BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1 Kesimpulan Seiring dengan berkembangnya teknologi, kemajuan jaman, dan globalisasi, ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia pun semakin variatif. Sebagai negara berkembang yang memiliki kekayaan sumber daya alam, ancaman yang muncul tidak hanya terjadi pada skala makro yang menyasar kepada negara, namun juga pada skala mikro atau individu warga negara. Ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang bentuknya lebih variatif ini merupakan hal yang harus diantisipasi karena hal ini akan mempengaruhi ketahanan nasional Indonesia. TNI dan Polri sebagai pemegang amanah dalam hal pertahanan keamanan negara tentunya memiliki keterbatasan dalam bertindak. Dengan keterbatasan yang dimiliki oleh TNI dan Polri, maka sistem pertahanan semesta yang melibatkan rakyat menjadi penting. Bela negara menjadi suatu hal yang harus dilakukan oleh setiap warga negara. Keterlibatan dan partisipasi aktif warga negara dalam melakukan pembelaan terhadap negara merupakan usaha yang dilakukan dalam rangka mempertahankan eksistensi negara bangsa dari ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan. Warga negara selaku elemen masyarakat sipil harus turut bertanggung jawab atas pertahanan dan keamanan negara. Berdasarkan dari hasil temuan-temuan data di lapangan dan analisis yang peneliti lakukan, dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa: 125
126 Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Klaten telah melakukan partisipasi dalam kegiatan bela negara di Kabupaten Klaten melalui berbagai tahapan dan kegiatan yang dilakukan yakni lewat empat model kegiatan. Keempat model kegiatan itu adalah model kegiatan yang bersifat ideologis, model kegiatan yang bersifat sosial-interaksional, model kegiatan yang bersifat pembinaan jasmaniah dan model kegiatan yang bersifat aksi. Keempat model kegiatan itu menghasilkan tiga hal terkait dengan bela negara yakni pemahaman terhadap bela negara, kesadaran tentang bela negara, dan komitmen terhadap bela negara. Dari pemahaman, kesadaran, dan komitmen terhadap bela negara di Kabupaten Klaten, hal ini memberikan implikasi terhadap ketahanan wilayah. Implikasi secara langsung terlihat pada implikasi terhadap pancagatra, sedangkan pada trigatra implikasinya terlihat secara tidak langsung. Implikasi terhadap pancagatra terdapat pada aspek ideologi, aspek politik, aspek sosial budaya, dan aspek pertahanan keamanan. Satu aspek lainnya yaitu aspek ekonomi tidak memiliki pengaruh karena Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Klaten belum memiliki pemahaman terhadap kegiatan-kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat sehingga tidak melaksanakan kegiatan yang terkait dengan aspek ekonomi. Ketahanan nasional pada hakekatnya merupakan suatu bentuk dari survival, cara untuk bertahan hidup suatu negara bangsa dengan menggunakan filsafat eksistensialisme. Survival bisa dilihat dalam 3 tataran, yaitu tataran individu, tataran sosial, dan tataran sistem. Sistem pertahanan rakyat semesta sebagai salah satu perwujudan dari bela negara merupakan salah satu bentuk antropologis, yaitu
127 membangun pranata sosial dan budaya pada setiap cabang di masyarakat dimana pranata tersebut merupakan bentuk survival pada tataran sistem. Sistem tersebut membangun jaringan dan membangun kekuatan yang pada akhirnya akan membentuk suatu daya tangkal bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Pada tataran mikro, hal tersebut merupakan bentuk dari ketahanan wilayah. Sebuah wilayah yang mampu membangun sistem ketahanannya dengan baik akan menjadi wilayah yang tangguh. Kabupaten Klaten dimana di dalamnya terdapat organisasi Purna Paskibraka Indonesia mampu membangun sistem ketahanannya dengan cara melakukan sinergi dengan instansi terkait seperti Komando Distrik Militer dan Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga. Sinergi lintas instansi dan organisasi ini mampu mewujudkan Kabupaten Klaten sebagai wilayah yang aman dan tangguh dari sisi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Alur partisipasi bela negara yang dilakukan oleh Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Klaten dimulai sejak masuk di Paskibraka Kabupaten Klaten. Setelah masuk di Paskibraka Kabupaten Klaten, para anggota Paskibraka mendapatkan pendidikan dan latihan seputar Kepaskibrakaan dan Wawasan Kebangsaan. Pendidikan dan latihan ini menjadi bekal bagi anggota Paskibraka dalam bertugas mengibarkan bendera merah putih pada upacara 17 Agustus. Setelah upacara 17 Agustus selesai, para anggota Paskibraka dilantik menjadi Purna Paskibraka Indonesia. Pada saat menjadi Purna Paskibraka inilah para anggota Purna Paskibraka Indonesia memikul tanggung jawab yang lebih besar dan lebih luas, yaitu menjaring calon Paskibraka baru, membina Paskibraka di sekolah masing-masing, dan
