BAB I 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi bauran energi primer Indonesia pada tahun 2010 masih didominasi oleh energi dari bahan bakar fosil khususnya minyak bumi seperti diberikan pada Tabel 1.1 berikut : Tabel 1.1 Bauran Energi Primer Indonesia No Komponen Komposisi 1. Minyak Bumi 46,93 % 2. Batubara 26,38 % 3. Gas Bumi 21,9 % 4. Energi Baru dan Terbarukan 4,79 % Sumber : Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), 2010 Kondisi bauran energi tersebut jika dibandingkan dengan potensi energi di Indonesia, beberapa komponen yang belum dimanfaatkan secara optimal khususnya energi baru dan terbarukan. Namun ada juga komponen yang perlu dihemat penggunaannya seperti komponen energi fosil (minyak bumi, gas bumi dan batubara) mengingat sifatnya yang tidak terbaharui dan jumlah cadangan terbatas. Potensi energi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.2. Tahun 2025 arah kebijakan energi Indonesia ditargetkan mengalami perubahan komposisi untuk setiap komponen. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional menyebutkan komposisi bauran energi di Indonesia tahun 2025 ditargetkan seperti pada Tabel 1.3. 1
Tabel 1.2 Potensi Energi Nasional 2005 Energi Fosil Jenis Energi Sumber Daya Cadangan Produksi Minyak Bumi 86,9 Miliar Barel 9,1 Miliar Barel 387 Juta Barel Gas Bumi 384,7 TSCF 185,8 TSCF 2,95 TSCF Batubara 58 Miliar Ton 19,3 Miliar Ton 132 Juta Ton Energi Non Fosil Jenis Energi Sumber Daya Setara Kapasitas Terpasang Tenaga Air 845 Juta BOE 75,67 GW 4,2 GW Panas Bumi 219 Juta BOE 27 GW 0,8 GW Mini/Mikro Hidro 0,45 GW 0,45 GW 0,206 GW Biomass 49.81 GW 49.81 GW 0,3 GW Tenaga Surya - 4,8 kwh/m 2 /hari 0,01 Tenaga Angin 9,29 GW 9,29 GW 0,0006 GW Uranium 24,112 ton 3 GW untuk 11 tahun - Sumber : Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2006-2025 Tabel 1.3 Target Bauran Energi Primer Tahun 2025 No. Komponen Komposisi 1. Minyak Bumi < 20% 2. Batubara > 33 % 3. Gas Bumi > 30 % 4. Energi Baru dan Terbarukan > 17 % Sumber : Peraturan Presiden No.5 Tahun 2005 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) melalui Direktorat Jenderal Energi Baru dan Terbarukan dan Konversi Energi (Dirjen 2
EBTKE) memproyeksikan dan menargetkan komposisi bauran energi primer di Indonesia tiap lima tahunnya seperti pada Tabel 1.4 berikut : Tabel 1.4 Proyeksi Pengembangan Energi Primer Tahun 2015 2020 2025 No Komponen % % % 1. Minyak Bumi 38,6 29,3 23,7 2. Batubara 31,6 35,5 36,3 3. Gas Alam 19,5 19 19,7 4. Energi Baru dan Terbarukan 10,3 16,2 20,3 Sumber : Data Direktorat Jenderal Energi Baru dan Terbarukan Konversi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2012 Baik berdasarkan Perpres No. 5 Tahun 2006 dan data proyeksi dari Dirjen EBTKE KESDM menyatakan adanya target untuk penambahan prosentase komposisi untuk batubara dan dari komponen energi baru dan terbarukan. Tenaga air merupakan salah satu bagian dari energi baru dan terbarukan. Dirjen EBTKE - KESDM memproyeksikan pengembangan energi hidro / tenaga air ini seperti Tabel 1.5 berikut : Tabel 1.5 Proyeksi Pengembangan Hidro 2012 2025 Keterangan Satuan 2012 2015 2020 2025 Tambahan kapasitas MW 209,7 1476 4623,1 3832 Kumulatif Kapasitas MW 6866,9 8342,9 12966,5 16799,2 Terpasang Sumber : Data Direktorat Jenderal Energi Baru dan Terbarukan Konversi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2012 Pemerintah mempunyai kebijakan untuk mengembangkan energi hidro ini karena masih ada potensi energi hidro yang belum termanfaatkan, beberapa daerah belum teraliri listrik dan cadangan energi fosil akan terus berkurang jika tidak ditemukan lagi cadangan baru. Alasan ekonomi juga menjadi pertimbangan 3
