BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

dokumen-dokumen yang mirip
2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

I. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan mata pelajaran biologi di Madrasah Aliyah (MA) adalah agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN. belajar dari teori kognitif (Efi, 2007). Pendidikan Biologi diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tri Suci Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

BAB I PENDAHULUAN. siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Endro Widodo, 2014 Efektivitas pembelajaran berbasis praktikum pada uji zat makanan di kelas XI

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

I. PENDAHULUAN. Kimia adalah salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. (Tim BSNP, 2006: 1). Menurut Rustaman et al., (2005: 12) biologi merupakan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran, menggambarkan analisis dari materi yang akan. penemuan tentang pengetahuan pembelajaran, dan sebuah perspektif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh seorang guru. Dewasa ini, telah banyak model pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus kepada

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN. Miskwoski, 2005). (Marbach- Ad & Sokolove, 2000). interaksi dengan dunia sosial dan alam. Berdasarkan hasil observasi selama

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).

I. PENDAHULUAN. dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu kimia

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi kimia di

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang

BAB I PENDAHULUAN. terapannya mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. perkembangan ilmu dan teknologi suatu negara. Ketika suatu negara memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nisa Novita Qamayani 2014

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu membentuk individu-individu yang berkompentensi. sesuai bidang keahlian yang dipilih atau yang dimilikinya.

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengerjakan dan memahami matematika dengan benar. keadaan di dalam kehidupan sehari-hari dan di dunia yang selalu berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat berperan dalam pembangunan disegala bidang. Peningkatan mutu

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran yang

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan tinggi pada dasarnya bertujuan untuk

I. PENDAHULUAN. Sains khususnya biologi sangat penting perannya dalam mendorong kemajuan

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

BAB I PENDAHULUAN. fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

I. PENDAHULUAN. dianamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. rasional yang harus dibina sejak pendidikan dasar. (Hasratuddin, 2010 : 19).

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Proses pendidikan dipandang sebagai aktivitas yang dapat

I. PENDAHULUAN. waktu. Model-model pembelajaran konvensional kini mulai ditinggalkan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan kajian kuikulum pada pelajaran IPA, materi kelistrikan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan studi lapangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI METODE DISKUSI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA DIAGRAM DI SMA NEGERI 5 KOTA TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah untuk dilaksanakan secara menyeluruh pada setiap sekolah

Deti Ahmatika Universitas Islam Nusantara, Jl. Soekarno Hatta No. 530, Bandung; Abstrak

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu dari cabang IPA. Ilmu kimia dalam mata

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi sarana proses belajar-mengajar untuk mencapai hasil prestasi siswa

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas 2003:5).

PENDAHULUAN. memberikan bekal untuk menjalani kehidupan. Berdasarkan pendapat. pelatihan. Oleh karena itu, setiap manusia memiliki kewajiban untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan salah satu bidang IPA yang menyediakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya manusia yang cerdas dan terampil (Ristanto, 2010).

I. PENDAHULUAN. karena pembelajarannya mengandung unsur-unsur ilmiah yang menekankan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. sejumlah pengetahuan sebagai mediumnya (Margono, 2005:27)

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan

I. PENDAHULUAN. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, Pelajaran Biologi termasuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Devi Esti Anggraeni, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 menghendaki pembelajaran yang diterapkan di sekolah adalah

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pendidikan yang terus-menerus dan bersifat fleksibel, yaitu pendidikan harus

Hasil belajar biologi siswa ditinjau dari penggunaan berbagai metode mengajar dengan pendekatan discovery

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk pemikir yang jauh lebih baik dari makhluk hidup

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas biasanya masih berfokus

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa proses belajar mengajar merupakan upaya yang dilakukan. aspek yang lain yang digunakan untuk mencapai tujuan.

