PROGRAM COREMAP DINILAI TAK EFEKTIF MASYARAKAT NELAYAN TIDAK DILIBATKAN DALAM MENENTUKAN BENTUK PENGELOLAAN KONSERVASI PESISIR.

dokumen-dokumen yang mirip
COREMAP I: MEMBANGKITKAN GELORA SELAMATKAN TERUMBU KARANG

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK PENDAHULUAN. Penetapan Daerah Perlindungan Laut (DPL) ini tujuan untuk melindungi

Peningkatan kapasitas Pertumbuhan ekonomi Kelestarian lingkungan Perubahan iklim

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127/KEPMEN-KP/2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR


KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128/KEPMEN-KP/2015 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

AN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PERMEN-KP/2015 TENTANG KEMITRAAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

Peraturan...

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas terdiri dari

EVALUASI PROGRAM KONSERVASI COREMAP BERHUTANG, BOCOR, DAN TIDAK MENYEJAHTERAKAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RENCANA STRATEGIK DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2010

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

2) faktor-faktor yang terkait dengan peranan Indonesia di dalam kerjasama multilateral CTI-CFF adalah faktor geografis dan ketahanan pangan. Jadi sela

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.31/MEN/2012 TENTANG

Ir. Agus Dermawan, MSi -DIREKTUR KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT-

PEDOMAN BANTUAN BEASISWA PENYUSUNAN TESIS DAN DISERTASI COREMAP-CTI TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PERMEN-KP/2014 TENTANG

DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN PINTU KOTA KECAMATAN LEMBEH SELATAN KOTA BITUNG

PROGRESS COREMAP II CORAL REEF REHABILITATION AND MANAGEMENT PROGRAM

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH (KKLD) KABUPATEN WAKATOBI MILAWATI ODE, S.KEL

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DIREKTORAT KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.52/MEN/2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG PEMBIAYAAN PROYEK MELALUI PENERBITAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2009 TENTANG

Panduan Pengumpulan Data Kualitatif Pengelolaan dan Kegiatan COREMAP di tingkat Kabupaten dan Lokasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Nama WAKATOBI diambil dengan merangkum nama. ngi- wangi, Kaledupa. dan Binongko

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa karena keanekaragaman hayati dan agroekosistem Indonesia

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.38/MEN/2004 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN TERUMBU KARANG MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 39/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN MAWALI KECAMATAN LEMBEH UTARA KOTA BITUNG

POTENSI PERIKANAN TANGKAP DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH (KKPD) KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU, INDONESIA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VOLUNTARY NATIONAL REVIEW (VNR) TPB/SDGs TAHUN 2017 TUJUAN 14 EKOSISTEM LAUTAN

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

I. PENDAHULUAN. keterbelakangan ekonomi, yang lebih dikenal dengan istilah kemiskinan, maka

BAB I PENDAHULUAN. mangrove di Indonesia mencapai 75% dari total mangrove di Asia Tenggara, seperti

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KATA PENGANTAR. Pekanbaru, Oktober Penulis

RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA

REVITALISASI KEHUTANAN

SINERGI PEMBANGUNAN ANTAR SEKTOR DALAM PENGELOLAAN TERUMBU KARANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60/KEPMEN-KP/SJ/2017 TENTANG

2017, No Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

CATATAN KRITIS PERTEMUAN PARA AHLI DAN PIHAK TERKAIT KKPD KABUPATEN BERAU

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RENCANA STRATEGIS BALAI RISET DAN OBSERVASI KELAUTAN

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI LINGKUP KEMENTERIAN PERTANIAN TRIWULAN III TA.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016 HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KONSEP EKOSISTEM D AN SIKAP SISWA TERHAD AP KONSERVASI TERUMBU KARANG D I SMK NEGERI KELAUTAN D AN PERIKANAN GARUT

IMPLEMENTASI COREMAP DI KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN :

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN MOTTO KECAMATAN LEMBEH UTARA KOTA BITUNG

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kedua di dunia setelah Kanada, sehingga 2/3 luas wilayah Indonesia merupakan. untuk menuju Indonesia yang lebih maju dan sejahtera.