pemerintah karena biaya energi terbarukan dimasa depan akan turun dan biaya energi tak terbarukan akan meningkat (Widjajono,2011). Apabila dibandingkan dengan pembangkit tenaga disel yang biaya listriknya $0,2 0,3/kWH, air $0,06 0,08/kWH (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011) jauh lebih murah biayanya. Tantangan dan permasalahan yang dihadapi pemerintah untuk mengembangkan energi hidro tersebut pada kelompok isu strategis mengenai industri penunjang oleh KESDM dinyatakan untuk produsen turbin dan suku cadang dalam negeri terbatas dan turbin masih impor. Turbin air ini adalah alat yang mengkonversi energi potensial atau kinetik dari air menjadi energi mekanik. Selanjutnya energi mekanik ini akan dikonversi menjadi energi listrik oleh alat lain yaitu generator. Prinsip kerja inilah yang digunakan dalam pembangkit listrik tenaga air / hidro. Solusi yang diberikan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan meningkatkan kemampuan industri dalam negeri. Peningkatan atau pengembangan industri di bidang turbin diperlukan proses produksi atau pembuatan turbin. Sebelum proses itu dilaksanakan diperlukan proses penting lainnya yaitu perancangan. Sekarang bidang perancangan di bidang bidang teknik sudah dipermudah dengan banyak perangkat lunak yang dikembangkan untuk tujuan tersebut. Alasan penggunaan perangkat lunak adalah dapat mempercepat dan mempermudah perancangan sehingga menghemat waktu untuk proses ini. Misal, untuk menggambar banyak perangkat lunak untuk gambar teknik ataupun gambar lainnya. Kemudian juga terdapat perangkat lunak untuk mensimulasi hasil rancangan. Perancangan sendiri memerlukan perhitungan sebelum digambar, dimodelkan kemudian disimulasi. Inilah yang menjadi dasar untuk mengembangkan perangkat lunak untuk perhitungan perancangan turbin air. 4
1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari uraian latar belakang adalah bagaimana mengembangkan perangkat lunak untuk melakukan perhitungan perancangan turbin yang optimal (Pelton, Francis atau Kaplan) pada suatu potensi energi yang sama. 1.3 Tujuan Menghasilkan perangkat lunak untuk perhitungan perancangan turbin yang optimal (Pelton, Francis dan Kaplan) pada kondisi potensi energi yang sama. 1.4 Batasan Masalah 1. Pemilihan turbin yang dirancang dibatasi turbin Pelton, Francis dan Kaplan. 2. Perhitungan dibatasi untuk perhitungan daya, kecepatan dan dimensi dimensi bagian turbin, tidak meliputi bagian utilisasinya (panjang pipa, katup dan lain lain). 3. Sistem operasi yang digunakan adalah linux 1.5 Manfaat 1. Pengguna akan mendapat kemudahan merancang turbin dengan menggunakan perangkat lunak ini. 2. Pengguna dapat menghemat waktu perancangan. 5
1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan peneltian ini disusun untuk memberikan gambaran umum tentang penelitian yang dijalankan. Sistematika penulisan tesis ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah, manfaat dan sistematika penulisan sendiri. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini membahas berbagai macam konsep dasar perancangan Turbin Pelton, Turbin Francis, Turbin Kaplan, rekayasa perangkat lunak, dan pengenalan tentang Gambas. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menguraikan metode penelitian meliputi desain, analisis, pengkodean dan menjelaskan metode pengujian yang digunakan. BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Bab ini menjelaskan implementasi dari aplikasi dan pengujian beserta hasil pengujiannya. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian dan saran untuk peningkatan penelitian selanjutnya. 6