BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya sadar manusia dewasa yang berusaha memanusiakan manusia yang belum dewasa. Dengan demikian pendidikan berkaitan dengan upaya manusia itu sendiri. Guru sebagai salah satu komponen penting dalam penyelenggaraan pendidikan baik tingkat sekolah dasar, sekolah menengah maupun pendidikan tinggi. Di sini guru turut bertanggung jawab dalam meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu tanggung jawab guru adalah terus menerus memperbaiki proses pembelajaran di sekolah karena guru berusaha membimbing dan membina pribadi siswa menjadi pribadi yang berakhlak, jujur, demokratis dan bertanggung jawab sesuai dengan tujuan pendidikan nasional Indonesia. Dengan demikian guru dituntut memiliki berbagai kompetensi sebagai wujud dari tanggung jawab dalam pendidikan. Saekhan (2007 : 28) mengemukakan bahwa guru perlu memiliki empat (4) kompetensi yakni paedagogik, kepribadian, profesional dan sosial. 1) Paedagogik merupakan kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki guru terkait dengan aktivitas belajar mengajar di dalam kelas. 2) kepribadian merupakan seperangkat kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki guru terkait situasi atau karakteristik seorang guru. 3) profesional merupakan seperangkat kemampuan atau keterampilan yang dimiliki guru dalam memahami suatu materi atau bahan pelajaran yang diampu secara luas, utuh dan komperehensif. 4) kompetensi sosial merupakan kemapuan guru dalam melaksanakan komunikasi dan interaksi dengan masyarakat. Keempat kompetensi tersebut di atas wajib
dimiliki seorang guru dalam melaksanakan tugas di sekolah karena kompetensi yang dimaksud sangat berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan. Dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah, guru perlu menciptakan situasi belajar yang memungkinkan terjadinya interaksi aktif antara siswa dengan dengan siswa, siswa dengan guru maupun siswa dengan sumber belajar yang ada dalam kelas. Menurut Fuad (1995: 10) peristiwa pembelajaran di kelas perlu ditandai dengan adanya interaksi aktif edukatif. Kaitannya dengan pendapat ini, interaksi yang dimaksud yakni interaksi aktif dalam mencapai tujuan pembelajaran karena siswa bukan sesuatu yang kosong melainkan pribadi yang memiliki potensi yang harus dikembangkan lewat proses pembelajaran khususnya pada pembelajaran matematika. Matematika sebagai cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah dasar, sekolah menengah dan perguruan tinggi karena peranan matematika sangat penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan lainnya. Hal ini dipertegas oleh Hudoyo (1988: 74) bahwa matematika mempunyai peranan yang sangat esensial untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Dengan demikian matematika merupakan salah satu mata pelajaran penting dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Walaupun demikian (Soekisno, 2009 : 1) mengemukakan beberapa pelajar tidak menyukai matematika karena matematika penuh dengan hitungan dan miskin komunikasi. Ternyata pendapat ini masih relevan dengan pembelajaran di sekolah saat ini Berdasarkan pengamatan penulis pada saat melakukan praktek pengalaman lapangan (PPL) pada SMP Katolik Sapientia Kupang tahun ajaran 2010/2011 ditemukan banyak siswa tidak tuntas belajar matematika khususnya pada materi persamaan garis lurus dengan hasil tes. Kemudian Peneliti melakukan diskusi dengan guru mata pelajaran
matematika kelas VIIIB SMPN 1 Kupang Barat bahwa masalah yang ditemukan peneliti sebelumnya juga dialami sekolah ini. Pada awal tahun ajaran 2011/2012, peneliti mendatangi sekolah SMPN 1 Kupang Barat untuk mengamati pembelajaran dalam kelas VIIIB. Ternyata proses pembelajaran bersifat monoton yakni guru sekedar mengajarkan matematika secara garis besar dan memberikan contoh untuk dikerjakan bersama dengan guru kemudian memberikan tugas untuk dikerjakan dirumah. Dengan kondisi demikian kemudian dikaitkan dengan masalah sebelumnya maka perlu adanya perubahan pola pikir (Mindset) guru dalam melaksanakan pembelajaran untuk menyelesaikan masalah ketuntasan belajar. Menurut Trianto (2007:1) bahwa guru perlu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa sehingga siswa merasa tertarik. Berdasarkan alasan di atas, dan untuk mengatasi masalah yang digambarkan di atas guru perlu merubah kebiasaan mengajar. Salah satunya menerapkan model pembelajaran probing promting pada materi sub pokok bahasan persamaan garis lurus. Menurut Priatna yang dikutip (Ayu, 2010 : 1) mengatakan bahwa proses probing dapat mengaktifkan siswa dalam belajar yang penuh tantangan, membutuhkan konsentrasi dan keaktifan sehingga aktivitas komunikasi matematika cukup tinggi. Ini berarti pelaksanaan model pembelajaranan efektif selalu mengandalkan komunikasi lancar antara siswa sumber belajar lainnya. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SUB POKOK BAHASAN PERSAMAAN GARIS LURUS PADA SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 KUPANG BARAT TAHUN AJARAN 2011/2012.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan model pembelajaran probing prompting efektif dalam pembelajaran matematika sub pokok bahasan persamaan garis lurus siswa kelas VIIIB SMP Negeri 1 Kupang Barat? C. Tujuan Penelitian Berkaitan dengan rumusan masalah maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kefektifan penerapan model pembelajaran probing prompting dalam pembelajaran matematika sub pokok bahasan persamaan garis lurus pada siswa kelas VIIIB SMP Negeri 1 Kupang Barat D. Manfaat Penelitian 1. Sebagai informasi bagi guru matematika sebagai alternatif pendekatan pembelajaran pada sub pokok bahasan persamaan garis lurus 2. Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa calon guru untuk mengembang tugas di lapangan E. Definisi Operasional Untuk menghindari salah penafsiran terhadap judul penelitian ini maka perlu dijelaskan istilah yang digunakan yaitu: 1. efektif artinya ada efeknya (akibat, pengaruh); dapat membawa hasil/ berhasil guna
2. kefektifan artinya suatu tahapan untuk mencapai tujuan yang diharapkan 3. penerapan: penggunaan sesuatu metode tertentu menurut aturan/ kaidah tersendiri 4. Probing artinya penyelidikan 5. Prompting artinya mendorong atau menuntun 6. model pembelajaran probing prompting yaitu pelaksanaan pembelajaran dalam kelas dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan siswa dengan pengalaman baru 7. Persamaan garis lurus yaitu materi yang diajarkan pada siswa kelas VIIIB SMP Negeri 1 2011/2012 F. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Penelitian ini hanya dilakukan pada siswa salah satu kelas VIIIB SMP Negeri 1 Kupang Barat tahun ajaran 2011/2012 b. Materi terbatas pada sub popkok bahsan persamaan garis lurus c. Evaluasi (penilaian) pada penelitian ini hanya sebatas evaluasi tes hasil belajar