Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, PT.Renaja Rosdakarya, Bandung, 2012, hlm 94

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. konseling. Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah siswa, personel yang terlibat, harga bangunan, dan fasilitas yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Murni, 2014 Program bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUTERA JURNAL

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. Di sekolah

Al Ulum Vol.64 No.2 April 2015 halaman

BAB I PENDAHULUAN. Umbara, Bandung, 2003, hlm Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di

PEMANFAATAN BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH SISWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 7 BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menurut Islam pada hakekatnya adalah makhluk monopluralis

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi perilaku yang tidak baik dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang matang akan menciptakan generasi-generasi yang cerdas baik cerdas

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal sekarang sudah merupakan bagian yang integral dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. tata tertib, peraturan dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin. Di

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan profesionalisasi dan sistem menajemen tenaga kependidikan serta

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada dalam rangka upaya

BAB I PENDAHULUAN. hlm Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, UII Press, yogyakarta, 2001,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BAB V PENUTUP. hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas VIII B

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk pribadi yang memiliki karakteristik yang unik,

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam kehidupan manusia yang sehat, di manapun dan kapanpun mereka berada.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hlm.5

ANALISIS PELAKSANAANBIMBINGAN DAN KONSELING DI SDN MOJOLANGU 1 MALANG SKRIPSI OLEH: YULIA FITRIANI NIM :

: MOH. RIFQI KHAIRUL UMAM B

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dana pembangunan sektor ekonomi, yang satu dan

BAB III TEORI TENTANG BIMBINGAN KARIR

JURNAL PENELITIAN. Oleh : SOTRIADI NPM:

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak sekali ditemukan permasalahan dalam belajar khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja sebagai periode perubahan, tingkat perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tatang, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.13. Ibid., hlm.15.

BAB I PENDAHULUAN. kembar identik pun masih dapat dibedakan melalui sifat-sifat non-fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. 2015, hlm Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu organisasi pendidikan yang utama dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensial-potensial seperti

ANALISIS PELAKSANAAN EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 1 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO OLEH : MUHAMMAD GUFRAN LAHIYA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman belajar dan merupakan tujuan pertumbuhan. Dengan demikian, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bimbingan dan konseling merupakan bantuan individu dalam memperoleh

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Abdul Aziz SMP Negeri 2 Kota Tegal, Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam membentuk. generasi muda agar memiliki kepribadian yang utama.


BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM MENGATASI EMOSI NEGATIF SISWA TUNANETRA DI MAN MAGUWOHARJO. Utik Mukaromah A Said Hasan Basri.

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses usaha yang dilakukan seseorang suatu proses perubahan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan juga membutuhkan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DAFTAR TERJEMAH. No Bab / Halaman Terjemah

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, namun pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai kebijakan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dasar untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berupaya

BAB I PENDAHULUAAN. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, Fajar Pustaka Baru, Yogyakarta, 2001, hal. 13. hal. 69.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk

MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU KELAS SEBAGAI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING (BK) DI SLB MARDI MULYO KRETEK

BAB I PENDAHULUAN. spiritual, moral, sosial, intelektual, fisik dan sebagainya. 1 Sekolah merupakan

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SUKORINI

wujud nyata penyelanggaraan layanan bimbingan dan konseling. Kegiatan bimbingan, yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar,

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, Hlm: 28 2

A. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Offset, 2014, hlm Ibid, hlm Helmawati, Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MEWUJUDKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK DI KELAS VII SMP NEGERI 27PADANG JURNAL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

I. PENDAHULUAN. siswa diharuskan aktif dalam kegiatan pembelajaran. dengan pandangan Sudjatmiko (2003: 4) yang menyatakan bahwa kegiatan

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM PEMILIHAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP NEGERI 1 RANTAU. Noor Jannah

I. PENDAHULUAN. Konseling (BK) di sekolah. Menurut Prayitno dan Amti (2004), bahwa

FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Nasional: Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya manusia. Pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dengan bimbingan yang benar akan berjalan baik dan terarah. Begitu juga

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa: adanya permasalahan berupa kurangnya komitmen untuk

