BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

CUPLIKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

1 Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KABUPATEN TEMANGGUNG

BUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN POKOK BERKELANJUTAN

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 81/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR... TAHUN... TENTANG

Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DI KABUPATEN KENDAL

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

KABUPATEN CIANJUR PERATURAN BUPATI CIANJUR

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR... TAHUN... TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN BAGI KEPALA DAERAH DAN PETANI BERPRESTASI TINGGI PENGELOLA LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional tentang Penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 3A TAHUN 2014 TENTANG ALIH FUNGSI TANAH PERTANIAN KE NON PERTANIAN DI KABUPATEN BLORA

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KATA PENGANTAR Ungaran, Februari 2017

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 80/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BUPATI MADIUN PROPINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 1 TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

GUBERNUR PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG SISTEM BUDIDAYA PERTANIAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 14 Tahun : 2012 Seri : E

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 58/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG

BUPATI MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAHKABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR2TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2011

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

Transkripsi:

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a. bahwa menindaklanjuti Pasal 46 ayat (2), Pasal 47 ayat (2), Pasal 49 ayat (6), Pasal 55 ayat (1), Pasal 59 ayat (3), Pasal 63 ayat (4), Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 4 Tahun 2016 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; b. bahwa untuk memenuhi sebagaimanan dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 4 tahun 2016 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822); 3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068); 5. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5433);

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 224, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor. 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5158); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2012 tentang Insentif Perlindungan Lahan Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor. 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5279); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2012 tentang Sistem Informasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2012 Nomor. 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5283); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pembiayaan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2012 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5288); 11. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 4 Tahun 2016 tentang Perlindungan Lahan Pangan Berkelanjutan; (Lembaran Daerah Kabupaten Bulukumba Tahun 2016 Nomor 4). MEMUTUSKAN: Menetapkan : PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 3. Bupati adalah Bupati Kabupaten Bulukumba.

4. Dinas adalah Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Bulukumba. 5. Lahan adalah bagian daratan dari permukaan bumi sebagai suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah beserta segenap faktor yang mempengaruhi penggunaannya seperti iklim, relief, aspek geologi, dan hidrologi yang terbentuk secara alami maupun akibat pengaruh manusia. 6. Lahan Pertanian adalah bidang lahan yang digunakan untuk usaha pertanian. 7. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan daerah. 8. Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah wilayah budi daya pertanian terutama pada wilayah perdesaan yang memiliki hamparan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan/atau hamparan Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan serta unsur penunjangnya dengan fungsi utama untuk mendukung kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan daerah. 9. Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah lahan potensial yang dilindungi pemanfaatannya agar kesesuaian dan ketersediaannya tetap terkendali untuk dimanfaatkan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan pada masa yang akan datang. 10. Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah sistem dan proses dalam merencanakan dan menetapkan, mengembangkan, memanfaatkan dan membina, mengendalikan, dan mengawasi lahan pertanian pangan dan kawasannya secara berkelanjutan. 11. Kawasan Perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. 12. Pertanian Pangan adalah usaha manusia untuk mengelola lahan dan agroekosistem dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk mencapai kedaulatan dan ketahanan pangan serta kesejahteraan rakyat. 13. Kemandirian Pangan adalah kemampuan produksi pangan Daerah yang didukung kelembagaan ketahanan pangan yang mampu menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup pada tingkat rumah tangga, baik dalam jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau, yang didukung oleh sumber-sumber pangan yang beragam sesuai dengan keragaman lokal. 14. Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. 15. Kedaulatan Pangan adalah hak bagi Daerah sebagai bagian dari negara dan bangsa Indonesia yang secara mandiri dapat menentukan kebijakan pangannya, yang menjamin hak atas pangan bagi rakyatnya, serta memberikan hak bagi masyarakatnya untuk menentukan sistem pertanian pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal. 16. Petani Pangan, yang selanjutnya disebut Petani, adalah setiap warga beserta keluarganya yang mengusahakan Lahan untuk komoditas pangan pokok di Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. 17. Pangan Pokok adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati, baik nabati maupun hewani, yang diperuntukkan sebagai makanan utama bagi konsumsi manusia.

18. Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah perubahan fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan menjadi bukan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan baik secara tetap maupun sementara. 19. Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian. 20. Penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah proses menetapkan lahan menjadi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan melalui tata cara yang diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 21. Lahan pengganti adalah lahan yang berasal dari Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan, tanah telantar, tanah bekas kawasan hutan, dan/atau lahan pertanian yang disediakan untuk mengganti Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang dialihfungsikan. 22. Ganti rugi adalah penggantian terhadap kerugian baik bersifat fisik dan/atau nonfisik sebagai akibat pengadaan tanah kepada yang mempunyai tanah, bangunan, tanaman, dan/atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah yang dapat memberikan kelangsungan hidup yang lebih baik dari tingkat kehidupan sosial ekonomi sebelum terkena pengadaan tanah. 23. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bulukumba, yang selanjutnya disingkat RTRW adalah hasil perencanaan tata ruang. 24. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bulukumba, yang selanjutnya disingkat RPJPD adalah dokumen perencanaan pembangunan makro yang berisi visi, misi dan arah pembangunan jangka waktu 20 tahun. 25. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bulukumba, yang selanjutnya disingkat RPJMD adalah penjabaran dari visi, misi dan Program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah. 26. Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Bulukumba, yang selanjutnya disingkat RKPD adalah penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah daerah untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. 27. Multatis multandis adalah perubahan yang penting telah dilakukan. BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 Ruang lingkup Peraturan Bupati ini meliputi: a. Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan; dan b. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; BAB III KRITERIA KAWASAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN Pasal 3

Kriteria kawasan yang ditetapkan sebagai Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a, dilakukan berdasarkan: a. menghasilkan komoditas pangan pokok dengan tingkat produksi yang dapat memenuhi kebutuhan pangan sebagian besar masyarakat setempat; dan b. memiliki hamparan lahan dengan luasan tertentu sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan. Pasal 4 (1) Dasar penetapan luas lahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan produksi komoditas pangan pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a yang memenuhi kebutuhan dan konsumsi pangan pokok untuk: a. masyarakat setempat; b. masyarakat tingkat kabupaten; dan c. masyarakat ditingkat provinsi. (2) Parameter hamparan lahan dengan luasan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b ditetapkan pada: a. luas hamparan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan pada 1 (satu) kawasan yang memenuhi kebutuhan dan konsumsi pangan pokok masyarakat setempat minimal adalah 5 (lima) Ha; b. luas hamparan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan pada 1 (satu) kawasan yang memenuhi kebutuhan dan konsumsi pangan pokok masyarakat pada satu kabupaten minimal adalah 5 (lima) Ha; dan c. luas hamparan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan pada 1 (satu) kawasan yang memenuhi kebutuhan dan konsumsi pangan pokok masyarakat pada satu provinsi minimal adalah 5 (lima) Ha. BAB IV KRITERIA LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN Pasal 5 Kriteria lahan yang ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b, dilakukan berdasarkan: a. berada pada kesatuan hamparan lahan yang mendukung produktivitas dan efisiensi produksi; b. memiliki potensi teknis dan kesesuaian lahan; c. di dukung infrastruktur dasar; dan d. telah dimanfaatkan sebagai lahan pertanian pangan. Pasal 6 (1) Kesatuan hamparan lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a harus memenuhi skala ekonomi yang didasarkan atas ketentuan:

a. rasio pendapatan dengan biaya usaha tani minimal lebih besar dari pada 1 (satu); b. penghasilan usaha tani mampu memenuhi kebutuhan minimal hidup sesuai dengan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten ;atau c. rasio keuntungan dengan tingkat upah minimum tingkat Kabupaten minimal lebih besar 1 (satu). (2) Potensi teknis dan kesesuaian lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b diatur sebagai berikut: a. semua lahan beririgasi dapat ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan; dan b. lahan tidak beririgasi dapat ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan dengan memperhatikan besaran curah hujan tahunan minimal 1.000 (seribu) mm/tahun. (3) Ketentuan ketersediaan infrastruktur dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c diatur sebagaimana: a. dalam hal jenis lahan beririgasi maka harus tersedia jaringan irigasi tersier dan/atau rencana pembangunan jaringan tersier; b. dalam hal jenis lahan tidak beririgasi maka harus tersedia rencana pembangunan irigasi air permukaan dan/atau air bawah tanah; dan c. tersedia akses jalan dan jembatan yang dapat digunakan sebagai sarana transportasi sarana prasarana dan hasil pertanian. (4) Telah dimanfaatkan sebagai lahan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d diatur melalui: a. dalam hal jenis lahan beririgasi maka produktivitas paling sedikit untuk komoditas pangan pokok antara lain: padi 3 (tiga) ton/ha; ubi jalar 75 (tujuh puluh lima) ton/ha; dan/atau ubi kayu 100 (seratus) ton/ha; b. dalam hal jenis lahan tidak beririgasi maka produktivitas minimal untuk komoditas pangan pokok antara lain: padi 2(dua) ton/ha; ubi jalar 75 (tujuh puluh lima) ton/ha; dan/atau ubi kayu 100 (seratus) ton/ha; c. intensitas pertanaman untuk tanaman pokok semusim pada lahan beririgasi atau lahan tidak beririgasi minimal 1 (satu) kali setahun; d. jaminan ketersediaan air minimal memenuhi kebutuhan air pertumbuhan tanaman berdasarkan jenis komoditas pangan pokok; e. petani bersedia memanfaatkan lahannya untuk tanaman pangan; dan f. petani bersedia melaksanakan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi di tingkat usaha tani secara kelembagaan atau kelompok. BAB V PERSYARATAN KAWASAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN Pasal 7 Persyaratan kawasan yang ditetapkan sebagai Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan, dilakukan berdasarkan: a. berada di dalam kawasan peruntukan pertanian pangan berkelanjutan;

