kehidupan anak. Dharmamulya (dalam Ariani, 1998, hlm.2) menyebutkan bahwa:

dokumen-dokumen yang mirip
2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PENERAPAN NILAI-NILAI PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai bentuk permainan pada manusia yang terus berkembang, pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni (IPTEKS) telah

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. survei yang dilakukan di sekolah Regina Pacis (Jakarta) yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya) Iis Nurhayati. STKIP Siliwangi Bandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang DwiMurtiningsih,2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha SMARATUNGGA Boyolali

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Shinta Mustika, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UPI Kampus Serang Yeni, 2016

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERMAINAN TRADISIOANAL. A. Sasaran Belajar 1. Sebagai wahana pendidikan 2. Per. tradisional sebagai bahan ajar Penjas

BAB I PENDAHULUAN. dan moral ini merupakan dampak negatif dari proses globalisasi yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERANAN PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DALAM PENGEMBANGAN ASPEK MOTORIK DAN KOGNITIF ANAK TK PILANGSARI I GESI SRAGEN

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sendi Fauzi Giwangsa, 2015

DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG

BAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sosial dan kebijakan sosial muncul sebagai konsep. baru yang mewarnai konstalasi paradigma pembangunan sebelumnya yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai di dalam Tugas Akhir ini adalah membuat sebuah

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kearifan. Tradisi Mesatua di Bali lambat laun semakin tergerus dengan roda

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan yang akan dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain mampu merumuskan tujuan pendidikan yang berisikan

BAB I PENDAHULUAN. Dampak Keberadaan Pasar Kaget Terhadap Perubahan Kehidupan Sosial-ekonomi Masyarakat desa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERAN MEDIA SOSIAL TERHADAP GAYA HIDUP SISWA SMA NEGERI 5 BANDUNG

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan kebiasaan yang diturunkan oleh leluhur secara turuntemurun

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. yang kita ketahui, teknologi adalah suatu kreasi yang telah menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan media strategis dalam meningkatkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Khaidir Yusup, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. hal komunikasi telah mengalami berbagai perubahan. Hal ini dapat terlihat dari

2015 PENGARUH BUDAYA K-POP TERHADAP NASIONALISME REMAJA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Bandung mempunyai peranan besar, salah satunya adalah peristiwa Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. Pada bab ini akan dijelaskan permasalahan penelitian dengan. kesimpulan hasil penelitian, diskusi, serta saran untuk penelitian sejenis

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keunikan dan istimewa. Anak-anak sangat membutuhkan orang tua

2015 DERAJAT KEBUGARAN JASMANI ANGGOTA KOMUNITAS PELESTARI PERMAINAN TRADISIONAL HONG KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN KAJIAN KETERBACAAN DAN NILAI KARAKTER TEKS ARTIKEL HARIAN KOMPAS SERTA UPAYA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR MEMBACA KRITIS

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. serta ketat untuk menghasilkan penerus-penerus yang bermoral baik, berwawasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mencari kegiatan yang bisa memulihkan vitalitas beraktifitas, antara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang mendiami suatu tempat tertentu. Mereka memiliki kebudayaannya sendiri yang membedakannya dari masyarakat lain. Kebudayaan itu diciptakan serta dilestarikan oleh masyarakat tersebut secara turun temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya, sehingga kebudayaan tersebut dapat tetap hidup di masyarakat. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk karena terdiri dari berbagai suku bangsa dengan kekhasannya masing-masing yang belum tentu dimiliki oleh masyarakat lainnya. Salah satu bentuk kebudayaan yang hampir sebagian besar masyarakat Indonesia miliki adalah permainan rakyat atau permainan tradisional. Setiap daerah di Indonesia memiliki bentuk permainan tradisional yang berbeda maupun memiliki kemiripan dengan permainan tradisional dari daerah lain. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan dalam permainan tradisionalnya. Menurut Depdikbud (1983, hlm. 1) : Permainan tradisional merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak guna kepentingan pembinaan jasmani dan sikap mental yang bersangkutan. Kegiatan jasmaniah itu dapat dilakukan sekedar sebagai pengisi waktu luang dan memecahkan rasa kelelahan hidup sehari-hari ataupun dimaksudkan untuk membina keterampilan hidup sehari-hari serta sikap dalam pergaulan sosial yang lebih luas. Penjelasan di atas juga dapat berarti bahwa permainan tradisional umumnya dilakukan oleh anak-anak. Walaupun ada beberapa jenis permainan tradisional yang biasanya dimainkan juga oleh orang dewasa, namun secara umum permainan tradisional lebih banyak dimainkan oleh anak-anak. Permainan tradisional dapat memberikan banyak manfaat dalam kehidupan anak. Dharmamulya (dalam Ariani, 1998, hlm.2) menyebutkan bahwa: 1

