LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 55 TAHUN 2003 SERI E.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG,

dokumen-dokumen yang mirip
Perda Kab. Belitung No. 8 Tahun

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG POKOK POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JENEPONTO Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 11 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 01 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG : POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 16 TAHUN 2003 SERI D NOMOR 12

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR : 14 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG POKOK POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWATENGAH NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 02 TAHUN 2005 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 1 TAHUN 2003 SERI : A PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 01 TAHUN 2003 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut, perlu ditetapkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN GROBOGAN TAHUN ANGGARAN 2014

NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN ANGGARAN 2016

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 02 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2005

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 18 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN BARANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG POKOK POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO SERI C

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 1 TAHUN 2003 SERI E NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 09 TAHUN 2002

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 6 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA PEMERINTAH KABUPATEN BIMA. Pemerintah Kabupaten Bima Bagian Hukum Setda Bima

PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011

WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

Pemerintah Kabupaten Pandeglang:

P E R A T U R A N D A E R A H

L E M B A R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN ANGGARAN 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA SUKABUMI RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 1 TAHUN 2015 SISTEM PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

WALIKOTA MAGELANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2008

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

1 of 14 02/09/09 10:46

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2006 NOMOR : 9 SERI : E.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

WALIKOTA SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA NOMOR 2 TAHUN 2005

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 55 TAHUN 2003 SERI E.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG POKOK POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : a. b. bahwa dalam rangka percepatan dan peningkatan kualitas pembangunan serta penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme serta berorientasi kepada pelayanan umum, perlu adanya pedoman pengelolaan Keuangan Daerah yang efektif, Efisien, Transparan dan bertanggungjawab; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a tersebut diatas, dalam rangka melaksanakan Keuangan Daerah sesuai kaidah Pengelolaan Keuangan publik serta sebagai pelaksanaan lebih lanjut pasal 23 ayat (1) Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta pasal 14 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, perlu ditetapkan Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah dengan Peraturan Daerah;

2 Mengingat : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048); Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor3848); Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Nomor 75 Tahun 1999. Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 Tentang Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4010); Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara RI Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara 4286); Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4021) sebagaimana telah diubah dengan PeraturanPemerintah Nomor 84 Tahun 2001 (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4165); Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4022);

3 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. Peraturan Pemerintah Nomor 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dalam Pelaksanaan Tugas Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 203, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4023); Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 204, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4024); Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 209, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4027); Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 210 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4028); Peraturan Pemerintah Nomor 110 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 214 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4029); Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090); Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4138); Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139); Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undangan, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70);

4 19. 20. 21. 22. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 24 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Pandeglang (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 33 Seri D.7); Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 25 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Organisasi Sekretariat DPRD Kabupaten Pandeglang (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 34 Seri D.8); Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 26 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Pandeglang (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 35 Seri D.9) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 10 Tahun 2003 (Lembaran Daerah Tahun 2003 Nomor 19 Seri D.16); Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 27 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknik Daerah Kabupaten Pandeglang (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 36 Seri D.10); Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG KEUANGAN DAERAH POKOK-POKOK PENGELOLAAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Pandeglang; 2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta Perangkat Daerah Otonom yang Lain sebagai Badan Eksekutif Daerah; 3. Bupati adalah Bupati Pandeglang; 4. Wakil Bupati adalah Wakil Bupati Pandeglang;

5 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pandeglang; 6. Persetujuan DPRD adalah Persetujuan dengan Mekanisme Rapat Paripurna; 7. Perangkat Daerah adalah organisasi/lembaga pada Pemerintah Daerah yang bertanggungjawab kepada Bupati dalam penyelenggaraan Pemerintahan yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan dan Kelurahan; 8. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Pandeglang; 9. Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut Sekretariat DPRD adalah Sekretariat DPRD Kabupaten Pandeglang yang merupakan unsur pelayanan terhadap Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pandeglang; 10. Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut Sekretaris DPRD adalah Sekretaris DPRD Kabupaten Pandeglang yang bertanggungjawab kepada Pimpinan DPRD dan secara administratif dibina oleh Sekretaris Daerah; 11. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah dalam rangka penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban Daerah, dalam Kerangka Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah; 12. Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat RAPBD adalah Rancangan Rencana Keuangan Tahunan Pemerintah Daerah; 13. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD, adalah suatu Rencana Keuangan Tahunan Pemerintah Daerah yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; 14. Pemegang kekuasaan umum pengelolaan keuangan daerah adalah Bupati yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan Pengelolaan Keuangan Daerah dan mempunyai kewajiban menyampaikan pertanggungjawaban atas kewenangan tersebut kepada DPRD; 15. Perangkat pengelola Keuangan Daerah adalah perangkat Daerah yang bertanggungjawab kepada Bupati dan membantu Bupati dalam pengelolaan Keuangan Ddaerah;

