HUBUNGAN SANITASI ALAT MAKAN PIRING DENGAN ANGKA KUMAN PADA PERALATAN MAKAN PECEL LELE DI TAMBAKBAYAN BABARSARI SLEMAN

dokumen-dokumen yang mirip
Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Limba U I Kec. Kota Selatan Kota Gorontalo. Pasar sental Kota Gorontalo

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di bulan april - mei tahun 2012, lokasi dalam

Medical Laboratory Technology Journal

Studi Kualitas Bakteriologis Peralatan Makan Pada Rumah Makan di Kota Makassar

KONDISI BAKTERIOLOGIK PERALATAN MAKAN DI RUMAH MAKAN JOMBANG TIKALA MANADO

Keywords : hygiene sanitation, eating utensils, the number of germ, Escherichia coli

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

GAMBARAN JUMLAH ANGKA KUMAN DAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA PIRING DI RUMAH MAKAN PASAR SERASI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2015 Cindy Stevani Sape

GAMBARAN ANGKA KUMAN DAN BAKTERI

HIGIENE SANITASI MAKANAN, MINUMAN DAN SARANA SANITASI TERHADAP ANGKA KUMAN PERALATAN MAKAN DAN MINUM PADA KANTIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

STUDI IDENTIFIKASI KEBERADAAN Escherichia coli PADA AIR CUCIAN DAN MAKANAN KETOPRAK DI KAWASAN KAMPUS UNDIP TEMBALANG

GASTER, Vol. 5, No. 1 Februari 2009 ( )

INTISARI ANALISIS KUANTITATIF BAKTERI ESCHERICIA COLI PADA ES TEH YANG DIJUAL DI SEPANJANG JALAN TARAKAN KOTA BANAJARMASIN

HYGIENE SANITASI PENJAMAH MAKANAN TERHADAP KANDUNGAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN JUMLAH KOLONI BAKTERI DAN KEBERADAAN E. coli PADA AIR CUCIAN PERALATAN MAKAN PEDAGANG MAKANAN DI TEMBALANG

BAB I PENDAHULUAN. diseduh dengan teh ditambah gula dan es. Minuman es teh banyak digemari oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN METODE THREE COMPARTEMENT SINK DENGAN AIR PANAS DAN LARUTAN KLORIN TERHADAP ANGKA KUMAN ALAT MAKAN DI RSU QUEEN LATIFA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. KEBERADAAN Salmonella DAN BAKTERI Coliform PADA BUMBU KACANG BASO TABU. INDRAWATY, 2002, PEMBIMBING: PHILIPS ONGGOWIDJAJA, S.Si, M.Si.

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR MINUM ISI ULANG PADA TINGKAT PRODUSEN DI KABUPATEN BADUNG

Eni Sinaga, Personal Hygiene, Washing eating utensils and Amount of Eating Utensils Bacteria at The Food Sellers Center in Kampung Solor, Kupang

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN

ABSTRAK. Kiky Fitria, Pembimbing I : dr. Fanny Rahardja,M.Si. Pembimbing II : dr. Dani, M.Kes.

TEKNIK PENCUCIAN ALAT MAKAN, PERSONAL HYGIENE TERHADAP KONTAMINASI BAKTERI PADA ALAT MAKAN

Kata Kunci: Analisis Kuantitatif, Bakteri Coliform, Es Batu

STUDI KOMPARATIF PENCUCIAN ALAT MAKAN DENGAN PERENDAMAN DAN AIR MENGALIR TERHADAP JUMLAH KUMAN PADA ALAT MAKAN DI WARUNG MAKAN BU AM GONILAN

GAMBARAN KONDISI FISIK SUMUR GALI DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung

HIGIENE SANITASI DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR MINUM PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG (DAMIU) DI KOTA TOMOHON TAHUN 2015

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

SKRIPSI STUDI KOMPARATIF PENCUCIAN ALAT MAKAN DENGAN PERENDAMAN DAN AIR MENGALIR TERHADAP JUMLAH KUMAN PADA ALAT MAKAN DI WARUNG MAKAN BU AM GONILAN

