BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DISKUSI BERBANTUAN MEDIA BAGAN PECAHAN DI KELAS III SDN KALISARI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

BAB II Kajian Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berfikir. Karena

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

EKPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumbangan langsung terhadap berbagai bidang kehidupan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KOPERASI UNTUK MENGETAHUI KETUNTASAN BELAJAR SISWA KELAS XII AK 3 DI SMK NEGERI 2 BLITAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE KONTEKSTUAL POKOK BAHASAN PECAHAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika adalah ilmu yang sangat penting dalam kehidupan kita karena dengan Matematika kita bisa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

BAB II KAJIAN PUSTAKA

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar meruapakan suatu perubahan di dalam diri seseorang dari tudak

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. diberikan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor. Salah satunya adalah kemampuan guru menggunakan desain

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL TSTS DENGAN MEDIA ALAT PERAGA

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB I PENDAHULUAN. berbeda-beda dan membutuhkan pendidikan yang berbeda-beda juga.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA SMP NEGERI 10 PADANGSIDIMPUAN.

Oleh Fathorrasi (1), Hasan Muchtar Fauzi (2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB II KAJIAN TEORI. Kemampuan adalah kecakapan untuk melakukan suatu tugas khusus dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari memiliki

Peningkatan Prestasi Siswa pada Konsep Fluida Statis dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran IPA Pokok Bahasan Sifat Benda Melalui Metode Demonstrasi Di Kelas IV SDN 1 Kalangkangan Tolitoli

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan proses pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Oleh: Supardi SDN 2 Watulimo, Trenggalek

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan kata pengajaran atau teaching. Pembelajaran merupakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN TEORITIS. mengajar yang melibatkan guru dan siswa. Upaya ini juga mengandung tujuan agar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya,

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang besar dalam mensukseskan pembangunan bangsa. Oleh karena itu,

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Pada pembelajaran Matematika penting sekali adanya upaya untuk mencapai ketuntasan pembelajaran, hal ini sesuai dengan pendapat (Miarso, 1989) bahwa media pembelajaran, segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perkataan dan kemampuan anak didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri sendiri. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Brunner tentang penggunaan alat peraga mulai dari tahap enactive, iconic, dan simbolik. - Tahap enactive, yaitu belajar meggunakan benda-benda konkrit. - Tahap iconic, yaitu belajar disajikan dalam bentuk gambar atau grafik. - Tahap simbolik, yaitu belajar dengan menggunakan kata-kata atau symbol. Dalam pembelajaran Matematika di SD guru harus mampu mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata.lebih dalam lagi Kelas harus menjadi peristiwa perjumpaan antara personal atau pribadi yang saling mengasihi dan kemitraan yang saling memekarkan persaudaraan yang menggembirakan (Mangunwijoyo, JB, 1998: 7). Selanjutnya agar pembelajaran dapat berhasil perlu adanya motivasi seperti yang diutarakan (Rohmina, Iim 2002), bahwa faktor yang paling penting dalam keberhasilan pembelajaran adalah motivasi. Pendapat Edwart L. Thorndike (74), belajar lebih berhasil bila respon siswa terhadap suatu stimulasi segera diikuti rasa senang, ini timbul sebagai akibat siswa mendapat pujian sehingga ia merasa puas dari sukses yang diraihnya dan sebagai akibat akan mengantarkan diri ke jenjang sukses berikutnya. Teori holistik yang merupakan teori kognitif belajar yang dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran bermakna (meaningful instruction) dari Aussbel. 5

6 Kebermaknaan pembelajaran akan membuat kegiatan belajar lebih menarik, baik bermanfaat dan lebih menantang, sehingga konsep dan prosedur Matematika akan lebih mudah dipahami dan lebih tahan lama diingat oleh peserta didik. Kebermaknaan yang dimaksud dapat berupa struktur Matematika yang lebih ditonjolkan untuk memudahkan pemahaman (understanding). Pendapat C.A. Brown dan R. Edmonson (1984) guru menggunakan 30% waktunya untuk bertanya. Data tersebut untuk mendorong partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran. Guru harus menguasai ketrampilan bertanya sebab Pertanyaan guru akan berpengaruh terhadap jawaban siswa. Belajar suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sejak lahir, manusia telah mulai melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan dan mengembangkan dirinya. Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi tindakan-tindakannya yang berhubungan dengan belajar. Belajar suatu proses yang dilandasi dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar pada dasarnya adalah proses belajar tingkah laku berkat adanya pengalaman (Sudjana, 1998: 19). Perubahan tingkah laku itu meliputi perubahan ketrampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman dan apresiasi, sedangkan yang dimaksud pengalaman dalam belajar adalah interaksi antara individu dengan lingkungannya. Ciri-ciri belajar, belajar harus dilakukan dengan sadar dan memiliki tujuan, harus merupakan pengalaman sendiri dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain, harus merupakan interaksi antara individu dan lingkungan.individu aktif bila dihadapkan pada lingkungan tertentu. Keaktifan ini dapat terwujud fasilitas belajar siswa di sekolah mendukung seperti buku-buku pelajaran, media pembelajaran, dan gedung sekolah. Belajar harus mengakibatkan terjadinya perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik pada diri orang yang belajar (Darsono, 2004: 24).

