ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL OPERATOR WEAVING B UNIT INSPECTING PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV DENGAN METODE NASA-TLX

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS TINGKAT BEBAN KERJA OPERATOR PACKING DENGAN METODE NASA-TLX (TASK LOAD INDEX) DI PT GEMBIRA

ANALISA BEBAN KERJA OPERATOR INSPEKSI DENGAN METODE NASA-TLX (TASK LOAD INDEX) DI PT. XYZ

ANALISIS BEBAN KERJA TERHADAP PENGEMUDI BUS JURUSAN BANDUNG-DENPASAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

NASKAH. Diajukan oleh: D TEKNIK

ANALISIS BEBAN KERJA KOORDINATOR DAN MANAGER MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX (11 pt, bold, huruf kapital)

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA UNIT WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI

ANALISA BEBAN KERJA MENTAL DENGAN METODE NASA TLX PADA OPERATOR KARGO DI PT. DHARMA BANDAR MANDALA (PT. DBM)

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA Tutorial 4 BEBAN KERJA MENTAL

PENENTUAN BEBAN KERJA MENTAL PERAWAT BERDASARKAN SHIFT KERJA DAN JENIS KELAMIN MENGGUNAKAN METODE NATIONAL

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL DENGAN METODE NASA TLX PADA DEPARTEMEN LOGISTIK PT ABC

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGUKURAN BEBAN KERJA PERAWAT MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX DI RUMAH SAKIT XYZ

Tingkat Beban Kerja Mental Masinis berdasarkan NASA-TLX (Task Load Index) di PT. KAI Daop. II Bandung

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

Tingkat Beban Kerja Mental Masinis Berdasarkan NASA-TLX (Task Load Index) Di PT. KAI Daop. II Bandung *

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PENGUKURAN BEBAN KERJA MENTAL PADA DIVISI OPERASI PT. X DENGAN METODE NASA-TLX

Amri 1, Herizal Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Aceh-Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL UNTUK MENGURANGI TINGKAT KELELAHAN PEKERJA DI CV. SUMBER JAYA FURNITURE

M.Yani Syafei & Wahyu Katon Dosen Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Pasundan Bandung.

BAB I PENDAHULUAN. Penerbangan merupakan sarana transportasi yang sudah dalam kondisi

ANALISIS TINGKAT STRESS PEKERJA OPERASIONAL DI STASIUN KERETA API BANDUNG BERDASARKAN

ANALISIS KEBISINGAN RUANG WEAVING UNIT WEAVING B DI PT. DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV

,,3. Sv.h erii. s7-,,tr t. Surat Pernyataan. Pengalihan Hak Pubtikasi. Menyatakan bahwa makalah berludul: Judul Ka

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, pihak penyedia jasa dituntut untuk

PENGUKURAN BEBAN MENTAL DI KALANGAN MAHASISWA MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX (STUDI KASUS: MAHASISWA DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI UNDIP)

PENGUKURAN BEBAN KERJA PSIKOLOGIS KARYAWAN CALL CENTER MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX (Task Load Index) PADA PT. XYZ

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan produktivitas. Salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan

Penilaian Beban Kerja Karyawan Unit Mikro Bank Menggunakan Metode NASA TLX

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL DENGAN METODE NASA TLX PADA DIVISI DISTRIBUSI PRODUK PT. PARAGON TECHNOLOGY AND INNOVATION

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA DENGAN METODE WORKLOAD ANALYSIS DAN NASA-TLX DI LABORATORIUM UJI PT. GELORA DJAJA SURABAYA

PENGUKURAN BEBAN KERJA MENTAL MASINIS KERETA API RUTE JARAK JAUH (STUDI KASUS PADA PT KAI DAOP 2)

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara menangani pasien

Yopi Marlan 1),Erwin Maulana Pribadi 2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan 1) :

Beban Kerja Mental menurut Level Jabatan dan Usia Karyawan di Industri CPO

EVALUASI ERGONOMI BERDASARKAN WORKLOAD ANALYSIS DAN POSTUR KERJA PADA PROSES BATIK CAP (Studi Kasus UKM Batik Cap Supriyarso)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

xii 3.2 Pengumpulan Data Pengolahan Data NASA-TLX RSME Analisis Komparatif Desain Penelitian..