6 16. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah adalah pejabat dan atau pegawai Daerah yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku diberi kewenangan tertentu dalam kerangka pengelolaan Keuangan Daerah; 17. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah adalah unsur penunjang Pemerintah Daerah dibidang perencanaan pembangunan; 18. Badan Pengawas Daerah adalah unsur penunjang Pemerintah Daerah dibidang pengawasan; 19. Bendahara Umum Daerah adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh Pemegang Kekuasaan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah untuk mengelola penerimaan dan pengeluaran Kas Daerah serta segala bentuk kekayaan Daerah lainnya; 20. Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang Daerah yang ditentukan oleh Bendahara Umum Daerah; 21. Pemegang Kas adalah orang yang ditunjuk dan diserahi tugas melaksanakan kegiatan kebendaharaan dalamrangka pelaksanaan APBD disetiap unit Pengguna Anggaran Daerah; 22. Pengguna Anggaran Daerah adalah Pejabat pemegang kekuasaan, pengguna Anggaran belanja Daerah; 23. Tim Anggaran adalah tim yang ditetapkan oleh Bupati yang bertugas menyusun strategi dan prioritas APBD bersama-sama dengan Panitia Anggaran dan menyiapkan Rancangan APBD; 24. Panitia Anggaran adalah alat kelengkapan DPRD sebagaimana diatur dalam Peraturan Tata tertib DPRD; 25. Pendapatan Daerah adalah semua penerimaan Daerah yang menjadi hak Daerah dalam periode tahun anggaran tertentu; 26. Belanja Daerah adalah semua pengeluaran Kas Daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang menjadi beban Daerah; 27. Pembiayaan adalah transaksi keuangan daerah yang dimaksudkan untuk menutup selisih antara Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah; 28. Penerimaan Daerah adalah semua penerimaan Kas Daerah dalam periode tahun anggaran tertentu;

7 29. Pengeluaran Daerah semua pengeluaran Kas Daerah dalam periode tahun anggaran yang tertentu; 30. Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari penerimaan APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam kerangka pelaksanaan desentralisasi; 31. Dana Cadangan Daerah adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang memerlukan dana relatif cukup besar yang tidak dapat dibebankan dalam satu Tahun Anggaran; 32. Sisa lebih perhitungan APBD tahun lalu adalah selisih lebih realisasi penerimaan terhadap realisasi pengeluaran Daerah dan merupakan komponen pembiayaan; 33. Barang Daerah adalah semua barang yang dimiliki dan atau dikuasai Daerah yang berasal dari pembelian dengan dana yang bersumber seluruhnya atau sebagian dari APBD dan atau berasal perolehan lainnya yang sah; 34. Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar daerah sebagai akibat penerimaan uang, barang dan atau jasa sebagai pinjaman Daerah atau akibat lainnya berdasarkan perundang-undangan yang berlaku; 35. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang menjadi hak Daerah atau kewajiban pihak lain kepada Daerah sebagai akibat penyerahan uang, barang, dan jasa sebagai pinjaman Daerah atau akibat lainnya berdasarkan perundang-undangan yang berlaku; 36. Pinjaman Daerah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah menerima dari pihak lain sejumlah uang, barang dan jasa sehingga daerah diserahi kewajiban untuk membayar kembali, tidak termasuk kredit dalam jangka pendek; 37. Rencana Strategis Daerah yang selanjutnya disingkat Renstrada adalah Dokumen perencanaan Daerah yang disahkan oleh DPRD dan Bupati, berupa Rencana Lima Tahun yang menggambarkan Visi, Misi, Tujuan, Strategi, Program dan Kegiatan Daerah; 38. Perencanaan program dan kegiatan adalah perencanaan operasional yang disusun pada setiap Tahun Anggaran;