ASPEK HYGIENE SANITASI MAKANAN PADA RUMAH MAKAN DI TERMINAL 42 ANDALAS KOTA GORONTALO 2012 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan

Keywords: The behavior of food handlers, Figures Germs

PENGARUH JARAK ANTARA SUMUR DENGAN SUNGAI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR GALI DI DESA TALUMOPATU KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO

Sanitasi Penyedia Makanan

KUALITAS MIKROBIOLOGIS MAKANAN DAN SIKAP PENJAMAH MAKANAN TENTANG HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN MAKANAN PADA KANTIN SEKOLAH DASAR DI WILAYAH

Total Coliform Dalam Air Bersih Dan Escherichia coli Dalam Air Minum Pada Depot Air Minum Isi Ulang

Kata Kunci: Analisis Kuantitatif, Bakteri E. Coli, Air Minum Isi Ulang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Gambaran Umum Rumah Makan

BAB 5 : PEMBAHASAN. penelitian Ginting (2011) di Puskesmas Siantan Hulu Pontianak Kalimantan Barat mendapatkan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

HIGIENE DAN SANITASI MAKANAN NASI KRAWU DI KECAMATAN GRESIK KABUPATEN GRESIK

HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Eschericia coli PADA JAJANAN ES KELAPA MUDA (SUATU PENELITIAN DI KOTA GORONTALO TAHUN 2013)

HIGIENE DAN SANITASI NASI TEMPE PENYET PEDAGANG KAKI LIMA JALAN KARANGMENJANGAN SURABAYA

MEMISAHKAN ALAT YANG BERSIH DAN ALAT YANG KOTOR, ALAT YANG MEMERLUKAN STERILISASI, ALAT YANG MEBUTUHKAN PERAWATAN YANG LEBIH LANJUT

KESMAS, Vol.10, No.2, September 2016, pp. ~ ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. manusia, air diperlukan untuk menunjang kehidupan, antara lain dalam kondisi yang

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di DAMIU Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo.

: Eschericia Coli, Total Plate Count, Hygiene Sanitation, Utensils PENDAHULUAN

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Keadaan higiene dan sanitasi rumah makan yang memenuhi syarat adalah merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

HIGIENE SANITASI DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR MINUM PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG (DAMIU) DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO TAHUN

HUBUNGAN HIGIENE PENJAMAH SANITASI MINUMAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA MINUMAN JUS BUAH DI DAERAH TEMBALANG

STUDI HYGIENE SANITASI PENGOLAHAN MAKANAN DAN KANDUNGAN Salmonella sp PADA BAKSO YANG DIJUAL DI JALAN JENDERAL SUDIRMAN SOKARAJA TAHUN 2016

Nurfitri Handayani 1 ; Yugo Susanto 2 ; Amaliyah Wahyuni 3

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI

HIGIENE SANITASI DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR MINUM PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG (DAMIU) DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO TAHUN

HYGIENE SANITASI DAN KANDUNGAN MIKROBA PADA KECAP MANIS YANG DIGUNAKAN DI KANTIN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 1 FEBRUARI 2016 ISSN

ABSTRAK. Kata kunci : Tingkat pengetahuan sanitasi makanan, pemilihan tempat makan.

PEMANTAUAN KUALITAS MAKANAN KETOPRAK DAN GADO-GADO DI LINGKUNGAN KAMPUS UI DEPOK, MELALUI PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR BAKTERIOLOGIS PADA AIR MINUM ISI ULANG DI KECAMATAN KRAMAT KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN DINAS KESEHATAN PUSKESMAS PASAR MANNA Jalan Pangeran Duayu Pasar Manna Bengkulu Selatan Kode Pos 38516

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

GAMBARAN HIIGIENE DAN SANITASI SARANA FISIK SERTA PERALATAN PENGOLAHAN BAHAN MAKANAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PEMBALAH BATUNG AMUNTAI TAHUN 2013

LAPORAN TUGAS AKHIR (EV-003)

ANALISA BAKTERI COLIFORM

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan sebagainya (Depkes RI, 2000).

