BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi suatu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (manajemen suatu usaha) dengan principal (pemilik usaha). Model

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Gambar 1.1 Sumber Pendapatan Negara. Berdasarkan Gambar 1.1 menujukkan bahwa di Negara Indonesia, sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang paling

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional demi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan perpajakan (

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, namun bagi

BAB I PENDAHULUAN. Widyawati, 2016). Bahkan secara persentase, setidaknya pajak memenuhi kurang

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. menghubungkan antara karakteristik perusahaan khususnya capital intensity dan

BAB I PENDAHULUAN. dibagi akan dua yaitu fungsi budgetair yaitu pajak sebagai sumber dana bagi

BAB I PENDAHULUAN. negeri tertarik untuk mendirikan perusahaan guna memanfaatkan sumber daya yang

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1,

Abstrak. Kata kunci: penghindaran pajak, corporate governance, koneksi politik, leverage, dan return on asset

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa dekade lalu, pajak hanya dianggap sebagai pelengkap

@UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masyarakat sedang dihebohkan dengan adanya penerapan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Gencarnya Pengembangan dan Pembangunan di Indonesia dewasa ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga terciptalah kesejahteraan nasional. Dalam melaksanakan pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. dari sektor pajak. Lebih dari 70 % pengeluaran Negara dibiayai oleh pajak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran atau pungutan yang dilakukan oleh pemerintah dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. APBN melalui sektor perpajakan (Candra, 2012). Pentingnya peranan pajak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komisaris independen terhadap tax avoidance membutuhkan kajian teori

BAB I PENDAHULUAN. dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2014

BAB I PENDAHULUAN. tersebut membuat banyak perusahaan akhirnya memakai berbagai cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional serta menjadi unsur utama untuk

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercantum pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan umum (Siti Resmi, 2011:1). Fungsi pajak ada 2 yaitu fungsi

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan kontribusi positif bagi pelaksanaan pembangunan. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. disamping penerimaan dari sumber migas dan non migas. Pajak juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. banyak didanai dari sektor pajak. Undang-Undang perpajakan mewajibkan para

BAB I PENDAHULUAN. sehingga tidak mengherankan ketika pemerintah kemudian membuat aturan

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang untuk kelangsungan negara dan kesejahtraan dari masyarakat. pendapatan negara melalui sektor penerimaan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan suatu iuran yang dikenakan kepada wajib pajak atas penghasilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era pembangunan dan pembiayaan saat ini, pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. berlimpah dan terletak pada kondisi geografis yang strategis, tidak mengherankan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional dapat berjalan dengan baik demi kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Laba perusahaan dalam perpajakan digunakan sebagai dasar. perhitungan pajak. Dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007, pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. toleransi dari pihak fiskus, dikarenakan fiskus menginginkan perolehan pajak

BAB I PENDAHULUAN. bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan tanah air dan negara. Pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. persentase terbesar dari total penerimaan negara secara keseluruhan ( Tiaras dan

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak. dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).

BAB I PENDAHULUAN. Undang Republik Indonesia No 28 Tahun 2009 yaitu kontribusi wajib kepada negara

HANA MARDIAH, 2016 PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, DAN PROFITABILITAS TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan negara. Pajak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan yang utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang tercantum pada pembukaan Undang-Undang Dasar Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahannya, negara membutuhkan. pendapatan atau penghasilan. Negara menetapkan dua kelompok utama

d. Hasil Uji Heteroskedastisitas b. Hasil Uji Koefisien Determinasi BAB I PENDAHULUAN

I. BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perpajakan adalah untuk meningkatkan pendapatan yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia kini cukup pesat dilihat dari segi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, perencanaan diperlukan agar laba dapat dicapai dalam perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Kata Kunci: Pengungkapan CSR, Profitabilitas, Inventory Intensity, Capital Intensity, Leverage, Agresivitas Pajak

BAB I PENDAHULUAN. mandiri, maju dan berdaya saing. Karena di bidang ini sektor industri mampu

