BAB I PENDAHULUAN. energi. Makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia haruslah makanan. dalam Al-Qur an surat Al-Baqarah ayat 172:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena dengan makanan itulah manusia akan dapat melakukan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB IV ANALISIS STANDAR SERTIFIKASI PENYEMBELIHAN HALAL DAN URGENSINYA. A. Analisis Terhadap Standar dan Prosedur Sertifikasi Penyembelihan Halal

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 52 Tahun 2012 Tentang HUKUM HEWAN TERNAK YANG DIBERI PAKAN DARI BARANG NAJIS

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perilaku konsumen, kebijakan pemerintah, persaingan bisnis, hanya mengikuti perkembangan penduduk namun juga mengikuti

MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik Oleh Mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga, Jurnal EKonomi, 2016, hal. 1.

Seleksi dan Penyembelihan Hewan Qurban yang Halal dan Baik. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI

BAB I PENDAHULUAN. berarti "diizinkan" atau "boleh ". Istilah ini dalam kosakata sehari-hari lebih sering

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI AYAM ADUAN SEKARAT HASIL KALAH SABUNG AYAM DI KABUPATEN SIDOARJO

KIAT MEMILIH PRODUK HALAL

FATWA MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG STUNNING, MERACUNI, MENEMBAK HEWAN DENGAN SENJATA API DAN KAITANNYA DENGAN HALAL,

Waspadai Produk Gunaan dari Babi

BAB I. Semakin maraknya persaingan bisnis global, pasar menjadi semakin ramai. dengan barang-barang produksi yang dihasilkan. Bangsa Indonesia dengan

II. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN. A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. manusia saja hewan serta tumbuhanpun juga memerlukan makanan, sebab makanan

I. PENDAHULUAN. dengan nilai gizi yang tinggi dan disukai oleh anak-anak maupun orang dewasa

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup lainnya, seperti kebutuhan sandang dan papan. Secara etimologi

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TENTANG

PENGEMBANGAN KONSEP MODEL SISTEM JAMINAN HALAL PRODUK DAGING AYAM DI RUMAH POTONG AYAM 1

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

BAB III SERTIFIKASI PENYEMBELIHAN HALAL PADA RUMAH POTONG AYAM SURABAYA. 1. Eksistensi Rumah Potong Ayam Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya serta teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Agama Islam sebagai raḥmatallil ālamīn sesungguhnya telah

BAB 1 PENDAHULUAN. pada adanya pertambahan penduduk (Smith Adam, 1776). Dengan penduduk

I. PENDAHULUAN. diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau

BAB I PENDAHULUAN. Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Mam MAKALAH ISLAM. Bagaimana Biokimia Unsur Babi Pengaruhi Tubuh Manusia

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XV/2017 Produk Halal

-1- QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM JAMINAN PRODUK HALAL

RPA objectives, development, principles, management and food safety

BAB I PENDAHULUAN. produk daging. Di Indonesia sendiri, daging yang paling banyak digemari

BAB I PENDAHULUAN. Sapi Indonesia, 6 November 2012,

{mosimage} Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang sebagian besar dari penduduknya

Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG RUMAH POTONG UNGGAS

PENGGUNAAN BULU, RAMBUT DAN TANDUK DARI HEWAN HALAL YANG TIDAK DISEMBELIH SECARA SYAR I UNTUK BAHAN PANGAN, OBAT-OBATAN DAN KOSMETIKA

BAB I PENDAHULUAN. alam, yang dapat menyebabkan perasaan daya tarik dan ketentraman. emosional, karena hal itu merupakan pengalaman subyektif.

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh kelompok referensi terhadap keputusan pembelian produk

IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM MATA KULIAH

BAB I PENDAHULUAN. mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, karena daging merupakan sumber protein

Pancasila sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa

BAB I PENDAHULUAN. Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada. Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENETAPAN PRODUK HALAL

SERTIFIKASI HALAL OLEH LPPOM DAN MUI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas beragama Islam terbesar di dunia. Sebanyak 87,18 % dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ketentuan Pasal 1 Angka (1) Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan antara satu sama lain untuk saling tolong menolong karena untuk. sendiri, adakalanya meminta bantuan orang lain.

PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)**

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan

BAB I PENDAHULUAN. - Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Daging ayam memiliki nilai gizi

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di

REGULASI PEMERINTAH TERHADAP RANTAI PASOK DAGING SAPI BEKU

Gambaran Pelaksanaan Rumah Pemotongan Hewan Babi (Studi Kasus di Rumah Pemotongan Hewan Kota Semarang)

SERTIFIKASI HALAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK OLAHAN KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DAERAH

PENGGUNAAN PLASENTA HEWAN HALAL UNTUK BAHAN OBAT

(at-t}ayyibah) dan mengharamkan yang buruk (al-khabi>s}ah), seperti bangkai,

A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DAN LALU LINTAS TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

BAB I. PENDAHULUAN. tahun Sedangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 18 tahun

BAB I PENDAHULUAN. media pertumbuhan mikroorganisme. Daging (segar) juga mengandung enzim-enzim

BAB I PENDAHULUAN. hukum syara yang saling berseberangan. Setiap muslim diperintahkan hanya untuk

PUTUSAN Nomor 5/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 326 jiwa. Penyebaran penduduk menurut pulau-pulau besar adalah: pulau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi akan menggerakkan dan menjalankan tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 43 Tahun 2012 Tentang PENYALAHGUNAAN FORMALIN DAN BAHAN BERBAHAYA LAINNYA DALAM PENANGANAN DAN PENGOLAHAN IKAN

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN GROBOGAN MEMILIH DAGING ASUH ( AMAN, SEHAT, UTUH, HALAL )

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ayam broiler merupakan komoditi ternak yang mempunyai prospek

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang dan sedang berusaha mencapai

BAB I PENDAHULUAN. informasi produk yang ditawarkan perusahaan, akan cepat sampai kepada

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan. Dalam melaksanakan kehidupan ini manusia tidak bisa berdiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masing-masing berlokasi di Denpasar dan Tabanan, Tempat Pemotongan Ayam

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PRODUK BARANG HIGIENIS DAN HALAL

PENERAPAN RANTAI PASOK HALAL PADA KOMODITAS DAGING AYAM DI KABUPATEN PONOROGO

GUBERNUR BENGKULU PERATURAN DAERAH PROVINSI BENGKULU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. Bukan hanya umat Islam di pedesaan, tetapi lebih-lebih di perkotaan. Banyaknya

SERTIFIKASI HALAL DALAM PRODUK KULINER UMKM

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang. Dalam hal ini yang dimaksud makanan adalah segala sesuatu. pembuatan makanan atau minuman. 1

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara yang mendapat perhatian yang lebih besar. Pada saat ini

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, makanan mempunyai peranan yang penting bagi manusia. Peran tersebut antara lain untuk mempertahankan kelangsungan hidup, melindungi dan menjaga kesehatan serta sebagai sumber energi. Makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia haruslah makanan dan minuman yang baik dan bermanfaat bagi tubuh, serta halal untuk dikonsumsi. Segala makanan yang halal dan baik, maka akan memiliki pengaruh yang baik pula bagi manusia yang mengonsumsinya. Demikian halnya dengan makanan yang haram dan tidak baik, akan berpengaruh yang tidak baik pula bagi manusia yang mengonsumsinya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur an surat Al-Baqarah ayat 172: Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baikbaik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-nya kamu menyembah. 1 Islam telah mengatur tentang makanan mana yang dihalalkan dan mana yang diharamkan. Bahan makanan yang dibutuhkan oleh tubuh manusia salah satunya adalah protein yang diperoleh dari ikan dan daging hewan. Hewan yang halal dan baik ditentukan juga pada saat proses penyembelihan 1 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur an, 1979), hlm. 32 1

