BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak sistem domain name (.com,.org,.gov,.edu, dan lain-lain) diperkenalkan pada tahun 1984, dan pesatnya pertumbuhan transaksi secara online sejak setelah tahun 2000, menimbulkan arus informasi yang didapatkan para pemilik transaksi online menjadi lebih cepat, dan mudah. Para pemilik online tersebut, terdiri dari: pemilik perusahaan besar, usaha dagang, usaha kecil menengah (UKM), dan usaha pribadi. Salah satunya adalah transaksi online dalam dunia pendidikan yang pembahasannya, yaitu: proses belajar mengajar antara siswa dan guru, gaya belajar siswa dan gaya mengajar guru. Proses belajar mengajar yang bersifat konvensional di kelas memiliki beberapa kekurangan, seperti: sumber belajar terbatas, pembelajaran kurang efektif, dan tidak mampu mengakomodasi gaya dan kecepatan belajar siswa. Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan tingkat terakhir dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi (tingkat Strata), dan melakukan penjurusan yang dikehendaki oleh siswa. Salah satunya adalah Fakultas MIPA (jurusan Matematika, Biologi, Fisika, Kimia). Di dalam pelajaran IPA, siswa mempelajari gejala-gejala alam secara apa adanya, konkret, logis, objektif, empiris, sistematis, dan teori-teorinya berlaku umum. Sedangkan Matematika dalam bahasa Belanda, siswa mempelajari ilmu pasti (wiskunde), yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Pada keduanya, banyak sekali ditemukannya rumus, simbol, istilah, gambar, dan lain-lain. Ini menyebabkan tidak jarangnya siswa kesulitan dalam menentukan gaya belajarnya masing-masing, mempelajari, dan memahami ulang penjelasan materi dari guru ketika di kelas. Banyak sekali metode-metode pembelajaran yang telah diterapkan di dalam dunia pendidikan, misalnya pada sistem pembelajaran yang terdapat di Perguruan Tinggi (PT) yang disebut dengan E-Learning. Di antaranya ada metode Learning Management System (LMS) dan metode Mind Mapping. LMS ini sudah banyak diadopsi oleh banyak PT di dunia. Sebagai contoh, WebCT telah
digunakan lebih dari 2200 PT di seluruh dunia (Pituch dan Lee, 2004). LMS ini mengintegrasikan banyak fungsi yang mendukung proses pembelajaran, seperti memfasilitasi berbagai macam bentuk materi instruksional (teks, audio, video), e- mail, chat, diskusi online, forum, kuis, dan penugasan. Pituch & Lee (2004) membedakan adopsi ini menjadi dua tingkatan: (a) untuk mendukung proses pembelajaran konvensional, dan (b) untuk mendukung pembelajaran jarak jauh yang menggantikan pembelajaran konvesional. Sedangkan untuk Mind Mapping, metode ini mendukung siswa dalam melatih berpikir dengan lebih berdayaguna, membuat otak (kanan dan kiri) tereksplor dengan baik, dan bekerja sesuai dengan fungsinya. Kemampuan otak akan pengenalan visual untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya. Dengan kombinasi warna, gambar, dan cabang-cabang melengkung akan merangsang secara visual sehingga informasi dari Mind Mapping mudah untuk diingat. Selama ini, di dalam metode pembelajaran yang konvensional, siswa dihadapkan pada materi dan soal yang berisi banyak rumus, gambar, istilah, dan lain-lain yang tersusun rapi. Ini menyebabkan siswa kesulitan dalam menguraikan pembahasan dan memahami isi materi yang tertulis tersebut. Dengan kedua metode yang disebutkan di atas, penulis mengabungkannya dalam bentuk website agar sistem pembelajaran yang konvensional sebelumnya dapat dilakukan dengan efektif, efisien, dan interaktif dengan LMS serta kreatif dalam mencatat, memetakan atau menyusun poin per poin materi, dan mengembangkan sebuah ide dari materi pelajaran dengan Mind Mapping. 1.2 Perumusan Masalah Pentingnya menentukan gaya belajar siswa SMA yang tepat dalam mengoptimalkan cara kerja otak dalam berpikir agar dapat memperoleh proses belajar yang menyenangkan dan mempunyai nilai akademis yang baik, khususnya materi pelajaran Matematika dan IPA. Berdasarkan hasil pengamatan, penulis mendapat beberapa masalah yang terjadi, yaitu: 1. Bagaimana cara mengurangi kesulitan siswa dalam mempelajari materi pelajaran MIPA yang bersifat penalaran, sistematis dan objektif di kelas konvensional?