8 39. Proyek Tahun Jamak (Multi years project ) adalah proyek fisik yang merupakan satu kesatuan dalam kontak induk yang penyelesaiannya / pelaksanaannya memerlukan waktu lebih dari satu tahun anggaran; 40. Majelis Pertimbangan Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi Keuangan dan Materiil Daerah yang selanjutnya disingkat Majelis Pertimbangan TP-TGR adalah Majelis yang mempunyai tugas mengumpulkan, menatausahakan, menganalisis dan mengevaluasi kasus TP-TGR; memproses dan melaksanakan eksekusi TP-TGR; serta memberikan saran/pertimbangan kepada Bupati atas setiap kasus TP-TGR; BAB II ASAS UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pasal 2 (1) Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib, ekonomis, efektif, efisien, transparan dan bertanggungjawab sesuai perundang-undangan yang berlaku dengan memperhatikan asas demokrasi, keadilan dan kepatutan. (2) Sambil menunggu perubahan APBD, dimungkinkan perubahan Pasal-pasal dalam APBD. Pasal 3 APBD merupakan dasar pengelolaan Keuangan Daerah dalam tahun anggaran tertentu. Pasal 4 Tahun Anggaran APBD sama dengan Tahun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Pasal 5 Semua penerimaan dan pengeluaran Daerah dalam rangka desentralisasi dicatat dan dikelola dalam APBD Pasal 6 APBD, Perubahan APBD dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD setiap tahun ditetapkan dengan Peraturan Daerah

9 Pasal 7 (1) Jumlah Pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan. (2) Jumlah Belanja yang dianggarkan dalam APBD merupakan batas tertinggi untuk setiap jenis belanja yang bersangkutan. (3) Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya ketersediaan penerimaan dalam jumlah yang cukup. (4) Setiap Pejabat Daeah dilarang melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran atas beban APBD, apabila anggaran dalam APBD tidak cukup atau tak tersedia untuk membiayai pengeluaran tersebut. (5) Perkiraan Sisa Lebih Perhitungan APBD tahun lalu dicatat sebagai saldo awal pada APBD tahun berikutnya, sedangkan realisasi Sisa Lebih Perhitungan APBD taun lalu dicatat sebagai saldo awal pada perubahan APBD. Pasal 8 (1) Penerimaan Daerah diarahkan dan dilaksanakan untuk : a. Penertiban dan Peningkatan Pendapatan Asli Daerah dengan memperhitungkan potensi objek pajak / retribusi dan sumber penerimaan lainnya; b. Usaha intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber keuangan sendiri dan usaha-usaha lain yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan; c. Usaha Peningkatan tambahan penerimaan dari Pemerintah Pusat. (2) Pengeluaran Daerah diarahkan dan dilaksanakan berdasarkan ketentuan sebagai berikut : a. Efektif, efisien dan dapat dipertanggungjawabkan serta sesuai dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan; b. Terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, program, proyek dan target kegiatan serta tugas fungsi masing-masing. Pasal 9 Setiap transaksi keuangan daerah baik penerimaan maupun pengeluaran daerah dilaksanakan melalui Kas Daerah

10 Pasal 10 (1) Bupati dapat mengusulkan penyediaan anggaran untuk membiayai Belanja tidak tersangka. (2) Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disediakan pada bagian Anggaran Belanja Tidak Tersangka dalam APBD. (3) Penggunaan Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dalam Keputusan Bupati dan diberitahukan kepada DPRD paling lambat 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal ditetapkannya Keputusan Bupati. BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pasal 11 (1) Bupati adalah pemegang kekuasaan umum pengelolaan keuangan daerah. (2) Pemegang kekuasaan umum pengelolaan keuangan daerah mempunyai kewajiban menyampaikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kewenangan tersebut kepada DPRD. (3) Wakil Bupati melaksanakan tugas dan wewenang Bupati selaku pemegang kekuasaan umum pengelolaan keuangan Daerah apabila Bupati berhalangan. Pasal 12 (1) Selaku pemegang kekuasaan umum pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 8, Bupati mendelegasikan sebagian / seluruh kewenangannya kepada Sekretaris Daerah dan atau perangkat pengelola keuangan daerah. (2) Untuk dapat melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pejabat pengelola keuangan daerah ditetapkan oleh Bupati guna melaksanakan anggaran. (3) Pengaturan tugas pokok dan fungsi setiap perangkat pengelola keuangan daerah ditetapkan dalam Peraturan Daerah. (4) Pemegang Kas tidak boleh merangkap sebagai pejabat pengelola keuangan Daerah lainnya.