128 mensosialisasikan serta menanamkan nilai-nilai nasionalisme di masyarakat dan lingkungan sekitar. Hal ini bertujuan agar semangat nasionalisme yang dimiliki oleh para anggota Paskibraka bisa ditiru dan diterapkan oleh masyarakat luas. Dari partisipasi yang dilakukan oleh Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Klaten, hal tersebut menunjukkan bahwa ada keterlibatan mental dan emosional dalam melakukan bela negara. Partisipasi dalam bela negara merupakan bagian yang penting dalam membangun bangsa. Para anggota Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Klaten menunjukkan rasa memiliki yang tinggi terhadap bangsa dan negara Indonesia, memiliki kebanggaan terhadap jatidiri sebagai bangsa Indonesia, dan memiliki cita-cita menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang besar. Keterlibatan mental dan emosional ini berada pada ranah kelompok, yaitu organisasi Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Klaten. Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Klaten sebagai suatu organisasi memiliki tujuan menghimpun dan membina para anggota agar menjadi Warga Negara Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa Pancasila, setia dan patuh pada Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjadi Pandu Ibu Pertiwi. Partisipasi yang dilakukan oleh Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Klaten dalam bela negara memacu untuk berkontribusi pada terciptanya nasionalisme di masyarakat luas, dimana para anggota Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Klaten ikut bertanggung jawab di dalamnya sebagai agent of change. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Davis (1967) partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental dan emosional seseorang dalam
129 sebuah kelompok yang memacu untuk berkontribusi pada tujuan bersama dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. 7.2. Rekomendasi Berdasarkan analisis dan kesimpulan di atas, dalam hal ini peneliti memberikan beberapa rekomendasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan yakni sebagai berikut: 1. Untuk mewujudkan sekolah berwawasan paskibraka, Paskibraka hendaknya menjadi ujung tombak dalam kegiatan bela negara di Indonesia, khususnya di daerah Kabupaten Klaten. Meskipun banyak Organisasi Masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan Komunitas, Purna Paskibraka Indonesia inilah yang lebih memiliki kemampuan dan kapasitas, serta dasar ideologis untuk menjadi ujung tombak sekaligus role model bagi kegiatan bela negara di daerahdaerah. 2. Untuk organisasi Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Klaten, hendaknya dalam bidang ekonomi supaya lebih dikembangkan lagi, khususnya ekonomi kreatif. Pada nomenklatur kepengurusan sudah terdapat divisi Bina Usaha dan Koperasi, hal ini bisa dimanfaatkan untuk mendorong para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah untuk memproduksi barang-barang kerajinan yang bertemakan nasionalisme. Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Klaten bisa melakukan pendampingan dalam proses produksi dan penjualan bendera, badge, pin, serta atribut yang bernuansa nasionalisme. Dengan melakukan
130 pendampingan terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah produk kerajinan yang bertemakan nasionalisme, hal ini bisa menjadi solusi untuk pendanaan organisasi. 3. Untuk pemerintah daerah, supaya memperhatikan koordinasi lintas sektor ketika kegiatan 17 Agustus berlangsung. Kegiatan 17 Agustus merupakan kegiatan skala besar sekaligus sakral. Untuk itu hendaknya koordinasi dan pendampingan dilakukan secara maksimal agar para generasi muda yang tergabung dalam organisasi Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Klaten memiliki peran yang lebih besar.