I. PENDAHULUAN. terbangunnya sebuah peradaban suatu bangsa. Pendidikan di Indonesia banyak

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah suatu proses interaksi yang kompleks dan mengandung

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep yang harus dipahami siswa. Pemahaman dan penguasaan terhadap konsep tersebut akan mempermudah siswa dalam mempelajari biologi pada jenjang yang lebih tinggi. Pemahaman konsep merupakan hal yang penting karena merupakan landasan bagi siswa untuk berfikir. Di samping itu, pemahaman konsep merupakan dasar bagi proses yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi (Dahar, 1996:79). Selain dituntut untuk menguasai konsep, siswa juga harus mampu mengaplikasikan konsep yang dipelajari, mengaitkan satu konsep dengan konsep lain, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dengan konsep-konsep yang dimilikinya tersebut. Setiap siswa memiliki berbagai tingkatan pengetahuan dan pemahaman mengenai berbagai konsep dalam biologi. Tingkat pemahaman ini sangat penting bagi siswa, agar dapat mencapai tujuan belajar bermakna dan nantinya dapat diterapkan dalam kehidupan siswa sehari-hari. Kemampuan siswa dalam menerima suatu konsep tergantung pada kompleksitas dari konsep dan tingkat perkembangan kognitif siswa. Pemahaman dan penguasaan terhadap konsep biologi merupakan dasar bagi siswa, karena siswa baru dapat mengaplikasikan konsep, mengaitkan konsep yang satu dengan konsep yang lain, serta memecahkan masalah yang ia temukan 1

2 apabila siswa tersebut sudah memiliki bekal yaitu pemahaman dan penguasaan konsep yang memadai. Sebagai mata pelajaran yang banyak memiliki konsep, biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang sering dinilai sulit oleh siswa. Hal ini terlihat dari pencapaian siswa (hasil belajar) dalam evaluasi pembelajaran biologi misalnya pada ulangan harian maupun ujian akhir semester (UAS) yang masih kurang memuaskan. Rata-rata nilai biologi yang diperoleh siswa di sekolah masih rendah (Cahyaningsih, 2006:1) yang kemungkinan penyebab rendahnya nilai siswa tersebut adalah adanya kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari biologi khususnya dalam memahami dan menguasai konsep-konsep biologi. Kesulitan siswa dalam menguasai konsep biologi dapat dilatarbelakangi oleh kenyataan di lapangan yang menunjukkan bahwa selama pembelajaran, kegiatan siswa cenderung pasif dengan hanya mendengarkan penjelasan, mencatat informasi, dan mengerjakan soal-soal yang diberikan guru tanpa adanya proses pembentukan konsep oleh siswa itu sendiri. Akibat dari hal tersebut maka siswa cenderung menghapal materi atau konsep sekedar untuk mengerjakan soal-soal saja. Hal ini berdampak pada tidak adanya kebebasan siswa untuk berfikir dan kurangnya kesempatan bagi siswa untuk menggali informasi dan konsep yang dimilikinya, sehingga konsep yang diperoleh bukan merupakan hasil pengetahuan yang dibentuk oleh siswa sendiri. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan reformasi dalam pembelajaran dimana keterlibatan siswa secara aktif dan proses pembelajaran harus menjadi hal yang utama.

3 Selain penguasaan konsep, keterampilan berkomunikasi siswa juga merupakan salah satu hal yang perlu dikembangkan. Seseorang yang memiliki pemahaman dan penguasaan konsep yang baik belum tentu memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik pula. Pembelajaran yang terpusat pada guru menyebabkan siswa bersifat pasif dan hal ini turut berdampak terhadap kemampuan berkomunikasi siswa yang menjadi kurang berkembang. Perlunya pengembangan keterampilan komunikasi siswa didasarkan pada kenyataan bahwa setiap orang memiliki kebutuhan untuk mengemukakan ide, perasaan, dan kebutuhannya. Salah satu prinsip pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 yaitu berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Untuk itu, maka tujuan yang hendak dicapai oleh Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disamping meningkatkan pengetahuan dan konsep peserta didik juga meningkatkan keterampilan proses IPA para peserta didik, dan keterampilan berkomunikasi merupakan salah satu aspek yang perlu dikembangkannya. Menurut Rustaman (2003), kemampuan berkomunikasi merupakan salah satu bagian dari keterampilan proses IPA. Keterampilan berkomunikasi memegang peranan penting karena untuk mencapai interaksi belajar mengajar sudah barang tentu diperlukan komunikasi yang baik antara guru dan siswa, sehingga kegiatan belajar dapat terpadu dan berdaya guna mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan pencapaian dari proses belajar tidak hanya produk saja tetapi ada pula pengembangan keterampilan proses IPA, salah satunya yaitu keterampilan berkomunikasi.