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi perilaku kenakalan peserta didik serta membina peserta didik untuk berakhlakul karimah.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PEMBENTUKAN SIKAP EMPATI PADA SISWA KELAS XI SMK AL WASHLIYAH TELADAN MEDAN. Abstrak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan bimbingan adalah hal yang universal, tidak terbatas pada masa kanak-kanak dan remaja. Bimbingan sangat diperlukan dalam mengadakan pilihan-pilihan dan penyesuaian atau memecahkan persoalanpersoalan yang dihadapi oleh manusia. Bimbingan harus merupakan suatu yang terus menerus selama hidup bagi mereka yang membutuhkan pertolongan. Ditinjau dari perspektif bimbingan dan konseling Islam, tugas dari seorang guru Bimbingan Konseling (BK) sangat dibutuhkan dalam rangka membimbing dan mengarahkan serta mengembangkan potensi yang dimiiliki peserta didik tersebut supaya peserta didik memiliki kepercayaan atau kemampuannya sehingga mampu memecahkan masalah yang ia hadapi. Perkembangan layanan bimbingan di Indonesia berbeda dengan di Amerika. Perkembangan layanan bimbingan di Amerika dimulai dari usaha perorangan dan pihak swasta, kemudian berangsur-angsur menjadi usaha pemerintah. Sementara di Indonesia, perkembangannya dimulai dengan kegiatan di sekolah dan usaha-usaha pemerintah. Layanan bimbingan dan konseling di Indonesia telah mulai dibicarakan secara terbuka sejak tahun 1962. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan sistem pendidikan di SMA, yaitu terjadinya perubahan menjadi SMA Gaya Baru, dan berunahnya waktu penjurusan, yang awalnya di kelas I menjadi di kelas II. Program penjurusan ini merupakan respon akan kebutuhan untuk menyalurkan para siswa kejurusan yang tepat bagi dirinya secara perorangan. 1 Bimbingan dan konseling dijalankan di sekolah dalam rangka menunjang keberhasilan program pendidikan. Artinya, apapun yang dilakukan dalam bimbingan merupakan usaha pendidikan. Terlebih dalam setiap kurikulum yang lahir disebutkan wajibnya pelaksanaan bimbingan dan konseling. 1 Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, PT.Renaja Rosdakarya, Bandung, 2012, hlm 94 1

2 Surat keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, Nomor 026 Tahun 1989 menyebutkan secara eksplisit pekerjaan bimbingan dan penyuluhan (konseling) dan pekerjaan mengajar yang satu sama lain berkedudukan sejajar dan seimbang. Dalam SK tersebut disebutkan bahwa seorang guru di sekolah dapat mengerjakan kegiatan mengajar atau kegiatan pelayanan bimbingan dan penyuluhan. Keberadaan pelayanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah dipertegas lagi oleh Peraturan Pemerintah No.28 tahun 1990 (tentang Pedidikan Dasar) dan No.29 tahun 1990 (tentang Pendidikan Menengah). Peraturan Perundangan tersebut memberikan legalisasi yang cukup mantap tentang keberadaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Boleh dikatakan pekerjaan bimbingan dan konseling tidak dapat diganggu gugat lagi keberadaannya. Ditegaskan kembali pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah telah diterima dan menjadi suatu pekerjaan yang tugas dan ruang lingkupnya jelas. Lebih jauh, mengingat bahwa sumber permasalahan anak-anak, reamaja dan pemuda sebagian besar berada di luar sekolah, dan mengingat pula bahwa permasalahan yang dialami manusia tidak hanya terdapat di sekolah, maka pelayanan bimbingan dan konseling perlu menjangkau daerah-daerah yang lebih luas di luar sekolah. 2 Hakikat bimbingan adalah membantu individu agar dapat memahami dirinya sendiri dan di dunianya sehingga bimbingan ini diberikan pada siswa yang relatif tidak mengalami masalah. Sedangkan konseling membantu individu agar dapat memecahkan masalahnya, yang dilakukan melalui wawancara atau face to face sehingga umumnya diberikan kepada siswa yang bermasalah. Keberhasilan pelayanan bimbingan di sekolah amat diperlukan oleh kesediaan serta kesadaran siswa itu sendiri. Tanpa ada kesadaran tersebut layanan bimbingan tidak akan berjalan. Oleh karena itu, usaha paling awal yang perlu dilakukan oleh seorang pembimbing di sekolah adalah menanamkan kesadaran akan pentingnya bimbingan bagi dirinya, setelah itu 2 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (cetakan ketiga), PT.Rineka Cipta, Jakarta, 2013. Hlm. 30-31

