BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Penerapan asesmen kinerja dalam menilai Literasi kuantitatif siswa pada konsep ekosistem

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan literasi kuantitatif dan kurikulum. Apakah merupakan hal

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP PENCAPAIAN LITERASI KUANTITATIF SISWA SMA PADA KONSEP MONERA

PERSEPSI MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI TENTANG LITERASI QUANTITATIF

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mempermudah pembahasan, terlebih dahulu akan diuraikan definisi

2014 PENGUKURAN COGNITIVE LOAD MAHASISWA BIOLOGI PADA PERKULIAHAN ANATOMI TUMBUHAN YANG BERBASIS QUANTITATIVE LITERACY

KEMAMPUAN CALON GURU BIOLOGI DALAM MENYUSUN RUBRIK ANALITIS PADA ASESMEN KINERJA PEMBELAJARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah. C. Batasan Masalah... D. Tujuan Penelitian... E. Manfaat Penelitian.

2014 PENERAPAN ASESMEN BERDASARKAN KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN RESPIRASI SERANGGA DI SMP

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengajarkan sains, guru harus memahami tentang sains. pengetahuan dan suatu proses. Batang tubuh adalah produk dari pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di Indonesia dewasa ini kurang berhasil meningkatkan

2016 KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arini, 2013

2015 PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Karakteristik abad 21 berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Pada abad 21 ini

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mulyati, 2013

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB I PENDAHULUAN. curriculum) ke kurikulum berbasis kompetensi (competency based. menuntut siswa untuk menerapkan langsung konsep yang di dapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penilaian atau asesmen dalam pembelajaran memiliki kedudukan yang

BAB III METODE PENELITIAN. siswa, kesulitan belajar, dan Keterampilan Proses Sains (KPS). Secara

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya belajar matematika tidak terlepas dari peranannya dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizma Yuansih, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional

BAB I PENDAHULUAN. Asesmen merupakan bagian yang sangat penting dalam proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN PENILAIAN AUTENTIK GUNA MENGUKUR PENGETAHUAN DAN KREATIVITAS DALAM PEMBELAJARAN FISIKA PADA PESERTA DIDIK SMA NEGERI 6 PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan

2015 PENALARAN ILMIAH (SCIENTIFIC REASONING) SISWA SEKOLAH BERORIENTASI LINGKUNGAN DAN SEKOLAH MULTINASIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Iing Mustain, 2013

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi. Matematika telah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN. dari diajarkannya matematika di setiap jenjang pendidikan. Selain itu, untuk

LITERASI KUANTITATIF SISWA DITINJAU DARI ASPEK QUANTITY DI KELAS VII A SMPN 03 PONTIANAK

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup global, setiap tahun pada bulan April diselenggarakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pendidikan, baik dalam mengembangkan pemikiran kritis, kreatif,

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pendekatan Pembelajaran Multiple Representations. umum berdasarkan cakupan teoritik tertentu. Pendekatan pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan

ANALISIS LITERASI KUANTITATIF SISWA DALAM ASPEK KONTEN UNCERTAINTY AND DATA PADA MATERI STATISTIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

2015 PENGEMBANGAN ASSESMEN KINERJA UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA PADA KONSEP EKOSISTEM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini,

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

1. Soal tidak serupa PISA : Latihan 1.3 uraian no. 2 hal. 35

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sistem pendidikan nasional merupakan satu kesatuan utuh

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia secara global dan

BAB I PENDAHULUAN. dimana berbagai informasi mudah didapatkan oleh semua orang di. Perkembangan IPTEK yang sangat pesat dapat berimbas pada tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengajar merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN LEARNING LOG UNTUK MENDIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR SISWA SMA PADA MATERI ECHINODERMATA

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi, perdagangan bebas, dan otonomi daerah telah mendesak

