halnya lansia yang bekerja di sektor formal. Hal ini menyebabkan semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh lanjut usia terlantar.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada

BAB I PENDAHULUAN. jalan maupun di berbagai tempat umum. Padahal dalam Pasal 34 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yakni melindungi

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Proses modernisasi menyisakan problematika yang tidak kunjung usai,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III DESKRIPSI PENELANTARAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA MENURUT UU NO.23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia populasi lanjut usia juga mengalami peningkatan (Tanaya, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, dan sekaligus menambah jumlah penduduk usia lanjut. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. upaya memperbaiki taraf hidupnya.

UU 13/1998, KESEJAHTERAAN LANJUT USIA. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 13 TAHUN 1998 (13/1998) Tanggal: 30 NOPEMBER 1998 (JAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. alami yang dialami oleh semua makhluk hidup. Di Indonesia, hal-hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Populution ageing telah menjadi isu demografi yang sangat penting pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses menua adalah sebuah proses yang mengubah orang dewasa sehat menjadi

Penerapan Manajemen Pelayanan Inklusif Abstrak

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah mengenai kependudukan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan

KEBIJAKAN PROGRAM LANSIA

PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fase dimana anak mengalami tumbuh kembang yang

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB 1 PENDAHULUAN. orang didunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan pada

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial masyarakat yang memiliki harkat dan martabat, dimana setiap

BAB I PENDAHULUAN. Anak jalanan merupakan salah satu fenomena sosial di perkotaan yang

I. PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak semua manusia, baik kaya, msikin, tua, maupun muda.

BAB 1 : PENDAHULUAN. berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tiga kali

BAB I PENDAHULUAN. (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (selanjutnya disingkat lansia) merupakan segmen populasi yang

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yakni melindungi

BAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

BAB I PENDAHULUAN. tengah masyarakat, khususnya di negara negara berkembang. Masalah

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan. martabat kemanusiaan (Sinegar, UUD 1945: 31).

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam

FENOMENA ANAK JALANAN DI INDONESIA DAN PENDEKATAN SOLUSINYA Oleh : Budi H. Pirngadi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Negara Republik Indonesia adalah: melindungi segenap bangsa

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AGAMA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan. masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SKRIPSI. Oleh : MEIDINAR RAGIL PAWENING NPM :

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

K bi b j i a j ka k n n K h K u h s u us u Lans n ia

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan oleh suatu negara pada

B. Tujuan Umum : Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan terhadap usia lanjut dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. atas yang mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Sebelumnya istilah Disabilitas. disebagian masyarakat Indonesia berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang melimpah. Sumber daya ini harus dapat

EFEKTIVITAS DAN KENYAMANAN TRANCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DALAM MENGURANGI NYERI KRONIK MUSKULOSKELETAL PADA USIA LANJUT

BAB I PENDAHULUAN. keadaan dimana masyarakatnya sentosa dan makmur serta berkecukupan, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja yang mampu menyerapnya. Masalah pengangguran

BAB I PENDAHULUAN. Penyandang cacat tubuh pada dasarnya sama dengan manusia normal lainnya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri dan dapat melaksanakan fungsi sosialnya yang dapat

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diiringi dengan meningkatnya jumlah dan persentase penduduk Lanjut Usia

MENGIMPLEMENTASIKAN UPAYA KESEHATAN JIWA YANG TERINTEGRASI, KOMPREHENSIF,

BAB I PENDAHULUAN. mulus sehingga tidak menimbulkan ketidakmampuan atau dapat terjadi sangat nyata

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kebijakan dan Program Pelayanan Sosial Lansia, Departemen Sosial RI, Direktorat Jenderal Pelayanan dan

BAB I PENDAHULUAN. jalanan. Pasal 34 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi Fakir miskin dan anak-anak

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN diprediksikan mencapai jiwa atau 11,34%. Pada tahun terjadi peningkatan mencapai kurang lebih 19 juta jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. dilahirkan mempunyai hak yang sama tanpa terkecuali. Kehidupan manusia

I. PENDAHULUAN. ekonomi merosot hingga minus 20% mengakibatkan turunnya berbagai. jumlah masyarakat penyandang masalah sosial di daerah perkotaan.

