<!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:wingdings; panose-1:5 0 0 0 0 0 0 0 0 0; mso-font-charset:2; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 268435456 0 0-2147483648 0;} @font-face {font-family:"ms Mincho"; panose-1:2 2 6 9 4 2 5 8 3 4; mso-font-alt:"arial Unicode MS"; mso-font-charset:128; mso-generic-font-family:roman; mso-font-format:other; mso-font-pitch:fixed; mso-font-signature:1 134676480 16 0 131072 0;} @font-face {font-family:"@ms Mincho"; panose-1:0 0 0 0 0 0 0 0 0 0; mso-font-charset:128; mso-generic-font-family:roman; mso-font-format:other; mso-font-pitch:fixed; mso-font-signature:1 134676480 16 0 131072 0;} /* Style Definitions */ p.msonormal, li.msonormal, div.msonormal {mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"times New Roman"; mso-fareast-font-family:"times New Roman"; mso-fareast-language:en-us;} @page Section1 {size:21.0cm 842.0pt; margin:70.9pt 70.9pt 70.9pt 99.25pt; mso-header-margin:36.85pt; mso-footer-margin:36.85pt; mso-paper-source:0;} div.section1 {page:section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:663045666; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:1859698176 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;} @list l0:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:ï ; mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt; font-family:symbol;} @list l1 {mso-list-id:1803839528; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:392175104 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;} @list l1:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:ï ; mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt; font-family:symbol;} ol {margin-bottom:0cm;} ul {margin-bottom:0cm;} --> Latar Belakang Padi gogo merupakan salah satu komoditas pangan yang dapat berproduksi di lahan kering. P engembangan padi gogo dilahan kering selama ini belum termanfaatkan secara optimal dan dapat menjadi solusi dalam menghadapi ketahanan pangan. Pengembangan padi gogo adalah salah satu upaya yang cukup strategis untuk mendukung dan meningkatkan produksi beras secara nasional. Sampai saat ini upaya peningkatan produksi padi masih terfokus pada lahan sawah, dimana sumbangan padi gogo terhadap produksi padi nasional masih relatif rendah. Dengan demikian pengembangan padi pada lahan kering ini perlu mendapat perhatian serius dimana produktivitas padi gogo 2,56 ton/ha., hasil ini jauh dari rata-rata produktivitas padi sawah yang mencapai 4.78 ton/ha. Sampai tahun lalu luas panen padi gogo baru mencapai 1,1 juta ha dengan produksi 2,93 juta ton dengan produktivitas 2,7 juta ton/ha. 1 / 7
Angka ini belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap rpoduksi padi nasional yang hanya 5 â 6 persen. Hal ini dikarenakan produktivitas padi gogo masih rendah, mutu beras rendah, sehingga padi gogo tidak disukai petani dan konsumen, itu sebabnya nilai ekonomis padi padi gogo masih rendah. Di Sulawesi Tengah budidaya padi gogo banyak diusahakan petani di lahan yang berlereng dengan terknologi yang masih sangat sederhana serta menggunakan varietas lokal yang rata-rata berumur sampai 5 bulan, sehingga produktivitas yang dicapai masih sangat rendah yaitu + 1 ton/ha. Rendahnya produktivitas dan tidak tersedianya varietas unggul yang berproduksi tinggi ditingkat petani, menyebabkan petani menurunkan minatnya untuk mengembangkan padi gogo. Hal ini sangat perpengaruh terhadap laju perkembangan areal luas lahan. Untuk wilayah Sulawesi Tengah potensi lahan yang dapat dikembangkan untuk usahatani padi gogo masih tersedia cukup luas baik pada lahan bukaan baru maupun pada lahan di sela tanaman perkebunan. Melihat potensi produksi padi gogo yang dapat mencapai 3 â 5 ton/ha dengan syarat kondisi iklim yang mendukung dan penerapan teknologi secara tepat dan menggunakan varietas unggul. Maka perlu dilakukan upaya untuk mendapatkan varietas-varietas padi gogo yang dapat beradaptasi dengan baik di suatu wilayah tertentu. Melalui pengujian beberapa galur ini di harapkan akan di peroleh galur-galur yang nantinya akan berkesesuaian dengan kondisi biofisik pada wilayah pengembangan. Dasar pertimbangan 2 / 7