2 Ada beberapa nilai yang terkandung dalam permainan tradisional yang dapat ditanamkan dalam diri anak antara lain rasa senang, adanya rasa bebas, rasa berteman, rasa demokrasi, penuh tanggung jawab, rasa patuh dan rasa saling membantu yang kesemuanya merupakan nilai-nilai yang sangat baik dan berguna dalam kehidupan bermasyarakat. Penjelasan Dharmamulya tidak jauh berbeda dengan pendapat Ariani (1998, hlm.3) yang menyatakan bahwa : Berbagai nilai luhur yang terkandung di dalam permainan anak tradisional tersebut menggambarkan bahwa permainan anak tradisional dapat digunakan sebagai media yang tepat untuk membentuk kepribadian anak, karena itu keberadaan permainan tradisional hendaknya tetap dilestarikan. Permainan tradisional jelas memberikan banyak manfaat yang baik pada diri anak. Nilai-nilai yang bersifat psikologis maupun sosial menjadi nilai yang dominan dalam merubah kepribadian anak melalui bermain permainan tradisonal. Permainan tradisional sebagian besar dimainkan secara berkelompok, sehingga secara tidak langsung dapat melatih anak agar dapat bersosialisasi dengan anak-anak lainnya. Sebagai anggota dalam suatu masyarakat, maka sebagai makhluk sosial tidak mungkin dapat hidup sendiri tanpa berinteraksi dengan orang lain. Setiap individu akan merasa tenteram apabila hidup dalam kelompok manusia lain. Kebudayaan yang ada seperti permainan tradisional ini merupakan salah satu wujud adanya sebuah peradaban manusia. Jika sebuah kelompok biasanya memiliki lambang atau simbol sebagai identitasnya, maka permainan anak-anak tradisional ini merupakan salah satu bentuk lambang dari sebuah kelompok, yakni masyarakat. Menurut Depdikbud (1983, hlm.1) : Salah satu fungsi permainan yakni sebagai hiburan atau rekreasi. Karena itu, permainan dapat diikuti oleh siapa saja yang ingin memainkannya, karena permainan bukanlah milik perorangan, sehingga dalam perkembangannya, permainan tradisional dapat berubah mulai dari bentuk, aturan-aturan permainannya serta jalannya permainan. Hal itu dapat terjadi dikarenakan permainan tradisional bukan milik individu, melainkan milik masyarakat umum. Semua orang boleh memainkannya. Selain itu, permainan tradisional juga tidak bersifat statis, namun dinamis

3 sesuai dengan perkembangannya mengikuti perkembangan masyarakat yang bersangkutan. Apalagi jika permainan tersebut baik secara sengaja maupun tidak sengaja juga tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat lainnya, maka bentuk, cara memainkannya maupun aturan mainnya bisa menjadi berbeda, karena disesuaikan dengan kondisi masyarakat tersebut. Hal itu sejalan dengan pendapat Yunus (1987, hlm.2) yang menyatakan bahwa permainan tradisional tumbuh dan berkembang berdasarkebutuhan masyarakat setempat. Kebanyakan permainan tradisional dipengaruhi oleh alam lingkungannya, oleh karena permainan ini selalu menarik, menghibur sesuai dengan kondisi masyarakat saat itu. Di dalam jurnal yang dibuat oleh Seriati dan Hayati (2010) dijelaskan bahwa : Permainan tradisional mendapat pengaruh yang kuat dari budaya setempat, oleh karena itu permainan tradisonal mengalami perubahan baik berupa pergantian, penambahan maupun pengurangan sesuai dengan kondisi daerah setempat. Dengan demikian, permainan tradisional meskipun nama permainannya berbeda antar daerah, namun memiliki persamaan atau kemiripan dalam cara memainkannya. Pada penelitian tersebut juga dapat berarti bahwa telah terjadi pengaruh dari daerah lain, yang membuat permainan tradisional di suatu daerah pada umumnya banyak memiliki kesamaan dengan permainan tradisional dari daerah lain, hanya saja nama permainannya yang biasanya berbeda karena telah mengalami pengaruh dari budaya setempat. Permainan tradisional juga memiliki banyak pengaruh yang positif bagi anak-anak. Anak-anak dapat berkompetisi, belajar, sekaligus bersenangsenang. Hal ini tentu sangat berguna bagi perkembangan anak, yang pada usianya sangat memerlukan kegiatan yang positif namun tetap menyenangkan bagi mereka. Namun, sekarang ini, permainan tradisional telah beralih kepada permainan modern yang lebih banyak digemari anak-anak. Perkembangan zaman serta adanya globalisasi telah membuat keberadaan permainan tradisional yang sejak dahulu ada di masyarakat dari waktu ke waktu semakin ditinggalkan. Permainan modern yang memiliki bermacam variasi bentuk, maupun cara memainkannya membuat anak-anak lebih menyenangi