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam negara kita. Hal ini dapat terlihat dalam. Gambar 1.1 Grafik Penerimaan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Adanya perbedaan kebijakan antara PSAK dan peraturan perpajakan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Negara Tahun (Dalam Miliar Rupiah) Sumber Penerimaan 2013 % 2014 % 2015 %

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan terpenting bagi negara untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan sektor pemasukan tersebesar kas negara. Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dengan kondisi bangsa Indonesia yang masih dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi melalui pembangunan infrastruktur, aset-aset publik, dan fasilitas umum

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan negara diatur dengan undang undang. Hal ini. tarif pajak yang tertuang pada Undang-Undang No.36 tahun 2008 pasal 17

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak hingga saat ini masih menjadi primadona dalam penerimaan negara dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. wewenang (agen). Menurut Anthony dan Govindarajan (2009), hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang Undang Ketetapan Umum dan Tata Cara Perpajakan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pemungutan pajak suatu negara memerlukan suatu sistem yang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk. Semakin besarnya pengeluaran pemerintah untuk pembiayaan

2 usaha (Tempo.co, Jakarta, 2015). Para pemilik usaha senantiasa berupaya untuk mengurangi beban pajak. Ketidaksenangan membayar pajak ini dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri yaitu berupa pajak (Waluyo, 2013:2). pembayar/pemotong/pemungut pajak (Siti Resmi, 2016:1).

BAB I PENDAHULUAN. untuk membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin

BAB I PENDAHULUAN. Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini dikarenakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepemilikan asing terhadap aggressive tax avoidance pada perusahan sektor. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang

Judul : Pengaruh Corporate Governance, Profitabilitas dan Koneksi Politik pada Tax Avoidance

BAB I PENDAHULUAN. karena itu dalam artikel website tanggal 31 Desember

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang paling besar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendapatan negara maupun pembiayaan.ibarat sebuah bahtera, berlayar hingga akhirnya mampu berlabuh. APBN menjadi motor

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu aspek yang memberikan kontribusi yang besar bagi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan target yang tinggi untuk penerimaan pajaknya yaitu sebesar RP

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya perkembangan teknologi informasi dan semakin majunya

BAB I PENDAHULUAN. Begitu juga di negara Indonesia. Pajak merupakan salah satu unsur terbesar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pajak menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 6 Tahun 1983

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi suatu negara, dan sumber penerimaan tersebut digunakan dalam proses pembangunan suatu negara. Menurut Dharma dan Ardiana (2016) pajak adalah salah satu sumber utama penerimaan negara yang dibayar oleh masyarakat dan sebagai iuran pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan serta sebagai perwujudan peran serta masyarakat atau wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Fungsi pemungutan pajak ada 2 (dua) yaitu sebagai Regulerend dan Budgeting. Dalam menjalankan fungsi regulerend, pajak digunakan dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah bidang sosial dan ekonomi. Dalam menjalankan fungsi sebagai budgeting, pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, sehingga dalam pemungutannya harus optimal (Adisamartha dan Noviari, 2015). Penerimaan pajak di Indonesia masih belum mampu dicapai dengan maksimal khususnya penerimaan pajak dari sektor Pertambangan. Hal ini dibuktikan dengan adanya data efektviitas pemungutan pajak migas dan nonmigas dari Kementrian Keuangan Republik Indonesia dari tahun 2011-2015 1

