RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
PERNYATAAN PERSETUJUAN Manuscript dengan judul Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang HIV-AIDS Dengan Perilaku Seks Pranikah di SMA PGRI

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

The Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DI SMU NEGERI I WEDI KLATEN. Sri Handayani ABSTRAK

PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DI SMU NEGERI 1 WEDI KLATEN. Sri Handayani* ABSTRAK

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskriptif analitik, dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan

PENGARUH KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKSUAL REMAJA (STUDI DI SMAN 1 MARGAHAYU BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG SEKS PRANIKAH

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU REMAJA TENTANG SEKS PRA NIKAH

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DENGAN PENCEGAHAN HIV/AIDS DI SMA NEGERI 10 PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENGETAHUAN SISWA TENTANG HIV/AIDS SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

Jurnal Obstretika Scientia ISSN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Unwanted pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang gunakan adalah dengan menggunakan metode analitik,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG BAHAYA SEKS BEBAS DI SMK KESEHATAN JURUSAN FARMASI KABUPATEN KONAWE TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. Remaja sebagai generasi penerus, calon orang tua dan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga

BAB III METODA PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

PERSEPSI REMAJA TENTANG PERILAKU SEKS PRANIKAH DI SMA X

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan. Kemitraan Kementerian Kesehatan hasil Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

Rina Indah Agustina ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seks Pranikah Remaja Kelas X Di SMK PGRI 1 Kota Sukabumi

Hubungan Persepsi Kesehatan Reproduksi Dengan Sikap Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA PADA SISWA SMA DI KECAMATAN BATURRADEN DAN PURWOKERTO

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERSEPSI REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH KELAS XI DI SMA I SEWON BANTUL

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA SMA DAN SMK DI KOTA BENGKAYANG

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan seksual pranikah umumnya berawal dari masa pacaran atau masa penjajakan.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif. Jenis penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Oleh karena itu, orang dewasa merupakan individu yang. bersama dengan orang dewasa lainnya (Hurlock, 2004).

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

Vol. 1. No. 1 Januari 2015 ISSN

Transkripsi:

RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG 7 ABSTRAK Di era globalisasi, dengan tingkat kebebasan yang longgar dari para orang tua dan ketidaktahuan remaja tentang penyakit menular seksual yaitu salah satunya HIV- AIDS yang banyak terjadi di kalangan remaja. Perkembangan kasus HIV-AIDS sudah menghawatirkan. Jumlah kasus baru HIV-AIDS menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Pemerintah bersama-sama masyarakat perlu memutus mata rantai penyebaran HIV-AIDS agar penularan penyakit yang berbahaya tersebut tidak semakin meningkat secara nasional dan membahayakan masa depan bangsa. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja SMA PGRI 1 Semarang. Berdasarkan data jumlah siswa kelas X, XI dan XII adalah 84 siswa, maka pengambilan sampel menggunakan tehnik total sampling. Variabel indipendent adalah pengetahuan dan ikap remaja tentang HIV-AIDS, sedangkan variabl dependentnya adalah perilaku seks pranikah. Uji statistik yang digunakan adalah person product moment bila datanya normal, namun jika datanya tidak normal menggunakan uji Rank Spearman. Sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori cukup yaitu sebanyak 67 siswa (79,8%), sikap positif sebanyak 60 siswa (71,4%) dan perilaku seks pranikah positif sebanyak 69 siswa (82,1%). Hasil analisis data ada hubungan antara hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV-AIDS dengan perilaku seks pranikah. Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV-AIDS dengan perilaku seks pranikah di SMA PGRI 1 Semarang. Disarankan hasil penelitian ini akan memacu peneliti untuk melakukan penelitian-penelitian sejenis sehingga literatur tentang kesehatan remaja dengan perilaku seks pranikah terus dapat dilengkapi. Kata kunci : pengetahuan, sikap, Human Imunodeficiency Virus Aqcuired Immuno Deficiency Syndrom, perilaku seks pranikah RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG 1

