MEMBEBASKAN KULONPROGO DARI BAHAYA NARKOBA

dokumen-dokumen yang mirip
KULONPROGO BANGKIT TANGGULANGI AIDS

TANTANGAN KIE KB KULONPROGO 2010

(BPMPDP dan KB) Kabupaten Kulonprogo. Prestasi yang dimaksud adalah diperolehnya predikat

Memadukan BBGRM dan Harganas Di Kulonprogo

1 DESEMBER HARI AIDS SE-DUNIA Stop AIDS: Akses untuk Semua! Mardiya. Kondisi tersebut jauh meningkat dibanding tahun 1994 lalu yang menurut WHO baru

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat memprihatinkan. Bahkan jumlah kasus. narkotika selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

KADER IMP, SEBUAH CATATAN

KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/155/KEP/ /2016 TENTANG TIM KELOMPOK KERJA KAMPUNG KELUARGA BERENCANA KABUPATEN BANYUWANGI

Visi Misi Baru, Mengembalikan Kejayaan KB?

O. BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3

KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI

sebagai kegiatan utama dalam hal memberikan informasi dilaksanakan oleh semua PIK Remaja dengan cara dan

TANTANGAN KIE KKB KULONPROGO 2015

1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi


Program Gen Re dalam penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja

Kulon Progo adalah sebanyak peserta atau 87,99% dari total Perkiraan Permintaan Masyarakat (PPM)/Target sebanyak Tingkat Kemandiriannya

MENGGUGAH KEPEDULIAN REMAJA TERHADAP PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

HASIL LOKAKARYA REVIEW PENANGGULANGAN HIV & AIDS PROVINSI JAWA TENGAH

URUSAN WAJIB KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

LAPORAN KETUA PANITIA PADA PUNCAK ACARA PERINGATAN HARI KELUARGA NASIONAL (HARGANAS) XVI TAHUN 2009 KABUPATEN KULON PROGO

SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN DAERAH 1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi

L. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

BAB 1 PENDAHULUAN. maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan undang-undang yang

L. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

MENINGKATKAN PERAN SERTA REMAJA DALAM PELEMBAGAAN KELUARGA KECIL BAHAGIA SEJAHTERA MENUJU PENDUDUK TUMBUH SEIMBANG 2015

Revisi Pedoman Pelaporan dan Pencatatan. Pemutakhiran pedoman pencatatan Monev

BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang

BETAPA SERIUSNYA PERMASALAHAN REMAJA KITA

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

L. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN,

BUPATI KULON PROGO Sambutan Pada Acara UPACARA BENDERA 17 JUNI 2013 TINGKAT KABUPATEN KULON PROGO Wates, 17 Juni 2013

MENJADI KADER IMP DI ERA OTONOMI

GEREBEG PASAR: DONGKRAK KESERTAAN KB PRIA

PEDOMAN PEDULI OBAT DAN PANGAN AMAN GERAKAN NASIONAL

Evaluasi Hasil Renja SKPD Perangkat Daerah : Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Bima Periode Pelaksanaan: 2016

SAMBUTAN BUPATI KULON PROGO

Menggemakan KB Lewat Seni di Kulonprogo

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN HASIL SURVAI INDIKATOR KINERJA RPJMN 2015 BKKBN PROVINSI JAMBI

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI

BAB 29 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA KECIL BERKUALITAS SERTA PEMUDA DAN OLAHRAGA

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PELAJAR TERHADAP PROGRAM GENERASI BERENCANA DI SMA NEGERI 13 MEDAN TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya yang lebih dikenal dengan

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA ELATAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI

PENDIDIKAN KEPENDUDUKAN BAGI REMAJA MASALAH DAN SOLUSI Oleh: Sunartiningsih, SE

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Narkotika di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah personil yang di Direktorat Reserse Narkotika dan

I. PENDAHULUAN. sebanyak 237,6 juta jiwa, dengan 27,6% dari jumlah penduduknya adalah remaja

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

IV. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. A. Sejarah dan Letak Badan Narkotika Provinsi (BNP)

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

MENGENAL DAN MENANGGULANGI RUMORS KB

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG BADAN NARKOTIKA PROVINSI (BNP) LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROGRAM DAN PELAYANAN KESPRO DI BPPM DIY DISAMPAIKAN DALAM JOGJA UPDATE MEI 2013

BAB I PENDAHULUAN. BKKBN merupakan singkatan dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat

DAFTAR PELATIHAN KHA YANG TELAH DILAKUKAN TAHUN 2012

BAB II INFORMASI TENTANG GENERASI BERENCANA. remaja masa kini yang kian kompleks, yang bertujuan akhir untuk mengatasi laju

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

MEKANISME PENGELOLAAN PIK REMAJA/MAHASISWA DRS. ABD. HARIS ISMAIL. KABID. KS / PK BKKBN Provinsi Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN.

