BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. individu yang dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berpengaruh untuk meningkatkan kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dalam suatu Bangsa dan Negara. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang sosial dan lain sebagainya, sehingga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

Oleh : Sri Admawati K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gustini Yulianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi jembatan untuk mengarungi abad millenium ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Asyarullah Saefudin, 2014

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR MENYEDIAKAN LAYANAN ROOM SERVICE PADA KESIAPAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SMK ICB CINTA WISATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan anggaran 20% APBN untuk. pendidikan. Dalam Undang-Undang 1945 Pasal 31 ayat 1 dan 2 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. ini senada dengan pendapat Drucker (1996) bahwa kewirausahaan bukan

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sasaran Pendidikan adalah manusia. Pendidikan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kerja, dunia kerja yang semula menggunakan tenaga kerja manusia pada akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan. kepribadian manusia melalui pemberian pengetahuan, pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. produksi dari laboring menjadi manufacturing dalam arti tenaga kerja manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. merupakan tugas Negara yang amat penting. pembukaan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945, yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Masa depan suatu. negara dalam menyelenggarakan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Angga Triadi Efendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berdirinya perusahaan-perusahaan perunggasan. Peternakan unggas, utamanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang pesat sekarang ini, akan membawa berbagai dampak

siswa, berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, serta pengelolaan atau manajemen sekolah. Di dalam faktor kurikulum yang mempengaruhi prestasi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan pembelajaran baik secara formal

BAB I PENDAHULUAN. lambatnya pembangunan bangsa sangat tergantung pada pendidikan. Oleh karena. sangat luas terhadap pembangunan di sektor lainnya.

2015 MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PERPUSERU DALAM PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT BERBASIS INFORMATION TECHNOLOGY

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dirancang dan dilaksanakan selaras dengan kebutuhan pembangunan yang

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu permasalahan yang dihadapi Bangsa Indonesia sampai

BAB I PENDAHULUAN. dan peluang yang memadai untuk belajar dan mempelajari hal hal yang di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peran penting dalam membentuk karakter suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2015 ANALISIS HASIL BELAJAR MERENCANAKAN MENU KESEMPATAN KHUSUS SEBAGAI KESIAPAN MENGOLAH MAKANAN UNTUK PESTA PERNIKAHAN PADA SISWA DI SMKN 3 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI

adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan memegang peranan penting. Dengan pendidikan,diharapkan. kemampuan, mutu pendidikan dan martabat manusia Indonesia dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi mempercepat modernisasi dalam segala bidang,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wadah untuk menghasilkan generasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan titik sentral yang sangat berpengaruh untuk

BAB I PENDAHULUAN. baru menjadi kegiatan yang nyata dalam setiap usahanya. ada namun lapangan kerja yang tersedia sangat sedikit.

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis, dimana seluruh segi kehidupan bangsa dan negara di atur di dalamnya. Dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945 telah ditegaskan bahwa negara berkewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa ini dapat dilakukan malalui pendidikan. Selanjutnya, dalam Undang-Undang Sisdiknas dijelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengembangan kemampuan serta pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat di tengah persaingan zaman. Pendidikan nasional mempunyai tujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Melihat tujuan yang demikian, pendidikan memiliki andil yang strategis dalam upaya memajukan kesejahteraan umum. Hal ini dikarenakan konsep pendidikan hakekatnya merupakan proses pembentukan pribadi agar lebih baik dari sebelumya. Pembentukan tersebut menyangkut seluruh aspek, intelektual, sikap, dan keterampilan yang akan mempengaruhi kinerja dan kualitas sumber daya manusia. 1