4 Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan tersebut, diduga bahwa salah satu penyebab adanya kesulitan siswa dalam mengembangkan keterampilan komunikasi dan memahami konsep biologi adalah pemilihan dan penggunaan model dan metode pembelajaran yang kurang tepat. Oleh sebab itu, perlu terus diupayakan pengembangan model dan metode pembelajaran yang memberikan kebebasan berfikir pada siswa dan membuat siswa lebih memahami konsep yang mereka pelajari serta dapat pula mengembangkan keterampilan berkomunikasi siswanya sehingga siswa dapat terus menggali berbagai informasi yang ditemukannya. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan dan mengembangkan pemahaman atas materi ajar dan kemampuan berkomunikasi siswa yaitu model pembelajaran berbasis masalah (Amir, 2009). Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pengajaran berdasarkan pada prinsip penggunaan permasalahan sebagai titik awal untuk pengadaan pengetahuan baru. Model pembelajaran berbasis masalah ini menempatkan guru sebagai fasilitator di mana kegiatan belajar mengajar akan dititik beratkan pada keaktifan siswa. Kegiatan belajar ini dapat mengasah kemampuan siswa dalam memahami konsep, menggunakan penalaran, memecahkan masalah, mengemukakan gagasan atau ide (komunikasi) dan mampu bekerjasama. Proses pembelajaran yang mengikut sertakan siswa secara aktif secara individu maupun kelompok, akan lebih bermakna karena dalam proses pembelajaran siswa mempunyai lebih banyak pengalaman.

5 Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat dilakukan melalui studi kasus. Menurut Waterman (1998:3), studi kasus yaitu suatu pembelajaran dan pengajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk mengatur pembelajarannya, di mana mereka menelusuri pengetahuan mereka melalui pengetahuan yang didapat dalam situasi realistis. Pada studi kasus siswa dihadapkan pada masalah-masalah yang menuntut mereka untuk berfikir. Dalam BSNP (2006), salah satu standar kompetensi yang dituntut pada siswa kelas XI yaitu menjelaskan struktur, fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya dalam Salingtemas. Pada standar kompetensi tersebut, konsep sistem saraf masuk di dalam topik bahasannya. Sistem saraf merupakan salah satu konsep dalam biologi yang sangat penting untuk dipahami dan dikuasai oleh siswa, hal ini disebabkan oleh pemahaman terhadap konsep sistem saraf ini akan berkaitan dan berpengaruh terhadap pemahaman konsep lainnya dalam biologi. Selain itu, konsep sistem saraf merupakan salah satu materi yang menarik untuk dijadikan dasar materi penelitian karena terdapat masalah-masalah nyata yang dapat siswa temukan berkaitan dengan konsep ini. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berkomunikasi Siswa Kelas XI pada Konsep Sistem Saraf.

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan tersebut, maka rumusan masalah penelitiannya yaitu Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berkomunikasi siswa kelas XI pada konsep sistem saraf?. Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, dapat dijabarkan beberapa pertanyaan penelitian yaitu: 1. Bagaimanakah efektivitas penerapan model pembelajaran berbasis masalah melalui studi kasus dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa kelas XI pada konsep sistem saraf dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional melalui metode diskusi? 2. Bagaimanakah efektivitas penerapan model pembelajaran berbasis masalah melalui studi kasus dalam meningkatkan keterampilan berkomunikasi (tertulis dan lisan) siswa kelas XI pada konsep sistem saraf dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional melalui metode diskusi? 3. Bagaimanakah hubungan antara penguasaan konsep siswa dengan keterampilan komunikasi siswa kelas XI pada konsep sistem saraf setelah diterapkannya model pembelajaran berbasis masalah? 4. Bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran konsep sistem saraf dengan model pembelajaran berbasis masalah melalui studi kasus?

