BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 7.1 Kesimpulan. ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. sekaligus (Abdullah, 2006: 77). Globalisasi telah membawa Indonesia ke dalam

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sosial. Didalamnya sekaligus terkandung makna tugas-pekerjaan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki masyarakat yang banyak. Hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Sasaran Pemberdayaan Pemuda Berlin Ditinjau dari Aktivitas Organisasi Kepemudaannya

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Beberapa kesimpulan menjawab rumusan masalah tentang pemahaman nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasukan Pengibar Bendera Pusaka atau yang lebih dikenal dengan

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

Manfaat Belajar Pendidikan Pancasila bagi Mahasiswa

2017, No Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang

I. PENDAHULUAN. membuat negera kita aman, bahkan sampai saat ini ancaman dan gangguan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 6 PENUTUP. 122 Universitas Indonesia

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL VII PURNA PASKIBRAKA INDONESIA Nomor : 05/MUNAS-VII/PPI/2016

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

ASTAGATRA. Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya

KEBIJAKAN DIREKTORAT KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA DAN TRADISI

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20. tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang berbunyi :

2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Le

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PROGRAM PENYEBARAN DAN PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH Dl PERSADA NUSANTARA

PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA HARI GURU NASIONAL TAHUN 2014 DAN HUT KE-69 PGRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya.

PELAKSANAAN PENGAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM UPAYA PEMBENTUKAN WAWASAN KEBANGSAAN PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 4 DELANGGU

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. penelitian yang dirumuskan dari gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEDOMAN PELAKSANAAN PERINGATAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2013

BAB. III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Nasionalisme melahirkan sebuah kesadaran melalui anak-anak bangsa. penindasan, eksploitasi dan dominasi.

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

DRAFT 16 Maret 2012 PERATURAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 02/Per/M.KUKM/IV/2012 TENTANG PENGGUNAAN LAMBANG KOPERASI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dafin Nurmawan, 2014 Gema Hanura sebagai media pendidikan politik

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan implikasi penelitian yang

KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh orang tua, pemerintah, pendidik maupun masyarakat.

POINTER PAPARAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KEHORMATAN PESERTA PENDIDIKAN KETAHANAN NASIONAL UNTUK PEMUDA (TANNASDA)

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

SAMBUTAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF PADA UPACARA BENDERA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KEMERDEKAAN KE-69 REPUBLIK INDONESIA 17 AGUSTUS 2014

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BUPATI KULONPROGO SAMBUTAN PADA ACARA UPACARA BENDERA TANGGAL 17 AGUSTUS 2012 TINGKAT KABUPATEN KULONPROGO Wates, 17 Agustus 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

2016, No untuk Mengikuti Pendidikan Akademi Militer di Luar Negeri; Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM BADAN PERWAKILAN MAHASISWA Gedung Pusgiwa FMIPA UI Depok

MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Pemuda dan Olahraga untuk menyusun dan merumuskan.kebijakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DESA DAWAN KLOD NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SELAKU INSPEKTUR UPACARA PADA ACARA PERINGATAN HARI BELA NEGARA TAHUN 2015 JAKARTA, 19 DESEMBER 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERINGATAN HARI IBU (PHI) KE-89 TAHUN 2017

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.

RENCANA KONSEP KADERISASI MAHASISWA TEKNIK METALURGI 2009

USULAN PROGRAM KEGIATAN TA 2018 BADAN KESBANGPOL DIY DISAMPAIKAN PADA ACARA FORUM PERANGKAT DAERAH TANGGAL 30 MARET 2017

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan bahwa keunggulan suatu bangsa bertumpu pada keunggulan

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PELAKSANAAN SELEKSI PASKIBRA KABUPATEN SEMARANG TAHAP II TAHUN 2014

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran

2016, No Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesi

BAB I PENDAHULUAN. sadar ini menunjukkan sifat pendidikan itu yang memanusiakan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia untuk mempertahankan dan

BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS PADA PELANTIKAN PENGURUS PIMPINAN ANAK CABANG (PAC) PEMUDA PANCASILA KECAMATAN PINGGIR

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI WAWASAN KEBANGSAAN BERBASIS KEORGANISASIAN MAHASISWA DALAM MENINGKATKAN NASIONALISME

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

MATERI LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN OSIS ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH ( OSIS )