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era dengan kemajuan teknologi informasi yang sangat pesat, kehidupan sehari-hari tidak pernah lepas dari matematika. menurut Steen (2001) bahwa abad ke-21 merupakan jaman angka dimana segala informasi berkaitan dengan matematika. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dapat mengetahui berita kenaikan harga bahan pokok dari waktu ke waktu, manusia dapat mengetahui harga yang harus dibayar pada suatu iklan komersial, manusia dapat memutuskan suatu kebijakan dari data statistika misalnya memilih pemimpin dan lain-lain yang cenderung mengedepankan data secara kuantitatif dibandingkan kualitatif. Menurut Crosby (1997) fenomena literasi kuantitatif muncul pertama kali pada akhir abad ke-20. Pentingnya metode kuantitatif pada kehidupan sehari-hari muncul perlahan-lahan pada abad pertengahan misalnya para seniman dan pedagang mulai mempelajari standardisasi pengukuran pada panjang, waktu, dan uang. Kemudian keterampilan literasi kuantitatif berkembang hingga menjadikan abad ke-21 sebagai era angka. Keterampilan literasi kuantitatif sangat penting dan dibutuhkan di era informasi seperti sekarang. Pada jaman dahulu, manusia hanya bisa menulis dan membaca, tapi di era sekarang manusia harus satu level lebih tinggi dari hanya membaca dan menulis sebab mereka harus mampu mengkomunikasikannya dan juga mengolah informasi tersebut agar bisa menjadi data kuantitatif (Beaudrie, 2007). Steen (2001) pada beberapa bukunya mengemukakan pentingnya kemampuan literasi kuantitatif di dunia pendidikan, profesi, dan kehidupan seharihari. Misalnya, bagaimana cara menginterpretasi data pada pamflet informasi pemilihan umum, memahami bagaimana prosedur pemilihan yang berbeda dapat

2 memengaruhi hasil pemilihan umum, memahami jumlah dan urutan magnitudo, menganalisis data demografi, dan memahami perbedaan antara kurs dan perubahan pada kurs. Berdasarkan The International Life Skills Survey (2000) dalam Steen (2001) literasi kuantitatif dapat dijadikan cara untuk memecahkan masalah, sebab literasi kuantitatif merupakan kumpulan kecakapan, pengetahuan, keyakinan, penyusunan, kebiasaan berpikir, komunikasi, kapabilitas, dan kemampuan memecahkan masalah untuk digunakan secara efektif dalam situasi yang menuntut kemampuan kuantitatif yang ada di kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pada survey Policy Research Initiative Statistic Canada, penggunaan data numerik pada kehidupan jaman sekarang yang semakin maju di segala bidang menuntut masyarakat memiliki kecakapan untuk memecahkan masalah terlebih dalam bidang teknologi informasi. Di dalam artikelnya Speth (2010) menuliskan bahwa literasi kuantitatif adalah kemampuan untuk menerapkan matematika pada konteks spesifik atau disiplin. Para ahli biologi selalu mengaplikasikan keterampilan kuantitatif seperti interpretasi data dan artikulasi data. Pendapat lain mengatakan bahwa konsep kuantitatif harus dimasukkan ke dalam pembelajaran biologi seluruhnya termasuk ke dalam kurikulum (National Research Council, 2009). Hal senada diungkapkan oleh Jaafar (2010) bahwa literasi kuantitatif harus diimplementasikan dalam kurikulum dan harus menjadi bagian terintegrasi dari pembelajaran di sekolah. Pembelajaran di sekolah dapat mengadopsi situasi nyata kehidupan sehari-hari untuk dipecahkan dengan keterampilan-keterampilan literasi kuantitatif. Misalnya, pada pembelajaran sains terutama biologi, siswa dapat menggunakan keterampilan literasi kuantitatif untuk pemecahan masalah yang terjadi di lingkungan mereka tinggal. Berdasarkan seluruh paparan yang dikemukakan oleh para ahli, literasi kuantitatif tidak pernah terlepas dan terpisah dengan dunia sains. Literasi