PENDAHULUAN asa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja ditandai dengan perubahan-perubahan fisik pubertas dan emosional yang kompleks, dramatis serta penyesuaian sosial yang penting untuk menjadi dewasa. Kondisi demikian membuat remaja belum memiliki kematangan mental oleh karena masih mencari-cari identitas/jati dirinya, sehingga sangat rentan terhadap berbagai pengaruh dalam lingkungan pergaulannya. Pengaruh itu bisa berupa pemakaian narkoba, alkohol, seks bebas dan sebagainya. Remaja dalam memasuki masa peralihan tanpa pengetahuan yang memadai tentang seksual. Hal ini disebabkan orang tua merasa tabu membicarakan masalah seksual dengan anaknya dan hubungan orang tua anak menjadi jauh sehingga anak berpaling ke sumber-sumber lain yang tidak akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). Perilaku seksual ialah perilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim, yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri. Sedangkan perilaku seks pranikah merupakan perilaku seks yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu. Perilaku seks pranikah ini memang kasat mata, namun ia tidak terjadi dengan sendirinya melainkan didorong atau dimotivasi oleh faktorfaktor internal yang tidak dapat diamati secara langsung (tidak kasat mata). Dengan demikian individu tersebut tergerak untuk melakukan perilaku seks pranikah (Wahyu. http//:rileks.com. Diakses tanggal 28 Desember 2010) Perilaku hubungan seks sebelum menikah sering dilakukan oleh para remaja. Hasil Baselin Survey Lentera Sahaja PKBI Yogyakarta tahun 2002 memperlihatkan bahwa perilaku seksual remaja mencakup kegiatan mulai dari berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, necking, petting, hubungan seksual sampai dengan hubungan seksual dengan banyak orang. Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa perilaku seksual pada remaja ini mempunyai korelasi dengan sikap remaja terhadap seksualitas. Penelitian Tito tentang perilaku seksual di 2 Vol. 5 No. 2 Maret 2012 :155 -

empat kota menunjukkan bahwa 3,6 % remaja di kota Medan; 8,5 % remaja di kota Yogyakarta dan 3,4 % remaja di kota Surabaya serta 31,1 % remaja di kota Kupang telah terlibat hubungan seks secara aktif. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Pusat Penelitian Kependudukan UGM menemukan bahwa 33,5 responden laki-laki di kota Bali pernah berhubungan seks, sedangkan di desa Bali sebanyak 23,6 % laki-laki. Di Yogyakarta kota sebanyak 15,5 % sedangkan di desa sebanyak 0,5 %. Di era globalisasi, dengan tingkat kebebasan yang longgar dari para orang tua dan ketidak tahuan remaja tentang penyakit menular seksual yaitu salah satunya HIV-AIDS yang banyak terjadi pada kalangan kaum remaja. Pada dasarnya remaja tidak memiliki pengetahuan tentang penyakit menular seksual dan umumnya para remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan selalu ingin mencoba hal baru. Sebenarnya dari fakta dilapangan masyarakat pada umumnya hanya mengetahui bahwa HIV-AIDS itu hanya bisa terjadi penularan melalui hubungan intim saja padahal penyakit ini bisa saja tertular melalui hal-hal yang berhubungan dangan tingkah laku fisik seseorang, seperti berciuman (tergigit) dan bisa juga tertular melalui terkena darah penderita penyakit menular seksual (PMS). Dalam hal ini dan untuk menurunkan angka penderita PMS, dibutuhkan peran serta orang tua, keluarga, lingkungan dan tenaga kesehatan. Peran tenaga kesehatan sebaiknya memberikan ataupun mengadakan penyuluhan-penyuluhan pada semua lapisan masyarakat umumnya dan kalangan remaja khususnya yang sangat rentan terhadap PMS. Penulis berharap agar para pembaca dapat memahami dan mensosialisasikan tentang PMS (HIV-AIDS) dikalangan remaja dan masyarakat awam (Uda. 2010. http://id.shvoong.com. tingkat-pengetahuanremaja-tentang-hiv. Diakses tanggal 6 maret 2011). METODOLOGI Penelitian ini merupakan penilaian deskriptif dengan rancangan penelitian menggunakan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini yaitu seluruh remaja di SMA PGRI 1 Semarang yang terdiri dari 84 siswa, dengan tekhnik total sampling, penelitian dilakukan di SMA PGRI 1 Semarang. Alat pengumpulan data RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG 3

