BAB 1 : PENDAHULUAN. akibat dari disregulasi dalam sistem keseimbangan energi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. 5 tahun di dunia mengalami kegemukan World Health Organization (WHO, menjadi dua kali lipat pada anak usia 2-5 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Masalah gizi, tidak terlepas

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi berlebihnya lemak dalam tubuh yang sering

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2016). Umumnya

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi lebih dapat terjadi pada semua tahap usia mulai dari anak -

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang abnormal atau

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dekade terakhir. Overweight dan obesitas menjadi masalah kesehatan serius

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global,

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB 1 PENDAHULUAN. akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menopause merupakan berhentinya masa menstruasi

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan merupakan status gizi tidak seimbang akibat asupan giziyang

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Manusia dalam menjalankan kehidupannya. akan tetapi manusia dapat hidup berminggu-minggu tanpa makan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maju dan negara berkembang. Setiap tahun prevalensi obesitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan. Salah satu hal yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dengan masalah gizi kurang, berkaitan dengan penyakit infeksi dan negara maju

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA. Skripsi

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, dislipidemia, dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang baik dan setinggi-tingginya merupakan suatu hak yang fundamental

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB 1 PENDAHULUAN. antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. anak remaja yang dimulai pada usia 12 tahun yaitu pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran,

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga remaja (Depkes RI, 1999). dengan cepat dan berbeda pada setiap individunya (Nanik, 2012) dalam

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB 1 : PENDAHULUAN. mempengaruhi banyak jaringan dan organ, terutama menyerang fleksibel (sinovial) sendi, dan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal dan berlebihan yang dapat menggangu kesehatan. (1) Obesitas adalah penyakit yang timbul sebagai akibat dari disregulasi dalam sistem keseimbangan energi untuk melakukan penyesuaian antara asupan dan pengeluaran energi. (2) Kelebihan gizi yang menimbulkan obesitas dapat terjadi pada anak-anak hingga usia dewasa. Orang dewasa dengan obesitas sudah mengalami obesitas sejak masa anak-anak atau remaja. (3) Masalah kegemukan dan obesitas di Indonesia terjadi pada semua kelompok umur dan pada semua strata sosial ekonomi. Kejadian kegemukan dan obesitas pada anak merupakan masalah yang serius karena akan berlanjut hingga usia dewasa. Masalah kegemukan dan obesitas pada anak-anak sangat berhubungan dengan berbagai penyakit metabolik seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, kanker, osteoartritis. Namun, pada saat ini beberapa gangguan metabolik seperti penurunan sensivitas insulin dan hipertensi sudah terjadi pada usia anak-anak. (4) Obesitas mengakibatkan masalah kesehatan yang dapat menurunkan kualitas hidup anak adalah gangguan tidur, gangguan pertumbuhan tungkai kaki, sleep apnea (henti napas sesaat) dan gangguan pernafasan lain. (5) Obesitas pada anak merupakan masalah kesehatan yang terjadi pada abad ke- 21, menurut World Health Organization (WHO) masalah ini banyak terjadi pada negara maju maupun negara berkembang. (6) Hasil penelitian National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) tahun 2011-2012 di Amerika, persentase