3 kuantitatif pada dunia sains meliputi kemampuan untuk menginterpretasi, merepresentasi, membuat asumsi, melakukan kalkulasi, analisis, dan komunikasi (AAC&U, 2011). Brakke (2003) menyatakan pada dasarnya kemampuan literasi kuantitatif merupakan penunjang di dalam dunia sains. Dalam melakukan suatu penelitian para ahli selalu membuat asumsi, mengumpulkan data, melakukan analisis dalam kerangka kerja membuat keputusan, merancang penelitian, memprediksi, melakukan evaluasi dan pengendalian resiko, dan mengkomunikasikan hasil penelitian kepada masyarakat. Kebutuhan literasi kuantitatif tidak terbatas pada beberapa bidang ilmu. Pada dunia biologi, kebutuhan kemampuan literasi kuantitatif terdapat pada beberapa konsentrasi ilmu seperti dunia genom, teknologi nano, biomaterial, komputasi DNA, neurosains, dan sains lingkungan. Hal tersebut mendorong biologi sebagai biologi abad 21 yang terdiri dari kolaborasi multidisiplin, pengolahan informasi, dan berorientasi pendidikan. Segala bentuk pemodelan, mengelola data, mengenali pola pada bentuk data yang banyak, membutuhkan kemampuan matematika yang canggih dan keterampilan komputasi tinggi. Matematika, statistika, dan sains komputasional telah menjadi elemen esensial dalam biologi. Contoh pembelajaran biologi di sekolah yang membutuhkan kemampuan literasi kuantitatif misalnya; kemampuan siswa dalam menginterpretasi dan mendeskripsikan hasil pengamatan suatu praktikum dalam bentuk tabel dan grafik, menguji hipotesis menggunakan statistika, menghitung dan memprediksi pembelahan suatu bakteri dalam hitungan beberapa jam, menentukan suhu optimal untuk respirasi, dan masih banyak hal lainnya dalam pembelajaran biologi di sekolah. Salah satu materi pembelajaran biologi di sekolah yang membutuhkan keterampilan literasi kuantitatif adalah materi tentang ekosistem. Pada penelitian ini dipilih materi ekosistem karena di dalam Kurikulum 2013 terdapat kompetensi dasar dan pembelajaran ekosistem yang mendukung untuk pengembangan keterampilan literasi kuantitatif yaitu menganalisis informasi atau

4 data, mengkomunikasikan hasil pengamatan, menganalisis hubungan antara komponen biotik dan abiotik serta hubungan antara abiotik dan biotik dalam ekosistem tersebut dan mengaitkannya dengan ketidakseimbangan lingkungan, dan mengumpulkan data eksperimen, melibatkan proses berpikir Higher Order Thinking (HOT) untuk membuat data dalam bentuk grafik, diagram maupun tabel yang diinterpretasi dari suatu fenomena ekologis dan lain-lain. Kemampuan tersebut berkaitan dengan elemen-elemen literasi kuantitatif yang diungkap oleh Frith dan Guston (2011). Materi ekosistem memiliki karakteristik materi yang real life situation atau yang sering dialami dan ditemukan pada kehidupan seharihari. Oleh karena itu, karakteristik materi seperti ini cocok digunakan dalam asesmen alternatif yang menuntut penggunaan konteks-konteks kehidupan nyata pada siswa. Pembelajaran berbasis literasi kuantitatif seharusnya diterapkan dalam pembelajaran sains. Kurikulum 2013 yang sudah diterapkan sekarang di Indonesia didesain untuk proses pembelajaran yang ilmiah. Pembelajaran harus berdasarkan data dan fakta sehingga melatih siswa untuk berpikir ilmiah terhadap suatu fenomena. Steen et al (2001) mengemukakan bahwa terdapat keterlibatan keterampilan literasi kuantitatif seperti penjelasan tentang habit of mind seperti proses berpikir menggunakan prinsip-prinsip dasar dan matematika sederhana yang diaplikasikan untuk menyelesaikan masalah. Pembelajaran biologi di sekolah belum sepenuhnya melatih dan mengarahkan keterampilan literasi kuantitatif. Bagaimanapun, ada beberapa indikator-indikator literasi kuantitatif yang muncul di dalam kurikulum 2013 seperti menginterpretasi, menganalisis, mengasosiasi, mengkomunikasikan. Tentunya kurikulum 2013 sangat terbuka untuk pengembangan keterampilan literasi kuantitatif siswa. Kurikulum 2013 pun didukung oleh penilaian autentik, dimana penilaian ini berdasarkan pada proses belajar siswa.