7 C. Batasan Masalah Ruang lingkup penelitian dibatasi pada beberapa hal seperti yang diuraikan sebagai berikut: 1. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada penelitian ini dilakukan melalui studi kasus. Pembelajaran diawali dengan pemberian permasalahan atau kasus pada siswa dan menuntut siswa untuk mengumpulkan data dan informasi guna menjawab pertanyaan-pertanyaan dan memberi pemecahan masalah atau solusi terhadap kasus tersebut. 2. Penguasaan konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penguasaan konsep yang diukur berdasarkan taksonomi Bloom yang direvisi (Anderson & Krathwohl, 2001). Penguasaan konsep yang diukur meliputi proses kognitif C1 sampai dengan C6 dan dibatasi pada pokok bahasan sistem saraf. 3. Keterampilan berkomunikasi yang diukur adalah keterampilan berkomunikasi secara lisan dan tertulis. Keterampilan berkomunikasi secara lisan diukur melalui aktivitas siswa selama diskusi dan presentasi sedangkan keterampilan berkomunikasi tertulis diukur dari kemampuan siswa mendeskripsikan gambar, grafik, serta menyajikan data dalam bentuk tabel dan diagram atau bagan. 4. Pembelajaran yang digunakan pada kelas kontrol adalah model pembelajaran konvensional melalui metode diskusi, dalam hal ini siswa mendiskusikan soal dalam bentuk LKS.

8 5. Konsep biologi yang dijadikan sebagai bahan penelitian yaitu konsep sistem saraf. D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis efektivitas penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berkomunikasi siswa kelas XI pada konsep sistem saraf. Berdasarkan tujuan penelitian yang dipaparkan di atas maka dapat dijabarkan menjadi tujuan penelitian khusus sebagai berikut. 1. Menganalisis efektivitas model pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa kelas XI pada konsep sistem saraf. 2. Menganalisis efektivitas model pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan keterampilan komunikasi tertulis siswa kelas XI pada konsep sistem saraf. 3. Menganalisis efektivitas model pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan keterampilan komunikasi lisan siswa kelas XI pada konsep sistem saraf. 4. Menganalisis hubungan penguasaan konsep dengan keterampilan komunikasi siswa setelah diterapkannya model pembelajaran berbasis masalah pada konsep sistem saraf. 5. Mengetahui respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran berbasis masalah melalui studi kasus pada konsep sistem saraf.

9 E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang diperoleh yaitu: 1. Bagi Guru Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah pada penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran pada guru mengenai penerapan model pembelajaran berbasis masalah di kelas dan memberi informasi mengenai alternatif model pembelajaran biologi yang dapat diterapkan untuk mengembangkan proses berfikir siswa sehingga penguasaan konsep dan keterampilan berkomunikasi pada siswa juga dapat meningkat. Selain itu, penelitian ini bermanfaat pula sebagai bahan evaluasi bagi guru biologi SMA untuk merencanakan pembelajaran yang tepat dalam membelajarkan materi ini guna meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berkomunikasi pada siswa. 2. Bagi Siswa Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah diharapkan dapat meningkatkan penguasaan konsep sains serta meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa khususnya pada konsep sistem saraf. 3. Bagi peneliti lain Penelitian ini dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan untuk penelitian yang sejenis pada konsep yang lain. Selain itu, dapat pula dijadikan sebagai dasar bagi penelitian lanjutan untuk mengembangkan pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berkomunikasi siswa.

10 F. Asumsi 1. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) lebih dari sekedar model yang efektif untuk mempelajari pengetahuan tertentu, tetapi dapat juga membantu siswa membangun kecakapan sepanjang hidupnya dalam memecahkan masalah, kerjasama tim, dan berkomunikasi (Woods dalam Amir, 2009). G. Hipotesis H 1 : Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap penguasaan konsep dan keterampilan berkomunikasi siswa kelas XI pada pembelajaran konsep sistem saraf di kelas yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dan kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional melalui metode diskusi.