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun terbagi kepulauan-kepulauan, dan suku bangsa tanpa perbedaan. 1 Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur ditempatkan sebagai sector vital dalam proses mencapai

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Tentunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penitipan orang tua ke panti jompo menjadi alternatif pilihan

FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

STRATEGI DINAS PENGELOLAAN PASAR KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR BAMBU KUNING TRANSKRIP HASIL WAWANCARA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

Menuju Lanjut Usia Aktif Sebagai Aset Bangsa yang Efektif

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset dan generasi penerus bagi keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. keadaan bangsa mendatang tergantung dari usaha yang dilakukan bangsa tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah kelompok lanjut usia (usia 60 tahun menurut Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

Transkripsi:

digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan sosial merupakan suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan hidup yang layak bagi masyarakat, sehingga mampu mengembangkan diri dan dapat melaksanakan fungsi sosialnya yang dapat dilakukan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial (UU No 11 Tahun 2009 pasal 1 dan 2). Dalam hal ini Pemerintah bertugas mengarahkan, membimbing, dan menciptakan suasana yang menunjang bagi terlaksananya upaya peningkatan kesejahteraan. Indonesia merupakan bagian dari Negara kesejahteraan (welfare state). Pembangunan kesejahteraan sosial ini menjadi bagian tak terpisahkandari pembangunan nasional dimana pembangunan kesejahteraan sosialberperan aktif dalam meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia. Hal inikarena pada prinsipnya konstruksi pembangunan kesejahteraan sosial terdiriatas serangkaian aktivitas yang direncanakan untuk memajukan kondisikehidupan manusia melalui koordinasi dan keterpaduan antara pemerintah,pemerintah daerah dan masyarakat dalam upaya penyelenggaraankesejahteraan sosial dalam mengatasi permasalahan lansia terlantar. Sebagai Negara kesejahteraan, maka Indonesia memiliki kewajiban untuk memberikan perlindungan sosial kepada kelompok rentan dalam hal ini lanjut usia terlantar sehingga dapat mempertahankan kondisi kesejahteraan lansia dalam rangka mendukung terwujudnya kesejahteraan sosial bagi lanjut usia. Lansia terlantar memiliki hak memperoleh kesejahteraan sosial. Meskipun mereka merupakan kelompok yang masih termarginalkan dan dianggap sudah tidak produktif lagi, namun sebagian dari mereka masih ada yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga, menjaga kesehatan dan mengisi waktu luang dengan beraktifitas baik dirumah, di kegiatan masyarakat maupun di kegiatan produktif. Sebagian lansia bekerja di sektor pertanian, karena pendidikan yang dimiliki oleh lansia relatif rendah. Berdasarkan data Depsos RI (2009) sekitar 65,7 % penduduk lansia di Indonesia tidak tamat SD atau tak pernah sekolah sama sekali. Akibatnya banyak lansia yang bekerja di sektor informal, tidak memiliki jaminan perlindungan sosial seperti 1