5 Dalam melakukan asesmen terhadap kemampuan literasi kuantitatif, Wiggins (2003) menuliskan tentang kesulitan menemukan asesmen kontekstual yang otentik. Penilaian yang dilakukan terhadap kemampuan literasi kuantitatif pada umumnya menggunakan kuis yang berisi pertanyaan-pertanyaan seperti interpretasi data, berpikir logis, membuat keputusan, konteks matematika, berpikir angka, dan berpikir simbol. Namun, asesmen ini memiliki kelemahan menurut Wulan (2007) yaitu: 1) hanya menilai pengetahuan ilmiah; 2) penilaian cenderung pada pencapaian prestasi belajar yang terbatas (pengetahuan dan keterampilan); 3) tidak dapat digunakan dalam penilaian penalaran ilmiah lebih dalam; 4) sulit mengukur pemahaman tentang hakekat sains dan proses bagaimana saintis bekerja; 5) seringkali kurang menunjukkan kemampuan siswa yang sesungguhnya; dan 6) kurang sesuai untuk mengukur pencapaian seluruh tujuan penting kurikulum sains di sekolah. Oleh karena itu asesmen tes perlu didampingi oleh asesmen alternatif. Shepard (2000) mengatakan asesmen alternatif lebih dapat memotivasi siswa secara intrinsik dibandingkan asesmen tes. Asesmen alternatif dapat mengukur keterampilan bekerja ilmiah, kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan berbagai kemampuan lainnya yang akan digunakan sepanjang hidup siswa. Asesmen alternatif diperlukan untuk menilai dimensi proses dan hasil belajar siswa yang tidak tergali melalui tes. Menurut Wulan (2003) asesmen alternatif bersifat real task situation, otentik, berpihak kepada siswa dan memberikan umpan balik yang lebih bermakna bagi pengembangan potensi siswa secara menyeluruh. Asesmen alternatif memiliki keunggulan dalam menilai kemampuan siswa secara multidimensi. Untuk menilai kemampuan literasi kuantitatif siswa salahsatunya adalah dengan menggunakan Buku Catatan Interaktif (BCI). Buku ini dikembangkan oleh Teachers Curriculum Institute (TCI). Awal mulanya, buku ini dicetuskan untuk digunakan pada mata pelajaran matematika oleh Swenson pada tahun 1970

6 di California. Hingga akhirnya dibuatlah acuan standar untuk membuat buku catatan interaktif ini sebagai bagian dari pembelajaran sains dan non-sains. Buku catatan interaktif berupa buku spiral atau buku catatan biasa yang dibagi menjadi dua kolom utama yaitu kolom kanan dan kolom kiri. Kolom kanan (input) berisi lembar informasi yang berasal dari penjelasan guru, catatan praktikum, lembar kerja siswa, dan hal lainnya yang berisi informasi atau konsep suatu pembelajaran. Kolom kiri berisi (output) seperti hasil interpretasi siswa dan pemahaman terhadap pembelajaran yang dilakukannya dengan membuat ilustrasi, gambar, grafik, diagram, dan tulisan. Menurut Marcarelli (2010), manfaat penggunaan buku catatan interaktif ini mampu memunculkan pemikiran metakognitif dalam pengerjaannya seperti berupa pembuatan grafik, diagram, menggambar, dan atau penjelasan berupa kata-kata yang menunjukkan pemahaman dirinya mengenai apa yang sudah dipelajari. Selain itu, guru dapat melakukan asesmen maupun evaluasi terhadap perkembangan belajar siswa melalui buku catatan interaktif ini. Buku catatan interaktif dapat digunakan sebagai alat asesmen alternatif, karena di dalam buku ini guru dapat mengetahui perkembangan pemahaman siswa. Perkembangan pemahaman siswa pada setiap pembelajaran dengan membuat rubrik penilaian seperti kualitas dan kelengkapan tugas, kerapihan, tampilan visual, pengorganisasian, dan pemahaman siswa (Teacher Curriculum Institute, 2010). Asesmen alternatif digunakan untuk menilai proses pembelajaran siswa, sedangkan asesmen tes merupakan tes untuk menilai hasil belajar siswa dan digunakan untuk menjustifikasi kemampuan siswa. Asesmen dalam penilaian buku catatan interaktif dapat disesuaikan berdasarkan kebutuhan dalam hal apa penggunaan buku tersebut. Penggunaan buku catatan interaktif dapat digunakan untuk mengembangkan dan menilai keterampilan literasi kuantitatif dengan cara rubrik asesmen yang digunakan mengadaptasi rubrik yang dikembangkan oleh Association of American Colleges & Universities. Penggunaan buku catatan

