyusutan truk sampah mereka dengan menetapkan nilai sisa yang tidak mendukung dan meningkat sisanya, serta memperpanjang masa manfaat. b. Menetapkan nilai sisa dengan sewenang-wenang pada aset lain yang sebelumnya tidak memiliki nilai sisa. c. Gagal untuk mencatat beban penurunan nilai dari tempat pembuangan sampah karena mereka telah dipenuhi dengan sampah. d. Menolak untuk mencatat beban yang diperlukan untuk menghapus biaya akibat ketidaksuksesan dan pengabaian proyek pengembangan tempat pembungan sampahnya. e. Membentuk cadangan lingkungan yang meningkat sehubungan dengan akuisisi sehingga kelebihan cadangan dapat digunakan untuk menghindari pencatatan beban usaha yang tidak terkait. f. Mengkapitalisasi berbagai biaya secara tidak benar.
ANALISIS Good corporate governance merupakan sistem atau seperangkat peratutan yang mengatur, mengelola dan mengawasi hubungan antara para pengelola perusahaan dengan stakeholders di suatu perusahaan, berdasarkan kasus di atas Jika kita analisis kasus tersebut berdasarkan dari sudut pandang good corporate governance kita akan menemukan banyak sekali penyimpangan pengimpangan yang terjadi di dalamnya, di antaranya Menghindari beban penyusutan truk sampah mereka dengan menetapkan nilai sisa yang tidak mendukung dan meningkat sisanya, serta memperpanjang masa manfaat, Menetapkan nilai sisa dengan sewenang-wenang pada aset lain yang sebelumnya tidak memiliki nilai sisa, dan masih banyak lagi kecurangan lainya yang dilakukan oleh perusahaan tersebut, Hal itu menunjukan bahwa sistem pengendalian internal atau penerapan dari Good corporate governance perusahaan tersebut tidak berjalan dengan baik. jika berdasarkan pada Prinsip-prinsip dasar Good Corporate Governance ada beberapa prinsip yang dapat kita analisis dari kasus tersebut di antaranya Transparansi Penggelembungan laba sebelum pajak sekitar $1.7 milyar dan mengecilkan elemen tertentu dari beban pajaknya sebesar $190juta. Yang dilakukan perusahaan sudah sangat jelas melanggar prinsip Good Corporate Governance yang pertama ini, hal tersebut dapat mengakibatkan keterbukaan dalam hal penyampaian imformasi dari segala aspek ( keuangan )perusahaan tidak berjalan sebagaimana mestinya sehingga akan mengakibatkan suatu salah saji yang material. Jika berdasarkan pada pedoman pokok pelaksanaa prinsip transparansi yang baik maka seharusnya perusahaan: 1. Menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan haknya.
2. Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali, kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan perusahaan lainnya, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan. 3. DLL Akuntanbilitas Adanya manipulasi keuangan yang dilakukan oleh pendiri perusahaan dan 5 pejabat TOP persuahaan menunjukan bahwa sistem pertanggungjawaban dalam pengelola perusahaan ini sangatlah buruk, yang mengakibatkan pungsi Akuntanbilitas itu sendiri tidak dapat berjalan dengan baik, pada dasarnya tindak keurangan tesebut sebenarnya dapat di antisipasi terlebih dahulu dengan sistem pengendalian internal namun yang terjadi disini berbeda karena sistem pengendalian internal itu sendiri tidak berjalan sehingga pencegahaan pun tidak dapat dilakukan. Jika berdasarkan pada pedoman pokok pelaksanaa prinsip Akuntanbilitas yang baik maka seharusnya perusahaan: 1. Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masingmasing organ perusahaan dan semua karyawan secara jelas dan selaras dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan (corporate values), dan strategi perusahaan. 2. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ perusahaan dan semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku (code of conduct) yang telah disepakati. 3. Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal yang efektif dalam pengelolaan perusahaan.
Responsibility Dari segi responsibility perusahaan telah banyak melakukan banyak sekali penyimpangan di antaranya dengan tidak melaporkan laporan keuangan ssebagai mana mestinya atau dengan kata lain perusahaan melaporkan laporan keuangan untuk tujuan tertentu saja seperti memanipulasi hasil keuangan perusahaan untuk memenuhi target laba yang telah ditentukan dengan secara tidak tepat menghilangkan dan menunda beban periode berjalan. Hal tersebut sangat bertentangan dengan prinsip responsibility yang menyebutkan bahwasanya segala sesuatu yang menyangkut perusahaan harus sesuai dengan peraturan perundang undangan maupun keten tuan umum yang berlaku. Jika berdasarkan pada pedoman pokok pelaksanaa prinsip Responsibility yang baik maka seharusnya perusahaan: 1. Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran dasar dan peraturan perusahaan (by-laws). 2. Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan antara lain peduli terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai. Selain dari segi prinsip dasar GCG kita juga dapat menemukan kesalahan atau tetidak berpungsian suatu peran komite penunjang dewan komisaris di dalam perusahaan Waste Management, Inc, hal tersebut dapat di ketahui dari tindakan yang dilakukan oleh auditor Waste Management, yang diduga keras mengetahui atau secara sembarangan mengeluarkan laporan audit yang secara material salah dan menyesatkan untuk periode 1993 sampai dengan 1996 Sedangakan pada dasarnya Komite Audit bertugas membantu Dewan Komisaris untuk memastikan bahwa: a. laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum,
b. struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, c. pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan d. tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen; e. Komite Audit memproses calon auditor eksternal termasuk imbalan jasanya untuk disampaikan kepada Dewan Komisaris