obesitas berdasarkan kelompok umur anak usia 2-5 tahun sebesar 8,4%, usia 6-11 tahun sebesar 17,7% dan usia 12-19 tahun sebesar 20,5%. (7) Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan prevalensi obesitas secara nasional pada anak umur 6-12 tahun masih tinggi yaitu sebesar 9,2% atau masih di atas 5,0%, sedangkan prevalensi di Sumatera Barat yaitu sebesar 3,8%. Pada tahun 2013 prevalensi obesitas secara nasional pada anak umur 5-12 yaitu sebesar 8,8%, sedangkan prevalensi di Sumatera Barat yaitu sebesar 7,7%. Prevalensi anak obesitas di Sumatera Barat lebih rendah dari angka nasional, namun terjadi peningkatan sebesar 100% dari tahun 2010. (8,9) Hasil Penjaringan dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2015 prevalensi obesitas pada anak sekolah dasar di Provinsi Sumatera Barat adalah sebesar 1,2%. Kabupaten/Kota yang memiliki prevalensi paling tinggi adalah Kota Padang dan Kab. Pesisir Selatan dengan prevalensi yang sama yaitu sebesar 2,9%. Data dari Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2015 menunjukan bahwa prevalensi obesitas tertinggi pada anak sekolah dasar di Kota Padang berada di wilayah kerja Puskesmas Andalas yaitu sebesar 6,1%. (10) Obesitas merupakan penyakit yang disebabkan oleh interaksi beberapa faktor. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko terjadinya obesitas meliputi faktor prilaku, faktor lingkungan dan faktor biologis. Kebiasaan makan dan aktifitas fisik merupakan dua faktor prilaku yang dapat mempengaruhi keseimbangan energi dan status berat badan. Perubahan kebiasaan makan dan aktifitas fisik dipengaruhi oleh lingkungan sosial ekonomi. Faktor yang dapat meningkatkan risiko obesitas adalah genetik, ASI eksklusif, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). (11) Pola makan yang salah seperti mengkonsumsi makanan dengan porsi besar yang melebihi dari kebutuhan, mengkonsumsi makanan yang tinggi energi, tinggi

lemak, tinggi karbohidrat sederhana, rendah serat serta prilaku makan yang salah seperti tindakan memilih makanan berupa makanan sampah (junk food) yang tinggi natrium dan rendah serat, makanan dalam kemasan dan minuman ringan (soft drink) merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kegemukan dan obesitas. (5) Natrium dapat mempengaruhi berat badan melalui mekanisme secara langsung dan tidak langsung. Mekanisme secara langsung, asupan natrium yang tinggi dapat meningkatkan cairan ekstraseluler. Garam merupakan sumber natrium, penurunan asupan garam sebanyak 5 gr menyebabkan menurunnya cairan ektraseluler sebanyak 1-1,5 L. Penurunan cairan ekstraseluler akan menyebabkan menurunnya berat badan 1-1,5 kg. (12) Mekanisme secara tidak langsung, asupan natrium mempengaruhi berat badan melalui meningkatnya asupan energi dari konsumsi soft drink. Asupan natrium yang tinggi akan menstimulasi pusat haus sehingga kebiasaan konsumsi soft drink meningkat. (13) Beberapa penelitian menunjukan bahwa adanya hubungan antara asupan natrium dengan obesitas. Survey yang dilakukan The Korea National Health and Nutrition Examination Survey (KNHANES) pada tahun 2007 2010 mendapatkan hasil bahwa asupan natrium yang tinggi pada anak-anak meningkatkan risiko obesitas 1,78 kali lebih besar dibandingkan pada anak yang asupan natriumnya cukup. (14) Selain itu penelitian yang dilakukan Larsen SC et. al di Denmark tahun 2013 juga menemukan hasil bahwa terjadi peningkatan lemak tubuh sebanyak 0.24 kg per 100 mmol peningkatan ekrskresi natrium urin. (15) Penelitian yang dilakukan oleh Nurwanti pada tahun 2013 mengenai paparan iklan junk food dan pola konsumsi junk food sebagai faktor risiko terjadinya obesitas pada anak sekolah dasar di Daerah Istimewa Yogyakarta mendapatkan hasil bahwa asupan natrium pada anak obesitas lebih tinggi daripada anak tidak obesitas. (16)