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR : 53 TAHUN 2008 TENTANG

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH TAHUN 2017 KABUPATEN BLITAR

proses kaderisasi. Adanya dukungan kebijakan yang tidak diimbangi dukungan dana yang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai angka 237,641,326. Maka dengan tingginya jumlah penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR Tahun Anggaran 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYEBARAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR

KEPALA DESA KALIBENING KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KALIBENING KECAMATAN DUKUN NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG

Rencana Program Media Sosialisasi Perda No: 3 Tahun 2000

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

BAB 29 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA KECIL BERKUALITAS SERTA PEMUDA DAN OLAHRAGA

GUBERNUR LAMPUNG KEPUTUSAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR : G/15~ /V.12/HK/2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR

Potret KB DIY dan Tantangan ke Depan

9. SKPD : BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

KATA PENGANTAR. Salah satu dari keempat NSPK yang diterbitkan dalam bentuk pedoman ini adalah Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Anak.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permasalahan remaja yang dihadapi sekarang berkaitan dengan

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 309 TAHUN 2015

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF V.1 Rencana Program V.1.1. Rencana Program Keluarga

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

POSDAYA PENGASIH, UBAH YANG BIASA JADI LUAR BIASA

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

Transkripsi:

Artikel MEMBEBASKAN KULONPROGO DARI BAHAYA NARKOBA Eko Wisnu Wardana dan Mardiya Sebagai daerah yang terbuka dan memiliki akses jaringan informasi yang kuat, Kulonprogo selain dapat mengambil kemanfaatan positif guna memajukan wilayah, mau tidak mau harus menerima kenyataan bahwa hal tersebut juga membawa ekses negatif dalam bentuk banyaknya bahaya yang mengancam kehidupan penduduk. Salah satu bentuknya adalah maraknya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Tertangkapnya dua pelajar asal luar Kulonprogo yang membawa psikotropika berupa pil kamlet warna biru dan pil rikloma warna hijau di salah satu warung bakso di Sentolo, Kamis (28/3) lalu menjadi bukti tak terbantahkan begitu rentannya Kulonprogo terhadap bahaya narkoba. Ini belum termasuk kasus penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba yang terungkap oleh Sat Narkoba Polres Kulonprogo dengan pelaku penduduk setempat maupun luar daerah. Pertanyaannya, seiring dengan makin maraknya kasus penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di daerah lain baik di lingkup DIY maupun nasional, mampukah Kulonprogo membebaskan diri dari bahaya narkoba? Jawaban atas pertanyaan tersebut, memang cukup rumit. Tentu jauh lebih mudah menjawab tidak, bila kita bersikap masa bodoh terhadap bahaya narkoba di Kulonprogo. Sebaliknya kita membutuhkan pemikiran yang cukup njlimet bila kita menjawab ya, karena itu memerlukan upaya tindak lanjut untuk mewujudkannya. Namun sebagai warga Kulonprogo yang baik, sekaligus peduli terhadap kemajuan dan kesejahteran Kulonprogo ke depan, kita harus berani mengatakan satu kata ya dengan segala konsekuensinya. 1

Keberanian mengatakan bahwa Kulonprogo mampu untuk membebaskan diri dari bahaya narkoba, setidaknya dilandasi oleh dua hal. Pertama, seiring dengan diadakannya Lomba Kampung Bersih Narkoba (LKBN) sekarang ini di Kulonprogo telah dirintis tujuh wilayah pedukuhan di Kecamatan Wates dan Panjatan sebagai kampung bersih narkoba. Ketujuh pedukuhan tersebut adalah Wonosidi Lor, Wonosidi Kidul, Wetan Pasar, Kedungdowo, Kriyanan, dan Gadingan yang masuk wilayan Desa Wates Kecamatan Wates serta Dusun Gotakan I yang masuk wilayah Desa Gotakan Kecamatan Panjatan. Perintisan kampung bebas narkoba bukan sekedar statement pemerintah daerah saja, tetapi telah dibarengi dengan upaya sosialisasi bahaya narkoba secara swadaya melalui berbagai strategi, baik berupa pertemuan penyuluhan maupun penyampaian pesan lewat spanduk, stiker, tulisan di tembok-tembok rumah, gubahan lagu dan media lainnya. Juga melalui pengajian, arisan atau kegiatan seni budaya, olah raga maupun kepemudaan. Bahkan di pedukuhan Wonosidi Lor Desa Wates upaya sosialisasi bahaya narkoba dilakukan pula melalui kegiatan kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR) yang belakangan makin diintensifkan pembinanannya. Termasuk di sini kegiatan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK- Remaja) yang salah satu fokusnya adalah penyebarluasan informasi tentang Triad Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) yakni Seksualitas, Napza dan HIV/AIDS. Kedua, adanya upaya dari Polres Kulonprogo dalam hal ini Sat Narkoba bersama Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait seperti Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan Desa Perempuan dan Keluarga Berencana dan lain-lain untuk bersama-sama seluruh elemen masyarakat memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Kulonprogo. Wujud dari komitmen itu adalah telah, sedang dan akan terus dilaksanakannya 2