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN, FREKUENSI KONSUMSI DAN SUMBER MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada

Unnes Journal of Public Health

Tingkat Pengetahuan Dan Praktik Penjamah Makanan Tentang Hygiene Dan Sanitasi Makanan Pada Warung Makan Di Tembalang Kota Semarang Tahun 2008

PERILAKU HIGIENE SANITASI PENJAMAH MAKANAN PADA KATERING RUMAH TANGGA DI LEUWIDAHU KOTA TASIKMALAYA. *Nunun Khoerun Nisa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar

HIGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI KECAMATAN TANJUNG REDEP KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR

BAB 1 : PENDAHULUAN. bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang Undang

JUMLAH BAKTERI DAN JAMUR DALAM RUANGAN DI JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PONTIANAK

METODE Desain, Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Untuk menjamin makanan aman

GAMBARAN KUALITAS FISIK DAN BAKTERIOLOGIS AIR SERTA KONDISI FISIK SUMUR GALI DI DESA TATELI WERU KECAMATAN MANDOLANG KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

Transkripsi:

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 6/No. 2/2013: 120-127 HUBUNGAN SANITASI ALAT MAKAN PIRING DENGAN ANGKA KUMAN PADA PERALATAN MAKAN PECEL LELE DI TAMBAKBAYAN BABARSARI SLEMAN Novita Sekarwati, Eva Runi Kristiani email : novitalambang@gmail.com ABSTRACT To get qualified health foods, we need to hold control of hygiene and sanitation of food and eating utensils such as spoons, plates and cups, this is for menghindarikan of pollution elements both physical, chemical and bacteriological. At pecel catfish do not always pay attention to the process of washing eating utensilsthat are not hygienic. The purpose of this study was to determine the relationship sanitary cutlery " plate " with the number of bacteria on catfish tableware pecel A, B, C and D in Tambakbayan Babarsari Sleman and to determine the number of bacteria on catfish pecel tableware plates A, B, C, and D di Tambakbayan Babarsari Sleman Yogyakarta. Types of research using the survey using a continuous and systematic process that consists of data collection, data processing and data analysis. The population in this study is a tool that has been washed to eat four meals pecel catfish in Tambakbayan Babarsari Depok Sleman, while the samples used in this study were 4 pieces of cutlery are dishes in each pecel catfish that has been washed. Sampling using random sampling. Variables in this study is sanitary utensils, while the dependent variable is the number of bacteria on equipment in the feed and water Coliform MPN. Based on research conducted found that good sanitation equipment trdapat on pecel A catfish with a value of 10 and the lowest was pecel catfish pad B and C with a value of 5. Examination results at the number of bacteria colonies were highest tableware plates on pecel catfish D at 5476.67 koloni/cm2 and the lowest number of bacteria on catfish pecel A of 2903.34 koloni/cm2. All standard number of bacteria exceeds 100 koloni/cm2 yautu. Coliform MPN number on pecel catfish D 1898 koloni/cm2 exceed the standards set. While the third pecel catfish Coliform MPN results do not exceed the standard. Kata Kunci : Alat Makan Piring, Angka Kuman, Coliform LATAR BELAKANG Usaha hygiene tempat-tempat umum merupakan usaha kesehatan masyarakat yang secara umum bertujuan agar setiap anggota masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik jasmani, rohani maupun sosialnya, sehingga diharapkan dapat mampu hidup sejahtera. Usaha untuk melindungi, memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan mempunyai jangkauan yang luas baik badan maupun jiwa, untuk umum maupun perseorangan dan yang lebih 120