2 dan pengolahannya. Penyembelihan adalah sengaja memutus saluran makanan, tenggorokan dan dua pembuluh darah hewan dengan alat yang tajam selain kuku dan gigi. 2 Penyembelihan dilakukan untuk melepaskan nyawa binatang dengan jalan paling mudah, yang kiranya meringankan dan tidak menyakiti. Islam juga telah mengatur tentang tata cara menyembelih hewan sesuai dengan syari at. Karena cara penyembelihannya berpengaruh pada kehalalan hewan tersebut, karena penyembelihan yang tidak sempurna akan mengakibatkan hewan tersebut disamakan dengan bangkai, sedangkan Allah mengharamkan memakan bangkai. Allah SWT memperkenankan hamba-nya untuk menikmati segala rizki yang baik (at-tayyibah) dan mengharamkan yang buruk seperti bangkai, darah, babi dan lain-lain. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Al-Qur an surat Al-Baqarah Ayat 173 yang berbunyi: Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. tetapi Barangsiapa dalam Keadaan terpaksa (memakannya) sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 3 Dan masih banyak lagi ayat-ayat Al-Qur an yang mengatur mengenai halal dan haramnya makanan dan minuman yang dikonsumsi atau dinikmati oleh manusia. 2 Yusuf Qaradhawi, Halal dan Haram, Terj.Halal wal Haram fil Islam oleh Tim Kuadran, (Bandung: Jabal, 2007), hlm. 67 3 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur an dan Terjemahannya, hlm. 32

3 Hal tersebut dijelaskan pula dalam Pasal 18 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 yang berbunyi: (1) Bahan yang berasal dari hewan yang diharamkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3) meliputi: a. bangkai; b. darah; c. babi; dan/atau d. hewan yang disembelih tidak sesuai dengan syariat. (2) Bahan yang berasal dari hewan yang diharamkan selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri berdasarkan fatwa MUI. 4 Pasal tersebut memberi penegasan bahwa setiap hewan yang akan diedarkan untuk selanjutnya diolah sebagai produk, harus disembelih sesuai dengan syari at Islam. Untuk menjamin kehalalan produk hewan tersebut, Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang mengenai hal tersebut, yaitu Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal. Di dalamnya memuat tentang ketentuan umum jaminan kehalalan suatu produk. Aturan-aturan tersebut yaitu tentang standarisasi kehalalan, baik dalam produk makanan, minuman, obat, kosmetik, produk kimiawi, produk biologi, produk rekayasa genetik, serta barang gunaan yang dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan oleh masyarakat. Dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa setiap produk yang beredar di Indonesia harus bersertifikasi halal. Begitu juga dengan penyembelihan hewan. Rumah potong hewan termasuk rumah potong ayam juga harus bersertifikasi halal. Sertifikasi halal pada rumah potong ayam sangat diperlukan sebagai jaminan bahwa daging ayam yang akan dikonsumsi oleh konsumen telah benar-benar halal dan tayyib. 4 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

4 Namun jumlah rumah potong ayam yang bersertifikasi halal masih dalam jumlah yang sedikit. Hal tersebut dapat dilihat pada proses penyembelihan dan pengolahan hewan yang sering ditemui di pasar-pasar tradisional. Banyak penjual ayam potong yang belum mengetahui standar kehalalannya, baik dari cara penyembelihan hingga pengolahannya. Diantara peraturan-peraturan yang memiliki keterkaitan dengan pengaturan Produk Halal mengenai produk hewan diantaranya, Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. dalam Pasal 58 ayat 1 disebutkan bahwa dalam rangka menjamin produk hewan yang aman, sehat, utuh, dan halal, pemerintah dan pemerintah daerah sesuai kewenangannya melaksanakan pengawasan, pemeriksaan, pengujian, standarisasi, sertifikasi, dan registrasi produk hewan. Pengawasan dan pemeriksaan produk hewan dilakukan mulai dari tempat produksi, pada waktu pemotongan, penampungan, dan pengumpulan, baik masih dalam kondisi segar, sebelum pengawetan, dan waktu pengedaran setelah pengawetan. Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 65 dan untuk memberikan pengaturan lebih lanjut mengenai kesejahteraan hewan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 dan Pasal 67 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 93 Tahun 2012 Tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan yang di dalamnya mengatur tentang pengawasan, pemeriksaan, pengujian, standarisasi, dan sertifikasi