11 BAB IV PENYUSUNAN DAN PENETAPAN APBD Bagian Pertama Struktur APBD Pasal 13 (1) Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari atas : a. Pendapatan Daerah; b. Belanja Daerah; c. Pembiayaan. (2) Selisih lebih Anggaran Pendapatan Daerah terhadap Anggaran Belanja Daerah dalam periode satu tahun anggaran disebut Surplus Anggaran. (3) Selisih kurang Anggaran Pendapatan Daerah terhadap Anggaran Belanja Daerah dalam periode satu tahun anggaran disebut Defisit Anggaran. (4) Jumlah Anggaran pembiayaan sama dengan jumlah Surplus/Defisit Anggaran. Pasal 14 (1) Pendapatan Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (1) huruf a dirinci menurut kelompok pendapatan dan jenis pendapatan. (2) Belanja Daerah sebagai mana dimaksud dalam pasal 13 ayat (1) huruf b dirinci menurut unit organisasi, fungsi, kelompok belanja dan jenis belanja. (3) Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (1) huruf c dirinci menurut sumber pembiayaan. (4) Rincian lebih lanjut mengenai struktur APBD dan daftar kode rekening ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pasal 15 (1) Daerah dapat membentuk Dana Cadangan guna membiayai kebutuhan dana yang tidak dapat dibebankan dalam 1(satu) tahun anggaran. (2) Dana Cadangan dibentuk dengan kontribusi tahunan dari Penerimaan APBD kecuali dari Dana Alokasi Khusus, Pinjaman Daerah dan Dana Darurat.

12 Pasal 16 (1) Penganggaran Dana Cadangan dialokasikan dari Sumber Penerimaan APBD. (2) Semua sumber penerimaan Dana Cadangan dan semua pengeluaran atas beban dana cadangan dicatat dan dikelola dalam APBD. (3) Pengeluaran untuk menutup kebutuhan sebagaimana yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang Pembentukan Dana Cadangan dibebankan pada rekening dana cadangan; (4) Posisi dana cadangan dilaporkan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan pertanggungjawaban. Pasal 17 Pembentukan, penambahan dan penggunaan dana cadangan daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Pasal 18 (1) Pemerintah Daerah dengan persetujuan DPRD dapat menyelenggarakan proyek tahun jamak. (2) Alokasi anggaran untuk proyek tahun jamak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini merupakan prioritas pada setiap tahun anggaran selama pelaksanaannya. Bagian Kedua Pembiayaan Pasal 19 (1) Pemerintah Daerah dapat mencari sumber-sumber pembiayaan lain melalui kerjasama dengan pihak lain dengan prinsip saling menguntungkan. (2) Pemerintah Daerah dapat menerbitkan obligasi, melakukan investasi dalam bentuk penyertaan modal / pembelian saham / bentuk investasi lainnya sepanjang hal tersebut menguntungkan bagi daerah.