2 Penelitian ini lahir sebagai kegelisahan yang dirasakan melihat kondisi ataupun kenyataan yang terjadi di negara ini. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) menjelaskan bahwa pada Agustus 2014 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) masyarakat Indonesia mengalami penurunan dari dari 6,17% menjadi 5,94%. Selain itu, dari data Badan Pusat Statistik juga diketahui angkatan kerja Indonesia pada Agustus 2014 mencapai angka 121,9 juta orang. Sedangkan, penduduk yang bekerja pada Agustus 2014 adalah sebanyak 114,6 juta orang (http://www.bps.go.id/linktabelstatis/view/id/972 diakses tanggal 02 Mei 2015). Untuk lebih jelasnya tentang data tingkat pengangguran terbuka dari Badan Pusat Statistik dapat dilihat pada lampiran 1. Penurunan jumlah pengangguran terbuka ini merupakan prestasi membanggakan, namun tentu bangsa Indonesia harus tetap waspada dan terus berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam menghadapi persaingan global masa kini. Bangsa ini seharusnya terus berjuang memperbaiki sistem yang ada, secara khusus sistem pendidikan untuk semakin memperlengkapi generasi muda siap kerja dan siap bersaing. Selama setahun terakhir (Agustus 2013-Agustus 2014) kenaikan penyerapan tenaga kerja terjadi di hampir semua sektor kecuali sektor pertanian dan sektor jasa kemasyarakatan. Penurunan di sektor pertanian terjadi karena banyak masyarakat yang memilih bekerja di sektor industri atau konstruksi. Dari data tingkat pengangguran terbuka tersebut, pendidikan menengah (SMK/SMA) menempati posisi tertinggi yaitu SMA sebanyak 27 % dan SMK sebanyak 18,39% dari jumlah pengangguran terbuka menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan.

3 Sebagai lembaga resmi pelopor data statistik terpercaya untuk semua, Badan Pusat Statistik juga memaparkan angkatan kerja Indonesia pada Februari 2015 sebanyak 128,3 juta orang, bertambah sebanyak 6,4 juta orang dibanding Agustus 2014 atau bertambah sebanyak 3,0 juta orang dibanding Februari 2014. Penduduk bekerja pada Februari 2015 sebanyak 120,8 juta orang, bertambah 6,2 juta orang dibanding keadaan Agustus 2014 atau bertambah 2,7 juta orang dibanding keadaan Februari 2014. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Februari 2015 sebesar 5,81 persen menurun dibanding TPT Agustus 2014 (5,94 persen), dan meningkat dibandingkan TPT Februari 2014 (5,70 persen). Selama setahun terakhir (Februari 2014 Februari 2015) kenaikan penyerapan tenaga kerja terjadi terutama di Sektor Industri sebanyak 1,0 juta orang (6,43 persen), Sektor Jasa Kemasyarakatan sebanyak 930 ribu orang (5,03 persen), dan Sektor Perdagangan sebanyak 840 ribu orang (3,25 persen). Penduduk bekerja di atas 35 jam per minggu (pekerja penuh) pada Februari 2015 sebanyak 85,2 juta orang (70,48 persen), sedangkan penduduk yang bekerja kurang dari 15 jam per minggu sebanyak 7,5 juta orang (6,24 persen). Pada Februari 2015, penduduk bekerja masih didominasi oleh mereka yang berpendidikan SD ke bawah sebesar 45,19 persen, sementara penduduk bekerja dengan pendidikan Sarjana ke atas hanya sebesar 8,29 persen. (http://www.bps.go.id/brs/view/id/1139 diakses tanggal 02 Mei 2015).

4 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Balige merupakan salah satu lembaga pendidikan kejuruan bidang teknologi di kabupaten Tobasa. Dari hasil wawancara bersama bapak Mangiring Situmorang selaku staff pengajar di sekolah tersebut, bahwa siswa-siswi SMK yang sudah menamatkan pendidikannya sangat jarang untuk berusaha secara mandiri atau berwirausaha. Sebagian besar mereka lebih memilih menjadi pekerja di perusahaan lain, melanjutkan pendidikan, memilih untuk bekerja mengikut pada orang tua dan bahkan tidak mendapatkan pekerjaan yang pada akhirnya menjadi pengangguran terdidik. Kondisi demikian tentu semakin memperburuk keadaan sumber daya manusia bangsa ini. Hal ini terjadi disebabkan banyak faktor. Dalam kesempatan itu, bapak Mangiring menjelaskan mereka telah berupaya menyediakan dan melaksanakan pembelajaran seefektif mungkin. Namun, dari segi siswanya, mereka terlihat kurang termotivasi untuk bisa memiliki prestasi tinggi dan cita-cita jauh ke depan tentang masa depan mereka. Hal ini tentu sangat berpengaruh dengan keaktifan mereka di kelas. Selain itu, keberadaan fasilitas sekolah juga sudah perlu mendapat perhatian. Pasalnya, sesuai dengan kemajuan jaman ini peralatan teknik yang dimiliki sekolah sudah perlu diperbaharui. Dalam upaya mengatasi tingkat pengangguran ini, langkah konkret yang telah digalakkan oleh pemerintah adalah menumbuhkan jiwa kewirausahaan seseorang atau meningkatkan jumlah wirausaha di Indonesia. Salah satu upaya untuk meningkatkan jumlah wirausaha adalah melalui jalur pendidikan. Pendidikan diharapkan mampu berperan aktif menyiapkan sumber daya manusia terdidik yang mampu menghadapi berbagai tantangan baik lokal, regional,

