BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Turbin blade [Gandjar et. al, 2008]

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV RANCANGAN PENELITIAN

PENGEMBANGAN PENGGUNAAN NANOFLUIDA SEBAGAI FLUIDA PENDINGIN PADA PROSES PEMESINAN DAN ANALISANYA TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN HASIL PEMESINAN SKRIPSI

ANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Proses Pemesinan Milling dengan Menggunakan Mesin Milling 3-axis

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan mesin frais (milling) baik untuk keperluan produksi. maupun untuk kaperluan pendidikan, sangat dibutuhkan untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Spesimen dan Peralatan. Permesinan dengan Kondisi Permesinan Kering dan Basah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN NASKAH SOAL TUGAS AKHIR HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Perubahan Parameter Pemesinan Terhadap Surface Roughness Produk Pada Proses Pemesinan dengan Single Cutting Tool

ANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY

OPTIMASI PARAMETER PROSES BUBUT PADA BAJA St 60 DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI

I. PENDAHULUAN. industri akan ikut berkembang seiring dengan tingginya tuntutan dalam sebuah industri

OPTIMASI PARAMETER PROSES BUBUT PADA BERBAGAI JENIS BAJA DENGAN MEDIA PENDINGIN COOLED AIR JET COOLING

Gambar I. 1 Mesin Bubut

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya proses permesinan merupakan sebuah keharusan. mesin dari logam. Proses berlangsung karena adanya gerak

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 2013 UNJUK KERJA VORTEX TUBE COOLER PADA PEMESINAN BAJA ST41

Pengaruh Jenis Pahat dan Cairan Pendingin

Bab IV Data Pengujian

Studi Eksperimental tentang Pengaruh Parameter Pemesinan Bubut terhadap Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Awal dan Akhir

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang

ANALISIS KEAUSAN PAHAT TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN BENDA KERJA PADA PROSES PEMBUBUTAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH KECEPATAN POTONG PADA PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP SURFACE ROUGHNESS DAN TOPOGRAFI PERMUKAAN MATERIAL ALUMINIUM ALLOY

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING)

BAB 3 RANCANGAN DAN PELAKSANAAN PERCOBAAN

JTM. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2014, 38-43

Optimasi Cutting Tool Carbide pada Turning Machine dengan Geometry Single Point Tool pada High Speed

ANALISIS PENGARUH CUTTING SPEED DAN FEEDING RATE MESIN BUBUT TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BENDA KERJA DENGAN METODE ANALISIS VARIANS

OPTIMASI PARAMETER PROSES BUBUT BAJA St 60 DENGAN MEDIA PENDINGIN COOLED AIR JET COOLING

SIMULASI UNTUK MEMPREDIKSI PENGARUH PARAMETER CHIP THICKNESS TERHADAP DAYA PEMOTONGAN PADA PROSES CYLINDRICAL TURNING

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Berbagai proses pemesinan dilakukan guna mengubah bahan baku

I. PENDAHULUAN. Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk

STUDI PENGARUH SUDUT POTONG (Kr) PAHAT KARBIDA PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN OBLIQUE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

PENGARUH LAJU PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PAHAT CARBIDE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BENDA BUBUT S45C KONDISI NORMAL DAN DIKERASKAN

PENGUKURAN KEKASARAN PROFIL PERMUKAAN BAJA ST37 PADA PEMESINAN BUBUT BERBASIS KONTROL NUMERIK

Edisi 8 No 2 Nopember 2016 ISSN ITEKS Intuisi Teknologi Dan Seni ========================================================================

PENGARUH KEKASARAN PERMUKAAN TERHADAP KEKUATAN TARIK BAJA AISI 4140 AFRIANGGA PRATAMA 2011/ PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

I. PENDAHULUAN. Setiap pekerjaan mesin mempunyai persyaratan kualitas permukaan (kekasaran

OPTIMASI PARAMETER PEMESINAN TANPA FLUIDA PENDINGIN TERHADAP MUTU BAJA AISI Jl. Jend. Sudirman Km 3 Cilegon,