digilib.uns.ac.id 2 halnya lansia yang bekerja di sektor formal. Hal ini menyebabkan semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh lanjut usia terlantar. Kelompok lansia termasuk yang kelompok yang rentan terhadap berbagai masalah psikososial dan rawan kesehatan, khususnya terhadap kemungkinan jatuh sakit dan ancaman kematian. Lansia menghadapai berbagai masalah yang berkaitan dengan proses menua yang dialaminya. Jenis penyakit yang diderita lansia pada umumnya merupakan penyakit degeneratif yang bersifat kronis dan kompleks yang membutuhkan biaya relatif tinggi untuk perawatannya (Almatsier,2006). Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (2002) menunjukkan bahwa penyakit yang diderita lansia di Indonesia bermacam-macam mulai dari hipertensi sebanyak (42,9%), penyakit sendi (39,6%), anemia (46,3%), dan penyakit jantung dan pembuluh darah (10,7%). Lansia yang mengalami keterbatasan fungsi tubuh sekitar 88,9% dan keterbatasan partisipasi sekitar 43,4% (Depkes RI, 2002:40). Lansia memiliki hak untuk memperoleh kehidupan yang wajar guna meningkatkan kualitas kesejahteraan hidup mereka. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 2 yang berbunyi: Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Oleh karena itu dalam pelaksanaan suatu kebijakan pemerintah perlu dicegah adanya perlakuan yang dapat merugikan bagi lansia. Selanjutnya dalam UUD 1945 pasal 28 I ayat 2 yang isinya bahwa Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. Hal ini menandakan bahwa lansia mempunyai harkat, martabat dan kedudukan yang sama di dalam masyarakat dan suatu negara. Kesempatan untuk mendapatkan kesamaan kedudukan, hak, dan kewajiban bagi lansia dapat diwujudkan jika tersedia kemudahan-kemudahan bagi lansia untuk meningkatkan taraf hidupnya.kemudahan-kemudahan yang diberikan dapat bersifat fisik maupun non fisik, antara lain penyediaan sarana dan prasarana umum yang mendukung serta penyediaan informasi yang diperlukan oleh lansia. Dengan kesamaan kesempatan bagi lansia dalam segala aspek kehidupan terutama dalam memperoleh pelayanan kesejahteraan sosial akan mendorong terwujudnya peningkatan kesejahteraan bagi kehidupan mereka.

digilib.uns.ac.id 3 Sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial kaum Lansia, maka pemerintah menindaklanjuti dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang isinya menjelaskan bahwa upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia diarahkan agar lanjut usia tetap dapat diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan fungsi, kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia, dan kondisi fisiknya, serta terselenggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial lanjut usia. Dengan demikian akan mampu meningkatkan kesejahteraan dan memberikan ruang bagi lansia untuk menjalani kehidupannya dengan wajar di masyarakat. Kota Surakarta merupakansalah satu kota besar di Jawa Tengah yang juga tidak terlepas dari permasalahan Lansia. Di Kota Surakarta telah terjadi pergeseran nilai-nilai sosial yang ditujukan bagi kaum lansia. Pandangan masyarakat Kota Surakarta yang dulunya menganggap lansia sebagai orang yang harus dihormati dan dihargai, namun sebaliknya seiring masuknya budaya luar menyebabkan banyak keluarga yang tidak peduli dengan anggota keluarganya yang sudah usianya lanjut. Sehingga keluarga tega menelantarkan lansia dalam keluarganya. Hal inilah yang mendorong berkembangnya fenomena lansia terlantar di Kota Surakarta Tabel 1. 1 Kasus Lansiadi Kota Surakarta Dalan Kurun Waktu Tahun 2011-2013 Jenis Kasus Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 (1) (2) (3) (4) Lansia terlantar 748 745 793 Lanjut usia tindak 12 14 8 kekerasan Sumber data : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta. (2013) Berdasar tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah lanjut usia terlantar di Kota Surakarta senantiasa mengalami perubahan. Jumlah tersebut mencakup Lansia terlantar yang diperoleh dari hasil razia petugas Dinsosnakertrans Kota Surakarta di jalanan bekerjasama dengan petugas dari Dinas lain seperti Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol- PP) dan petugas kepolisian setempat dan pendataan lanjut usia terlantar yang tinggal di rumah. Lansia juga mengalami tindak kekerasan. Dari tabel diatas, menunjukkan kasus