Novita Sekarwati, Eva Runi Kristiani penting lagi adalah memberi dasar dasar hidup yang sehat ddan bagaimana mempertinggi kesejahteraan dan daya guna dari kehidupan manusia selanjutnya. Upaya peningkatan kesehatan dapat dilakukan dengan mensukseskan pembangunan kesehatan dengan meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam menjaga kesehatan, sehingga tercapai kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan adalah upaya penyehatan makanan dan minuman. Untuk mendapatkan makanan yang memenuhi syarat kesehatan, maka perlu diadakannya pengawasan terhadap hygiene sanitasi makanan utamanya adalah usaha diperuntukkan untuk umum, seperti restoran, rumah makan ataupun pedagang kaki lima atau warung tenda mengingat bahwa makanan merupakan media potensial dalam penyebaran penyakit. Sehubungan dengan hal itu didalam Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1992, tentang kesehatan pada pasal 21 ayat (1) bahwa pengamanan makanan dan minuman diselenggarakan untuk melindungi masyarakat dari makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan mengenai standard dan persyaratan kesehatan. Pada umumnya tingkat hygiene makanan yang dikonsumsi banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya dari segi pengolahan, pengangkutan, penyajian sampai pencucian sebagai media pembersih peralatan makanan. Air yang dipakai dalam pencucian tersebut harus memenuhi syarat seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/MENKES/PER/IX/1990, tentang persyaratan air bersih begitu juga dengan persyaratan peralatan makanan itu sendiri yang diatur dalam PerMenKes No. 715/MENKES/SK/V/2003, bahwa untuk persyaratan peralatan makanan tidak boleh mengandung bakteri lebih dari 100 koloni/cm² permukaan. Salah satu faktor yang dapat menunjang terjadinya kontaminasi makanan pada pecel lele adalah proses pencuciannya, pengeringan, dan penyimpanan untuk digunakan kembali, untuk penyajian pada konsumen. Pada pecel lele selalu tidak memperhatikan proses pencucian peralatan makan yang higienis. Padahal pada proses pencucian peralatan makan perlu dilakukan secara hygienis Pada umumnya tingkat hygiene sanitasi makanan yang dikonsumsi banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya dari segi pengolahan pengangkutan, penyajian sampai pencucian sebagai media pembersih peralatan makanan.air yang dipakai dalam pencucian tersebut harus memenuhi syarat seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/MENKES/PER/IX/1990, tentang persyaratan air bersih. Begitu juga dengan persyaratan peralatan makanan itu sendiri yang diatur dalam permenkes No. 715/MENKES/SK/V/2003, bahwa persyaratan peralatan makanan tidak boleh mengandung bakteri lebih dari 100 koloni/cm2 permukaan. Salah satu faktor yang dapat menunjang terjadinya kontaminasi makanan pada warung makan kantin adalah proses pencucian, pengeringan dan penyimpanan alat makan. Dengan teknik pencucian, pengeringan dan penyimpanan yang baik maka sanitasi peralatan makan dapat dicapai. 121