Ani Umyati Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Cilegon, Banten

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang signifikan terhadap kecelakaan kerja. negara tersebut yang dipilih secara acak telah menunjukkan hasil bahwa

Bab 3 Metodologi Penelitian

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH MUSIK TERHADAP BEBAN KERJA MENTAL PEKERJA BATIK TULIS DAN CAP DI BATIK PUTRA LAWEYAN

Analisis Pengukuran Beban Kerja Mental Perawat Unit Gawat Darurat dengan Metode NASA-Task Load Index

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Seminar Nasional IDEC 2014 ISBN: Surakarta,20 Mei 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang komunikasi maupun bidang instruksional telah memungkinkan tersedianya

BAB 6 KESIMPULAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

PENGUKURAN BEBAN KERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI DENGAN METODE NASA-TLX DI PT. CAT TUNGGAL DJAJA INDAH

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan

ANALISIS BEBAN KERJA MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX DAN BERDASARKAN KEPMENPAN NO

ANALISIS BEBAN KERJA OPERATOR AIR TRAFFIC CONTROL BANDARA POLONIA DENGAN METODE NASA- TLX DAN PERHITUNGAN WAKTU PRODUKTIF DENGAN WORK SAMPLING

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisa Perubahan Jam Kerja Shift di PT. MCCI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Beban Kerja Mental menurut Level Jabatan dan Usia Karyawan di IndustriCPO

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL OPERATOR SEWING DENGAN MENGGUNAKAN NASA TLX (Studi Kasus PT. Arindo Garmentama Semarang)

ANALISA BEBAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN WORK SAMPLING DAN NASA-TLX UNTUK MENENTUKAN JUMLAH OPERATOR (Studi Kasus: PT XYZ)

Evaluasi Beban Kerja Mental Dengan Subjective Workload Assessment Technique (Swat) Di PT. Air Mancur

ANALISIS PERBEDAAN SHIFT KERJA TERHADAP BEBAN KERJA MENTAL, BEBAN KERJA FISIK, KUALITAS TIDUR, DAN TINGKAT KEWASPADAAN PADA SUPIR TRAVEL PO.

Moch. Zulfiqar Afifuddin Rizqiansyah. Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang

ANALISIS BEBAN KERJA OPERATOR AIR TRAFFIC CONTROL BANDARA XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX

Jurnal Optimasi Sistem Industri. Pengukuran Beban Kerja Psikologis dan Fisiologis Pekerja di Industri Tekstil

BAB V TUGAS KHUSUS V-1

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL, FISIK SERTA STRES KERJA PADA PERAWAT SECARA ERGONOMI DI RSUD Dr. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI

Moch. Zulfiqar Afifuddin Rizqiansyah. Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang

Evaluasi Beban Kerja Mental Masinis Kereta Api Prameks dengan Metode RNASA-TLX (Studi Kasus: PT. KAI DAOP 6 YOGYAKARTA)

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 2012

Analisis Pengaruh Beban Kerja Mental Terhadap Perubahan Kondisi Fisiologis pada Petugas Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA)

Evaluasi Beban Kerja Operator Mesin pada Departemen Log and Veeeneer Preparation di PT. XYZ

Analisa Beban Kerja Fisik dan Mental dengan Menggunakan Work Sampling dan NASA-TLX Untuk Menentukan Jumlah Operator

BAB V PEMBAHASAN 5.1 NASA-TLX Analisis Setiap Dimensi NASA-TLX

LAPORAN TUGAS AKHIR PENGUKURAN DAN ANALISIS BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL PENGEMUDI BUS AKDP RUTE SOLO- SEMARANG

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA

TUGAS AKHIR EVALUASI BEBAN KERJA MENTAL DAN FISIK DALAM SHIFT YANG BERBEDA DI DIVISI FINISHING PRINTING PT. DANLIRIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan deskriptif qualitative. Strauss, Anslem & Corbin, Juliet mendefinisikan

ANALISIS POSTUR KERJA PADA PT. XYZ MENGGUNAKAN METODE ROSA (RAPID OFFICE STRAIN ASSESSMENT)

Bab 2. Landasan Teori

ANALISIS BEBAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE CVL DAN NASA-TLX DI PT. ABC

PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIOLOGIS DAN PSIKOLOGIS PADA OPERATOR PEMETIKAN TEH DAN OPERATOR PRODUKSI TEH HIJAU DI PT MITRA KERINCI