7 interaktif dalam menilai kemampuan literasi kuantitatif belum banyak dilakukan di Indonesia oleh karena itu diperlukan penelitian ini. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana penggunaan buku catatan interaktif untuk menilai literasi kuantitatif siswa pada materi ekosistem?. Untuk memperjelas rumusan masalah tersebut maka dibuat pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah karakteristik buku catatan interaktif untuk menilai kemampuan literasi kuantitatif siswa pada materi ekosistem? 2. Bagaimana penerapan buku catatan interaktif untuk menilai kemampuan literasi kuantitatif siswa pada materi ekosistem? 3. Apa saja kendala yang dihadapi dalam menggunakan buku catatan interaktif untuk menilai literasi kuantitatif siswa dalam mempelajari materi ekosistem? 4. Bagaimanakah tanggapan siswa dan guru mengenai kelebihan dan kekurangan penggunaan buku catatan interaktif pada penilaian literasi kuantitatif? C. Batasan Masalah Agar penelitian ini terarah maka ruang lingkup masalah dalam penelitian ini terbatas pada hal-hal berikut: 1. Batasan materi pada penelitian ini adalah sub konsep komponen biotik dan abiotik dan piramida ekologi pada materi ekosistem. 2. Aspek yang dinilai adalah kemampuan literasi kuantitatif siswa berupa aspek interpretasi, representatif, komunikasi, kalkulasi, aplikasi/analisis, dan asumsi berdasarkan Quantitative Literacy Value Rubric yang dikembangkan oleh Association of American Colleges and Universities (AAC&U) yang diadaptasikan pada rubrik penilaian buku catatan interaktif. D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penilitian ini adalah sebagai berikut:

8 1. Menghasilkan perangkat penilaian buku catatan interaktif untuk menilai kemampuan literasi kuantitatif pada materi ekosistem. 2. Menemukan karakteristik buku catatan interaktif untuk menilai kemampuan literasi kuantitatif siswa pada materi ekosistem. 3. Menganalisis validitas dan reliabilitas buku catatan interaktif untuk menilai literasi kuantitatif pada materi ekosistem. 4. Mengungkap kelebihan, kelemahan, keterbatasan, dan kendala dalam penggunaan buku catatan interaktif. 5. Mengetahui tanggapan guru dalam penggunaan buku catatan interaktif terhadap kemampuan literasi kuantitatif siswa pada materi ekosistem dan respon siswa terhadap literasi kuantitatif. E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan asesmen alternatif untuk menilai kemampuan literasi kuantitatif yang bisa digunakan di sekolah. Selain itu, hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat lain sebagai berikut: 1. Memberikan gambaran karakteristik buku catatan interaktif untuk menilai kemampuan literasi kuantitatif siswa 2. Memberikan gambaran bagi guru dalam penggunaan asesmen kemampuan literasi kuantitatif siswa. 3. Memberikan gambaran strategi untuk mengembangkan kemampuan literasi kuantitatif siswa di sekolah. 4. Memberikan gambaran kepada peneliti lain untuk mengembangkan alat asesmen dalam menilai kemampuan literasi kuantitatif.