: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG PEMBIAYAAN PROYEK MELALUI PENERBITAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

POTRET KEBIJAKAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Oleh: Rony Megawanto

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA NASIONAL PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERINTAHAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. negara Indonesia menyebabkan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

- 2 - MEMUTUSKAN. 12. Kemitraan.../3 AZIZ/2016/PERATURAN/KEMITRAAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

2008, No Mengingat : 1. c. bahwa pembentukan Kabupaten Pulau Morotai bertujuan untuk meningkatkan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan,

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

a. Pelaksanaan dan koordinasi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dalam wilayah kewenangan kabupaten.

Dengan Jumlah Hutang Paling Memprihatinkan

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Mengenai Pasar Modal Indonesia. Bursa Efek merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan

IMPLEMENTASI COREMAP DI KABUPATEN BIAK NUMFOR :

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

Transkripsi:

PROGRAM COREMAP DINILAI TAK EFEKTIF MASYARAKAT NELAYAN TIDAK DILIBATKAN DALAM MENENTUKAN BENTUK PENGELOLAAN KONSERVASI PESISIR. (dok/antara) Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) menganggap program rehabilitasi dan pengelolaan terumbu karang bertajuk Coral Reef Rehabilitation and Management Program (COREMAP) tidak efektif. Padahal, dana program itu berasal dari utang yang membebani rakyat. Pada periode 2004-2011, total anggaran COREMAP mencapai lebih dari Rp1,3 triliun, di antaranya berupa utang luar negeri dari Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia. Dalam pelaksanaannya, program konservasi terumbu karang ini justru berjalan tidak efektif atau gagal dan rawan kebocoran dana, kata Abdul Halim, Sekretaris Jenderal Kiara, Jumat (3/5), di Jakarta. Ketidakefektifan dan kegagalan itu didasarkan pada laporan yang dikeluarkan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengenai hasil pelaksanaan COREMAP selama ini. Dalam laporan itu setidaknya ada enam catatan, di antaranya desain dan pelaksanaan kegiatan pengelolaan terumbu karang yang dilakukan COREMAP belum seluruhnya sesuai dengan desain yang benar-benar dibutuhkan masyarakat pesisir. Desain dan pelaksanaan kegiatan itu termasuk mata pencarian alternatif, dana bergulir, serta pembangunan dan pemanfaatan prasarana sosial.

Kondisi biofisik yang meliputi terumbu karang dan tutupan karang hidup yang dibandingkan dengan kondisi setelah program/end of Program (EoP) tidak mengalami perubahan signifikan. Bahkan, kondisinya cenderung menurun dibandingkan kondisi awal. Pelaksanaan COREMAP pada beberapa kabupaten juga tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap peningkatan kelestarian terumbu karang dan kondisi sosial ekonomi masyarakat di wilayah pelaksanaan COREMAP. Sementara itu, pengelolaan dana bergulir tidak berdasarkan prinsip akuntabilitas dan pertanggungjawaban yang semestinya. Di sisi lain, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan atas penggunaan dan pelaporan dana bergulir i tidak dapat dipakai sebagai ukuran atas pencapaian program itu, dan penggunaan serta pelaporan dana bergulir tidak efektif dan tidak optimal. Kiara pada Tahun 2009 juga mendapati fakta di Kabupaten Wakatobi bahwa program konservasi terumbu karang itu membatasi akses nelayan tradisional, dan mengabaikan kearifan lokal dalam mengelola serta memanfaatkan sumber daya laut, kata Abdul Halim. Menurutnya, sejak perencanaannya masyarakat nelayan tidak dilibatkan dalam menentukan bentuk pengelolaan konservasi wilayah pesisir. Ironisnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) malah ingin melanjutkan proyek COREMAP ke-3 periode 2014-2019 dengan kembali menambah utang konservasi baru sebesar US$ 80 juta dari Bank Dunia dan ADB. Oleh karena itu, Sabtu (4/5), Kiara melayangkan surat kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dalam surat itu mereka mendesak presiden menghentikan program konservasi berbasis utang yang merugikan keuangan negara, tidak tepat sasaran, didapati banyak manipulasi pelaksanaan program, dan pelanggaran lain yang terdapat pada laporan BPK. Desakan itu dilakukan karena COREMAP tahap III akan dilakukan pada 2013 ini. Tutupan Karang Dalam halaman situs coremap.or.id dijelaskan, program COREMAP merupakan singkatan dari Coral Reef Rehabilitation and Management Program, atau Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang.