5 nasional maupun internasional. Pembentukan jiwa kewirausahaan dalam pendidikan harus berorientasi kepada terwujudnya jiwa kreatif untuk mencari solusi dan menghadapi tantangan, jiwa yang mampu bersaing dan mandiri serta mampu menjadi penyedia lapangan kerja bagi orang lain. Sejalan dengan itu, lembaga pendidikan harus mempunyai peran dalam menanamkan jiwa kewirausahaan, Salah satu lembaga pendidikan yang mengembangkan pembelajaran kewirausahaan adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Dalam pasal 15 UU SISDIKNAS Tahun 2003 dijelaskan bahwa Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Artinya bahwa SMK merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang diharapkan akan memberikan lulusan yang sudah dibekali ilmu pengetahuan sekaligus keterampilan di jurusan masing-masing dan juga sikap kerja yang baik dan benar. Sehingga dengan demikian diharapkan mereka dapat memenuhi persyaratan dalam bidang industri, mampu bersaing di dunia kerja, bahkan mampu berusaha sendiri dalam membuka lapangan kerja. Dalam GBPP (Depdiknas, 2004: 6) tujuan utama SMK antara lain: 1. Menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesionalisme. 2. Menyiapkan siswa agar mampu memilih karir, berkompetensi dan mampu mengembangkan diri.

6 3. Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan Industri baik pada saat ini maupun pada saat yang akan datang. 4. Menyiapkan tamatan agar menjadi warga Negara produktif, adaptif dan kreatif. Berdasarkan konteks diatas maka siswa SMK dipersiapkan kelak untuk memasuki lapangan pekerjaan baik melalui jenjang karir menjadi tenaga kerja di tingkat menengah maupun menjadi mandiri, berusaha sendiri atau berwirausaha. sejalan dengan itu siswa SMK perlu dibekali ketrampilan-ketrampilan yang mengarah pada keterampilan kerja dan mandiri (berwirausaha). Keterampilan kerja siswa dilihat dari sejauh mana dia mampu mengikuti, memahami dan mempraktekkan ilmu yang diperoleh di sekolah. Terdapat beberapa mata pelajaran kejuruan atau produktif yang diajarkan kepada siswa SMK Teknik Audio Video SMK N 1 Balige. Mata pelajaran ini secara umum bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, dan keahlian di bidang teknik audio video kepada siswa. Bekal ini dapat diterapkan di lapangan kerja baik industri maupun usaha sendiri (berwirausaha). Dalam kurikulum SMK juga terdapat mata pelajaran kewirausahaan, mata pelajaran kewirausahaan tidak diajarkan pada sekolah-sekolah umum. Mata pelajaran kewirausahaan diajarkan pada siswa SMK mengingat tujuan utama SMK adalah menghasilkan lulusan yang akan menempati lapangan pekerjaan maupun berwirausaha. Program pelajaran kewirausahaan membekali siswa untuk menjadi wirausahawan yang berarti orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara

7 produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya serta mengatur permodalan. Sehingga, diharapkan setelah mendapatkan mata pelajaran kewirausahaan minat siswa dalam berwirausaha dapat semakin meningkat. Dalam upaya menumbuhkan minat berwirausaha siswa SMK dipengaruhi oleh prestasi belajar dan internal siswa. Prestasi belajar adalah sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai anak didik dalam memahami mata pelajaran di sekolah untuk diterapkan di dunia industri. Internal siswa meliputi faktor-faktor yang lahir dari dalam diri siswa dilihat dari keaktifan siswa mengikuti pembelajaran dan bersosialisasi, dan motivasi kerja pada siswa. Keaktifan dalam pembelajaran ini bisa saja melalui kemampuannya mengkomunikasikan pengetahuan di kelas dan interaksi sosial yang dilakukan di lingkungannya serta dorongan kerja yang dapat dilihat dari kinerja saat melakukan praktek. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umumnya komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapatdimengerti kedua belah pihak. Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi merupakan medium penting bagi pembentukan atau pengembangan pribadi untuk kontak sosial. Komunikasi antarpribadi (Interpersonal Communication) yaitu komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya

8 menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal. Sementara motivasi kerja merupakan hal pokok yang harus dimiliki siswa SMK untuk terjun langsung di dunia kerja. Motivasi kerja yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi keterampilan kerjanya. Motivasi kerja dilihat dari bagaimana seseorang benar-benar bertanggung jawab atas tugas atau job yang diberikan kepadanya. Hal ini harus dipupuk sejak dini, yaitu mengoptimalkan sikap kerja siswa pada mata pelajaran praktikum. Dalam pembelajarannya, siswa memang harus dituntun untuk memiliki sikap kerja yang baik dan benar. Dari uraian di atas, sebenarnya masih banyak faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha. Namun dalam hal ini, keseluruhan fenomena kesenjangan di ataslah yang melatarbelakangi sehingga betapa pentingnya permasalahan tentang minat berwirausaha siswa SMK dikaji dan dipelajari secara mendalam melalui penelitian. Diduga minat berwirausaha dipengaruhi oleh prestasi belajar siswa di sekolah, faktor komunikasi interpersonal, dan motivasi kerja. Melalui rancangan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi sebagai kontribusi positif terhadap penanganan masalah pengangguran secara khusus.

9 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah telah dipaparkan bahwa dari data Badan Pusat Statistik, angka tingkat pengangguran di Indonesia saat ini masih mengkhawatirkan secara khusus dari kalangan SMK dimana lulusan SMK diharapkan mampu terjun ke dunia industri atau usaha. Pembelajaran pada siswa SMK di sekolah dengan kombinasi teori dan praktek sesuai dengan kurikulum sebenarnya melatih siswa juga untuk memiliki keahlian dibidangnya untuk menjadi bekal kelak. Dari hasil wawancara di SMK Negeri 1 Balige menjelaskan bahwa sebagian besar siswa yang ditamatkan terpaksa harus mengikut orang tua bekerja dimana sebagian besar pekerjaan orang tua adalah bertani yang akhirnya akan menambah jumlah tingkat pengangguran di Indonesia, khususnya Sumatera Utara. Sebagai upaya untuk menekan angka pengangguran terbuka tersebut, solusi alternatif yang dapat dikerjakan adalah memunculkan wirausahawan/ti muda Indonesia yang mampu bersaing. Berwirausaha mensyaratkan minat yang tinggi dan jiwa sosial yang tinggi bagi calon wirausaha untuk menekuni bidang usaha yang digeluti. Lebih lanjut, menurut Suryana sebagaimana dikutip oleh Husein (2014:9) faktor-faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari kebutuhan berprestasi, tempat pengawasan, kebutuhan akan kebebasan, nilai-nilai pribadi dan pengalaman. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari bentuk peranan, dukungan keluarga dan teman, dan pendidikan. Sebagai lembaga pendidikan, sekolah menengah kejuruan