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id

KUESIONER PENELITIAN TUGAS AKHIR

ANALISIS BEBAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWAT

BAB IV GAMBARAN UMUM RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING. Jagang Notoprajan No.72 Yogyakarta. Awalnya bernama PKO (Penolong

ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DI CV. A CLASS SURAKARTA

Pengaruh Pencahayaan Terhadap Beban Kerja Mental di Area Kerja Scroll Cut

PENGUKURAN BEBAN KERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX DI UPBJJ UNIVERSITAS TERBUKA MEDAN TUGAS SARJANA

BAB II TINJAUAN TEORI. Agar sistem berjalan diperlukan sumber daya manusia. Menurut pasal 12

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL MASINIS DENGAN METODE RNASA-TLX (Studi Kasus: PT. KAI DAOP 6 YOGYAKARTA)

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL MENGGUNAKAN NASA-TLX DAN EVALUASI JUMLAH PEKERJA PADA LANTAI PRODUKSI PT. ESSENTRA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya dalam sehari-hari. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi tingkat

Kata Kunci Beban Kerja, Jumlah Optimal Karyawan, NASA-TLX, KKNI, Pemetaan Kompetensi.

PENGUKURAN BEBAN KERJA MENTAL DALAM SEARCHING TASK DENGAN METODE RATING SCALE MENTAL EFFORT (RSME)

Pengaruh Pencahayaan Terhadap Beban Kerja Mental di Area Kerja Scroll Cut PT. XYZ

ANALISIS BEBAN KERJA di BAGIAN PENGEPAKAN (Studi Kasus : PT Perkebunan Nusantara IX Kebun Batujamus Pabrik RSS Kerjoarum Karanganyar)

Transkripsi:

Analisis Beban Kerja Mental Operator Weaving B (Fadlilah dan Iftadi) ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL OPERATOR WEAVING B UNIT INSPECTING PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV DENGAN METODE NASA-TLX Antika Adzary Sekar Fadlilah 1, Irwan Iftadi 1,2 1 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami No. 36A, Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57126. 2 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami No. 36A, Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57126. * Email: antikaadzary@gmail.com Abstrak Salah satu faktor penyebab terjadinya ketidak sesuaian kualitas adalah kesalahan manusia. Diantaranya beban kerja mental yang dirasakan oleh operator pada unit inspecting. Beban kerja mental akan berdampak pada kelelahan yang dapat menimbulkan kurang teliti dalam menjalankan tugas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat beban kerja mental tiap shift pada operator PT Delta Merlin Dunia Textile IV dan mengetahui penyebabnya. Penelitian terdiri dari empat langkah yaitu studi lapangan, pembuatan kuesioner, penyebaran kuesioner, dan pengolahan data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran beban kerja mental menggunakan NASA-TLX (Task Load Index) yang memiliki enam kriteria penilaian, yakni Mental Demand (MD), Physical Demand (PD), Temporal Demand (TD), Own Performance (OP), Frustation Level (FR), dan Effort (EF). Respoden yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 28 orang yang terbagi dalam dua shift kerja yaitu shift A dan shift B. Nilai score rata-rata NASA-TLX yang diperoleh operator shift A sebesar 86,38 sedangkan pada shift B mendapatkan nilai sebesar 88,16 dengan aspek tertinggi yaitu Temporial Demand. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban kerja mental yang tinggi disebabkan oleh adanya tambahan pekerjaan yang membuat operator unit inspecting harus mengorbankan waktu untuk mencapai target, sehingga operator akan lebih banyak mengeluarkan usaha dan tenaga dalam mencapai target. Kata kunci: beban kerja mental, NASA-TLX, operator unit inspecting 1. PENDAHULUAN PT Delta Merlin Dunia Textile IV atau PT DMDT IV merupakan perusahaan yang terdiri dari unit weaving dan unit finishing. Pada unit weaving bertugas untuk melakukan proses pembuatan kain grey / setengah jadi, sedangkan pada unit finishing menghasilkan kain jadi yang hanya diputihkan (proses bleaching). Proses yang terdapat pada weaving B antara lain warping, sizing, cucuk, weaving, inspecting dan folding. PT DMDT IV khususnya kepala unit inspecting ingin mengetahui kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) dalam perusahaan dan menginginkan agar SDMnya dapat bekerja dengan nyaman. SDM merupakan tenaga kerja, karyawan, buruh atau pegawai yang bekerja pada sebuah perusahaan. Menurut Sutalaksana (2006), faktor SDM banyak mendapat perhatian karena sebagai bagian dari sistem kerja. Permasalahan SDM sangat berpengaruh pada pengembangan kinerja perusahaan karena SDM merupakan variable hidup dengan berbagai sifat dan kemampuannya memberi pengaruh yang sangat besar atas keberhasilan sistem kerja yang bersangkutan dalam mencapai tujuannya. Karyawan pada proses inspecting membutuhkan aktivitas yang fokus agar dalam memeriksa, memperbaiki dan menentukan jenis kualitas dapat dengan tepat dan dapat tercapai target harian. Selain itu, karyawan pada proses inspecting mempunyai keharusan untuk bekerja dengan efektifitas dan efisiensi tinggi dalam waktu yang lama. Hal inilah yang lama kelamaan akan menyebabkan beban kerja bagi karyawan. Menurut Hancock dan Meshkati (1988), beban kerja (workload) diartikan sebagai suatu bentuk perkiraan awal yang mewakili beban yang disebabkan oleh operator untuk mencapai suatu level performansi pada pekerjaan tertentu. Menurut Henry (1998), beban kerja mental merupakan selisih antara tuntutan beban kerja dari suatu tugas dengan kapasitas maksimum beban mental seseorang dalam kondisi termotivasi. Melihat dari penjelasan tersebut, karyawan proses finishing cenderung mengalami beban kerja mental karena lebih banyak melakukan aktivitas berfikir dan mengingat, sedangkan aktivitas yang menyebabkan kelelahan otot sangat kecil. Beban kerja mental yang dialami karyawan inspecting 36 ISBN 978-602-99334-7-5