digilib.uns.ac.id 4 kekerasan yang berhasil dihimpun dan dilaporkan kepada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta, namun demikian masih banyak kasus kekerasan kepada lansia yang belum dilaporkan. Bahkan fakta di lapangan menunjukkan bahwa ada keluarga yang sengaja menyuruh angota keluarga mereka yang usianya lanjut untuk bekerja mencari uang, sebagaimana diungkapkan oleh Kabid Rehabilitasi Sosial Dinsosnakertrans Kota Surakarta. Dibandingkan dengan daerah lain, seperti yang diberitakan oleh Harian Republika dikatakan bahwa jumlah lanjut usia terlantar di kabupaten Bantul yakni sebanyak 6.083 jiwa (2011), di Kabupaten Sleman sebanyak 5.536 jiwa (2011), dan di kota Yogyakarta mencapai 1.852 jiwa (2011). Dibandingkan dengan daerah tersebut, jumlah lanjut usia terlantar di Kota Surakarta masih terbilang lebih sedikit. Namun dengan munculnya permasalahan lansia terlantar di beberapa daerah menandakan bahwa masih belum terjaminnya hidup lansia sehingga kondisi kesejahteraan sosial lansia terganggu. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa tindakan penelantaran terhadap lansia tidak hanya terjadi di Kota Surakarta melainkan juga dialami oleh negara lain seperti yang terjadi di Amerika, dimana hasil penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa lebih dari 500,000 penduduk yang berumur 60 tahun ke atas mendapat perlakuan penyiksaan atau tindakan penelantaran (Center, 2011). Hanya saja, kejadian mengenai tindak kekerasan terhadap lanjut usia masih banyak yang belum dilaporkan. Center (2011) menyebutkan juga bahwa sebanyak empat kali kejadian tindak kejahatan, penelantaran, atau penelantaran diri sendiri tidak pernah dilaporkan.sehingga diestimasi sebanyak 2 juta lanjut usia di Amerika mengalami tindak kekerasan per tahun. Dari 90 persen kasus tindak kekerasan, pelakunya adalah anggota keluarga dan paling banyak dilakukan oleh anak-anaknya yang dewasa atau pasangan dari lanjut usia tersebut. Menurut Komnas Lansia (2006), sejumlah permasalahan yang muncul terkait dengan keberadaan lanjut usia antara lain masalah yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan fisik yaitu yang berkaitan dengan kesehatan, dimana para lanjut usia tersebut kurang memahami arti pentingnya kesehatan baik pada waktu sehat maupun pada waktu sakit, dan apabila mengalami sakit tidak adanya kemampuan untuk melakukan pengobatan.masalah yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan sosial yaitu bahwa para lanjut usia merasakan atau menyadari commit keberadaannya to user ditengah-tengah masyarakat

digilib.uns.ac.id 5 sudah tidak diperlukan lagi maka seringkali diabaikan oleh orang lain.masalah yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi yaitu sebagian besar para lanjut usia itu sudah tidak bekerja, sehingga mereka kurang mampumemenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik, pada umumnya merekamenggantungkan hidupnya kepada anakanaknya atau saudaranya. Dengan adanya beragam permasalahan yang dialami oleh lansia diatas, perlu adanya upaya untuk menjaga kondisi kesejahteraan sosial lansia agar dapat terlindungi dari berbagai macam tindakan kekerasan atau penelantaran sehingga mereka dapat menjalankan fungsi sosialnya secara wajardala masyarakat, serta menikmati hari tuanya dengan rasa bahagia. Hal tersebut perlu diingat bahwa lansia merupakan bagian dari masyarakat dan warga negara yang berhak memperoleh penghidupan yang layak. Sebagai wujud komitmen pemerintah daerah dalam meningkatkan kesejahteraan lansia, maka pemerintah Kota Surakarta melalui Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta mengimplementasikan perlindungan sosial yang ditujukan kepada lanjut usia terlantar. Perlindungan sosial lansia bertujuan untuk membantu mempertahankan kondisi kesejahteraan lanjut usia terlantar di Kota Surakarta. Dengan demikian lanjut usia terlantar dapat menjalankan kehidupannya dengan wajar sebagaiamana fungsinya dalam masyarakat. Namun demikian, sejauh ini implementasi perlindungan sosial lansia di Indonesia masih belum berjalan maksimal. Hal ini terlihat dari hasil penelitian tentang Pelayanan Lanjut Usia di UPTD Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Kota Samarinda., dimana program pelayanan sosial seperti pembinaan, pelayanan, penyantunan dan pemberian kesejahteraan sosial kepada lanjut usia terlantar/diterlantarkan belum berjalan dengan maksimal karena dalam pelaksanaannya masih ditemui beberapa hambatan baik dari segi sumber daya kualitas dan kuantitas SDM yang masih terbatas serta masih belum memadai fasilitas dan sarana prasarana pelayanan sosial bagi lanjut usia terlantar. Sebagaimana penelitian dilakukan oleh William K.M. Lee terhadap program perlindungan sosial yang ditujukan bagi kelompok lansia di Singapura. Dalam penelitian tersebut Lee menemukan bahwa orang usia lanjut banyak yang terjerumus kedalam jurang kemiskinan. Hal ini disebabkan karena kebijakan jaminan sosial yang ada saat ini tidak memberikan cukup perlindungan sosial. Program jaminan sosial dan