BAB 3 PERALATAN DAN PROSEDUR PENELITIAN

PENGARUH FEEDING DAN SUDUT POTONG UTAMA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN LOGAM HASIL PEMBUBUTAN RATA PADA MATERIAL BAJA ST 37

Purna Septiaji Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta, 55183, Indonesia

ANALISA KEKERASAN MATERIAL TERHADAP PROSES PEMBUBUTAN MENGGUNAKAN MEDIA PENDINGIN DAN TANPA MEDIA PENDINGIN

Simulasi Komputer Untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan Pada Proses Cylindrical Turning Berdasarkan Parameter Undeformed Chip Thickness

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian sekaligus pengambilan data dilakukan di Laboratorium Produksi dan

OPTIMALISASI PROSES GERINDA UNTUK PERMUKAAN

Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A1011 Menggunakan Mata Bor HSS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Magnesium adalah salah satu jenis logam yang dikategorikan logam ringan, di

JURNAL PENGARUH VARIASI GERAK MAKAN, KEDALAMAN POTONG DAN JENIS CAIRAN PENDINGIN TERHADAP TINGKAT KEKASARAN PERMUKAAN PEMBUBUTAN BAJA ST 37

PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 60 PADA PROSES BUBUT KONVENSIONAL

PENGARUH GRADE BATU GERINDA, KECEPATAN MEJA LONGITUDINAL, DAN KEDALAMAN PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES GERINDA PERMUKAAN SKRIPSI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Lab.Proses Produksi, CNC dan material teknik

BAB I PENDAHULUAN. Industri manufaktur adalah salah satu industri yang berpeluang besar menguasai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN UMUR PAHAT PADA PEMBUBUTAN KERING DAN KERAS BAJA AISI 4340 MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA PVD BERLAPIS

Pengaruh Jenis Pahat, Kecepatan Spindel dan Kedalaman Pemakanan terhadap Tingkat Kekasaran Permukaan Baja S45C

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN SAMPUL DALAM... HALAMAN PRASYARAT... HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN... HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS...

OPTIMASI PARAMETER PROSES PEMESINAN TERHADAP KEAUSAN PAHAT DAN KEKASARAN PERMUKAAN BENDA HASIL PROSES CNC TURNING DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 4 bulan yaitu dari bulan Oktober 2014

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Data input simulasi. Shear friction factor 0.2. Coeficient Convection Coulomb 0.2

PENGARUH DEBIT MEDIA PENDINGIN TERHADAP NILAI KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES PEMBUBUTAN BAJA ST 60

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT BAJA AISI 1045

PENGARUH JENIS PAHAT, JENIS PENDINGINAN DAN KEDALAMAN PEMAKANAN TERHADAP KERATAAN DAN KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 42 PADA PROSES BUBUT RATA MUKA

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PROSES BUBUT UNTUK MATERIAL ST37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH MEDIA PENDINGIN DAN KONDISI PEMOTONGAN LOGAM TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES MILLING MENGGUNAKAN MESIN CNC TYPE VMC 200

PENGARUH KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL JIS G-3123 SS 41 DENGAN METODE TAGUCHI

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY

STUDI PENGARUH SUDUT POTONG PAHAT HSS PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN ORTHOGONAL TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

PENGARUH VARIASI CUTTING FLUID DAN VARIASI FEEDING PADA PROSES PEMOTONGAN ORTHOGONAL POROS BAJA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN. Febi Rahmadianto 1)

OPTIMASI PROSES PEMBUATAN MOBIL KAYU DENGAN MESIN CNC ROUTER PADA INDUSTRI BATIK KAYU

JTM. Volume 01 Nomor 03 Tahun 2013, 48-55

EFFECT OF CUTING SPEED USING MATERIAL HSS TOOL AND CARBIDE TOOL FOR LATHE PRICESS OF MATERIAL AISI 1010 FOR QUALITY LATHE TOOL WEAR

JTM. Volume 03 Nomor 01 Tahun 2014,

PENGARUH PEMOTONGAN DENGAN DAN TANPA CAIRAN PENDINGIN TERHADAP DAYA POTONG PADA PROSES TURNING

HSS PADA PROSES BUBUT DENGAN METODE TOOL TERMOKOPEL TIPE-K DENGAN MATERIAL St 41

28 Gambar 4.1 Perancangan Produk 4.3. Proses Pemilihan Pahat dan Perhitungan Langkah selanjutnya adalah memilih jenis pahat yang akan digunakan. Karen