Perkembangan padi gogo di Indonesia memeng tidak secepat perkembangan padi sawah, ini tercermin dari peningkatan produktivitas padi gogo yang hanya mencapai 1.56 ton/ha dari tahun 1970 â 2007. Hal ini masih terbatasnya ketersediaan varietas-varietas unggul padi gogo. Ada beberapa varietas unggul yang pernah dilepas antara lain Batur, Danau Atas, Poso, Laut Tawar dan Danau Tempe yang memiliki produksi tinggi, akan tetapi varietas-varietas tersebut mutu berasnya rendah. Dengan demikian meskipun sudah ada beberapa varietas unggul padi gogo yang berumur pendek dan berproduksi tinggi namun varietas tersebut belum banyak digunakan oleh petani, sehingga perlu diadakan sosialisasi di tingkat petani. Kendala utama yang dihadapai sekarang ini adalah belum adanya tersedia informasi tentang kesesuaian antara varietas-varietas yang ada dengan kondisi biofisik pada masing-masing wilayah pengembangan. Tujuan Tujuan Jangka Panjang Mendapatkan beberapa varietas padi gogo yang berproduksi tinggi dan spesifik lokasi Tujuan Tahun 2009 3 / 7
Mendapatkan 2-3 galur padi gogo yang dapat meningkatkan produksi sebesar 20-30% Keluaran Keluaran Jangka Panjang Tersedianya beberapa varietas padi gogo yang berproduksi tinggi dan spesifik lokasi. Keluaran Tahun 2009 Diperolehnya 2-3 galur padi gogo yang dapat meningkatkan produksi sebesar 20-30% Perkiraan manfaat dan dampak - Tersedianya beberapa varietas padi gogo yang memiliki produksi tinggi dan spesifik lokasi - Meningkatnya produksi beras nasional - Meningkatnya pendapatan petani dari sektor tanaman pangan - Teroptimalisasinya lahan pertanian khususnya lahan kering dan dapat difungsikan sebagai tanaman sela. 4 / 7
Kerangka Teoritis Gora merupakan alternatif teknologi yang diharapkan dapat menjamin kepastian panen di lahan tadah hujan dengan kondisi iklim yang tidak menentu. Teknologi ini memungkinkan petani mempersiapkan lahan dan penanaman secara kering sebelum hujan berlangsung sehingga periode musim hujan yang singkat dapat dimanfaatkan secara optimal. Dengan teknologi ini diharapkan puncak musim hujan terjadi bersamaan dengan fase primordia sampai pengisian malai. Pertumbuhan padi gogo secara langsung dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Berbeda dengan padi sawah, lingkungan tumbuh dan kondisi tanah tidak berubah karena tiadanya genangan air. Akibatnya terdapat berbagai tekanan atau deraan (stress) karena kekeringan, keracunan dan kekahatan berbagai unsur-unsur hara, selain gangguan berbagai hama penyakit dan gulma. Menghadapi daerah sasaran yang memiliki berbagai kendala lingkungan (terutama fisik-biologis), yang paling murah adalah mencari bahan genetik untuk memecahkan masalah. Terdapat beberapa varietas padi gogo lokal seperti, seratus malam, Genja Lampung, Sirendah, Simariti dan Klemas (Lampung), Sagi (Jawa Barat), Kuda (Jambi), Napa (Sumatera Barat), Arias dan Jangkong (Sumatera Utara). Varietas-varietas ini berumur panjang, potensi hasil rendah, namun tahan blas dan toleran terhadap kekeringan dan ph rendah. 5 / 7
Di Sulawesi Tengah potensi lahan untuk usahatani padi gogo masih tersedia cukup luas baik pada lahan bukaan baru maupun pada lahan di sela tanaman perkebunan. Tahun 1997 tercatat data luas panen sebesar 18.127 ha yang tersebar dibeberapa kabupaten dengan produksi sebesar 27,935 ton dengan produktivitas rata-rata 1,5 ton/ha (Kindangen, et al. 2000). Hal ini masih bisa ditingkatkan dengan penggunaan benih padi gogo yang memiliki potensi hasil yang lebih tinggi dan spesifik lokasi. Hasil-Hasil Penelitian/Pengkajian Kindangen et al. (2000) melaporkan bahwa di Kecamatan Batui produksi hasil padi gogo varietas Jatiluhur dapat mencapai 3 ton/ha, di Kecamatan Biau produksinya mencapai 942 kg/ha (varietas Jatiluhur), Wayrarem mencapai 896 kg/ha, Tondano (1,267 kg/ha), Maninjau (1308 kg/ha), Laut Tawar (1583 kg/ha), dan Cirata (1.683 kg/ha) Hal ini masih dapat ditingkatkan sesuai dengan potensi genetik yang dimiliki tanaman padi. Umumnya varietas padi yang ditanam secara gora dilahan tadah hujan adalah varietas yang direkomendasikan untuk sawah irigasi diantaranya IR64, Ciliwung dan Cilosari. Akhir-akhir ini yang cukup luas penyebarannya adalah Widas dan Way Apo Buru. Varietas padi tersebut biasanya dapat bertahan dari cekaman kekeringan, khususnya pada fase vegetatif. Varietas khusus untuk lahan tadah hujan tampaknya belum tersedia (Wirajaswadi, et al., 2004). 6 / 7
Pendekatan Pendekatan yang dilakukan adalah pengelolaan tanaman secara baik dengan melihat kesesuaian lahan serta daya dukung lahan untuk mencapai hasil yang maksimal. Ruang lingkup kegiatan - Pemilihan / penentuan lokasi yang tepat. - Penanaman dan pemeliharaan tanaman - Pengamatan terhadap komponen pertumbuhan dan komponen hasil dari masing-masing galur. 7 / 7