5 produk hewan sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 58 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam realitanya banyak produk yang beredar di masyarakat belum semua terjamin kehalalannya. Sementara itu, berbagai peraturan perundang-undangan yang memiliki keterkaitan dengan pengaturan Produk Halal belum memberikan kepastian dan jaminan hukum bagi masyarakat muslim. Oleh karena itu, pengaturan mengenai Jaminan Produk Halal perlu diatur dalam satu undang-undang yang secara komprehensif mencakup Produk yang meliputi barang dan/atau jasa yang terkait dengan makanan, minuman, obat, kosmetik, produk kimiawi, produk biologi, dan produk rekayasa genetik serta barang gunaan yang dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan oleh masyarakat, termasuk juga rumah potong ayam yaitu dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal tersebut. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern yang ditandai semakin pesatnya industrialisasi dan teknologi mutakhir, maka segala sarana yang diperlukan manusia juga semakin canggih dan kompleks. Hal ini juga berpengaruh terhadap perkembangan tata cara penyembelihan hewan, sehingga muncul beragam model penyembelihan. Ada yang secara tradisional dan ada yang modern dengan menggunakan mesin potong. Di tengah meningkatnya kebutuhan akan daging, khususnya daging ayam, banyak orang melirik usaha penyembelihan, karena dianggap menguntungkan serta pemotongannya sederhana, apalagi banyak rumah

6 makan dan restauran yang memasok daging ayam dari para pemasok ayam. Namun banyak pengelola rumah potong ayam tidak mengetahui secara pasti tata cara penyembelihan sesuai dengan syari at Islam. Bagi mereka yang terpenting hewan sudah disembelih dan setelah itu mati. Seiring dengan semakin tingginya kebutuhan masyarakat akan daging ayam, menimbulkan semakin banyak pula penjual daging ayam yang ada di pasar-pasar maupun di tempat-tempat lain yang sekiranya banyak peminatnya. Para penjual tersebut kebanyakan kurang mengerti akan standarisasi penyembelihan maupun pengolahan dari daging tersebut, seperti halnya yang ada di desa Pandanarum Sutojayan. Desa Pandanarum merupakan desa kecil yang terletak di kecamatan Sutojayan kabupaten Blitar. Desa Pandanarum adalah salah satu desa yang terdapat beberapa pengusaha ayam potong. Rumah potong ayam yang ada di desa Pandanarum ini mempunyai peranan yang besar dalam memenuhi kebutuhan akan daging ayam untuk masyarakat yang ada di desa Pandanarum itu sendiri dan masyarakat yang ada di kecamatan Sutojayan bahkan kabupaten Blitar. Rumah potong ayam yang ada di desa Pandanarum merupakan rumah potong ayam yang telah berkembang dan memasok daging ayam ke pasar tradisional yang ada di kecamatan Sutojayan. Ada beberapa pengusaha ayam potong yang memiliki cara yang berbeda dalam penyembelihan atau pemotongan ayam. Ada yang disembelih secara tradisional dan ada pula yang disembelih menggunakan mesin pemotong. Tidak hanya dalam penyembelihan, proses pengolahannya juga masih secara