D.7 juga semakin besar, karena adanya jumlah kain yang dikembalikan oleh pembeli karena komplain, sehingga karyawan tidak dapat menyelesaikan target harian. Beban kerja mental yang dialami karyawan inspecting juga semakin besar, karena adanya jumlah kain yang dikembalikan oleh pembeli karena komplain, sehingga karyawan tidak dapat menyelesaikan target harian. Hal ini menyebabkan karyawan harus tergesa-gesa dalam menyelesaikan tugas pekerjaan agar sesuai dengan yang ditetapkan. inspeksi. Selain itu beban kerja mental karyawan inspecting semakin besar dikarenakan lingkungan pekerjaan yang tidak membuat pekerja nyaman dalam bekerja. Lingkungan yang tidak nyaman tersebut menimbulkan beberapa gejala kelelahan yang dirasakan oleh pekerja inspecting saat melakukan pekerjaan. Gejala-gejala kelelahan tersebut antara lain adalah perasaan lelah, lesu, kantuk, kurang waspada, tertekan dan kehilangan semangat dalam melakukan pekerjaan. Akumulasi beban kerja mental yang berlebihan ini harus dihindari karena apabila terus berlanjut akan menyebabkan pekerja tidak konsetrasi dalam bekerja sehingga akan muncul banyak kesalahan dalam bekerja (Lua, 2015). Untuk menghindari proses akumulasi beban kerja mental yang terlalu berlebihan, diperlukan adanya analisis beban kerja mental operator pada proses inspecting dengan metode NASA-TLX. Metode NASA-TLX merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis beban kerja mental yang dihadapi oleh pekerja yang harus melakukan bebagai aktivitas dalam pekerjaannya. Menurut Hart dan Staveland (1981), Terdapat skala enam faktor untuk melakukan pengukuran subjektif, yaitu mental demand (MD), physical demand (PD), temporial demand (TD), own performance (OP), effort (EF), dan frustration (FR). 2. METODOLOGI Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, tahap pertama yang dilakukan adalah studi lapangan. Studi lapangan dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang dialami oleh operator unit finishing. Setelah diketahui terdapat masalah pada beban kerja metal, metode yang digunakan adalah melalui kuesioner mengenai beban kerja yang dirasakan oleh operator. Penelitian lapangan ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya beban kerja mental yang dialami operator menurut pengisian kuesioner. Tahap pengumpulan data terbagi menjadi dua cara, yaitu pembuatan kuesioner dan penyebaran kuesioner. Kuesioner digunakan unuk mengetahui skor beban kerja mental tiap operator unit inspecting. Pada kuesioner ini dibagi menjadi dua bagian yaitu, data diri dan pengukuran beban kerja mental dengan menggunakan NASA-TLX. Pada bagian pengukuran beban kerja mental terdapat dua subbagian yaitu, pilihan responden terhadap perbandingan dua indikator yang dianggap lebih mempengaruhi dan pemberian rating responden terhadap enam indikator yang terdapat pada metode NASA-TLX. Kuesioner disebar pada 28 responden yaitu seluruh operator unit inspecting yang terdiri dari operator shift A dan B. Hasil dari tahap ini berupa data hasil pengisian kuesioner. Lalu dilakukan tahap pengolahan data. Tahap ini dimuali dengan pembobotan untuk setiap skala. Tahap ini merupakan tahap pengolahan data awal, data yang diolah didapatkan dari kuesioner pada bagian data pembobotan dengan melakukan penjumlahan tiap indikator tiap respondennya. Pada tahap ini dihasilkan jumlah pembobotan tiap operator. Lalu dilakukan tahap pemberian nilai (rating). Pada tahap ini dilakukan rekapitulasi tiap indikator setiap respondennya dari kuesioner pada bagian pemberian nilai. Setelah itu dilakukan perhitungan nilai produk. Nilai produk tiap indikator didapatkan dengan mengkalikan pembobotan dan rating tiap indikator. Nilai produk ini juga disebut sebagai nilai WWL. Tahap selanjutnya yaitu perhitungan total WWL dan rata-rata nilai WWL. Tahap terakhir yaitu dilakukan perbandingan nilai indikator beban kerja mental yang paling berpengaruh untuk mengetahui peringkat indikator yang paling mempengaruhi beban kerja mental. Nilai beban kerja mental tiap indikator didapatkan dengan cara mencari rata-rata nilai beban kerja mental tiap indikatornya. Pada tahap ini juga dilakukan analisis denganc ara melakukan wawancara dan alaisis oleh penulis untuk mengetahui penyebab beban kerja mental pada PT Delta Merlin Dunia Textile IV pada unit inspecting. Prosiding SNST ke-8 Tahun 2017 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang 37