3 baru diberi layanan bimbingan. Diperlukan prinsip dalam memberikan bimbingan konseling, yang pada intinya perlu pemahaman keunikan individu dengan berbagai latar belakang masing-masing. Bimbingan dan konseling berasal dari dua kata, yaitu bimbingan dan konseling. Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang di dalamnya terkandung beberapa makna. Sertzer dan Stone mengemukakan bahwa guidance berasal kata guide yang mempunyai arti to direct, pilot, manager, or steer, artinya menunjukan, mengarahkan, menentukan, mengatur, atau mengemudikan. Prayitno dan Erman Amti mengemukakan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Tujuannya adalah orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan normanorma yang berlaku. Berdasarkan pengertian diatas, dapat dipahami bahwa bimbingan pada prinsipnya adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku.3 Secara garis besar atau secara umum bimbingan dan konseling Islami itu dapat dirumuskan sebagai membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Jadi, bimbingan konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu yang dilakukan agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di 3 Anas Salahudin, BIMBINGAN dan KONSELING, CV.Pustaka, Bandung, 2010, hlm 1315

4 dunia dan akhirat. Dengan demikian bimbingan Islami merupakan proses bimbingan sebagaimana bimbingan lainnya, tetapi dalam seluruh seginya berlandaskan ajaran Islam, artinya berlandaskan Al-Qur an dan Sunnah Rosul. Dengan menyadari eksistensinya sebagai makhluk Allah yang demikian itu, berarti yang bersangkutan dalam hidupnya akan berperilaku yang tidak keluar dari ketentuan dan petunjuk Allah, dengan hidup serupa itu maka akan tercapailah kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat, yang menjadi idam-idaman setiap muslim melalui do a Rabbana atina fiddunnya hasanah, wa fil-akhirati hasanah, wa qinna adzaban-nar (Ya Tuhan kami karuniakanlah pada kami kehidupan di dunia yang baik, dan kehidupan di akhirat yang baik pula, dan jauhkanlah kami dari siksa api neraka). Bimbingan dan konseling merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang penting diselenggarakan di sekolah. Dalam lapangan operasional bimbingan dan konseling di sekolah merupakan lembaga yang sangat penting untuk memberikan solusi bagi peserta didik yang mempunyai masalah seperti kurangnya motivasi belajar. Di sekolah pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan dapat tumbuh dan berkembang dengan amat baik mengingat secara potensial sangat subur dalam hal ini peran guru sangat penting karena terlibat langsung dalam pengajaran yang apabila pengajaran itu dikehendaki mencapai keberhasilan yang tinggi. Dalam kaitan ini guru amat memperhatikan bagaimana proses belajar berlangsung dan bagaiamana layanan belajar tersebut bisa berjalan dengan semestinya. Dalam layanan bimbingan kelompok harus dipimpin oleh pemimpin kelompok. Pemimpin kelompok adalah konselor yang terlatih dan berwenang menyelenggarakan praktik pelayanan bimbingan dan konseling. Tugas utama pemimpin kelompok adalah: pertama, membentuk kelompok sehingga terpenuhi syarat-syarat kelompok yang mampu secara aktif mengembangkan dinamika kelompok, yaitu: (a) terjadinya hubungan anggota kelompok menuju keakraban diantara mereka, (b) tumbuhnya tujuan bersama diantara anggota kelompok dalam suasana kebersamaan, (c) berkembangnya iktikad

5 dan tujuan bersama untuk mencapai tujuan kelompok, (d) terbinanya kemandirian pada diri setiap anggota kelompok, sehingga mereka masingmasing mampu berbicara, (e) terbinanya kemandirian kelompok, sehingga kelompok berusaha dan mampu tampil beda dari kelompok lain. Kedua, memimpin kelompok yang bernuansa layanan konseling melalui bahasa konseling untuk mencapai tujuan-tujuan konseling. Ketiga, melakukan penstrukturan, yaitu membahas bersama anggota kelompok tentang apa, mengapa, dan bagaimana layanan konseling kelompok dilaksanakan. Keempat, melakukan pertahapan kegiatan konseling kelompok. Kelima, memberikan penilaian segera hasil layanan konseling kelompok. Keenam, melakukan tindak lanjut. 4 Minat belajar peserta didik yang tinggi menyebabkan cara belajar peserta didik lebih mudah dan cepat. Minat muncul tidak secara tiba-tiba melainkan muncul akibat ada partisipasinya, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar. Dengan kata lain, minat menjadi penyebab partisipasi kegiatan. Dalam hal ini minat sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar. Apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, peserta didik tidak akan belajar dengan baik sebab tidak menarik baginya. Peserta didik akan malas belajar dan tidak akan mendapatkan kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat peserta didik, akan lebih mudah dipelajari sehingga meningkat prestasi belajar, tetapi pada kenyataannya tidak semua peserta didik memiliki minat belajar yang baik. Ada kalanya peserta didik malas dan tertarik mempelajari hal-hal atau pelajaran-pelajaran tertentu. Dalam hal ini, guru, sekolah maupun orang tua berkewajiban untuk memberikan minat belajar peserta didik tentang penting belajar. MA Nurussalam terletak di desa Besito Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus, Madrasah ini mempunyai serangkaian program bimbingan dan konseling. Salah satunya program bimbingan dan konseling kelompok yang kasusnya mengatasi ketidak adanya minat belajar peserta didik. Fenomena 4 Tohirin, BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DAN MADRASAH (BERBASIS INTEGRASI), PT.Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm.164-165