menunjukkan penerimaan pajak yang tidak stabil bahkan semakin turun. Efektifitas pemungutan pajak dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1 Efektifitas Pemungutan Pajak Migas dan Non-Migas di Indonesia Tahun Target Realisasi Efektivitas Pemungutan Pajak 2011 Migas Rp 65,230,670,000,000 Rp 73,095,496,754,938 112,06% Non Migas Rp 366,746,349,922,000 Rp 354,683,553,082,514 96,71% 2012 Migas Rp 67,916,730,000,000 Rp 83,460,868,001,301 122,89% Non Migas Rp 445,733,430,000,000 Rp 377,942,175,058,445 84,79% 2013 Migas Rp 74,277,980,000,000 Rp 88,747,448,408,293 119,48% Non Migas Rp 464,481,876,000,000 Rp 413,808,305,275,411 89,09% 2014 Migas Rp 83,889,790,000,000 Rp 87,445,663,200,967 104,24% 2015 Non Migas Rp 485,976,868,000,000 Rp 453,078,754,802,823 93,23% Migas Rp 49,534,791,000,000 Rp 49,671,556,135,321 100,28% Non Migas Rp 629,835,345,164,000 Rp 544,455,381,617,738 86,44% Sumber: Kemenkeu, 2016 Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa pajak migas tahun 2011-2015 menunjukkan penerimaan pajak yang tidak stabil. Penerimaan pajak migas dari tahun 2011-2014 mengalami kenaikan namun dari tahun 2014-2015 mengalami penurunan. Sedangkan untuk penerimaan pajak non-migas tahun 2011-2015 terus mengalami kenaikan tetapi tidak sesuai dengan yang ditargetkan pemerintah dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak. Dari uraian angka diatas semakin menjelaskan perlu adanya pengoptimalan penerimaan pajak khususnya dari sektor Pertambangan oleh pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak demi percepatan pembangunan nasional. Namun pemerintah dan wajib pajak mempunyai kepentingan yang berbeda dalam pelaksanaan pemungutan pajak. Pemerintah ingin terus menaikkan penerimaan negara melalui pajak guna membiayai penyelenggaraan pemerintah, sedangkan wajib pajak ingin membayar pajak 2

sekecil mungkin karena dengan membayar pajak akan mengurangi pendapatan atau laba bersih perusahaan. Untuk mengurangi atau meminimalkan jumlah pembayaran pajak tersebut banyak hal yang dilakukan oleh wajib pajak baik secara legal atau ilegal. Menurut Darmawan dan Sukartha (2014) terdapat 2 (dua) usaha pengurangan pembayaran pajak, yaitu penghindaran pajak (tax avoidance) secara legal, dan penggelapan pajak (tax evasion) secara ilegal. Menurut Dewinta dan Setiawan (2016) tax avoidance adalah usaha pengurangan pajak, dengan memanfaatkan pengecualian dan potongan yang diperkenankan dalam peraturan perpajakan atau menunda pajak yang belum diatur dalam peraturan perpajakan yang berlaku, dalam hal ini sebagai pengambil kebijakan adalah pimpinan perusahaan. Disatu sisi tax avoidance menurunkan penerimaa negara yang akhirnya akan merugikan negara itu sendiri, tetapi disisi lain perusahaan yang melakukan tax avoidance tidak dapat dijatuhkan sanksi oleh pemerintah karena secara hukum tidak ada aturan yang dilanggar. Dari sisi perusahaan sah untuk dilakukan tetapi tidak selalu diinginkan dari sisi pemerintah, hal inilah yang membuat tax avoidance bersifat unik (Maharani dan Suardana, 2014). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi suatu perusahaan dalam melakukan tax avoidance antara lain : leverage, profitabilitas, intensitas aset tetap dan intensitas persediaan. Leverage yaitu tingkat hutang perusahaan yang digunakan untuk membiayai aktivitas operasinya. Adanya penambahan jumlah hutang suatu perusahaan akan menyebabkan adanya beban bunga yang semakin bertambah 3