7 Belajar suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2004: 24). Pembelajaran pengembangan pengetahuan, ketrampilan atau sikap baru pada saat individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan (Wartono, 2004: 15). 2.1.2 Pengertian Hasil Belajar a. Teori makna (meaning theory) dari Aussbel mengemukakan pentingnya pembelajaran bermakna dalam mengajar Matematika. Kebermaknaan pembelajaran akan membuat kegiatan belajar lebih menarik, baik bermanfaat dan lebih menantang, sehingga konsep dan prosedur Matematika akan lebih mudah dipahami dan lebih tahan lama diingat oleh peserta didik. Kebermaknaan yang dimaksud dapat berupa struktur Matematika yang lebih menonjol untuk memudahkan pemahaman (understanding). Wujud kebermaknaan, pernyataan konsep-konsep dalam bentuk bagan, diagram atau peta, yang mana tampak keterkaitan di antara konsep-konsep yang diberikan. Teori ini disebut juga teori holistik karena mempunyai pandangan pentingnya keseluruhan dalam mempelajari bagian-bagian. b. Menurut Darmansyah (2006: 13) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud hasil belajar adalah hasil penelitian terhadap kemampuan siswa setelah menjalani proses pembelajaran. c. Menurut Zainal Abidin (2004: 1) mengatakan bahwa hasil belajar adalah penggunaan alat pada hasil tes atau prosedur penelitian sesuai dengan aturan tertentu atau dengan kata lain untuk mengetahui daya serap menguasai materi pelajaran yang telah diberikan. d. Hasil belajar menurut (Zaenal Abidin: 2) 1) Hasil belajar berperan memberikan informasi tentang kemajuan hasil belajar siswa; 2) Untuk mengetahui keberhasilan komponen-komponen pengajaran dalam rangka mencapai tujuan; 3) Hasil belajar memberikan pertimbangan apakah siswa diberikan program perbaikan, pengayaan atau melanjutkan

8 program pengajaran selanjutnya 4) Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan bagi siswa yang mengalami kegagalan dalam suatu program pengajaran 5) Untuk keperluan supervisor kepala sekolah dan penilik agar guru lebih berkompeten; 6) Sebagai bahan dalam memberikan informasi kepada orang tua siswa dan sebagai bahan dalam mengambil keputusan dalam pengajaran. e. Menurut Slameto (2003:2) Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. f. Menurut Nana Sudjana (1989: 25) Hasil belajar adalah perubahan pada diri seseorang dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. 2.2 Pembelajaran Matematika 2.2.1 Pengertian Pembelajaran Menurut Thorndike Erdward L. (1974), ketrampilan berpikir siswa dapat dibentuk dengan cara memberikan praktik (latihan). Semakin banyak praktik atau latihan yang dilakukan, maka ketrampilan berpikir siswa semakin mantap. Ketrampilan dan konsep baru sekedar ditambahkan terus-menerus tidak dikait-kaitkan atau diintegrasikan satu sama lain. Kekuatan antara stimulus atau respon mewarnai Matematika di sekolah dasar, misalnya stimulus 7 + 8 = yang mempunyai respon 15 yang banyak digunakan untuk membawa peserta didik terampil komputasi. Pada prinsipnya teori Thorndike menekankan banyak memberi praktik dan latihan (drill & practice) kepada peserta didik agar konsep dan prosedur dapat mereka kuasai dengan baik. 2.2.2 Pengertian Matematika Matematika berasal dari bahasa Latin mathein atau mathema yang berarti belajar atau yang dipelajari. Matematika dalam bahasa Belanda disebut wiskunde