PENERAPAN PENILAIAN KEKASARAN PERMUKAAN (SURFACE ROUGHNESS ASSESSMENT) BERBASIS VISI PADA PROSES PEMBUBUTAN BAJA S45C

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 Baja AISI 4340

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

BAB III METODE PELAKSANAAN. Metode penelitian merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapan tahapan

EDISI 8 NO 1 AGUSTUS 2016 ITEKS ISSN Intuisi Teknologi Dan Seni

BAB I PENDAHULUAN. penting pada proses penyambungan logam. Pada hakekatnya. diantara material yang disambungkan. Ini biasanya dilakukan

TUGAS AKHIR. Pengaruh Tekanan Udara Terhadap Laju Pengikisan Plat Baja ST 37 Pada Proses Sandblasting

Kata kunci: Proses Milling, Variasi Kecepatan Putar dan Kedalaman Makan, Surface Roughness

(Sumber :

Budi Setiyana 1), Rusnaldy 2), Nuryanto 3)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TUGAS SARJANA OPTIMASI PARAMETER PEMESINAN PROSES CNC FREIS TERHADAP HASIL KEKASARAN PERMUKAAN DAN KEAUSAN PAHAT MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Air Panglima Besar Soedirman. mempunyai tiga unit turbin air tipe Francis poros vertikal, yang

Pengaruh Kedalaman Pemakanan, Jenis Pendinginan dan Kecepatan Spindel

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses produksi pembuatan suatu produk manufaktur yang ada didunia hampir seluruhnya memerlukan proses pemesinan. Contoh produk yang memerlukan proses pemesinan adalah pembuatan propeller/impeller (sudu) turbin atau kapal-laut (Gambar 1.1). Hampir seluruh produk manufaktur memerlukan proses pemesinan dalam pembuatannya [Gandjar et. al, 2008]. Gambar 1.1 Turbin blade [Gandjar et. al, 2008] Proses pemesinan sendiri adalah proses melepaskan sebagian material dari suatu bahan dasar yang dapat berupa blok atau silinder pejal sehingga memenuhi bentuk dan kualitas yang diinginkan (sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan). Selain itu, proses ini merupakan salah satu proses manufaktur yang kompleks karena harus mempertimbangkan banyak faktor agar produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi kualitas yang ditetapkan. Kualitas produk manufaktur hasil proses pemesinan selalu dikaitkan salah satunya dengan ketepatan dimensi-toleransi dan nilai kekasaran permukaan (surface roughness) dari produk hasil pemesinan tersebut. Hal inilah yang mendorong industri pemesinan khususnya pemesinan logam (metal cutting) secara terus menerus mengembangkan metode serta teknologi proses 1