13 (3) Penerbitan obligasi dan investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini dicantumkan pada anggaran pembiayaan dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati setelah mendapat persetujuan DPRD. (4) Pemerintah Daerah dapat mendepositokan dana yang belum terpakai dalam tahun anggaran berjalan dengan tetap memperhatikan aspek keamanan dan menguntungkan serta terjaminnya likuiditas keuangan daerah. (5) Uang milik daerah yang sementara belum digunakan dapat di Depositokan sepanjang tidak mengganggu likuiditas keuangan daerah. (6) Sumber-sumber pembiayaan lain dan investasi Pemerintah Daerah di atur dengan Peraturan Daerah tersendiri. (7) Pemerintah Daerah bertanggungjawab atas pengelolaan sumber-sumber pembiayaan lain dan investasi, dan setiap akhir tahun anggaran melaporkan hasil pelaksanaannya kepada DPRD. (8) Pemerintah Daerah bertanggungjawab atas pengelolaan pembiayaan dimaksud serta setiap akhir tahun anggaran melaporkan hasil pelaksanaan dimaksud depada DPRD. Pasal 20 (1) Apabila diperkirakan Pendapatan Daerah lebih kecil dari rencana Belanja Daerah, maka Daerah dapat melakukan pinjaman. (2) Dalam hal Pemerintah Daerah akan melakukan pinjaman harus mendapat persetujuan DPRD. (3) Kewajiban terhadap pinjaman yang jatuh tempo harus menjadi prioritas dan dianggarkan dalam APBD. (4) Setiap Perjanjian Pinjaman Daerah ditetapkan dengan Keputusan Bupati dan diundangkan dalam Lembaran Daerah. (5) Sistem dan Prosedur Pinjaman Daerah dilaksanakan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Pasal 21 (1) Pemerintah Daerah dengan persetujuan DPRD dapat melakukan pinjaman baik yang bersumber dari dalam negeri maupun luar negeri dengan prinsip kehati-hatian.

14 (2) Jenis pinjaman sebagai mana dimaksud pada ayat (1) pasal ini penggunaannya diatur sebagai berikut : a. Pinjaman jangka panjang hanya dapat digunakan untuk membiayai pembangunan sarana dan prasarana yang merupakan aset daerah dan dapat menghasilkan penerimaan untuk pembayaran kembali serta memberi manfaat bagi pelayanan masyarakat; b. Pinjaman jangka panjang tidak boleh digunakan untuk belanja administrasi umum dan belanja operasi, pemeliharaan; c. Pinjaman jangka pendek digunakan hanya untuk pengaturan arus kas dalam rangka pengelolaan Kas Daerah; d. Jenis pinjaman sebagai mana dimaksud pada ayat (1) dicantumkan pada anggaran pembiayaan. Pasal 22 (1) Batas maksimum jumlah pinjaman jangka panjang adalah pokok pinjaman Daerah yang wajib dibayar dengan jumlah kumulatif tidak melebihi 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah pendapatan APBD tahun sebelumnya yang ditentukan berdasarkan proyeksi penerimaan serta pengeluaran Daerah tahunan selama jangka waktu pinjaman. (2) Batas maksimum pinjaman jangka pendek adalah 1/6 (satu per enam) jumlah APBD tahun anggaran berjalan, dengan mempertimbangkan kecukupan penerimaan daerah untuk membayar kembali pinjaman tersebut pada waktunya. Pasal 23 Pemerintah Daerah dilarang melakukan perjanjian yang bersifat penjaminan yang mengakibatkan beban atas keuangan Daerah. Pasal 24 Semua pembayaran yang menjadi kewajiban Daerah yang jatuh tempo atas pinjaman daerah merupakan prioritas untuk dianggarkan dalam APBD.

15 Pasal 25 Tata cara pengelolaan pinjaman daerah ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Bagian Ketiga Proses Penyusunan APBD Pasal 26 (1) Proses Penyusunan APBD adalah sebagai berikut : a. DPRD melakukan penyerapan aspirasi dari masyarakat yang dituangkan dalam pokok-pokok pikiran DPRD yang dilanjutkan dengan Penyusunan perkiraan awal APBD oleh Pemerintah Daerah; b. Dalam rangka menyiapkan rancangan APBD, Pemerintah Daerah bersama-sama DPRD menyusun arah dan Kebijakan Umum APBD; c. Berdasarkan arah dan kebijakan umum APBD Pemerintah Daerah menyusun Strategi dan Prioritas APBD; d. Arah dan kebijakan umum APBD ditetapkan dengan Keputusan Bupati; e. Berdasarkan strategi dan prioritas APBD, Pemerintah Daerah terlebih dahulu menyusun program dan kegiatan selambat-lambatnya pada bulan Agustus; f. Berdasarkan program dan kegiatan dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi serta keuangan daerah, Pemerintah Daerah menyiapkan rancangan APBD; g. Mekanisme penyiapan/penyusunan rancangan APBD ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (2) Penyusunan APBD harus berdasarkan pada Rencana Strategis Daerah yang disusun oleh Pemerintah Daerah dan DPRD. Pasal 27 (1) APBD disusun dengan pendekatan kinerja yang memuat : 1. Sasaran yang diharapkan menurut fungsi belanja; 2. Standar pelayanan yang diharapkan dan perkiraan biaya satuan komponen kegiatan yang bersangkutan; 3. Bagian pendapatan APBD yang membiayai administrasi umum, belanja operasi, pemeliharaan sarana dan prasarana publik, serta belanja modal / pembangunan.