Analisis Beban Kerja Mental Operator Weaving B (Fadlilah dan Iftadi) 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang digunakan adalah data jumlah operator pada unit inspecting. Data jumlah operator yang digunakan dikelompokkan berdasarkan shift-shift yang ada di unit inspecting, yaitu shift A dan shift B. Data jumlah operator yang digunakan adalah data sampai dengan periode Februari 2017. Data jumlah operator ini selanjutnya dijadikan dasar dalam proses penyebaran kuesioner di unit inspecting. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap operator unit inspecting, akan diperoleh skor beban kerja mental. Tahap pertama dari pengolahan data menggunakan NASA-TLX ini yaitu tahap pembobotan. Pada tahap ini, operator unit inspecting diminta untuk memilih dengan cara memberikan tanda centang ( ) atau memilih salah satu dari dua faktor yang dianggap lebih dominan dalam mempengaruhi beban kerja pada pekerjaaannya. Setelah itu dilakukan pemberian rating setiap indikator. Pada tahap ini, operator unit inspecting diminta untuk memberikan rating antara 1-100 untuk setiap indikator sesuai dengan beban kerja yang dirasakan oleh operator unit inspecting. Setelah itu dilakukan tahap perhitungan nilai produk. Nilai produk untuk masing-masing indikator didapatkan dengan mengkalikan jumlah pembobotan tiap indikator dengan rating dari tiap indikator. Setelah itu dilakukan perhitungan nilai Weighted Workload (WWL). Total WWL merupakan total beban kerja yang ditimbulkan oleh semua indikator yang ada. Sedangkan rata-rata WWL didapatkan dengan membagi total WWL dengan jumlah total pembobotan yaitu 15. Nilai dari produk dan WWL dapat dilihat pada tabel 1. Berikut merupakan contoh perhitungan total WWL untuk operator 1: Total WWL = produk (semua indikator) Total WWL = ( 270 + 0 + 400 + 180 + 400 + 180) Total WWL = 1430 Rata-rata WWL didapatkan dengan membagi total WWL dengan jumlah total pembobotan yaitu 15. Berikut merupakan contoh perhitungan Rata-rata WWL untuk operator 1: Rata-rata WWL = Rata-rata WWL = Rata-rata WWL = 95,33 38 ISBN 978-602-99334-7-5