9 atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Ciri utama Matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran sebenarnya, sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam Matematika bersifat konsisten. Namun demikian, pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses deduktif-induktif dapat digunakan untuk mempelajari Matematika. Kegiatan dapat dimulai dengan beberapa contoh atau fakta yang teramati, membuat daftar sifat yang muncul (sebagai gejala), memperkirakan hasil baru yang diharapkan yang kemudian dibuktikan secara deduktif. Dengan demikian cara belajar induktif dan deduktif dapat digunakan dan sama-sama berperan penting dalam mempelajari Matematika. Cara kerja Matematika seperti ini diharapkan dapat membentuk sifat kreatif, jujur, dan komunikatif. Pengertian (Sumantri, Mulyani, 2001). Bila kita menemukan suatu masalah yang tidak dapat dipecahkan sendiri, maka kita akan meminta bantuan saudara atau orang lain untuk bersama-sama memikirkannya dan memberikan sumbangan sarannya bagi pemecahan masalah itu. Kesempatan bagi anak usia sekolah dasar bekerja dalam kelompok kecil nampak demikian penting guna terselenggaranya proses kerja kelompok diantara mereka. Metode Two Stay-Two Stray. Pembelajaran model ini dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, laporan kelompok. Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat dilakukan oleh guru atau anak didik itu sendiri. Metode Two Stay-Two Stray cukup baik apabila digunakan dalam penyampaian bahan pelajaran (Slameto). Pengajaran yang melibatkan peserta didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis. Guru, peserta didik, dan atau kelompok peserta didik memiliki perhatian yang sama terhadap topik yang dibicarakan dalam kerja kelompok.

10 2.2.3 Penggunaan Metode Two Stay Two Stray dalam Pembelajaran Matematika Pada pembelajaran awal guru belum menggunakan dan menerapkan metode Two Stay-Two Stray pada pelajaran Matematika, sehingga prestasi siswa rendah. Pada Siklus I dan II guru menerapkan metode Two Stay-Two Stray pada pelajaran Matematika hasil belajar siswa meningkat.metode Two Stay-Two Stray digunakan karena beberapa alasan berikut: 1) Topik bahasan bersifat problematis; 2) Merangsang peserta didik untuk terlibat secara aktif; 3) Melatih peserta didik untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain; 4) Dua peserta didik bertamu ke kelompok lain dan melatih peserta didik berjiwa besar; 5) Peserta didik memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang masalah yang dijadikan topik kerja kelompok; 6) Peserta didik memiliki pengetahuan dan pendapat tentang masalah yang akan dibahas dalam kelompok; 7) Masalah yang dibahas dalam kelompok ada hubungannya dengan persoalan-persoalan yang lain pula. a. Kekuatan Metode Two Stay-Two Stray Dapat mendorong partisipasi peserta didik secara aktif baik sebagai partisipan, penanya, penyanggah maupun sebagai ketua atau moderator kelompok; 2) Menimbulkan kreativitas dalam ide, pendapat, gagasan, prakarsa, ataupun terobosan-terobosan baru dalam pemecahan masalah; 3) Menambahkan kemampuan berfikir kritis dan partisipasi; 4) Melatih kestabilan emosi dengan menghargai dan menerima pendapat orang lain dan tidak memaksakan pendapat sendiri sehingga tercipta kondisi memberi dan menerima; 5) Keputusan yang dihasilkan kelompok akan lebih baik daripada berfikir sendiri. Keberhasilan proses pembelajaran tidak lepas dari penggunaan media pembelajaran yang tepat, sesuai mata pelajaran, materi dan kondisi siswa secara keseluruhan. Selain itu kemampuan siswa itu sendiri.salah satu wujud pembelajaran yang meningkatkan hasil belajar adalah pembelajaran metode Two Stay-Two Stray. Untuk dapat melakukan proses pembelajaran dengan metode Two Stay- Two Stray diperlukan langkah-langkah. Langkah-langkah tersebut merupakan panduan dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Dengan langkah yang ditetapkan, diharapkan proses yang terjadi lebih dan hasilnya mengalami