Kegiatan ini merupakan program jangka panjang yang diprakarsai pemerintah Indonesia dengan tujuan melindungi, merehabilitasi, dan mengelola pemanfaatan secara lestari terumbu karang serta ekosistem terkait di Indonesia. Program ini diharapkan akan menunjang kesejahteraan masyarakat pesisir. Ada tiga tahapan dalam program COREMAP di Indonesia, selama 15 tahun, mulai dari 1998. Tahap I adalah tahap Inisiasi yang dilakukan pada 1998-2004. Tahap I ini akan dilakukan kegiatan menetapkan landasan kerangka kerja sistem nasional terumbu karang. Tahap II merupakan tahap desentralisasi dan akselerasi pada 2004-2009. Tahap II itu untuk menetapkan sistem pengelolaan terumbu karang yang andal di daerah-daerah prioritas. Tahap III yaitu pelembagaan dilakukan pada 2010-2015. Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K) Kementerian Kelautan dan Perikanan, Sudirman Saad menyatakan, kelanjutan program COREMAP tidak terlepas dari penilaian tim independen, termasuk Bank Dunia, yang menunjukkan pengelolaan terumbu karang melalui program COREMAP itu dinilai sangat baik. Sudirman menegaskan, penilaian itu juga tidak terlepas dari acuan monitoring yang dilakukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Secara umum indikator biofisik yang dicapai program COREMAP yang telah mencapai tahap kedua meningkat. Penilaian ini sesuai data Laporan Hasil Pemeriksaan Kinerja Terinci BPK 2012 sejalan dengan data CRITC LIPI yang menyatakan, terjadi peningkatan tutupan karang hidup sebesar 71 persen, sedangkan di Daerah Perlindungan Laut (DPL) terjadi peningkatan 57 persen. Untuk populasi ikan karang, rata-rata meningkat 3 persen di setiap lokasi. Sumber : Sinar Harapan, 06 Mei 2013 Catatan: COREMAP pada awalnya direncanakan untuk 15 tahun, yang terdiri dari tiga tahap, yang berturut-turut mempunyai tujuan sebagai berikut: Tahap I, Tahap Inisiasi (1998 2001): untuk menetapkan landasan kerangka kerja sistem nasional terumbu karang; Tahap II, Tahap Akselerasi (2001 2007): untuk menetapkan sistem pengelolaan terumbu karang yang andal di daerah-daerah prioritas;