menggunakan kuesioner yang telah di uji validitas dan reliabilitas. Proses penelitian berlangsung pada bulan april 2011. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat (pearson product moment, rank spearman). HASIL Hasil penelitian diperoleh siswa berada pada rata-rata umur 16 tahun; mayoritas jenis kelamin siswa adalah perempuan 59,5%; mayoritas tingkat pengetahuan siswa tentang HIV-AIDS adalah 79,8% dengan rata-rata skor 8,36; mayoritas sikap siswa tentang HIV-AIDS adalah sikap positif 71,4% dengan ratarata skor 30,13; mayoritas perilaku seks pranikah siswa adalah perilaku positif 82,1% dengan rata-rata skor 0,77. Diperoleh hasil ada hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV-AIDS dengan perilaku seks pranikah. Tabel 1 Hasil Analisis Deskriptif rata-rata pengetahuan, sikap dan perilaku seks pranikahdi SMA PGRI 1 Semarang. Variabel Mean Median Mode Sd Maks Min Pengetahuan 8.36 9.00 9 2.408 15 1 Sikap 30.13 32.00 34 7.247 40 13 perilaku 0.77 0.00 0 1.910 6 0 Tabel 2 Hasil uji Rank Spearman Hubungan Pengetahuan dan sikap Siswa Tentang HIV-AIDS dengan Perilaku Seks Pranikahdi SMA PGRI 1 Semarang Tahun 2011 Variabel bebas variabel terikat (dependent) (independent) perilaku seks pranikah korelasi (r) p-value pengetahuan 0,284 0,009 sikap 0,668 0,000 4 Vol. 5 No. 2 Maret 2012 :155 -

PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 84 responden didapatkan rata-rata umur responden adalah sebesar 16,67 sedangkan standart deviasi atau simpangan baku umur responden adalah 0,665 sedangkan usia termuda dari responden adalah 15 tahun dan usia tertua responden adalah 18 tahun. Berdasarkan hasil penelitian maka diketahui bahwa sebagian besar siswa SMA PGRI 1 Semarang memiliki rata-rata skor tingkat pengetahuan siswa tentang HIV-AIDS adalah 8,36 (kategori cukup). Sebagian besar siswa dengan pengetahuan kurang yaitu terletak pada tanda gejala, cara penularan dan tahap perkembangan HIV-AIDS itu sendiri. Seperti yang diungkap oleh Notoatmojo (2003) pengetahuan adalah hasil dari kegiatan mengetahui. Mengetahui artinya mempunyai bayangan dan pikirannya tentang sesuatu. Pada dasarnya manusia mengetahui dengan 2 cara sehingga dalam otaknya ada bayangan, mengetahui lewat indra dan lewat akal. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata telinga. Untuk mendapatkan pengetahuan yang besar pada dasarnya terdapat dua cara pokok yang dapat dilakukan oleh manusia. Pertama adalah dasar diri pada resiko dan kedua berdasarkan diri pada pengalaman. Sumber pengetahuan selain dapat diperoleh melalui rasio dan pengalaman juga melalui institusi dan wahyu. Institusi adalah kegiatan berpikir untuk mendapatkan pengetahuan tanpa melalui proses penalaran. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa di SMA PGRI 1 Semarang mempunyai skor rata-rata sikap siswa tentang HIV-AIDS yaitu 30,13 (sikap positif). Sikap positif tentang HIV-AIDS yaitu respon seseorang terhadap suatu penyakit cenderung mendekati dan mengerti mengenai sebab akibat dari suatu penyakit tersebut. Itu artinya semakin kecil resiko terjadinya penularan penyakit dalam hal ini HIV-AIDS. Sebaliknya sikap negatif bahwa respon seseorang cenderung menghindari bahkan menjauhi sikap negative tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Notoatmojo (2003) yang RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG 5