digilib.uns.ac.id 6 program bantuan publik masih sangat terbatas. Meskipun sudah ada jaminan pensiun, tetapi hanya terbatas pada lansia tertentu yang memiliki pekerjaan tetap saja namun belum mencakup keseluruhan lansia di Singapura. Pemerintah telah mengamanatkan kepada pemerintah daerah dalam mengimplementasikan perlindungan sosial kepada lansia terlantar, seperti halnya di Kota Surabaya dimana Pemerintah Surabaya telah mengeluarkan peraturan yang mengatur hak-hak dan kebutuhan kaum lansia dengan menetapkan Perda Nomor 5 Tahun 2007 tentang Meningkatkan Kesejahteran Lanjut Usia (http://dinsos.jatimprov.go.id/). Dengan adanya Perda lansia tersebut hak-hak dan kebutuhan lansia di Surabaya dapat terpenuhi sehingga dapat meningkatkan kondisi kesejahteraan mereka. Namun sebaliknya Kota Surakarta sendiri sampai sekarang belum memiliki Peraturan Daerah yang secara khusus mengatur tentang hak-hak dan kebutuhan kelompok lansia. Kondisi ini menyebabkan pembangunan kesejahteraan sosial kepada lanjut usia terlantar selama ini hanya dilakukan sebatas pada jargon dan belum terintegrasi dengan strategi pembangunan kesejahteraan sosial. Permasalahan kasus kekerasan dan tindak penelantaran yang dialami oleh lansia sangat penting untuk diperhatikan. Akan tetapi sejauh ini, pelaksanaan Undang-Undang No 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Sosial Lansia, yang seharusnya digunakan sebagai pedoman pemerintah untuk dalam memberikan pelayanan dan perlindungan bagi lansia dari tindak penelantaran, ternyata masih belum mampu mengatasi persoalan yang dihadapi oleh lanjut usia terlantar di Kota Surakarta. Melihat betapa pentingnya perlindungan sosial bagi lanjut usia, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana perlindungan sosial yang diberikan kepada lansia terlantar di Kota Surakarta. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis implementasi perlindungan sosial lanjut usia oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta. B. Rumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka dapatdirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimanakah proses implementasi perlindungan sosial lansia oleh Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta?

digilib.uns.ac.id 7 2. Faktor faktor apa sajakah yang mempengaruhi proses implementasi perlindungan sosial lansia oleh Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Operasional a. Untuk menganalisis proses implementasi perlindungan sosial lansia oleh Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta b. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses implementasi perlindungan sosial lansia oleh Dinsosnakertrans Kota Surakarta 2. Tujuan Individu Penelitian ini dilaksanakan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Administrasi Publik, Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis : Hasil penelitian dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, bagi pembaca maupun Dinsosnakertrans Kota Surakarta, baik sebagai pengetahuan, masukan dan bahan pertimbangan dalam melaksanakan aktivitas yang berhubungan dengan perlindungan sosial kepada lanjut usia. 2. Manfaat Akademis : Penelitian ini diharapkan dapat menjadi nilai tambah bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kebijakan publik khususnya mengenai Perlindungan Sosial kepada Lanjut Usia. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan tambahan wawasan bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian yang sejenis.