Asupan serat dapat merubah berat badan dengan berbagai mekanisme. Makanan tinggi serat mengandung kalori dan lemak yang rendah yang dapat membantu mengurangi kejadian obesitas. Serat khususnya serat larut air membentuk cairan kental di saluran pencernaan yang dapat menunda transportasi makanan dari lambung ke duodenum. Di usus, serat berperan untuk menghambat penggabungan enzim-enzim perncernaan dengan substratnya, sehingga memperlambat penyerapan zat gizi. Mekanisme ini berkontribusi untuk meningkatkan rasa kenyang dan menurunkan penyerapan zat gizi seperti asam amino dan asam lemak. (17) Asupan serat yang dibutuhkan oleh tubuh menurut Kemenkes pada anak 10-12 tahun adalah sebesar 30 gram/hari. Penelitian pada anak sekolah dasar di Kota Bogor menunjukkan bahwa rata-rata asupan seratnya lebih rendah dari jumlah asupan serat yang dianjurkan yaitu 12,4 g/hari. (18) Penelitian lainnya menunjukan bahwa anak sekolah dasar yang asupan seratnya kurang mempunyai risiko 4 kali lebih besar mengalami obesitas. (19) Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 30 dan Sekolah Dasar (SD) Kartika 1-10 yang menempati posisi tertinggi kejadian obesitas pada anak sekolah dasar di wilayah Kerja Puskesmas Andalas. Prevalensi obesitas di SDN 30 Padang sebesar 20,8% dan SD Kartika I-10 sebesar 16,4%. (10) Prevalensi di dua sekolah dasar tersebut lebih tinggi dari prevalensi Kota Padang. Hasil screening yang dilakukan oleh peneliti dan 4 mahasiswa gizi lainnya di SDN 30 dan SD Kartika 1-10 kelas 4,5 dan 6 pada bulan Januari 2017 didapatkan anak yang mengalami obesitas sebesar 14,2% di SDN 30 dan 24,5% di SD Kartika 1-10. Hasil wawancara pada 15 orang siswa/i didapatkan 66,7% siswa/i memiliki asupan natrium lebih tinggi dari asupan yang dianjurkan dan 86,7% siswa/i memiliki asupan serat lebih rendah dari yang dianjurkan.

Prevalensi anak obesitas di Sumatera Barat yang mengalami peningkatan sebesar 100% dan prevalensi obesitas di masing-masing sekolah yang lebih tinggi dari prevalensi Kota Padang menjadi dasar peneliti mengambil masalah obesitas pada anak sekolah dasar. Hasil studi pendahuluan menunjukan bahwa sebagian besar asupan serat anak sekolah lebih rendah dari yang dianjurkan dan asupan natrium lebih tinggi dari yang dianjurkan menjadi dasar peneliti meneliti variabel asupan serat dan asupan natrium dengan risiko kejadian obesitas. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk membahas tentang hubungan asupan serat dan natrium dengan risiko kejadian obesitas pada anak sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang tahun 2017. 1.2 Perumusan Masalah Apakah ada hubungan asupan serat dan natrium dengan risiko kejadian obesitas pada anak sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang tahun 2017. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan asupan serat dan natrium dengan risiko kejadian obesitas pada anak sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang tahun 2017. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui distribusi frekuensi karakteristik sampel meliputi umur dan jenis kelamin pada anak sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang 2. Mengetahui distribusi frekuensi sampel berdasarkan asupan natrium pada anak sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang

3. Mengetahui distribusi frekuensi sampel berdasarkan asupan serat pada anak sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang 4. Mengetahui hubungan asupan serat dengan risiko kejadian obesitas pada anak sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang 5. Mengetahui hubungan asupan natrium dengan risiko kejadian obesitas pada anak sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang 6. Mengetahui risiko asupan serat terhadap kejadian obesitas pada anak sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang 7. Mengetahui risiko asupan natrium terhadap kejadian obesitas pada anak sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang 8. Mengetahui faktor confounding antar variabel dengan risiko kejadian obesitas pada anak sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti Peneliti dapat menambah wawasan dan meningkatkan kemampuan peneliti dalam mengimplementasikan ilmu dan pengetahuan serta menambah pengalaman peneliti dalam bidang penelitian. 1.4.2 Bagi Masyarakat Memberikan informasi dan masukan untuk masyarakat terutama orang tua yang mempunyai anak obesitas mengenai asupan yang dapat menurunkan dan meningkatkan berat badan serta meningkatkan kepedulian terhadap bahaya obesitas.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan masukan untuk penelitian lebih lanjut dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan. 1.4.4 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian payung dengan 4 mahasiswa lainnya. Penelitian masing-masing mahasiswa mempunyai variabel independen yang berbedabeda dan variabel dependen yang sama. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan asupan serat dan natrium dengan risiko kejadian obesitas pada anak sekolah dasar di Kota Padang. Penelitian akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang dari November 2016 sampai Mei 2017. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain case control. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/i kelas 4-6 di SDN 30 dan SD Kartika 1-10