6 ini, peserta didik umumnya terjadi pada kelas XI yaitu sering mengalami permasalahan remaja yang kompleks, misalnya membolos pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, sengaja tidak mengikuti pelajaran yang tidak disukai, dan juga bahkan membolos pada saat belajar mengajar berlangsung karena tidak suka guru yang mengajar. Adapun faktor-faktor yang memicu peserta didik terjadinya kejadian seperti itu, misalnya kurangnya perhatian dari orang tua sehingga anak itu menjadi sering tidak ada motivasi dalam belajarnya. Salah satu upaya yang ditempuh oleh guru bimbingan dan konseling MA Nurussalam Besito Gebog Kudus sebagai seorang pembimbing di sekolah untuk mengatasi fenomena tersebut kepada peserta didik dalam kegiatan pendidikan adalah melalui penerapan bimbingan konseling. Ini merupakan alternatif strategis untuk meningkatkan prestasi peserta didik. Dalam hal ini masih banyak kelemahan-kelamahan yang ada dalam layanan bimbingan konseling di sekolah ini. Salah satu kelemahan yang kursial adalah jumlah guru bimbingan konseling, dan fasilitas konseling sehingga minat belajar dalam meningkatan prestasi siswa melalui pelayanan bimbingan konseling yang dilakukan guru belum berjalan dengan optimal. Oleh karena itulah, upaya guru dalam menerapkan bimbingan dan konseling dalam mengatasi kurangnya minat belajar peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah dan meningkatkan prestasi peserta didik melalui peningkatan layanan bimbingan dan konseling, mendesak untuk dilaksanakan. Berdasarkan latar belakang yang telah duraikan, maka penulis ingin mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana bimbingan dan konseling kelompok dalam mengatasi kurangnya minat belajar mempengaruhi proses belajar dan prestasi peserta didik. Oleh karena itu, penulis tertarik mengadakan BIMBINGAN penelitian dengan KONSELING judul KONTRIBUSI ISLAM KELOMPOK LAYANAN DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS XI DI MA NU NURUSSALAM BESITO KECAMATAN GEBOG KABUPATEN KUDUS.

7 B. Fokus Penelitian Peneliti membuat fokus penelitian sebagai batasan agar permasalahan tidak meluas, maka akan difokuskan pada masalah tentang Kontribusi Layanan Bimbingan Konseling Kelompok dalam Mengembangkan Minat Belajar Peserta Didik Kelas XI di MA NU Nurussalam Gebog Kudus C. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pelaksanaan layanan bimbingan konseling Islam kelompok bagi peserta didik kelas XI di MA NU Nurussalam Besito Gebog Kudus? 2. Bagaimana minat belajar peserta didik kelas XI di MA NU Nurussalam Besito Gebog Kudus? 3. Apa kontribusi layanan bimbingan konseling kelompok Islam dalam mengembangkan minat belajar di MA NU Nurussalam Besito Gebog Kudus? D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui secara jelas bentuk kontribusi layanan bimbingan konseling kelompok di MA NU Nurussalam Besito Gebog Kudus. 2. Untuk mengetahui metode layanan bimbingan konseling kelompok dalam mengembangkan minat belajar peserta didik kelas XI di MA NU Nurussalam Besito Gebog Kudus. 3. Untuk mengetahui pelaksanaan guru BK dalam memberikan pelayanan yang sesuai dibutuhkan oleh peserta didik kelas XI di MA NU Nurussalam Besito Gebog Kudus. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk menerapkan bimbingan konseling kelompok dalam mengembangkan minat belajar peserta didik untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

8 b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengadakan penelitian selanjutnya yang lebih mendalam. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa Dapat digunakan sebagai tolak ukur hasil prestasi dalam belajar sehingga siswa dapat melihat hasil yang telah diraihnya dan untuk dapat lebih meningkatkan prestasi belajar yang lebih baik. b. Bagi Guru Sebagai teoritis agar lebih dapat meningkatkan pengawasan dan proses belajar mengajar. c. Bagi sekolah Dapat dijadikan bahan teoritis pertimbangan dalam penigkatan prestasi belajar siswa di sekolah tersebut.