Peralatan makan dapat terkontaminasi lewat udara, misalnya debu, sehingga peralatan makan tersebut dapat berpotensi terkena kuman.dengan adanya kuman maka dapat menimbulkan penyakit berupa diare, kolera, desentri, basiler, kecacingan dan keracunan makanan. Pecel lele di Yogyakarta merupakan tempat tujuan sebagian mahasiswa untuk makan.alasan mereka memilih pecel lele selain rasanya enak, harganya pun murah meriah.maka tidak heran warung makan pecel lele yang jumlahnya banyak tapi tetap memiliki pangsa pasar yang banyak pula. Pada pecel lele selalu tidak memperhatikan proses pencucian peralatan yang higienis. Padahal dalam proses pencucian peralatan makan perlu dilakukan secara hygienis pembersih dari sisa makanan terlebih dahulu kemudian digosok menggunakan kain/busa dengan memakai sabun lalu dibilas tiga kali dalam sebuah baskom. Kenyataan di lapangan pecel lele tidak memperhatikan proses pencucian peralatan makan, pencucian tidak dilakukan dengan air yang mengalir, tidak ada air pergantian bilasan lagi sehingga air bilasan tersebut menjadi kotor. Proses pencucian peralatan dianggap memenuhi syarat sanitasi bila memiliki tiga bak yaitu bak pertama disebut bak pencuci (wash), bak kedua disebut bak pembilas ( detergent), bak ketiga disebut bak pembilas terakhir dengan desinfektan ( H. Anwar, dkk, 1987 ). Berdasarkan survey pendahuluan, bahwa di tempat makan pecel lele setiap harinya dikunjungi banyak pelanggan.kondisi pencucian di pecel lele rata- rata mencuci alat makan dengan hanya menggunakan 2 bak dan tanpa air mengalir.setelah dicuci sebagian ada yang ditengkurepkan tetapi Hubungan Sanitasi Alat Makan Piring dengan Angka Kuman pada Peralatan Makan Pecel Lele di Tambakbayan Babarsari Sleman ada juga yang hanya diletakkan dimeja tanpa ada penutup maupun pelindung dari sumber pencemar. Melihat beberapa faktoryang dapat mempengaruhi terjadinya angka kuman pada alat makan, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian angka kuman pada peralatan makanan di 4 warung pecel lele di Tambakbayan Babarsari Sleman. METODE Jenis Penelitian survey yaitu suatu proses terus menerus dan sistematik yang terdiri dari pengumpulan data yang hasilnya diujikan secara laboratorium. 1. Persiapan Alat atau instrument yang digunakan dalam pengambilan sampel yaitu plastic transparan atau mika, lidi kapas, alat makan, tabung reaksi, kapas dan termos es. 2. Pelaksanaan a. Menyiapkan checklist b. Melakukan pengambilan sampel pada alat makan Cara pengambilan sampel sebagai berikut : 1) Menyiapkan alat makan ( piring, sendok dan gelas ) yang akan diambil sampelnya. 2) Plastic transparan atau mika pada bagian tengah dilubangi dengan bentuk persegi panjang dengan panjang 5 cm dan lebar 2 cm. 3) Plastic transparan atau mika yang telah diolesi alcohol kemudian diletakkan pada bagian cekung alat makan. 4) Lidi kapas steril 1 buah dicelupkan pada larutan PBS 122

Novita Sekarwati, Eva Runi Kristiani 5) Pada lubang plastic transparan atau mika diolesi dengan lidi kapas steril. 6) Hasil usapan atau lidi kapas dimasukkan pada larutan PBS dan tabung reaksi ditutup dengan kapas. 7) Setelai selesai pengambilan sampe, sampel dimaasukkan ke dalam termos es. 8) Sampel dikirim ke laboratorium untuk diperiksa angka kumannya. c. Menyusun jadwal penelitian 3. Pengumpulan Data a. Jenis data Jenis data yang digunakan adalah data primer yaitu hasil pemeriksaan angka kuman pada alat makan dan hasil dari checklist. b. Sumber data Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer yang merupakan hasil dari penelitian pemeriksan angka kuman pada alat makan di warung pecel lele Tambakbayan Babarsari Sleman. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Sanitasi Peralatan Makan Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapat nilai sanitasi peralatan makan di pecel lele A, B, C, dan D adalah sebagai berikut: Tabel 1 Nilai Check list Sanitasi Peralatan Makanan Nama Pecel Lele SKORE Kategori A 10 Sedang B 5 Rendah C 6 Sedang D 5 Rendah 2. Angka Kuman Alat Makan Berdasarkan hasil pemeriksaan koloni angka kuman usap alat makan pada peralatan makan yaitu piring, didapat hasil sebagai berikut : Tabel 2. Angka Kuman Pada Peralatan Makan di Setiap Rumah makan Pecel Lele Pecel Lele Angka Kuman (koloni/cm²) Kriteria Angka Kuman A 2903,34 Melebihi Standar B 5343,34 Melebihi Standar C 2973,34 Melebihi Standar D 5476,67 Melebihi Standar Sumber : Laboratorium Dari tabel di atas terlihat bahwa angka kuman pada peralatan makan yang melebihi 100 koloni/cm² terdapat pada pecel lele A, B, C dan D atau bisa dikatakan semua peralatan makanan angka kumannya melebihi standar. Angka kuman yang paling tinggi terdapat pada alat makan piring di pecel lele D sebesar 5476,67 koloni/cm², sedangkan untuk peralatan makan yang angka kumannya rendah terdapat pada pecel lele A sebesar 2903,34 koloni/cm², Tabel 3. MPN Coliform Pada Air Bersih Nama Pecel Lele Jumlah Koloni Kriteria A 27 < nilai yang diperbolehkan B 5 < nilai yang diperbolehkan C 19 < nilai yang diperbolehkan D 1898 >nilai yang diperbolehkan 123