Tahap III, Tahap Pelembagaan (2007 2013): untuk menetapkan sistem pengelolaan terumbu karang yang andal dan operasional, dengan pelaksanaan terdesentralisasi, dan telah melembaga. Setelah COREMAP dimulai kemudian terjadi perubahan besar dalam tata pemerintahan di Indonesia, dimana pemerintahan yang sebelumnya mempunyai kewenangan yang sangat sentralistik menjadi desentralisasi. Sebagai akibatnya, implementasi program juga harus disesuaikan, dengan perubahan pentahapan sebagai berikut: - Tahap I, Tahap Inisiasi (1998 2004); - Tahap II, Tahap Desentralisasi dan Akselerasi (2004 2009) - Tahap III, Tahap Pelembagaan (2010 2015). Visi Program Apa yang diharapkan setelah program ini berakhir: Kekayaan terumbu karang dan ekosistem terkait dapat dilestarikan; Masyarakat pesisir mencapai keseimbangan antara lingkungan hidup dan kesejahteraan mereka; Masyarakat pesisir telah berdaya untuk melindungi sendiri lingkungan mereka; Masyarakat pesisir tidak lagi terasing dari pembangunan; Kesadaran dan perilaku masyarakat semakin baik terhadap terumbu karang; Orang luar dapat menghargai apa yang telah dilakukan masyarakat untuk melindungi terumbu karang; Terciptanya pendekatan kerjasama dan partisipasi antara masyarakat, LSM, dan Pemerintah, untuk mencapai tujuan bersama; Perilaku destruktif (seperti pemboman) telah merupakan masa lalu; Nelayan telah dapat memanen ikan tak jauh dari pantai, tak perlu lagi berlayar jauh untuk itu; Anak-anak dapat bermain di pantai yang indah. Pendanaan COREMAP didanai oleh Pemerintah Indonesia dengan mendapat dukungan dari beberapa donor yakni: World Bank, Asia Development Bank, dan AusAID (Australia Agency for International Development). Yang terakhir ini terlibat hanya dalam COREMAP Tahap I saja. Lembaga Pelaksana (Executing Agency) untuk COREMAP Tahap I adalah LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Dengan didirikannya departemen baru Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) tahun 1999, Lembaga Pelaksana untuk COREMAP Tahap II dialihkan ke departemen yang baru ini. Meskipun demikian, LIPI tetap merupakan bagian dari Program ini, yang kegiatannya lebih difokuskan pada bidang Informasi Ilmiah dan Pelatihan (CRITC) serta pendidikan.dalam implementasi program, Lembaga Pelaksana bekerjasama erat dengan lembaga-lembaga pemerintah terkait, baik di Pusat maupun di Daerah. Kerjasama dengan LSM dan masyarakat lokal juga dikembangkan. Sejarah Ide awal yang mencetuskan gagasan Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang bermula dari keprihatinan para peneliti kelautan Indonesia akan nasib terumbu karang yang kondisinya makin memburuk

Pada tahun 1980-an Indonesia ikut terlibat dalam Program ASEAN-Australia, Living Coastal Resources, untuk memantau dan mengevaluasi sumberdaya laut di Asia Tenggara. Survei pendahuluan yang dilakukan oleh para peneliti Indonesia tahun 1984 mencuatkan fakta yang sangat mengkhawatirkan, yang menunjukkan kondisi terumbu karang di Indonesia yang dalam keadaan baik tinggal sekitar 5 %, lumayan 29 %, buruk 25 %, dan sangat buruk 40 %. Temuan ini mengejutkan banyak orang termasuk para pengambil keputusan di negeri ini, yang kemudian menimbulkan kesadaran akan perlunya diambil tindakantindakan untuk melindungi dan melestarikan ekositem yang sangat berharga ini. Dengan dorongan kuat dari Badan Perancang Pembangunan Nasional (BAPPENAS), penelitian-penelitian terumbu karang mulai ditingkatkan dengan melibatkan 10 universitas dari berbagai propinsi di Indonesia, yang kemudian hari membentuk simpul-simpul yang menuju ke pembangunan jejaring informasi terumbu karang yang merupakan cikal bakal bagi dikembangkannya CRITC (Coral Reef Information and Training Centre). Telah disadari bahwa untuk melindungi dan mengelola terumbu karang diperlukan biaya tidak sedikit, dan karenanya perlu ada upaya untuk mencari sumber-sumber pendanaan. Panitia Persiapan ditetapkan tahun 1994, dan konsep awal COREMAP (Coral Reef Rehabilitation and Management Program) kemudian dirumuskan. Ternyata konsep ini mendapat tanggapan yang sangat positif dari berbagai lembaga internasional, bahkan kesediaan untuk ikut berpartsipasi. Tanggal 1 September 1998, COREMAP kemudian secara resmi diluncurkan. i Dana bergulir adalah dana yang dialokasikan oleh Kementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja Badan Layanan Umum untuk kegiatan perkuatan modal usaha bagi koperasi, usaha mikro, kecil, menengah, dan usaha lainnya yang berada di bawah pembinaan Kementerian Negara/Lembaga. (Permenkeu Nomor 218/PMK.5/2009)