10 terus berupaya mencerdaskan siswa dan melatih agar mandiri terutama menumbuhkan jiwa kewirausahaan siswa. Salah satu dapat dilihat dari adanya mata pelajaran kewirausahaan yang termasuk dalam program adaptif. Mata pelajaran kewirausahaan memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan bagi siswa untuk lebih menekuni bidang keahliannya. C. Batasan Masalah Melihat banyaknya permasalahan yang timbul, maka demi fokusnya penelitian, penulis membatasi masalah dalam penelitian ini yaitu pengaruh prestasi belajar, komunikasi interpersonal, dan motivasi kerja terhadap minat berwirausaha siswa kelas XI TAV SMK N 1 Balige. Mengingat banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi tiap ubahan dalam penelitian ini maka yang akan diteliti adalah : 1. Prestasi belajar bidang produktif menyangkut hasil belajar siswa yang diperoleh dari dokumentasi raport siswa. Dalam hal ini, bidang produktif yang akan dijadikan sebagai ubahan adalah mata pelajaran Memperbaiki/Reparasi Televisi. Prestasi belajar dinilai dari rerata mata pelajaran memperbaiki /reparasi TV karena mata pelajaran ini langsung mengacu kepada keahlian dan kemampuan siswa untuk mandiri dalam dunia usaha. 2. Komunikasi interpersonal merupakan kemampuan pribadi siswa dalam bersosial meliputi penerimaan dan penyampaian informasi dalam kesehariannya. Komunikasi ini terjadi secara tatap muka dan memungkinkan peserta menangkap reaksi orang lain secara langsung.

11 3. Motivasi kerja merupakan rasa suka dan ketertarikan siswa dalam suatu aktivitas atau kegiatan. Ubahan ini dinilai dari kuesioner siswa untuk melihat dorongan siswa untuk kerja. 4. Minat berwirausaha merupakan ketertarikan siswa untuk belajar mandiri berwirausaha atau membuat usaha sendiri. Ubahan ini dinilai dari ketertarikan siswa untuk berwirausaha, jiwa kewirausahaan, dan persiapan menjadi seorang wirausahawan. D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah prestasi belajar bidang produktif berpengaruh langsung positif dan berarti terhadap minat berwirausaha? 2. Apakah komunikasi interpersonal berpengaruh langsung positif dan berarti terhadap minat berwirausaha? 3. Apakah motivasi kerja berpengaruh langsung positif dan berarti terhadap minat berwirausaha? 4. Apakah prestasi belajar berpengaruh langsung positif dan berarti terhadap motivasi kerja? 5. Apakah komunikasi interpersonal langsung positif dan berarti terhadap motivasi kerja?

12 E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui besarnya pengaruh prestasi belajar terhadap minat berwirausaha siswa kelas XI TAV SMK N 1 Balige. 2. Mengetahui besarnya pengaruh komunikasi interpersonal terhadap minat berwirausaha siswa kelas XI TAV SMK N 1 Balige. 3. Mengetahui besarnya pengaruh motivasi kerja terhadap minat berwirausaha siswa kelas XI TAV SMK N 1 Balige. 4. Mengetahui besarnya pengaruh prestasi belajar terhadap motivasi kerja siswa kelas XI TAV SMK N 1 Balige. 5. Mengetahui besarnya pengaruh komunikasi interpersonal terhadap motivasi kerja siswa kelas XI TAV SMK N 1 Balige. F. Manfaat Penelitian Setelah penelitian ini dilaksanakan, diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut : 1. Memberikan informasi tentang pengaruh prestasi belajar, komunikasi interpersonal dan motivasi kerja terhadap minat berwirausaha. 2. Sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk terus berupaya meningkatkan mutu lulusan SMK dalam mempersiapkan lulusan yang siap pakai dan mampu untuk mandiri. 3. Sebagai bahan rujukan untuk penelitian di masa yang akan datang.

13 G. Paradigma Penelitian Adapun paradigma penelitian ini adalah sebagai berikut : X 1 X 3 X 4 X 2 Gambar 1.1. Paradigma Penelitian Keterangan : X 1 = Prestasi Belajar X 2 = Komunikasi Interpersonal X 3 = Motivasi Kerja X 4 = Minat Berwirausaha Penelitian ini melibatkan empat buah variabel X 1, X 2, X 3, dan X 4. Hubungan struktural antara variabel-variabel tersebut adalah : (a) X 1 berpengaruh terhadap X 4 (b) X 2 berpengaruh terhadap X 4 (c) X 3 berpengaruh terhadap X 4 (d) X 1 berpengaruh terhadap X 3 (e) X 2 berpengaruh terhadap X 3