Dari data di atas dapat dilihat bahwa jumlah koloni pada air bersih pada pecel lele A, B, C tidak melebihi standar yang telah ditentukan yaitu kurang dari 100 koloni/cm². Air bersih yang diambil merupakan air yang digunakan untuk mencuci alat makan.dari tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah koloni pada air bersih di pecel lele A, B, C, dan D ternyata berbeda. Jumlah koloni air bersih pada pecel lele A sebesar 27 koloni/cm², pecel lele B 5 koloni/cm² dan pecel lele C 19 koloni/cm², ketiga tempat pecel lele tersebut jumlah koloninya masih dibawah standar yaitu 100 koloni/cm². Sedangkan pada pecel lele D memiliki jumlah koloni lebih dari 1898 koloni/cm², sehinggga melebihi standar yang telah ditentukan. Dapat dilihat juga pada pecel lele D memiliki nilai sanitasi paling rendah dan jumlah angka kuman paling tinggi.hal ini disebabkan karena kondisi fisik sumber air bersih (sumur) yang tidak diplester dan becek, sehingga kemungkinan air dapat meresap masuk kembali ke dalam sumur menjadikan air sumur tercemar. Pada Pecel lele A nilai sanitasi peralatan makan sebesar 10. Teknik pencucian alat makan yang akan dicuci dibersihkan dari sisa makanan kemudian diguyur sehingga seluruh permukaan peralatan sempurna, alat makan dicuci menggunakan air sabun atau detergent kemudian dibilas dengan air sambil digosok dengan tangan sehingga tidak terasa lagi sisa sabun, kemudian peralatan makan dibilas dengan air mengalir, tetapi setelah peralatan bersih tidak dilakukan desinfeksi. Teknik pengeringan alat makan ditiriskan dirak yang terbuka dan kemudian dilap menggunakan kain lap sampai kering.teknik penyimpanan alat makan disimpan dalam keadaan kering Hubungan Sanitasi Alat Makan Piring dengan Angka Kuman pada Peralatan Makan Pecel Lele di Tambakbayan Babarsari Sleman dan bersih tetapi teknik penyimpanan alat makan hanya ditumpuk dalam keadaan tidak terbalik diatas meja.tempat penyimpanannya terbuka dan tidak terlindung, terbuat dari bahan yang tidak anti karat.tempat penyimpanannya pun tidak terlindung dari hewan perusak seperti kecoa dan tikus, tidak terlindung dari debu atau kotoran sehingga masih berpotensi terjadinya kontaminasi alat makan. Sanitasi makan tergolong sedang, sehingga angka kuman pada peralatan makan lebih dari 100 koloni/cm², hal ini disebabkan karena pada teknik penyimpanannya hanya diletakkan pada meja terbuka dan tidak tertutup sehingga bias terkontaminasi oleh debu atau kotoran dan gangguan hewan perusak seperti kecoa dan tikus. Pada pecel lele B, nilai peralatan makannya sebesar 5, dengan teknik pencucian peralatan yang akan dicuci dibersihkan dari sisa makanan, tapi langsung digunakan sabun untuk mencuci tanpa menguyur terlebih dahulu alat makan tersebut. Setelah itu dibilas dengan menggunakan air sambil digosok dengan tangan sehingga tidak terasa lagi sabun pada alat makan.dalam mencuci alat makan tidak menggunakan air mengalir, hanya memekai 2 bak/ember kecil, tidak dilakukan desinfeksi. Pada teknik pengeringan, alat makan tidak ditiriskan dalam rak pengering, hanya diletakkan terbalik pada tempat terbuka dan dilap dengan kain lab untuk mengeringkannya. Pada teknik penyimpanannya, alat makan tidak disimpan dalam rak penyimpanan, dan dalam keadaan terbuka dan tidak terlindung baik dari sumber pencemar, debu atau kotoran yang beterbangan dan tidak terlindung dari hewan perusak seperti kecoa dan tikus.nilai sanitasi peralatannya rendah sehingga jumlah 124