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa muda pada umumnya dapat dipandang sebagai salah satu tahap

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

BAB IV PEMUDA DAN SOSIALISASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN SE KABUPATEN JEMBRANA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SELAKU INSPEKTUR UPACARA PADA ACARA PERINGATAN HARI BELA NEGARA TAHUN 2015

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran dari adanya suatu pembangunan adalah menciptakan

Transkripsi:

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1 Kesimpulan Seiring dengan berkembangnya teknologi, kemajuan jaman, dan globalisasi, ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia pun semakin variatif. Sebagai negara berkembang yang memiliki kekayaan sumber daya alam, ancaman yang muncul tidak hanya terjadi pada skala makro yang menyasar kepada negara, namun juga pada skala mikro atau individu warga negara. Ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang bentuknya lebih variatif ini merupakan hal yang harus diantisipasi karena hal ini akan mempengaruhi ketahanan nasional Indonesia. TNI dan Polri sebagai pemegang amanah dalam hal pertahanan keamanan negara tentunya memiliki keterbatasan dalam bertindak. Dengan keterbatasan yang dimiliki oleh TNI dan Polri, maka sistem pertahanan semesta yang melibatkan rakyat menjadi penting. Bela negara menjadi suatu hal yang harus dilakukan oleh setiap warga negara. Keterlibatan dan partisipasi aktif warga negara dalam melakukan pembelaan terhadap negara merupakan usaha yang dilakukan dalam rangka mempertahankan eksistensi negara bangsa dari ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan. Warga negara selaku elemen masyarakat sipil harus turut bertanggung jawab atas pertahanan dan keamanan negara. Berdasarkan dari hasil temuan-temuan data di lapangan dan analisis yang peneliti lakukan, dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa: 125

126 Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Klaten telah melakukan partisipasi dalam kegiatan bela negara di Kabupaten Klaten melalui berbagai tahapan dan kegiatan yang dilakukan yakni lewat empat model kegiatan. Keempat model kegiatan itu adalah model kegiatan yang bersifat ideologis, model kegiatan yang bersifat sosial-interaksional, model kegiatan yang bersifat pembinaan jasmaniah dan model kegiatan yang bersifat aksi. Keempat model kegiatan itu menghasilkan tiga hal terkait dengan bela negara yakni pemahaman terhadap bela negara, kesadaran tentang bela negara, dan komitmen terhadap bela negara. Dari pemahaman, kesadaran, dan komitmen terhadap bela negara di Kabupaten Klaten, hal ini memberikan implikasi terhadap ketahanan wilayah. Implikasi secara langsung terlihat pada implikasi terhadap pancagatra, sedangkan pada trigatra implikasinya terlihat secara tidak langsung. Implikasi terhadap pancagatra terdapat pada aspek ideologi, aspek politik, aspek sosial budaya, dan aspek pertahanan keamanan. Satu aspek lainnya yaitu aspek ekonomi tidak memiliki pengaruh karena Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Klaten belum memiliki pemahaman terhadap kegiatan-kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat sehingga tidak melaksanakan kegiatan yang terkait dengan aspek ekonomi. Ketahanan nasional pada hakekatnya merupakan suatu bentuk dari survival, cara untuk bertahan hidup suatu negara bangsa dengan menggunakan filsafat eksistensialisme. Survival bisa dilihat dalam 3 tataran, yaitu tataran individu, tataran sosial, dan tataran sistem. Sistem pertahanan rakyat semesta sebagai salah satu perwujudan dari bela negara merupakan salah satu bentuk antropologis, yaitu