2. Bagaimana cara mempermudah siswa dalam mencatat materi pelajaran MIPA agar mudah dipahami? 3. Bagaimana cara mengurangi keterbatasan interaksi komunikasi siswa dengan guru agar tetap lanjut di luar kelas sehingga siswa dapat lebih memahami materi pelajaran sebelumnya? 4. Bagaimana cara mengurangi penggunaan kertas dan pemanfaatan waktu yang lebih dalam melakukan metode Mind Mapping secara konvensional? 5. Bagaimana cara memudahkan siswa yang telah naik kelas dalam mempelajari dan mencari materi pelajaran tahun sebelumnya? 6. Bagaimana cara memudahkan siswa dalam mempelajari dan mencari materi pelajaran tahun berikutnya agar dapat mempersiapkan diri untuk naik kelas? 7. Tidak memiliki form untuk tes dan raport 1.3 Ruang Lingkup Masalah Dalam memusatkan masalah yang ada dan agar tidak menyimpang dari pokok pembahasan maka pada perancangan sistem yang menggunakan website ini, batasan masalah yang dibahas adalah penelitian terhadap gaya belajar siswa SMA dengan metode LMS dan Mind Mapping. Penggunaan Mind Mapping hanya diterapkan pada materi yang disampaikan. Adapun materi yang dibahas, hanya meliputi materi pelajaran Matematika dan IPA tingkat SMA. Dalam hal ini yang akan dibahas, terdiri dari: formulir-formulir (post dan page) pembuatan Mind Mapping secara online, pengelolaan materi, silabus, pengelolaan role dan hak akses login dan pengelolaan materi. Adapun bagian-bagian yang terlibat adalah Moderator dan Learner. Implementasi program menggunakan SQL Server 2005 dan Visual Studio 2012 dengan ASP.NET (bahasa pemrograman C#). 1.4 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan untuk siswa pada sistem ini adalah: 1. Merancang suatu sistem Mind Mapping dengan metode LMS berbasis online secara efektif, efisien, interaktif dan kreatif. 2. Memudahkan dalam mengontrol dan mengelola materi.
3. Membantu siswa SMA dalam mencatat materi pelajaran Matematika dan IPA. 4. Memberikan informasi yang cepat dan up-to-date mengenai materi. 1.5 Metode Penelitian Metodologi perancangan pada sistem ini menggunakan metodologi perancangan Waterfall. Yaitu suatu bentuk pengembangan sistem yang pengerjaannya dilakukan secara berurutan atau secara linier. Jadi, jika langkah ke- 1 belum dikerjakan maka tidak akan bisa melakukan pengerjaan langkah ke-2, ke- 3 dan seterusnya. Secara otomatis langkah ke-3 akan bisa dilakukan jika langkah ke-1 dan langkah ke-2 sudah dilakukan. Di bawah ini merupakan fase-fase metode Waterfall: 1. Analisa Fase ini merupakan analisa terhadap analisa kebutuhan data maupun analisa kebutuhan sistem. Berikut ini rinciannya: a. Analisa Kebutuhan Data 1) Studi Kepustakaan Penulis menggunakan analisa ini untuk memperoleh bahan teori yang merupakan landasan pembahasan dalam penelitian ini maka diambil berbagai sumber pustaka yang menyangkut tentang sistem pembelajaran dengan metode Mind Mapping, metode LMS dan konsep E-Learning. Sumber-sumber pustaka yang didapatkan oleh penulis, antara lain: jurnal, buku, thesis dan catatan yang didapatkan di bangku kuliah serta bahan-bahan pustaka lain yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas.
2. Desain Sistem Fase ini merupakan proses untuk menerjemahkan syarat kebutuhan sebuah perancangan perangkat lunak yang dapat diperkirakan sebelum melakukan pengkodean. Fase ini berfokus pada: struktur data, arsitektur perangkat lunak, representasi interface dan detail (algoritma) prosedural. 3. Pengkodean Fase ini merupakan fase untuk menerjemahkan desain sistem ke dalam bahasa yang bisa dikenali oleh komputer. 4. Testing Fase yang merupakan fase dalam menemukan kesalahan-kesalahan terhadap sistem yang melalui fase pengkodean dan kemudian bisa diperbaiki. 5. Pemeliharaan Fase ini dilakukan setelah perangkat lunak telah disampaikan kepada user. Pemeliharaan ini terkait adanya perubahan karena kesalahan oleh perangkat lunak yang harus menyesuaikan dengan lingkungan (peripheral atau sistem operasi) baru atau karena user membutuhkan perkembangan fungsional. 1.6 Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dalam membahas permasalahan yang telah disampaikan di atas, penulis membuat sistematika penulisan yang dibagi menjadi 5 (lima) bab, dimana setiap bab terdiri dari beberapa sub bab, sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang latar belakang, perumusan masalah, ruang lingkup masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang dasar-dasar teori, rujukan dan metode yang digunakan sebagai dasar dan alat untuk menyelesaikan permasalahan. BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN SISTEM Bab ini membahas tentang uraian prosedur pembuatan program, struktur roles, prosedur aktivitas roles, perancangan user interface dan pemodelan sistem yang menggambarkan muatan dan aliran informasinya. Penggambaran pemodelan ini menggunakan Unified Modelling Language (UML) yang berupa use case diagram, activity diagram, sequence diagram dan class diagram. BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM Bab ini membahas tentang implementasi sistem, struktur menu program, penjelasan program dan pengujian sistem black box testing. BAB V PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan dari bab-bab sebelumnya dan saransaran yang berkaitan dengan sistem yang dirancang diharapkan bermanfaat sebagai bahan pertimbangan untuk pengembangan nantinya.