7 tradisonal. Pemotongan ayam di desa Pandanarum sebagian besar masih dilakukan secara tradisional dan sarana yang dimilki masih terbatas, sehingga menghasilkan karkas ayam yang bermutu rendah. Karkas ayam adalah bobot tubuh ayam setelah dipotong dikurangi kepala, kaki, darah, bulu serta organ dalam. 5 Hasil pemotongan yang dilakukan rumah potong ayam tidak 100 % hasil pemotongannya sempurna. Hal tersebut jelas berbeda dengan rumah potong ayam modern yang ada di kota-kota besar dan sering tidak terlalu mendapat perhatian serius dari pemerintah. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai proses penyembelihan dan pengolahan ayam tersebut, perlu dilakukan pengamatan lebih serius terhadap praktik pemotongan dan penyembelihan ayam yang ada di desa Pandanarum kecamatan Sutojayan Blitar ini. Uraian di atas dapat diketahui masalah yang perlu untuk diteliti untuk menemukan jawabannya, yaitu tinjauan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal terhadap praktik penyembelihan dan pengolahan ayam di rumah potong ayam desa Pandanarum kecamatan Sutojayan kabupaten Blitar. B. Fokus Penelitian 1. Bagaimana praktik penyembelihan dan pengolahan ayam di rumah potong ayam desa Pandanarum kecamatan Sutojayan kabupaten Blitar? 5 Abubakar, Standarisasi Rumah Potong Ayam (RPA) Tradisional dan Penerapan HACCP dalam Proses Pemotongan Ayam di Indonesia, (Bogor: Jurnal Tidak diterbitkan, 2008), hlm. 2

8 2. Bagaimana tinjauan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal terhadap praktik penyembelihan dan pengolahan ayam di rumah potong ayam desa Pandanarum kecamatan Sutojayan kabupaten Blitar? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui praktik penyembelihan dan pengolahan ayam di rumah potong ayam desa Pandanarum kecamatan Sutojayan kabupaten Blitar. b. Untuk mengetahui tinjauan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal terhadap praktik penyembelihan dan pengolahan ayam di rumah potong ayam desa Pandanarum kecamatan Sutojayan kabupaten Blitar. 2. Manfaat Penelitian Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana keilmuan bagi seluruh masyarakat tentang pemotongan ayam untuk diperjual belikan yang sesuai dengan peraturan yang benar baik peraturan agama maupun peraturan pemerintah, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi penelitian di masa yang akan datang pada bidang yang sama. Sedangkan bagi pihak-pihak terkait, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk

9 mengembangkan peraturan tentang sertifikasi halal khususnya di bidang rumah potong ayam yang masih tradisional. Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan solusi alternatif terhadap permasalahan yang dihadapi. Dan bahan masukan bagi pemerintah agar peraturan yang ada dapat berjalan sebagaimana mestinya. D. Penegasan Istilah Berkaitan dengan Praktik penyembelihan dan pengolahan ayam di Rumah Potong Ayam desa Pandanarum kecamatan Sutojayan kabupaten Blitar (Tinjauan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal) diperlukan penjelasan lebih lanjut. Hal ini untuk menghindari penafsiran yang tidak diharapkan, sehingga perlu diuraikan terlebih dahulu tentang istilah dalam judul skripsi ini sebagai berikut: 1. Konseptual a. Penyembelihan dan Pengolahan Ayam Penyembelihan dan pengolahan ayam adalah penyembelihan hewan yang dilanjutkan dengan proses yang dilakukan terhadap hewan setelah disembelih, yang meliputi antara lain pengulitan, pencincangan, dan pemotongan daging yang sesuai dengan ketentuan hukum Islam. 6 Yang dalam penelitian ini juga meliputi penyimpanan sampai dengan pemasaran ayam sampai pada konsumen. 6 Ma ruf Amin, dkk., Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Sejak1975, (t.tp: Erlangga, 2011), hlm. 746