127 membangun pranata sosial dan budaya pada setiap cabang di masyarakat dimana pranata tersebut merupakan bentuk survival pada tataran sistem. Sistem tersebut membangun jaringan dan membangun kekuatan yang pada akhirnya akan membentuk suatu daya tangkal bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Pada tataran mikro, hal tersebut merupakan bentuk dari ketahanan wilayah. Sebuah wilayah yang mampu membangun sistem ketahanannya dengan baik akan menjadi wilayah yang tangguh. Kabupaten Klaten dimana di dalamnya terdapat organisasi Purna Paskibraka Indonesia mampu membangun sistem ketahanannya dengan cara melakukan sinergi dengan instansi terkait seperti Komando Distrik Militer dan Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga. Sinergi lintas instansi dan organisasi ini mampu mewujudkan Kabupaten Klaten sebagai wilayah yang aman dan tangguh dari sisi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Alur partisipasi bela negara yang dilakukan oleh Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Klaten dimulai sejak masuk di Paskibraka Kabupaten Klaten. Setelah masuk di Paskibraka Kabupaten Klaten, para anggota Paskibraka mendapatkan pendidikan dan latihan seputar Kepaskibrakaan dan Wawasan Kebangsaan. Pendidikan dan latihan ini menjadi bekal bagi anggota Paskibraka dalam bertugas mengibarkan bendera merah putih pada upacara 17 Agustus. Setelah upacara 17 Agustus selesai, para anggota Paskibraka dilantik menjadi Purna Paskibraka Indonesia. Pada saat menjadi Purna Paskibraka inilah para anggota Purna Paskibraka Indonesia memikul tanggung jawab yang lebih besar dan lebih luas, yaitu menjaring calon Paskibraka baru, membina Paskibraka di sekolah masing-masing, dan

128 mensosialisasikan serta menanamkan nilai-nilai nasionalisme di masyarakat dan lingkungan sekitar. Hal ini bertujuan agar semangat nasionalisme yang dimiliki oleh para anggota Paskibraka bisa ditiru dan diterapkan oleh masyarakat luas. Dari partisipasi yang dilakukan oleh Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Klaten, hal tersebut menunjukkan bahwa ada keterlibatan mental dan emosional dalam melakukan bela negara. Partisipasi dalam bela negara merupakan bagian yang penting dalam membangun bangsa. Para anggota Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Klaten menunjukkan rasa memiliki yang tinggi terhadap bangsa dan negara Indonesia, memiliki kebanggaan terhadap jatidiri sebagai bangsa Indonesia, dan memiliki cita-cita menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang besar. Keterlibatan mental dan emosional ini berada pada ranah kelompok, yaitu organisasi Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Klaten. Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Klaten sebagai suatu organisasi memiliki tujuan menghimpun dan membina para anggota agar menjadi Warga Negara Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa Pancasila, setia dan patuh pada Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjadi Pandu Ibu Pertiwi. Partisipasi yang dilakukan oleh Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Klaten dalam bela negara memacu untuk berkontribusi pada terciptanya nasionalisme di masyarakat luas, dimana para anggota Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Klaten ikut bertanggung jawab di dalamnya sebagai agent of change. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Davis (1967) partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental dan emosional seseorang dalam

129 sebuah kelompok yang memacu untuk berkontribusi pada tujuan bersama dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. 7.2. Rekomendasi Berdasarkan analisis dan kesimpulan di atas, dalam hal ini peneliti memberikan beberapa rekomendasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan yakni sebagai berikut: 1. Untuk mewujudkan sekolah berwawasan paskibraka, Paskibraka hendaknya menjadi ujung tombak dalam kegiatan bela negara di Indonesia, khususnya di daerah Kabupaten Klaten. Meskipun banyak Organisasi Masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan Komunitas, Purna Paskibraka Indonesia inilah yang lebih memiliki kemampuan dan kapasitas, serta dasar ideologis untuk menjadi ujung tombak sekaligus role model bagi kegiatan bela negara di daerahdaerah. 2. Untuk organisasi Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Klaten, hendaknya dalam bidang ekonomi supaya lebih dikembangkan lagi, khususnya ekonomi kreatif. Pada nomenklatur kepengurusan sudah terdapat divisi Bina Usaha dan Koperasi, hal ini bisa dimanfaatkan untuk mendorong para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah untuk memproduksi barang-barang kerajinan yang bertemakan nasionalisme. Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Klaten bisa melakukan pendampingan dalam proses produksi dan penjualan bendera, badge, pin, serta atribut yang bernuansa nasionalisme. Dengan melakukan

130 pendampingan terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah produk kerajinan yang bertemakan nasionalisme, hal ini bisa menjadi solusi untuk pendanaan organisasi. 3. Untuk pemerintah daerah, supaya memperhatikan koordinasi lintas sektor ketika kegiatan 17 Agustus berlangsung. Kegiatan 17 Agustus merupakan kegiatan skala besar sekaligus sakral. Untuk itu hendaknya koordinasi dan pendampingan dilakukan secara maksimal agar para generasi muda yang tergabung dalam organisasi Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Klaten memiliki peran yang lebih besar.