11 peningkatan jika dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Berikut ini beberapa langkah yang dilakukan dalam model pembelajaran metode Two Stay-Two Stray. Penerapannya pada Siklus I adalah : Pembelajaran Metode Two Stay-Two Stray Metode Two Stay-Two Stray adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalamandengan kelompok lain. Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang ditempuh adalah: 1) Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dan tiap kelompok beranggotakan 4-5 anak; 2) Tiap siswa dalam tim diberi bagian materi yang berbeda sesuai dengan yang ditugaskan; 3) Dua siswa bertamu ke kelompok lain untuk berbagi dan menjelaskan sub bab mereka; 4) Setiap kelompok mendengarkan penjelasan dari tim ahli; 5) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil kelompok; 6) Guru memberikan laporan hasil kelompok; 7) Evaluasi individu. Penerapan Pembelajaran Metode Two Stay-Two Stray pada Pelajaran Matematika Proses kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran Matematika akan lebih bermakna, lebih bermanfaat, lebih menarik dan lebih menantang. Pembelajaran metode Two Stay-Two Stray akan terbentuk pembelajaran mandiri.pembelajaran mandiri diawali dari konsep yang sederhana, yaitu bagaimana seseorang bisa menguatkan siswa sehingga timbul rasa ingin belajar. Dengan berawal dari rasa ingin pada diri siswa, ia akan berangkat ke sekolah dengan senang, mengambil media belajar, membaca, mempelajari dengan penuh kegembiraan. Akhirnya tanpa terasa ia pandai. Dalam benak pikiran siswa tersebut, ia tahu dan menyadari akibat dari belajar yang sungguh-sungguh dan belajar yang tidak teratur. Jika para siswa sudah terkondisikan seperti itu, maka pembelajaran di sekolah akan tetap berjalan dengan baik walaupun tidak ada gurunya karena para siswa sadar bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan.

12 Guru disini berperan sebagai fasilitator, memberikan arahan bimbingan dan motivasi kepada siswa yang sedang belajar. b. Langkah-langkah Pembelajaran Metode Two Stay-Two Stray Langkah-langkah dalam pembelajaran dengan metode Two Stay-Two Stray adalah: 1) Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dan tiap kelompok beranggotakan 4-5 anak; 2) Tiap kelompok diberi bagian materi yang berbeda sesuai dengan yang ditugaskan; 3) Dua siswa bertamu ke kelompok lain untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dan dua siswa lainnya tetap dikelompoknya untuk menerima dua orang tamu; 4) Kerja kelompok, kembali kekelompok asal; 5) Tiap kelompok mempresentasikan hasil kelompok; 6) Guru memberikan laporan hasil kelompok; 7) Evaluasi individu. 2.3 Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Susiloningtyas dalam Gunawan (2012) mengungkapkan beberapa gambaran mengenai situasi belajar yaitu antusias siswa untuk belajar masih rendah sehingga hasil belajarnya kurang memuaskan. Metode pembelajaran aktif tampaknya merupakan salah satu jawaban atas permasalahan tentang rendahnya mutu atau kualitas pembelajaran. Penerapan Metode Two Stay - Two Stray pada pelajaran ini, diharapkan prestasi belajar siswa terus meningkat dan hasil belajarnya akan memuaskan. Susiloningtyas dalam Gunawan (2012) melakukan penelitian menggunakan metode Two Stay Two Stray untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Matematika. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan metode Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Matematika di kelas IV SD. Hasil belajar yang diperoleh lebih baik setelah menggunakan metode Two Stay Two Stray yaitu nilai rata-rata siklus I 75,46 sedang nilai rata-rata siklus II 87,20. Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa kemampuan mengukur waktu dengan menggunakan satuan jam, sehingga prestasi belajar mengalami kemajuan, temuan yang lain anak menjadi senang, percaya diri dalam melakukan proses pembelajaran.

13 2.4 Kerangka Pikir Berikut gambar kerangka berfikir tentang penggunaan metode Two Stay-Two Stray: Menurunnya kualitas pembelajaran Matematika tentang mengukur waktu di kelas 2 SDN Pagerharjo 02. Guru kurang maksimal dalam mengondisikan kelas. Hasil belajar Matematika tentang mengukur waktu terbukti hasil belajar siswa yang kurang dari KKM. Siswa kurang bekerja sama dengan teman lain, siswa bosan dan kelas ramai. Diterapi dengan pembelajaran menggunakan metode Two Stay-Two Stray. Kelebihan metode Two Stay-Two Stray: 1. Dapat meningkatkan kreativitas, sportivitas, dan rasa percaya diri. 2. Siswa terlibat aktif dalam proses belajar. 3. Menumbuhkan kreativitas dalam ide dan pendapat dalam pemecahan. Aktivitas siswa dalam pembelajaran Matematika tentang mengukur waktu meningkat. Hasil belajar Matematika tentang mengukur waktu meningkat. Gambar 2.1. Kerangka Pikir Sedangkan pada Siklus II secara keseluruhan penerapannya sama seperti pada Siklus I berkaitan dengan pembagian kelompok. Langkah-langkah dalam penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode Two Stay-Two Stray pada Siklus II sama seperti pada Siklus I.

14 2.5 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah: Melalui penggunaan pembelajaran metode Two Stay-Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa Kelas 2 SD Negeri Pagerharjo 02 Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati Semester I Tahun Ajaran 2012/2013.