menyatakan bahwa sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek. Sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan dahulu dari perilaku tertutup. Sikap itu masih merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa di SMA PGRI 1 Semarang mempunyai rata-rata skor perilaku seks pranikah siswa adalah 0,77 sedangkan skor terendah 0 dan skor tertinggi adalah 6. Demikian berarti sebagian besar siswa mempunyai perilaku seks pranikah yang positif. Sesuai dengan pendapat Notoatmojo (2003) bahwa seseorang akan mengadopsi perilaku didalam diri orang tersebut, terjadi proses yang berurutan yaitu pertama kesadaran, dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap apa itu seks pranikah. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti diatas yaitu didasari oleh pengetahuan, kesadaran sikap kognitif maka perilaku tersebut akan langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari pengetahuan maka perilaku tersebut hanya berjalan sesaat dan akan berhenti bila terjadi permasalahan (Notoatmojo, 2003). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan siswa dengan perilaku seks pra nikah hal tersebut sangat beralasan, karena siswa yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang HIV-AIDS tentu akan merasa takut dan menghindari hubungan seks pranikah karena perilaku ini adalah salah satu factor penyebab terjadinya penyakit HIV-AIDS sehingga sudah barang tentu dengan pengetahuan yang baik maka siswa akan berusaha menghindari seks pranikah dan bagi siswa dengan pengetahuan yang kurang maka cenderung berperilaku sembarangan termasuk dalam hal seks pranikah. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara sikap terhadap HIV-AIDS dengan perilaku seks pra nikah. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa siswa yang mempunyai sikap yang positif terhadap penyakit HIV-AIDS tentu akan berperilaku sesuai dengan sikap yang 6 Vol. 5 No. 2 Maret 2012 :155 -

dimiliki yaitu menjauhi perilaku seks menyimpang yang dapat mendatangkan suatu penyakit. PENUTUP Sebagian besar siswa SMA PGRI 1 Semarang memiliki rata-rata skor tingkat pengetahuan tentang HIV-AIDS adalah 8,36 (kategori cukup) sedangkan skor terendah adalah 1 dan skor tertinggi adalah 15. Sebagian besar siswa di SMA PGRI 1 Semarang mempunyai rata-rata skor sikap tentang HIV-AIDS yaitu 30,13 (sikap positif) sedangkan skor terendah adalah 13 dan skor tertinggi adalah 40. Sebagian besar siswa di SMA PGRI 1 Semarang mempunyai rata-rata skor perilaku seks pranikah siswa adalah 0,77 (perilaku positif) sedangkan skor terendah 0 dan skor tertinggi adalah 6. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan siswa tentang HIV-AIDS dengan perilaku seks pranikah di SMA PGRI 1 Semarang tahun 2011 (p-value = 0,009). Ada hubungan yang bermakna antara sikap siswa tentang HIV-AIDS dengan perilaku seks pranikah di SMA PGRI 1 Semarang tahun 2011 (p-value = 0,000). 1. Sri Ernawati: Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes Universitas Muhammadiyah Semarang. 2. Ns. Heryanto Adi Nugroho: Dosen Kelompok Keilmuan Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang 3. Amin Samiasih: Staf Dosen Jurusan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang KEPUSTAKAAN Alimul, S. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika. Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG 7

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Penelitian. Jakarta : Salemba Medika. Nursalam. (2007). Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV-AIDS. Jakarta : Salemba Medika. Nurul, M. (2009). Dampak Perilaku Seks Bebas bagi Kesehatan Remaja. http://www.x-presi-riaupos.blogspot.com. Diakses 22 November 2010. Rohmawati. (2008). Pengaruh Pergaulan Bebas dan VCD Porno terhadap Perilaku Remaja di Masyarakat. http://kbi.gemari.or.id/beritadetail. Diakses 22 November 2010. Sarwono, S.W. (2006). Psikologi Remaja. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Sastroasmoro, S. (2008). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 3. Jakarta : Sagung Seto. Tito. (2009). Potret Remaja dalam Data. www.gratis45.com/cintaseks/. Diakses 22 Oktober 2010. Trisno. (2010). Penderita HIV-AIDS di Jateng 2.922 orang. www.suaramerdeka.com. Diakses 22 Oktober 2010. Uda. (2010). Tingkat Pengetahuan Remaja tentang HIV. http://id.shvoong.com. tingkat-pengetahuan-remaja-tentang-hiv. Diakses tanggal 6 maret 2011 Wahyu. (2009). Seks Pranikah Remaja, trend kah?. www.rileks.com. Diakses 28 Desember 2010. 8 Vol. 5 No. 2 Maret 2012 :155 -