10 b. Rumah Potong Ayam Rumah potong ayam adalah perusahaan kewirausahaan yang bergerak di bidang jasa penyembelihan ayam. 7 c. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal dalam penelitian ini adalah peraturan pemerintah yang bertujuan memberi perlindungan dan jaminan tentang kehalalan produk yang dikonsumsi dan digunakan masyarakat. 8 Dalam bidang industri pengolahan (pangan, obat, kosmetika), Rumah Potong Hewan (RPH) yang termasuk juga Rumah Potong Ayam (RPA), dan restoran/katering/dapur. 2. Operasional Penelitian ini menekankan pada pelaksanaan penyembelihan dan pengolahan ayam pada rumah potong ayam yang ada di desa Pandanarum kecamatan Sutojayan kabupaten Blitar. Apakah sudah sesuai dengan standar penyembelihan dan pengolahan halal menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal ataukah belum. E. Sistematika Pembahasan Agar mencapai sasaran sebagaimana yang dikemukakan di atas, penelitian ini disusun berdasarkan sistematisasi sebagai berikut: 7 Iwan Berry Prima, Laporan Koas Daerah Bidang RPH, Surabaya, 21 mei 2000 8 Penjelasan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

11 Bab pertama merupakan pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika pembahasan dimaksudkan agar pembaca dapat mengetahui konteks penelitian. Bab kedua berisi tentang kajian pustaka yang terdiri dari kajian fokus pada penelitian dan hasil penelitian terdahulu, yang dapat digunakan sebagai bahan analisa dalam membahas objek penelitian. kajian teori ini akan dijadikan bahan analisa dalam membahas objek penelitian dimana akan dilakukan pada bab keempat. Dalam bab kedua ini, peneliti akan memaparkan tentang pengolahan ayam menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal, meliputi: pengertian penyembelihan, syarat penyembelihan yaitu bagi penyembelih, alat penyembelihan, anggota tubuh yang disembelih dan tata cara penyembelihan, hewan yang disembelih, pengolahan ayam setelah disembelih, dan penyembelihan dan sertifikasi penyembelihan halal dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal sertifikasi penyembelihan halal pada Rumah Potong Ayam (RPA), diantaranya: persyaratan dan proses mendapatkan sertifikasi penyembelihan halal, penyembelihan dan pengolahan ayam menurut hukum Islam yang meliputi: pengertian dan dasar hukum penyembelihan, syarat penyembelihan dan hewan yang halal disembelih. Serta penelitian terdahulu yang berkaitan dengan praktik penyembelihan dan pengolahan ayam di Rumah Potong Ayam tinjauan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal.

12 Bab ketiga berisi tentang metode penelitian yang dipakai dalam rangka mencapai hasil penelitian secara maksimal, yang memuat jenis dan pola penelitian, lokasi penelitian, kehadiran peneliti, sumber data, metode pengumpulan data, metode analisis data, dan tahap-tahap penelitian. sehingga dapat diketahui kesesuaian antara metode yang dipakai dengan jenis penelitian yang dilakukan. Bab keempat berisi tentang paparan data sekaligus analisis terhadap tinjauan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal terhadap praktik penyembelihan dan pengolahan ayam di rumah potong ayam di desa Pandanarum kecamatan Sutojayan, Blitar. Bab ini disusun untuk mendapatkan jawaban atas rumusan masalah yang ada. pada bab ini dijelaskan mengenai paparan data dan pembahasan yang disertai analisa dari hasil penelitian, kondisi objektif dari lokasi penelitian, tahapan-tahapan dalam proses produksi daging ayam yang ada di rumah potong ayam yang ada di desa Pandanarum, mulai dari persiapan ayam sebelum disembelih, penyembelihan ayam, pengolahan ayam yang meliputi perendaman ayam di air panas, pencabutan bulu menggunakan mesin bubut bulu ayam, pemisahan antara daging dengan jeroan, pencucian, pengemasan dan pegiriman daging ayam kepada konsumen yang ditinjau dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal. Bab kelima merupakan penutup, bab ini merupakan bagian akhir dari penelitian ini yang berisi tentang kesimpulan dan saran.