pula yang harus dibayarkan. Beban bunga yang timbul atas hutang tersebut akan mengurangi pembayaran pajak karena beban bunga menjadi pengurang laba bersih perusahaan sehingga keuntungan yang maksimal dapat dicapai (Dharma dan Ardiana, 2016). Laba kena pajak perusahaan cenderung lebih kecil apabila perusahaan tersebut menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan daripada perusahaan yang menggunakan sumber pendanaan yang berasal dari penerbitan saham, sehingga dapat digolongkan adanya tindakan penghindaran pajak (tax avoidance) (Surbakti, 2012 ). Return on assets (ROA) merupakan salah satu pendekatan yang dapat mencerminkan profitabilitas suatu perusahaan. Pendekatan ROA menunjukkan bahwa besarnya laba yang diperoleh perusahaan dengan menggunakan total aset yang dimilikinya. ROA juga memperhitungkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang terlepas dari pendanaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik performa perusahaan dengan menggunakan aset dalam memperoleh laba bersih (Darmawan dan Sukartha, 2014). Perusahaan yang memiliki laba tinggi cenderung menghadapi beban pajak yang rendah. Rendahnya beban pajak dikarenakan perusahaan dengan laba yang tinggi berhasil memanfaatkan keuntungan dari adanya insentif pajak dan pengurang pajak yang lain (Darmadi, 2013). Sehingga dapat digolongkan adanya tindakan penghindaran pajak (tax avoidance). Intensitas aset tetap perusahaan merupakan gambaran banyaknya investasi perusahaan terhadap aset tetap perusahaan (Darmadi, 2013). 4

Perusahaan yang memutuskan untuk berinvestasi dalam bentuk aset tetap dapat menjadikan beban depresiasi sebagai beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan atau bersifat deductible expense. Karena beban depresiasi yang bersifat deductible akan menyebabkan laba kena pajak perusahaan menjadi berkurang yang pada akhirnya akan mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar perusahaan, hal ini akan mengindikasikan perusahaan melakukan penghindaran pajak (Mulyani dkk, 2014). Faktor intensitas persediaan juga dapat memengaruhi tax avoidance selain leverage, profitabilitas dan intensitas aset tetap. Tingginya tingkat persediaan dalam perusahaan akan menimbulkan tambahan beban bagi perusahaan. PSAK 14 no. 13 menyatakan adanya beberapa pemborosan yang ditimbulkan akibat tingginya tingkat persediaan, beban-beban tersebut meliputi beban bahan, beban tenaga kerja, beban produksi, beban penyimpanan, beban administrasi dan umum, dan beban penjualan. Beban tersebut akan diakui sebagai beban di luar persediaan itu sendiri (Adisamartha dan Noviari, 2015). Beban-beban tersebut akan mengurangi laba bersih perusahaan dan pada akhirnya akan mengurangi jumlah pembayaran pajak perusahaan. Hal ini akan mengindikasikan perusahaan melakukan penghindaran pajak. Terdapat hasil penelitian terdahulu terkait dengan variabel leverage yang dilakukan oleh Siregar dan Widyawati (2016) yang meneliti tentang pengaruh karakteristik perusahaan terhadap penghindaran pajak pada perusahaan manufaktur di BEI, menemukan bahwa leverage berpengaruh 5

positif terhadap penghindaran pajak. Menurut Mulyani dkk, (2014) yang meneliti tentang pengaruh karakteristik perusahaan, koneksi politik dan reformasi perpajakan terhadap penghindaran pajak, menemukan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Menurut Dewinta dan Setiawan (2016) yang menliti tentang pengaruh ukuran perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas, leverage, dan pertumbuhan penjualan terhadap tax avoidance, menunjukkan hasil bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil penelitian terdahulu terkait dengan variabel profitabilitas yang dilakukan oleh Dewinta dan Setiawan (2016) yang menliti tentang pengaruh ukuran perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas, leverage, dan pertumbuhan penjualan terhadap tax avoidance menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Menurut Siregar dan Widyawati (2016) yang meneliti tentang pengaruh karakteristik perusahaan terhadap penghindaran pajak pada perusahaan manufaktur di BEI, menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Menurut Marfu ah (2015) yang meneliti tentang pengaruh return on asset, leverage, ukuran perusahaan kompensasi rugi fiskal dan koneksi politik terhadap tax avoidance menyebutkan bahwa return on assets sebagai proxy dari profitabilitas tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil penelitian terdahulu terkait dengan variabel intensitas aset tetap yang dilakukan oleh Meisiska (2016) yang meneiti tentang analisis faktorfaktor yang mempengaruhi efektivitas pembayaran pajak pada wajib pajak 6