4 permainan modern dibandingkan dengan permainan tradisional. Padahal, tidak semua yang tradisional itu memiliki pengaruh yang negatif, dan tidak semua yang modern itu memiliki pengaruh yang positif. Ada beberapa bentuk permainan tradisional yang menekankan nilai gotong-royong serta kerja sama yang dimainkan secara berkelompok. Berdasarkan penelitian Wahyuni (2009, hlm.96) dinyatakan bahwa permainan tradisional gobag sodor terbukti dapat meningkatkan kualitas penyesuaian sosial anak sekolah dasar negeri Cakraningkratan Surakarta. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian Kurniati (2011, hlm.13) terungkap bahwa : Permainan anak tradisional dapat mestimulasi anak dalam mengembangkan kerjasama, membantu anak menyesuaikan diri, saling berinteraksi secara positif, dapat mengkondisikan anak dalam mengontrol diri, mengembangkan sikap empati terhadap teman, menaati aturan, serta menghargai orang lain. Demikian, dapat dipahami bahwa permainan tradisional dapat memberikan dampak yang sangat baik dalam membantu mengembangkan keterampilan emosi dan sosial anak. Di kecamatan Petanahan, permainan tradisional dahulu hampir setiap hari dimainkan oleh anak-anak di depan halaman rumah maupun di karangan atau lahan kosong yang ditumbuhi rumput liar. Permainan tradisional ini biasanya lebih sering dimainkan anak-anak setelah pulang dari bersekolah. Anak-anak berkumpul di tempat biasa mereka melakukan permainan tersebut. Satu jenis permainan diputuskan bersama-sama oleh semua calon pemain. Semua yang ada di tempat itu turut bermain, jika sudah bosan, mereka akan berganti permainan lain yang mereka inginkan. Kesepakatan kembali dilakukan. Hal itu menunjukkan bahwa selalu terjadi komunikasi serta interaksi sosial yang dilakukan anak. Seperti yang dikemukakan Setiadi dan Kolip (2011, hlm.75) bahwa komunikasi serta interaksi sosial merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Melalui kegiatan permainan ini, anak-anak belajar sendiri bagaimana caranya berhubungan dengan teman-temannya. Ini sesuai dengan salah satu fungsi dari permainan anak-anak tradisional yakni edukasi. Anak

5 berkembang dengan alami sesuai dengan tahapan usianya. Kegiatan yang menyenangkan anak akan lebih mudah diterima oleh anak pada masa perkembangannya. Apabila kegiatan yang menyenangkan itu bersifat positif karena memiliki pengaruh yang baik, maka manfaatnya untuk anak-anak juga akan sangat baik. Kegiatan permainan tradisional ini tidak sampai membuat anak-anak berkelahi, menyendiri, maupun menghabiskan banyak waktu. Kegiatan permainan tradisional tidak membuat anak sampai melupakan kegiatannya yang lain di luar bermain. Karena jika mereka sudah merasa lelah bermain, maka anak-anak akan sepakat menghentikan permainan. Karena permainan tradisional sebagian besar menggunakan fisik, dan fisik memiliki keterbatasan, maka waktu yang digunakan untuk bermain tidak akan berlangsung lama. Anak juga tidak akan sampai berkelahi, walaupun permainan tradisional juga bersifat kompetitif, namun anak-anak akan bersaing dengan gembira, sehingga tidak akan terbawa emosi yang negatif. Kerjasama serta kekompakkan juga membuat anak-anak memiliki peran dan fungsinya masing-masing dalam melakukan salah satu jenis permainan yang menuntut kerjasama antar pemain, sehingga tidak akan ada anak yang merasa diabaikan. Apabila permainan modern menjadikan kemenangan sebagai tujuan dan atas kemenangan itulah timbul kegembiraan, maka permainan tradisional lebih mementingkan kegembiraan atau kebahagiaan sebagai tujuan, dan atas kegembiraan itulah kemenangan diraih. Sekiranya itulah filosofi dari permainan tradisional yang tertanam pada setiap permainan dan pemainnya. Akan tetapi, seiring perkembangan zaman yang modern, masyarakat di kecamatan Petanahan kini hanya dapat mengenang permainan tradisional di masa lalu karena saat ini sudah jarang yang memainkannya. Bahkan ada beberapa jenis permainan anak-anak tradisional yang sudah tidak pernah dimainkan lagi di masyarakat. Beberapa bentuk permainan tradisional di kecamatan Petanahan yang memiliki nilai sosial seperti Gandhon (Suramandha), Boi-Boinan, Ula Naga, Telphon Telphonan, Lek-Lekan,