pelepasan material. Kekasaran permukaan suatu produk hasil pemesinan dapat mempengaruhi beberapa fungsi produk seperti gesekan permukaan (surface friction), perpindahan panas, aliran fluida, kemampuan penyebaran pelumasan, estetika, dan lain-lain. Oleh karena itu kekasaran permukaan menjadi salah satu standar keakuratan dan kualitas permukaan produk manufaktur. Kekasaran permukaan dalam pemesinan dipengaruhi oleh parameter pemesinan yaitu antara lain kecepatan potong (cutting-speed), kecepatan pemakanan/laju pemakanan (feed-rate), kedalaman pemotongan (depth of cut), jenis material benda-kerja, material pahat potong, geometri pahat potong, temperatur pemotongan (cutting temperature) dan juga sangat dipengaruhi oleh pemakaian fluida pendingin (cutting fluid) [Gandjar K. et. al, 2008] yang merujuk pada [Boothroyd, G dan Knight W.A., 1989][Black, et.al, 1995]. Sudah banyak metode yang digunakan untuk meningkatkan kualitas permukaan hasil pemesinan (menurunkan atau mendapatkan kekasaran permukaan sesuai spesifikasi yang ditetapkan) dengan melakukan pengaturan terhadap parameter pemesinan berupa : kecepatan potong, laju pemakanan, material pahat-potong, dan kedalaman potong [Gandjar K. et. al, 2005] [Gandjar K. et. al, 2008] yang merujuk pada [Armarego E.J.A. dan Brown R.H, 1969]. Namun masih sedikit sekali yang menggunakan fluida pendingin dengan karakteristiknya sebagai parameter yang dapat mempengaruhi kekasaran permukaan hasil pemesinan untuk mengatur temperatur pemotongan [Gandjar K. et. al., 2005]. Beberapa penelitian yang melibatkan penggunaan fluida pendingin baru pada proses pemesinan untuk mendapatkan hasil pemesinan yang lebih baik telah dilakukan [Jie Liu, Y.Kevin Chou, 2006] [ N.R Dhar, M. Kamruzzaman, 2006]. Kekurangan kedua penelitian ini terletak pada banyaknya fluida pendingin yang digunakan untuk proses pemesinan (karena fluida pendingin yang tidak disirkulasikan kembali), dan perbaikan kualitas permukaan yang dihasilkan belum maksimal dibanding dengan pendingin yang ada sekarang. Selain itu, pendinginan jenis ini 2

memiliki kesulitan implementasi pada industri [Hong, S.Y., dan Ding Y., 2001]. Keberadaan fluida pendingin baru, nanofluida, yang terbukti meningkatkan konduktivitas termal fluida sampai 20% dibanding fluida dasar [Das, et.al., 2003] telah menarik perhatian penulis untuk memanfaatkan fluida ini pada proses pemesinan. Dengan berbagai karakter baru yang lebih unggul ini, diharapkan nanofluida mampu menurunkan temperatur pemesinan, memperpanjang umur alat, dan meningkatkan kualitas permukaan hasil pemesinan. 1.2 Perumusan Masalah Pengembangan teknologi manufaktur yang dinamis menuntut ketersediaan proses pemesinan yang dapat memberikan hasil yang optimum baik dalam segi kualitas produk pemesinan atau pada efisiensi secara ekonomi. Berdasarkan kondisi ini dibutuhkan sebuah pengembangan berkelanjutan terhadap metode pemesinan yang ada. Salah satu contoh upaya dalam mencapai hasil yang optimum dalam proses pemesinan ialah dengan melakukan modifikasi cooling fluids dari sebuah proses pemesinan dengan menggunakan cairan pendingin jenis baru yang memiliki konduktifitas termal lebih tinggi dibandingkan dengan cairan pendingin jenis lama. Sehingga dapat dihasilkan produk hasil pemesinan yang semakin baik dan dapat mendatangkan keuntungan secara ekonomi. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan umum untuk "Mengembangkan nanofluida sebagai fluida Pendingin pada proses pemesinan, melihat pengaruhnya terhadap kualitas permukaan hasil pemesinan, dan menganalisa penggunaannya terhadap temperatur pemotongan Selanjutnya, tujuan khusus penelitian ini adalah : 3

1. Mengindentifikasi parameter pemesinan yang mempunyai pengaruh paling baik terhadap temperatur pemotongan dan kualitas permukaan hasil pemesinan. 2. Memproduksi nanofluida dengan beberapa variasi konsentrasi volume yang kemudian dimanfaatkan sebagai fluida pendingin pada proses pemesinan. 3. Mengidentifikasi konsentrasi volume nanofluida yang memberikan pengaruh paling baik terhadap temperatur pemotongan dan kualitas hasil permukaan hasil pemesinan. 4. Merekomendasikan kombinasi nanofluida dan parameter pemesinan yang paling optimal dalam menghasilkan temperatur pemotongan yang paling rendah dan kualitas permukaan hasil pemesinan yang paling baik. 1.4 Pembatasan Masalah Pada penelitian ini, penulis menitikberatkan perhatian pada pengaruh penggunaan nanofluida sebagai fluida pendingin (cooling fluid) pada proses pemesinan dihubungkan dengan temperatur pemotongan (cutting temperature) yang terjadi selama proses berlangsung. Batasan-batasan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk menentukan jenis nanofluida yang memberikan dampak paling maksimal terhadap temperatur pemotongan, tool wear, dan kualitas kekasaran hasil pemesinan dengan nanofluida dari campuran partikel Al 2 O 3 (28 nm) dengan air suling. Serta campuran nanofluida dan lubricant dengan konsentrasi 3.3%. 2. Dalam proses pemesinan dengan nanofluida ini, digunakan beberapa variasi parameter pemesinan putaran spindle, waktu pemesinan, dan jenis fluida pendingin yang berbeda tetapi dengan kedalaman potong (depth of cut) konstan, serta material kerja adalah Stainless Steel ST 41. 3. Mesin yang digunakan pada percobaan ini adalah mesin maximat super 11 buatan EMCO, Austria yang ada di Laboratorium Computer Numerical Control (CNC) Departemen Teknik Mesin, Universitas Indonesia. 4