badan, menunjukkan hasil bahwa intensitas aset tetap berpengaruh negatif terhadap tarif pajak efektif. Semakin rendah tarif pajak efektif maka semakin tinggi adanya penghindaran pajak (tax avoidance). Artinya intensitas aset tetap berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Menurut Dharma dan Ardiana (2016) yang meneliti tentang pengaruh leverage, intensitas aset tetap, ukuran perusahaan, dan koneksi politik terhadap tax avoidance, menghasilkan bahwa intensitas aset tetap berpengaruh negatif terhadap tax avoidance. Menurut Adisamartha dan Noviari (2015) yang meneliti tentang pengaruh likuiditas, leverage, intensitas persediaan dan intensitas aset tetap pada tingkat agresivitas wajib pajak badan, menyatakan bahwa intensitas aset tetap tidak berpengaruh pada tingkat agresivitas wajib pajak badan. Hasil penelitian terdahulu terkait variabel intensitas persediaan yang dilakukan oleh Adisamartha dan Noviari (2015) yang meneliti tentang pengaruh likuiditas, leverage, intensitas persediaan dan intensitas aset tetap pada tingkat agresivitas wajib pajak badan menyatakan bahwa intensitas persediaan berpengaruh positif pada tingkat agresivitas pajak. Menurut Surbakti (2012) yang meneliti tentang pengaruh karakteristik perusahaan dan reformasi perpajakan terhadap penghindaran pajak di perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008-2010 menemukan bahwa inventory intensity berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Menurut Siregar dan Widyawati (2016) yang meneliti tentang pengaruh karakteristik perusahaan terhadap penghindaran pajak pada perusahaan 7

manufaktur di BEI menunjukkan hasil bahwa inventory intensity tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Dharma dan Ardiana (2016), yang meneliti tentang pengaruh leverage, intensitas aset tetap, ukuran perusahaan dan koneksi politik terhadap tax avoidance pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014. Alasan peneliti mereplikasi penelitian Dharma dan Ardiana (2016) adalah selain untuk menguji kembali konsistensi hasil penelitian terdahulu juga untuk mengembangkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dengan mengajukan variabel lain sebagai variabel independen yaitu profitabilitas dan intensitas persediaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Dharma dan Ardiana (2016) terletak pada penggunaan variabel, sampel penelitian dan tahun penelitian. Penelitian ini menggunakan variabel leverage, profitabilitas, intensitas aset tetap dan intensitas persediaan. Alasan peneliti mengeliminasi variabel ukuran perusahaan dan koneksi politik karena ukuran perusahaan dalam penelitian Dharma dan Ardiana (2016) diproxykan dengan total aset, sedangkan intensitas aset tetap juga dihitung dengan membandingkan total aset tetap dengan total aset, karena ditakutkan terjadi data yang heteroskedastisitas maka dari itu peneliti mengeliminasi variabel ukuran perusahaan dan mengganti dengan variabel profitabilitas dengan alasan peneliti ingin mengetahui bukti empiris pengaruh variabel profitabilitas terhadap tax avoidance. Sedangkan variabel koneksi politik dalam 8

penelitian Dharma dan Ardiana (2016) tidak memiliki pengaruh terhadap tax avoidance dan beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Marfu ah (2015) dan Alfia (2015) variabel koneksi politik tidak berpengaruh terhadap tax avoidance, maka dari itu peneliti mengeliminasi variabel koneksi politik dan mengganti dengan variabel intensitas persediaan dengan alasan karena peneliti ingin mengetahui bukti empiris pengaruh intensitas persediaan terhadap tax avoidance. Tahun penelitian pada penelitian ini adalah 2012-2015, dengan alasan laporan keuangan yang digunakan peneliti adalah laporan keuangan yang paling up to date. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2015. Alasan peneliti mengganti sampel penelitian karena penelitian yang dilakukan Dharma dan Ardiana (2016) menggunakan perusahaan Manufaktur dan beberapa penelitian terdahulu seperti Maharani dan Suardana (2014), Mulyani,darminto dan Endang (2014), Adisamartha dan Noviari (2015), Dewinta dan Setiawan (2016) juga menggunakan perusahaan Manufaktur sebagai sampel penelitian, oleh karena itu perusahaan Pertambangan dalam penelitian ini dipilih sebagai faktor pembeda dengan penelitian sebelumnya. Alasan peneliti memilih perusahaan Pertambangan karena perusahaan Pertambangan adalah salah satu perusahaan yang berkontribusi besar pada penerimaan pajak negara yaitu 58,6% yang berasal dari penerimaan pajak migas 2,9% dan pajak non-migas (Kemenkeu, 2016). Tetapi melihat adanya data dari Kementerian ESDM bahwa terdapat 7.834 perusahaan 9