6 Setrengan, Egrang, serta Jae-Jaean, kini sudah jarang yang memainkannya, bahkan ada beberapa bentuk permainan yang sudah tidak pernah dimainkan lagi. Anak-anak di kecamatan Petanahan saat ini bahkan ada yang tidak mengenali beberapa jenis permainan tradisional tersebut. Mereka lebih mengenal permainan modern yang menggunakan teknologi, seperti play station maupun jenis hiburan lainnya seperti facebook dan twitter. Tidak hanya remaja maupun orang dewasa yang menggunakan jejaring sosial sebagai sarana hiburan, namun kini anak-anak juga banyak yang menggunakannya. Padahal, permainan di zaman modern seperti sekarang ini sebagian besar membuat anak-anak menjadi kurang berinteraksi dengan orang lain, sehingga muncul istilah anak menjadi anti sosial. Mereka melakukan permainannya sendiri dengan menghadapi komputer maupun gadget seperti Blackberry, iphone, ipad maupun laptop. Tidak sedikit dari mereka yang sampai lupa waktu karena terlalu fokus kepada permainan. Selain itu juga, permainan modern banyak memberikan efek ketagihan bagi anak, sehingga anak selalu ingin memainkannya, hingga melupakan tugastugasnya yang lain. Padahal, permainan tradisonal mengandung nilai-nilai moral yang baik bagi perkembangan anak di masa depannya. Pembiasaan berinteraksi dengan teman sebaya sejak dini melalui permainan tradisional, akan membuat anak belajar banyak hal melalui orang lain, sehingga anak kelak akan paham bahwa mereka tidak mungkin dapat hidup sendiri di masyarakat. Perubahan sosial lebih cepat terjadi pada masyarakat perkotaan, tetapi, masyarakat pedesaan juga mengalami perubahan walaupun berjalan lebih lambat jika dibandingkan dengan perubahan sosial pada masyarakat kota. Di kecamatan Petanahan, perubahan sosial yang terjadi secara umum berjalan cukup lambat, karena norma sosial yang berkembang di masyarakat masih dipegang teguh oleh sebagian besar masyarakatnya. Akan tetapi, perubahan sosial yang berkaitan dengan teknologi berjalan cukup cepat sehingga permainan tradisional semakin hari semakin ditinggalkan.