Novita Sekarwati, Eva Runi Kristiani angka kuman alat makan melebihi 100 koloni/cm². Pada pecel lele C, nilai sanitasi peralatannya sebesar 6 dan berkriteria sedang.teknik pencuciannya, alat makan dibersihkan dari sisa makanan dan kemudian diguyur dengan air. Setelah itu dilakukan pencucian dengan menggunakan sabun dan membilas dengan air ssambil digosok dengan tangan sehingga tidak terasa sabun lagi.pencuciannya tidak menggunakan air yang mengalir, hanya menggunakan 2 bak kecil dan tidak tersedia sumber air secara langsung.air diambil dari sumber air yang jauh dari tempat berjualan sehingga mereka lebih mengefisensikan penggunaan air bersih. Teknik pengeringan alat makan tidak ditiriskan dalam rak, alat makan dilap dengan menggunakan kain lab. Pada teknik penyimpanan alat makan hanya diletakkan diatas meja dan tidak menggunakan rak yang tertutup dan hanya diletakkan tidak terbalik diatas meja sehingga mudah terkontaminasi debu atau kotoran, tidak terlindung dari hewan pengerat seperti kecoa dan tikus. Nilai sanitasi pecel lele C, sebesar 6 dan berkriteria sedang sehingga jumlah angka kumannya pun melebihi standar yang telah ditentukan yaitu 100 koloni/cm². Pada Pecel Lele D, nilai sanitasi alat makan sebesar 5, pada teknik pencuciannya alat makan dibersihkan dari sisa makanan tetapi tidak diguyur dengan air dan langsung dicuci menggunakan sabun, pada saat membilas dengan air sambil digosok dengan tangan sehingga tidak terasa sabun lagi. Peralatan makan tiddak dicuci dengan air mengalir, tetapi hanya memakai dua ember kecil, satu ember berisi air sabun dan ember satunya lagi merupakan pembilasan sehingga pembilasan hanya dilakukan satu kali.tidak dilakukan desinfeksi (menggunakan klor atau direndam dengan air panas) dan menggunakan air sumur untuk pencuciannya. Teknik pengeringannya tidak menggunakan rak pengering tetapi hanya diletakkan tidak terbalik dan ditumpuk di atas meja.peralatan makan dilap dengan kain lap sebelum digunakan. Sedangkan dalam teknik penyimpanannya peralatan makan tidak disimpan dalam keadaan kering dan masih basah sehingga kotoran atau debu akan mudah mengkontaminasi alat makan tersebut. Rak penyimpanannya tidak ada dan hanya diletakkan diatas meja, terbuka dan tidak terlindung baik dari sumber pencemar maupun hewan pengerat. Angka kuman pecel lele D memiliki nilai sanitasi paling rendah dan memiliki angka kuman paling tinggi karena pada pembilasanya hanya dilakukan satu kali pembilasan sehingga kemungkinan angka kuman alat makan menjadi tinggi. Upaya pencucian peralatan makan dan masak pada dasarnya perlu diperhatikan prinsip pencucian antara lain : 1. Tersedianya sarana pencucian Sarana pencucian yang paling penting adalah urutan pencucian dengan paling sedikit 3 (tiga) bagian antara lain : a) Bagian untuk pencucian b) Bagian untuk pembersihan c) Bagian untuk desinfeksi Selain sarana pencucian di atas, perlu dilengkapi dengan sarana pokok lainnya yaitu: air yang cukup, zat pembersih (detergent) dan zat desinfeksi. 125