Pertambangan yang di data oleh Direktorat Jenderal Pajak, sebesar 24% tidak memiliki NPWP, serta sekitar 35% yang tidak melaporkan SPT, hal ini menandakan perusahaan pertambangan belum secara keseluruhan membayar pajaknya atau dapat dikatakan perusahaan melakukan penghindaran pajak (Industry, 2016). Kemudian adanya data tax amnesty periode juli-september 2016 mencapai Rp 94 triliun (Pajak, 2016). Dari jumlah WP sektor tambang dan minerba hanya 16,2% WP yang mengikuti program tax amnesty dengan nilai tebusan hanya 221 miliar kemudian pada WP Pertambangan minyak gas hanya 6,1% WP yang mengikuti program tax amnesty (Okezone, 2016). Penelitian ini penting dilakukan karena untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penghindaran pajak secara legal, terutama bagi pembuat kebijakan perpajakan, hal ini penting karena dengan mengetahui faktor-faktor tersebut pembuat kebijakan perpajakan dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak akan melakukan strategi untuk mengoptimalkan penerimaan pajak. Dengan demikian diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada praktisi penyelenggara perusahaan agar dapat berhati-hati dalam melakukan penghindaran pajak agar tidak digolongkan dalam penyelundupan pajak. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Apakah leverage berpengaruh positif terhadap ETR sebagai proksi tax avoidance pada perusahaan Pertambangan? 10

2. Apakah profitabilitas berpengaruh negatif terhadap ETR sebagai proksi tax avoidance pada perusahaan Pertambangan? 3. Apakah intensitas aset tetap berpengaruh positif terhadap ETR sebagai proksi tax avoidance pada perusahaan Pertambangan? 4. Apakah intensitas persediaan berpengaruh positif terhadap ETR sebagai proksi tax avoidance pada perusahaan Pertambangan? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan dari penelitian ini yaitu : a. Memperoleh bukti empiris pengaruh dari leverage terhadap ETR sebagai proksi tax avoidance pada perusahaan Pertambangan. b. Memperoleh bukti empiris pengaruh dari profitabilitas terhadap ETR sebagai proksi tax avoidance pada perusahaan Pertambangan. c. Memperoleh bukti empiris pengaruh dari intensitas aset tetap terhadap ETR sebagai proksi tax avoidance pada perusahaan Pertambangan. d. Memperoleh bukti empiris pengaruh dari intensitas persediaan terhadap ETR sebagai proksi tax avoidance pada perusahaan Pertambangan. 2. Manfaat dari penelitian ini yaitu : a. Bagi Akademis Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan kajian ilmu perpajakan mengenai tax avoidance, serta menambah pengetahuan mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi tax avoidance yaitu leverage, profitabilitas, intensitas aset tetap dan intensitas persediaan. 11

b. Bagi pembuat kebijakan perpajakan Untuk dapat lebih memperhatikan hal-hal yang bisa digunakan oleh perusahaan dalam rangka penghindaran pajak yang dapat mengurangi pendapatan negara dari sektor pajak. c. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada praktisi penyelenggara perusahaan agar dapat lebih berhati-hati dalam melakukan penghindaran pajak agar tidak digolongkan dalam penyelundupan pajak. d. Bagi peneliti lain Diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya serta dapat memperbaiki kekurangan yang ada dalam penelitian ini. 12