7 Fenomena yang terjadi di masyarakat kecamatan Petanahan saat ini ialah anak-anak dengan usia belasan tahun akan merasa malu dan gengsiapabila mereka masih memainkan permainan tradisional. Sebagian besar merasa lebih percaya diri jika mereka dapat memainkan permainan modern yang menggunakan teknologi. Sebagian besar orangtua juga tidak melarang hal itu, karena mayoritas masyarakat di Kecamatan Petanahan kini memiliki cara pandang yang berbeda mengenai permainan. Orang tua banyak yang lebih senang apabila anak menghabiskan waktu di rumah, sehingga tidak pergi keluar rumah dalam waktu yang lama, atau dalam istilah masyarakat setempat disebut muyeng-muyeng. Peran pemuda-pemudi yang ada di kecamatan Petanahan seperti organisasi kepemudaannya juga dirasakan kurang mendukung kelestarian budaya permainan tradisional. Hal ini terlihat dari acara yang rutin dilaksanakan setiap hari kemerdekaan Republik Indonesia, kegiatan yang dibentuk kurang mengikutsertakan permainan tradisional, dan lebih menekankan kepada bentuk hiburan modern seperti dance serta menyanyi lagu-lagu pop. Kalaupun ada, hanya sedikit saja bentuk kegiatannya, seperti lomba menggigit kelereng, memasukkan belut kedalam botol, maupun memakan kerupuk. Namun lomba-lomba tersebut bukanlah lomba yang diambil dari jenis permainan tradisional yang lebih banyak menekankan kepada aspek kerjasama. Lomba-lomba yang selama ini dilakukan hanya bersifat individual serta tidak mengangkat permainan tradisional yang khas dari masyarakat kecamatan Petanahan. Hal itu amat disayangkan, karena para pemudanya saja kurang memahami pentingnya melestarikan permainan taradisional yang memiliki banyak manfaat positif bagi anak. Selain itu, pemerintah kecamatan setempat juga kurang memperhatikan mengenai aspek kebudayaan yang satu ini, sehingga dalam perkembangannya, permainan tradisional hanya seperti sebuah dongeng, karena anak-anak saat ini hanya mendengar cerita dari mulut ke mulut, tanpa berkeinginan untuk memainkannya. Bahkan hanya sedikit orang tua yang sadar mengenai pentingnya mewariskan budaya tradisional ini kepada anak-anaknya. Padahal, menurut Cooney (dalam

8 Kurniati, 2010, hlm.2) mengungkapkan bahwa permainan tradisional sebagai those activities handed down from one generation to the next and continuesly followed by most people. Pernyataan itu dapat berarti bahwa permainan tradisional merupakan sebuah aktivitas yang diwariskan atau diturunkan secara terus menerus dari satu generasi kepada generasi berikutnya dan diikuti oleh banyak orang. Hal ini juga berkaitan dengan pendapat M. Zaini Alif, pengelola Komunitas Hong, yang mengatakan bahwa permainan tradisi sebagai salah satu bentuk ketahanan budaya. Apabila kenyataan yang ada saat ini bahwa hampir tidak ada lagi anak-anak di Kecamatan Petanahan yang memainkan permainan tradisional yang dulunya pernah ada di dalam masyarakat, hal itu berarti telah muncul sebuah permasalahan. Permainan anak-anak tradisional yang saat ini mulai hilang sebenarnya sangat disayangkan mengingat banyak sekali manfaat yang terdapat di dalam permainan tradisional. Sebagai salah satu hasil kebudayaan suatu masyarakat, sudah seharusnya permainan tradisional ini dilestarikan. Kebudayaan merupakan salah satu identitas bangsa, karena itulah agar identitas suatu masyarat tidak hilang, maka sudah seharusnya masyarakat menjaga serta melestarikan kebudayaanya. Hal itulah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai permainan tradisional di kecamatan Petanahan, Kabupaten, karena menurut pengamatan peneliti, saat ini di dalam masyarakat tersebut, anak-anak sudah jarang yang memainkan permainan tradisional. Masalah yang akan diteliti di dalam skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif yang sementara ini sebelum peneliti memasuki lapangan akan menggunakan teori interaksionisme simbolik sebagai teori pendamping atau pendukung penelitian,yang akan membantu peneliti dalam menggali informasi yang terkait dengan masalah penelitian.

9 B. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan serta melihat kondisi yang terjadi di lapangan, dapat disimpulkan identifikasi masalah penelitian sebagai berikut: Perkembangan zaman yang ditandai dengan globalisasi dan juga modernisasi serta perubahan cara pandang masyarakat di Kecamatan Petanahan terhadap permainan tradisional, telah membuat permainan tradisional menjadi jarang dimainkan lagi oleh anak-anak. Padahal, dengan bermain permainan tradisional, banyak manfaat positif yang bisa di dapatkan. Berbagai manfaat positif tersebut sangat berguna bagi tumbuh kembang anak, tidak hanya secara motorik, tetapi juga secara psikologis dan juga sosial. C. Rumusan Masalah Penelitian Untuk memperoleh hasil penelitian yang sesuai sasaran, dan tujuan yang hendak dicapai peneliti, maka rumusan masalah pokok dalam penelitian ini adalah: Nilai-nilai sosial apakah yang terdapat di dalam permainan tradisional yang ada di Kecamatan Petanahan?. Agar penelitian lebih terarah pada tujuan yang hendak dicapai serta konsisten pada masalah yang diteliti dan juga tidak terlalu luas ruang lingkupnya, maka peneliti perlu membatasi permasalahan dalam penelitian ini,yaitu sebagai berikut : 1. Apa saja permainan tradisional yang ada di Kecamatan Petanahan? 2. Nilai-nilai sosial apakah yang terdapat di dalam permainan tradisional yang ada di Kecamatan Petanahan? 3. Bagaimana ikatan sosial dalam permainan yang berlangsung? 4. Bagaimanakah implementasi pembelajaran sosiologi di SMA dalam menyerap nilai-nilai sosial permainan tradisional?