D.7 Operator Tabel 1. Data Nilai WWL Pembobotan x rating MD PD TD OP EF FR Total WWL Rata-rata WWL Op 1 270 0 400 180 400 180 1430 95.33 Op 2 240 80 360 180 360 80 1300 86.67 Op 3 180 180 300 100 400 270 1430 95.33 Op 4 300 140 500 140 300 0 1380 92.00 Op 5 300 200 500 100 360 0 1460 97.33 Op 6 300 210 400 160 200 0 1270 84.67 Op 7 180 280 320 90 180 180 1230 82.00 Op 8 160 140 270 160 270 210 1210 80.67 Op 9 270 120 270 90 280 140 1170 78.00 Op 10 240 80 270 160 400 80 1230 82.00 Op 11 180 90 300 90 450 270 1380 92.00 Op 12 450 120 180 80 240 160 1230 82.00 Op 13 320 210 270 160 140 80 1180 78.67 Op 14 270 180 450 180 160 0 1240 82.67 Op 15 180 90 300 90 500 270 1430 95.33 Op 16 270 140 270 180 270 180 1310 87.33 Op 17 270 0 300 160 450 180 1360 90.67 Op 18 160 240 360 80 240 180 1260 84.00 Op 19 270 270 500 160 160 0 1360 90.67 Op 20 180 360 360 90 210 180 1380 86.25 Op 21 240 80 270 160 450 80 1280 85.33 Op 22 160 80 270 240 450 90 1290 86.00 Op 23 240 0 360 160 320 160 1240 82.67 Op 24 270 180 450 160 160 0 1220 81.33 Op 25 180 180 300 180 270 240 1350 90.00 Op 26 270 80 400 140 360 90 1340 89.33 Op 27 300 90 300 180 450 90 1410 94.00 Op 28 500 140 200 80 270 180 1370 91.33 Prosiding SNST ke-8 Tahun 2017 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang 39

Total Nilai Tiap Indikator Analisis Beban Kerja Mental Operator Weaving B (Fadlilah dan Iftadi) Berikut ini merupakan perhitungan skor rata-rata beban kerja mental tiap indikator pada shift A dan shift B, Tabel 2. Perbandingan Nilai Beban Kerja Mental No. Shift Nilai Beban Kerja Mental Golongan 1 Shift A 86,38 Sangar Tinggi 2 Shift B 88,16 Sangat Tinggi Dari seluruh perhitungan masing-masing shift yang ada, dapat disimpulkan ranking indikator yang berpengaruh dalam menimbulkan beban kerja mental pada unit inspecting yaitu adalah Temporial Demand yang dapat digambarkan pada gambar dibawah ini 10000 9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 Ranking Indikator Unit Inspecting 9430 8700 7150 3960 3930 3570 TD EF MD PD OP FR Indikator Gambar 1. Perbandingan Nilai Indikator Beban Kerja Mental Indikator temporial demand dianggap indikator yang paling berpengaruh dalam menimbulkan beban kerja mental. Beban kerja yang ditimbulkan merupakan beban kerja berlebihan kuantitatif. Unsur yang menyebabkan beban kerja berlebihan kuantitatif ini adalah deadline waktu. Deadline waktu yang dimaksud yaitu ketetapatan waktu dalam melakukan proses inspeksi, perbaikan dan penentuan kualitas agar dapat mencapai target. Deadline waktu semakin pula dirasakan saat terdapat barang yang harus diperbaiki dari barang yang dikembalikan karena komplain dari pembeli, sehingga menambah beban kerja dengan waktu yang sama. Dalam mencapai tingkat performansi tertentu atau menyelesaikan seluruh tugas sesuai dengan ketentuan, kebutuhan, dan deadline, tentu dibutuhkan usaha atau effort yang sangat besar. Effort yang besar ini akan menyebabkan beban kerja berlebihan kualitatif. Beban kerja berlebihan kualitatif juga timbul karena kemajemukan pekerjaan. Berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner, adanya target yang terkadang berubah, mengharuskan karyawan untuk memberikan effort lebih agar pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu dan sesuai dengan ketentuan yang diminta. Hal inilah yang menyebabkan effort menjadi indikator kedua yang paling berpengaruh terhadap naiknya beban kerja mental pada unit inspecting. Indikator mental demand cukup berpengaruh dalam menimbulkan beban kerja mental. Hal ini dapat dilihat dari jobdesk atau jenis pekerjaan yang dilakukan oleh operator di unit inspecting pada shift A maupun shift B, yaitu aktivitas yang terlibat adalah mencari masalah, memberikan solusi dan memutuskan jenis kain. Mencari masalah disini yang dimaksud yaitu operator mencari pada semua bagian kain yang tidak sesuai ataupun tidak rapi. Setelah itu, operator memberikan solusi, solusi ini diberikan dengan secara langsung memperbaiki pada bagian kain yang tidak sesuai seperti adanya benang yang tidak rapi, memperbaiki benang yang rusak dan membersihkan kain yang kotor. Lalu mementukan termasuk jenis kualitas apakah kain tersebut. Aktivitas yang 40 ISBN 978-602-99334-7-5