penyuluhan dan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) tentang bahaya narkoba. Unsur lain yang terlibat tidak hanya Badan Narkoba Kabupaten dan Komisi Penanggulangan AIDS, tetapi juga dari, kader LKBN, Granat, Gannas, dan para penyuluh agama di lingkup Kantor Kementerian Agama Kabupaten dan lain-lain. Penyuluhan dan KIE ini telah disinergikan melalui koordinasi dan kerjasama yang harmonis di antara unsur terkait tersebut. Bahkan seiring dengan peringatan Hari Anti Narkoba Internasional 2010 di Kulonprogo, telah dibuat formulasi sosialisasi bersama dalam bentuk penyuluhan bahaya narkoba dan ketentuan pidana bagi pengguna dan pengedar menurut UU No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Sosialisasi ini melibatkan lebih dari 26 institusi pendidikan, LSM dan kelompok masyarakat peduli bahaya narkoba dengan peserta tidak kurang dari 300 orang. Yang kemudian perlu dipikirkan bersama adalah bagaimana memperluas jangkauan agar informasi tentang bahaya narkoba ini dapat diketahui oleh seluruh warga masyarakat di semua tingkatan berdasarkan kategori umur, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, status perkawinan, jenis kelamin dan agama/kepercayaan yang dianut. Termasuk di dalamnya adalah tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuda dan alim ulama. Organisasi profesi seperti Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Paguyupan Seni dan lain-lain juga harus menjadi sasaran penyuluhan dengan harapan nanti mereka mau menyebarluaskan informasi tersebut pada rekan-rekan seprofesinya. Harus diakui, untuk membebaskan Kulonprogo dari bahaya narkoba, masih banyak pekerjaan yang harus kita lakukan. Selain mengkondisikan agar tiga faktor utama penyebab penyalahgunaan narkoba yakni faktor individu, faktor lingkungan/sosial dan faktor ketersediaan dapat dinetralisir, harus pula dilakukan upaya terencana dan berkesinambungan 3

dengan melibatkan masyarakat langsung untuk memonitor, mengawasi mencegah dan melaporkan berbagai peristiwa yang berkaitan dengan peredaran gelap narkoba. Ini belum termasuk berbagai kegiatan dukungan yang berpengaruh positif terhadap upaya pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba melalui kegiatan ekonomi produktif, kegiatan lomba-lomba dan aktivitas sosial lainnya seperti kerja bakti, sambatan, dan lain-lain. Memperkuat gaung pencegahan narkoba melalui media cetak dalam bentuk leaflet, buku atau booklet, media elektronik dalam bentuk siaran/dialog interaktif bahaya narkoba melalui radio/televisi serta penciptaan blog/website Kampung Bersih Narkoba, menjadi pekerjaan ke depan yang membutuhkan perencanaan dan pengelolaan yang matang. Namun, seberat apapun pekerjaan yang harus kita kerjakan, Kulonprogo yang bebas dari bahaya narkoba harus menjadi obsesi bersama. Dengan demikian, semua pihak memiliki tanggungjawab yang besar untuk mewujudkannya. Bukan sebatas di perkataan, tetapi harus diwujudkan dalam kegiatan nyata sesuai dengan porsi dan kemampuan di bidang masingmasing. Karena hanya dengan cara itulah bahaya narkoba dapat diantisipasi, peredaran gelap narkoba dapat dicegah dan penyalahgunaan narkoba dapat diberantas. semoga. Drs. Eko Wisnu Wardana, Kabag Administrasi Kesra Setda Kulonprogo dan Pengurus Badan Narkoba Kabupaten (BNK) Drs. Mardiya, Kasubid Advokasi Konseling dan Pembinaan Kelembagaan KB dan Kesehatan Reproduksi Badan PMPDP dan KB Kulonprogo Catatan: Mohon artikel ini dapat diterbitkan dalam bentuk kerjasama antara KR dengan BPMPDP dan KB Kab. Kulonprogo pada hari Sabtu, 26 Juni 2010 bersamaan dengan Puncak Peringatan Hari Anti Narkoba Internasional (HANI) Tingkat Provinsi DIY yang penyelenggaraannya dipusatkan di Alun-alun Wates Kabupaten Kulonprogo yang menurut rencana akan dihadiri Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X. Untuk Tindak lanjut hubungi Drs. Mardiya HP 081328819945 4

5