10 D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum: Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai sosial yang terdapat di dalam permainan tradisional yang ada di Kecamatan Petanahan, Kabupaten. 2. Tujuan khusus a. Menginventarisasipermainan tradisional yang ada di Kecamatan Petanahan. b. Mengidentifikasinilai-nilai sosial yang terdapat di dalam permainan tradisional yang ada di Kecamatan Petanahan. c. Mendeskripsikanikatan sosial dalam permainan yang berlangsung. d. Mengetahuiimplementasi pembelajaran sosiologi di SMA dalam menyerap nilai-nilai sosial permainan tradisional. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain sebagai berikut : a. Bagi Masyarakat Memberikan pengetahuan mengenai nilai-nilai sosial yang terdapat di dalam permainan tradisional yangada di Kecamatan Petanahan. Dengan demikian, masyarakat dapat menyadari pentingnya melestarikan permainan tradisional tersebut. b. Bagi peneliti Memperoleh gambaran mengenai berbagai permainan tradisional yang hingga saat ini ada di Kecamatan Petanahan serta ikatan sosial dalam permainan yang berlangsung. Selain itu, manfaat lainnya bagi peneliti adalah mendorong peneliti untuk bersikap kritis terkait berbagai manfaat atau fungsi yang dapat diperoleh dari permainan tradisional yang ada di Kecamatan Petanahan, sehingga akan menambah khazanah ilmu pengetahuan peneliti.

11 c. Bagi peneliti lain Proses dan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian, rujukan, atau pembanding bagi penelitian yang sedang atau akan dilaksanakan. Hasil penelitian ini akan memperkaya dan melengkapi hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan dalam kajian sejenis. F. Struktur OrganisasiSkripsi Struktur organisasiskripsi atau sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. BAB I Pendahuluan Berisi uraian tentang pendahuluan dan merupakan bagian awal dari skripsi. Pendahuluan berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat atau signifikansi penelitian dan sistematika penelitian. 2. BAB II Kajian Pustaka dan Kerangka Pemikiran Kajian pustaka mempunyai peran yang sangat penting. Melalui kajian pustaka ditunjukkan the state of the art dari teori yang sedang dikaji dan kedudukan masalah penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti. Dalam kajian pustaka, peneliti membandingkan, mengontraskan, dan memposisikan kedudukan masing-masing penelitian yang dikaji dikaitkan dengan masalah yang diteliti, serta penelitian terdahulu yang relevan juga dimasukkan dalam kajian pustaka. Kemudian kerangka pemikiran disusun untuk mengkaji hubungan teoritis penelitian. 3. BAB III Metode Penelitian Pada bab metode penelitian, berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, termasuk beberapa komponen lainnya, yaitu subjek dan lokasi penelitian, metode penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data. 4. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada BAB 1V ini berisikan tentang pengolahan atau analisis data dan pembahasan atau analisis temuan. Pengolahan data dilakukan berdasarkan

12 tahap-tahap yang telah ditentukan. Di dalam penelitian ini, pengolahan data dilakukan dengan metode penelitian kualitatif. Pembahasan dalam BAB ini dikaitkan dengan teori-teori terkait yang telah dibahas pada BAB II Kajian Pustaka. 5. BAB V Kesimpulan dan Saran Pada BAB V akan disajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. Ada dua alternatif cara penulisan kesimpulan, yakni dengan cara butir demi butir, atau dengan cara uraian padat. Kesimpulan harus menjawab pertanyaan penelitian atau rumusan masalah. Saran atau rekomendasi yang ditulis setelah kesimpulan dapat ditujukkan kepada para pembuat kebijakan, kepada para pengguna hasil penelitian yang bersangkutan, kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya, kepada pemecahan masalah di lapangan atau follow up dari hasil penelitian.