D.7 dilakukan oleh operator sebenarnya sederhana hanya saja membutuhkan ketelitian tinggi dalam pelaksanaanya, ditambah dengan aktivitas tersebut dilakukan selama jam kerja tanpa henti. Indikator physical demand adalah indikator yang termasuk sedikit berpengaruh dalam menimbulkan beban kerja mental. Hal ini disebabkan karena pada unit inspecting, pekerjaan yang dilakukan dengan aktivitas fisik hanya sedikit. Aktivitas fisik yang dilakukan operator antara lain hanya mengontrol putaran alat ukur dan aktivitas- aktivitas fsik biasa. lebih didominasi pada aktivitas memutuskan, mencari, dll. Own performance merupakan indikator yang melihat seberapa besar tingkat keberhasilan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan. Pada unit inspecting khususnya operator penyelesaian pekerjaan dapat terhambat karena beberapa hal. antara lain yaitu kondisi kain yang tidak dalam kondisi baik sehingga membutuhkan waktu lama dalam proses inspeksi dan melakukan perbaikan. Selain itu ditambah pekerjaan tambahan apabila ada barang yang dikembalikan dari pembeli sehingga menghambat pekerjaan yang seharusnya. Selain itu, alat-alat yang digunakan masih manual. Dalam pekerjaanya, para operator telah melakukan usaha sehingga indikator own performance termasuk indikator yang sedikit berpengaruh dalam menimbulkan beban kerja. Indikator frustation merupakan indikator terendah yang menimbulkan beban kerja mental. Indikator frustration berkaitan dengan tingkat keamanan, perasaan terganggu, tidak bersemangat. Artinya, lingkungan yang berada di area PT. DMDT IV sudah memiliki tingkat keamanan yang baik, sehingga indikator frustration tidak terlalu berpengaruh dalam menimbulkan beban kerja mental. Hal ini juga didukung dengan sarana dan prasarana yang diberikan seperti kursi yang sudah sesuai dengan kegiatan operator, peralatan perbaikan kain yang lengkap, alat bantu yang memadai, dll yang sudah memadai untuk menyelesaikan pekerjaan operator. 4. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Unit Inspecting PT Delta Merlin Dunia Textile IV sesuai dengan pengumpulan dan pengolahan data, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Shift yang memiliki nilai beban kerja mental lebih besar di unit inspecting PT DMDT IV terdapat pada shift B dengan skor 88,16. Sedangkan shift A memiliki skor 86,38. 2. Hasil pengujian yang telah dilakukan menunjukkan hasil bahwa beban kerja mental yang tinggi disebabkan oleh adanya tambahan pekerjaan yang membuat operator pada unit inspecting harus mengorbankan waktu untuk mencapai target, sehingga operator akan lebih banyak mengeluarkan usaha dan tenaga dalam mencapai target dan menimbulkan beban kerja yang berlebihan. DAFTAR PUSTAKA Hancock, P.A., & Meshkati, N. (1988). Human Mental Workload. North Holland: Elsevier. Hart, S. G. & Staveland, L. E. (1981). Development of NASA-TLX (Task Load Index):Results of Empiical and Theoritical Research. Amsterdam: North-Holland. Henry, R. J. (1988). Human Mental Workload. New York, USA: Elsevier. Lua, Wienne M. P. (2015). Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area Menggunakan Metode NASA-TLX di PT Meares Soputan Mining. Laporan Kerja Praktek. Sutalaksana, Iftikar Z. (2006). Teknik Perncangan Sistem Kerja. Bandung: Penerbit ITB Prosiding SNST ke-8 Tahun 2017 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang 41