2. Teknik pencucian Teknik pencucian yang benar akan memberikan hasil akhir pencucian yang sehat dan aman. Untuk itu dalam pencucian alat makan diperlukan langkah-langkah sebagai berikut (dirjen PPM dan PLP, 1999): a) Scraping b) Flusing c) Washing d) Rinsing e) Sanitizing/disinfection 3. Pengeringan Alat Makan Cara pengeringan alat makan yaitu : a) Alamiah b) Diletakkan dalam rak makan c) Towelling d) Menggunakan mesin pengering 4. Penyimpanan Alat Makan 3. Coliform pada Air Bersih Air bersih yang diambil merupakan air yang digunakan untuk mencuci alat makan.dari tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah koloni pada air bersih di pecel lele A, B, C, dan D ternyata berbeda. Jumlah koloni air bersih pada pecel lele A sebesar 27 koloni/cm², pecel lele B 5 koloni/cm² dan pecel lele C 19 koloni/cm², ketiga tempat pecel lele tersebut jumlah koloninya masih dibawah standar yaitu 100 koloni/cm². Sedangkan pada pecel lele D memiliki jumlah koloni lebih dari 1898 koloni/cm², sehinggga melebihi standar yang telah ditentukan. Dapat dilihat juga pada pecel lele D memiliki nilai sanitasi paling rendah dan jumlah angka kuman paling tinggi.hal ini disebabkan karena kondisi fisik sumber air bersih (sumur) yang tidak diplester dan becek, sehingga kemungkinan air dapat meresap masuk kembali ke dalam sumur menjadikan air sumur tercemar. Hubungan Sanitasi Alat Makan Piring dengan Angka Kuman pada Peralatan Makan Pecel Lele di Tambakbayan Babarsari Sleman KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan sanitasi alat makan piring dengan angka kuman pada peralatan makan pecel lele di Tambakbayan Babarsari Sleman yang dilakssanakan pada tanggal 8 13 Februari 2011 degan metode cross sectional dan hasilnya dianalisa dengan korelasi product momentdan hasilnya dianalisa dengan korelasi product moment dengan taraf signifikansi 5 % dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Angka kuman tertinggi pada piring pecel lele D sebesar 5476,67 ( koloni/cm²) dan angka kuman terendah terdapat pada pecel lele A sebesar 2903,34 ( koloni/cm²) 2. Jumlah MPN Coliform pada air bersih tertinggi pada pecel lele D sebesar 1898 koloni/ cm² dan melebihi standar yang telah ditentukan sebesar 100 koloni/ cm², sedangkan pecel lele A, B dan C jumlah koloni tidak melebihi standar yang telah ditentukan. 3. Nilai sanitasi alat makan piring di pecel lele sebesar A = 10, B = 5, C = 6, D = 5. Yang berkriteria sedang sebanyak 2 tempat dan yang berkriteria rendah dua tempat. SARAN 1. Bagi pemilik pecel lele diharapkan melakukan desinfeksi setelah proses pencucian dengan menambah bak pencucian. 2. Diharapkan menggunakan air mengalir dan tersedia cukup banyak sehingga air yang digunakan untuk membilas tidak kotor. 3. Diharapkan para pemilik pecel lele menyediakan rak penyimpanan dan pengeringan yang tertutup sehingga tidak terkontaminasi baik dari 126

Novita Sekarwati, Eva Runi Kristiani sumber pencemar maupun hewan pengerat. DAFTAR PUSTAKA Anwar. H, dkk, 1987, Sanitasi Makanan dan Minuman, Pusdiknakes, Jakarta Depkes RI, 1990, Petunjuk Singkatan Penyehatan Makanan bagi Pengusaha dan Masyarakat, Jakarta. Dwijo Saputro, 1987, Sanitasi Makanan dan Minuman Pada Institusi Pendidikan Sanitasi, Pusdiknakes, Jakarta. Djoko Kirmanto, Lies, 2008, Higiene Sanitasi Makanan, Departemen Pekerjaan Umum, RI Kemenkes RI, 1992, Cara Poduksi Kosmetika Yang Baik, Jakarta Menkes RI, 2003, Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran, Departemen Kesehatan RI. 127