1.5 Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Melakukan studi literatur tentang nanofluida dan proses pemesinan turning, yang dilanjutkan dengan identifikasi masalah yang berkaitan dengan topik penelitian. 2. Membuat instalasi pengujian untuk proses pemesinan yang akan dilakukan. 3. Menentukan material pengujian, parameter pemesinan, dan konsentrasi volume nanofluida yang akan digunakan. 4. Melakukan kalibrasi termokopel dan roughness tester. 5. Melakukan percobaan dengan variasi jenis pendingin sebagai berikut: a. Konvensional (air + lubricant 3.3%) b. Nanofluida 4% volume c. Nanofluida 4% + lubricant 3.3% d. Nanofluida 1%, serta e. Nanoflida 1% + lubricant 3.3 %) Dengan variasi putaran motor spindle (600, 1100, 2200 rpm), dan waktu pemesinan (10, 20, 30, dan 40 menit). Sedangkan kedalaman potong (depth of cut) dan laju aliran fluida pendingin konstan. Data yang didapat dari pecobaan ini adalah temperatur pemotongan (temperatur di mata pahat), temperatur masuk fluida pendingin, dan temperatur keluar fluida pendingin (temperatur fluida pendingin setelah terjadi kontak antara fluida dan material benda kerja), serta kekasaran permukaan hasil pemesinan (surface roughness). 6. Melakukan perhitungan dan analisa terhadap hasil percobaan dengan menggunakan rumus-rumus empirik dan penggunaan DOE (Design Of Experiment) untuk mengolah data dan grafik yang didapatkan. Pada langkah ini kita dapat melihat interaksi antar parameter pemesinan yang digunakan terhadap temperatur pemotongan dan kekasaran permukaan material hasil pemesinan. 7. Penarikan kesimpulan penelitian. 5

Seluruh tahapan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1.2 Tahapan penelitian 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini terbagi dalam beberapa tahap: BAB I Pendahuluan Bab ini menggambarkan latar belakang, tujuan, pembatasan masalah, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan laporan akhir. BAB II Teori Pemotongan Logam dan Pengukuran Kekasaran Permukaan Bagian ini menjelaskan proses pemesinan, terutama proses turning, dan beberapa parameter pemesinan kecepatan potong, kedalaman pemotongan, waktu pemesinan, kualitas kekasaran hasil pemesinan. Selain itu, pada bagian ini akan dijelaskan dasar-dasar percobaan dengan statistik. 6

BAB III BAB IV BAB V BAB VI Teori Nanofluida Pada bab ini akan diberikan gambaran nanofluida; definisi, proses perpindahan panas khususnya model konveksi dan beberapa temuan yang telah didapat pada bidang ini. Instalalasi Alat Uji dan Produksi Nanofluida Bab ini akan menguraikan proses perencanaan dan instalasi pengujian beserta proses pembuatan nanofluida yang digunakan pada penelitian. Pengolahan dan Analisa Data Pada bagian ini akan dijelaskan prosedur pengambilan dan pengolahan data serta analisa data yang diperoleh dengan pendekatan inferential statistic. Kesimpulan dan Saran Berisi kesimpulan akhir yang didapat dari penelitian serta saransaran penting untuk penelitian lanjutan pada tema ini. 7