b. termuat dalam rencana perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan; dan c. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura atau yang menangani teknis pertanian pangan membuat usulan penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan untuk dikoordinasikan kepada kantor pertanahan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, dan pihak terkait yang menangani penataan ruang sesuai sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku untuk diusulkan kepada Bupati untuk ditetapkan menjadi kawasan pertanian pangan berkelanjutan. Pasal 8 (1) Berada di dalam kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. berada didalam kawasan peruntukan pertanian padi dan palawija; b. batasan kawasan ditetapkan atas dasar batas administrasi daerah; dan c. berada didalam kawasan peruntukan pertanian dan dimuat dalam rencana tata ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota. (2) Termuat dalam rencana perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b ditetapkan melalui rencana perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan sekurang kurangnya memuat kebijakan, strategi, indikasi program serta program dan rencana pembiayaan terkait dengan rencana perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan Kabupaten. BAB VI PERSYARATAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN Pasal 9 Persyaratan lahan yang ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, dilakukan berdasarkan: a. berada di dalam Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; b. telah ditetapkan dalam rencana perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan. c. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura atau yang menangani teknis pertanian pangan membuat usulan penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan untuk dikoordinasikan kepada kantor pertanahan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, dan pihak terkait yang menangani penataan ruang sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku untuk diusulkan kepada Bupati untuk ditetapkan menjadi lahan pertanian pangan berkelanjutan. Pasal 10 (1) Berada di dalam lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. berada didalam lahan peruntukan pertanian padi dan palawija;

b. batasan kawasan ditetapkan atas dasar batas administrasi daerah; dan c. berada didalam kawasan peruntukan pertanian dan dimuat dalam rencana tata ruang wilayah Kabupaten Bulukumba. (2) Ditetapkan dalam rencana perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b ditetapkan melalui rencana perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan multatis multandis dengan ketentuan persyaratan kawasan pertanian pangan berkelanjutan Kabupaten Bulukumba. BAB VII PERLINDUNGAN, PEMANFAATAN KAWASAN DAN LAHAN PERTANIAN PANGAN Pasal 11 (1) Upaya perlindungan kawasan pertanian pangan berkelanjutan melalui Perangkat Daerah dalam rangka pengembangan, penelitian, pemanfaatan, pembinaan, pengendalian, sistem informasi, perlindungan dan pemberdayaan petani, pembiayaan, peran serta masyarakat, sanksi administrasi dan ketentuan lainya sesuai dengan ketentuan perundang undangan yang berlaku. (2) Upaya perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan melalui Perangkat Daerah dalam rangka pengembangan, penelitian, pemanfaatan, pembinaan, pengendalian, sistem informasi, perlindungan dan pemberdayaan petani, pembiayaan, peran serta masyarakat, sanksi administrasi dan ketentuan lainya sesuai ketentuan perundang undangan yang berlaku. BAB VIII TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN Pasal 12 (1) Lahan yang sudah ditetapkan berdasarkan kriteria dan persyaratan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dilindungi dan dilarang dialihfungsikan. (2) Alih fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan hanya dapat dilakukan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dalam rangka: a. pengadaan tanah untuk kepentingan umum; atau b. terjadi bencana. Pasal 13 (1) Alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan dalam rangka pengadaan tanah untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) huruf a diselenggarakan sesuai dengan: a. Rencana Tata Ruang Wilayah; b. Rencana Pembangunan Daerah; c. Rencana Strategis; dan

d. Rencana kerja Satuan Kerja Pemerintah Daerah yang memerlukan tanah. (2) Pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 14 Alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan yang disebabkan oleh bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) huruf b, Pemerintah Daerah berkewajiban melakukan : a. pembebasan kepemilikan hak atas tanah; dan b. penyediaan lahan pengganti terhadap Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan setelah alih fungsi dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 15 (1) Pengalih fungsian Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 diusulkan oleh pihak yang mengalihfungsikan kepada Bupati terhadap Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dalam 1 (satu) Kabupaten. (2) Pengalih fungsian Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan diusulkan oleh pihak yang mengalihfungsikan kepada Gubernur terhadap Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan lintas Kabupaten disertai rekomendasi dari Bupati. (3) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disampaikan setelah mendapat persetujuan dari Menteri. Pasal 16 (1) Bupati dalam memberikan persetujuan alih fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dibantu oleh tim verifikasi. (2) Tim verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Tim Verifikasi Provinsi dan Kabupaten. (3) Tim verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibentuk oleh: a. Gubernur untuk Tim Verifikasi Provinsi; dan b. Bupati untuk Tim Verifikasi Kabupaten. (4) Keanggotaan Tim Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit terdiri dari: a. perangkat daerah yang tugas dan fungsinya di bidang pertanian; b. perangkat daerah yang tugas dan fungsinya di bidang perencanaan pembangunan daerah; c. perangkat daerah yang tugas dan fungsinya di bidang pembangunan infrastruktur; d. perangkat daerah yang tugas dan fungsinya di bidang tata ruang; e. perangkat daerah yang tugas dan fungsinya di bidang ketahanan pangan; f. instansi yang tugas dan fungsinya di bidang pertanahan; dan g. instansi yang tugas dan fungsinya di bidang hukum;

(5) Tim Verifikasi sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. BAB VI SISTEM INFORMASI Pasal 17 (1) Sistem informasi dan administrasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dilaksanakan secara terpadu oleh Pusat Informasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang dikoordinasikan dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten, Badan Pertanahan Kabupaten, dan Instansi terkait lainya; (2) Sistem informasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana dimaksud ayat (1) paling sedikit memuat data tentang : a. kawasan pertanian pangan berkelanjutan; b. lahan pertanian pangan berkelanjutan; c. lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan; dan d. tanah terlantar dan subyek haknya. (3) Data lahan dalam sistem informasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat informasi tentang: a. fisik alamiah; b. fisik buatan; c. kondisi sumber daya manusia dan social ekonomi; d. status kepemilikan dan/atau penguasaan; e. luas dan lokasi lahan; dan f. jenis komoditas tertentu yang bersifat pangan pokok. Pasal 18 (1) Informasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada pasal 17 ayat (1) wajib disampaikan setiap tahun kepada DPRD. (2) Informasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan disebarluaskan sampai kecamatan dan desa/kelurahan. BAB VII PEMBIAYAAN Pasal 19 (1) Pembiayaan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; dan (2) Pembiayaan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan selain bersumber sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat diperoleh dari dana tanggung jawab sosial dan lingkungan dari badan usaha.

BAB VIII SANKSI ADMINISTRASI Pasal 20 (1) Setiap orang yang melanggar kewajiban atau larangan terhadap luasan yang telah ditetapkan menjadi lahan pertanian pangan berkelanjutan dikenai sanksi administratif; (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. peringatan tertulis; b. penghentian sementara kegiatan; c. penghentian sementara pelayanan umum; d. penutupan lokasi; e. pencabutan izin; f. pembatalan izin; g. pembongkaran bangunan; h. pemulihan fungsi lahan; i. pencabutan insentif; dan/atau j. denda administratif. Pasal 21 (1) Setiap orang yang melanggar kewajiban atau larangan administrasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 ayat (1) dan telah diberikan peringatan secara tertulis yang dilaksanakan 3 (tiga) tahapan dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kalender dengan ketentuan sebagai berikut : a. peringatan tertulis pertama memuat antara lain : 1. kesalahan yang bersangkutan disertai dasar hukum yang jelas; 2. kewajiban yang harus dilaksanakan; dan 3. jangka waktu pelaksanaan kewajiban yang harus dilakukan. b. peringatan tertulis kedua memuat antara lain : 1. mengingatkan atas teguran pertama; 2. jangka waktu pelaksanaan kewajiban; dan 3. panggilan kepada yang bersangkutan agar menghadap kepada Kepala SKPD yang ditunjuk oleh Bupati. c. peringatan tertulis ketiga memuat antara lain : 1. mengingatkan atas peringatan pertama dan kedua; 2. jangka waktu pelaksanaan kewajiban; dan 3. kewajiban dan konsekuensi yang harus dilaksanakan oleh yang bersangkutan apabila tidak mengindahkan teguran. (2) Setiap orang atau badan yang tidak mengindahkan sanksi sebagaimana ayat (1) setelah tenggangwaktu peringatan ketiga berakhir dikenakan sanksi berupa penghentian sementara kegiatan, penghentian sementara pelayanan umum, penutupan lokasi dan pembatalan izin;

(3) Dalam hal teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak diindahkan maka akan dilaksanakan sanksi berupa pembongkaran bangunan, pemulihan fungsi lahan, pencabutan insentif dan denda administratif sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 22 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Bulukumba. Ditetapkan di Bulukumba pada tanggal 29 Desember 2016 BUPATI BULUKUMBA, Ditetapkan di Bulukumba Pada tanggal 29 Desember 2016 SEKRETARIS DAERAH A M SUKRI A. SAPPEWALI A. B AMAL BERITA DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2016 NOMOR 109