16 (2) Untuk mengukur kinerja keuangan Pemerintah Daerah dikembangkan standar analisa belanja, tolok ukur kinerja dan standar biaya yang akan ditentukan lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. Bagian Keempat Proses Penetapan APBD Pasal 28 (1) Tim Anggaran Pemerintah Daerah membahas pra rancangan APBD bersama panitia Anggaran Legislatif. (2) Bupati menyampaikan rancangan APBD kepada DPRD untuk mendapat persetujuan. (3) Rancangan APBD memerlukan persetujuan DPRD untuk ditetapkan menjadi APBD dalam rapat paripurna DPRD. (4) RAPBD ditetapkan menjadi APBD dalam rapat paripurna DPRD. Pasal 29 Penetapan Peraturan Daerah tentang APBD selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah APBN ditetapkan. Pasal 30 (1) Apabila rancangan APBD tidak disetujui DPRD Pemerintah Daerah berkewajiban menyempurnakan rancangan APBD tersebut yang harus disampaikan kembali kepada DPRD dalam waktu selambat-lambatnya 1(satu) bulan. (2) Apabila dalam waktu 15 hari (lima belas) hari kerja setelah disampaikan penyempurnaan rancangan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum memperoleh persetujuan DPRD, maka Pemerintah Daerah menggunakan APBD tahun sebelumnya sebagai dasar pengelolaan keuangan daerah. Pasal 31 (1) Peraturan Daerah tentang APBD yang telah diundangkan dijabarkan lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. (2) Penjabaran lebih lanjut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini adalah sebagai dasar pelaksanaan teknis pengelolaan APBD.

17 (3) Anggaran yang tercantum dalam Keputusan Bupati tentang Penjabaran Peraturan Daerah tentang APBD merupakan anggaran manajemen. Bagian Kelima Perubahan APBD Pasal 32 (1) Perubahan APBD dilakukan dengan pertimbangan untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi. (2) Perubahan APBD hanya dapat dilakukan sehubungan dengan : a. Penyesuaian akibat tidak tercapainya target penerimaan daerah dari yang telah ditetapkan; b. Kebijakan Pemerintah Pusat dan atau Pemerintah Daerah yang bersifat strategis; c. Terjadinya kebutuhan yang mendesak. (3) Bupati menyampaikan rancangan perubahan APBD kepada DPRD untuk mendapat persetujuan. (4) Rancangan perubahan APBD ditetapkan menjadi perubahan APBD dalam rapat paripurna. (5) Perubahan APBD ditetapkan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan berakhir. BAB V KEDUDUKAN KEUANGAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI Bagian pertama Gaji dan Tunjangan Pasal 33 (1) Bupati dan Wakil Bupati diberikan gaji yang terdiri dari gaji pokok, tunjangan jabatan dan tunjangan lainnya.

18 (2) Besarnya gaji pokok Bupati dan Wakil Bupati sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. (3) Bupati dan wakil Bupati tidak dibenarkan menerima penghasilan dan atau fasilitas rangkap dari negara. (4) Tunjangan jabatan dan tunjangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku bagi pejabat negara, kecuali ditentukan lain berdasarkan ketentuan perundang-undangan. Bagian Kedua Sarana dan Prasarana Pasal 34 (1) Bupati dan Wakil Bupati disediakan masing-masing : a. Sebuah rumah jabatan beserta perlengkapannya. b. Sebuah Kendaraan dinas jabatan. (2) Apabila Bupati dan Wakil Bupati berhenti dari jabatannya, rumah jabatan beserta perlengkapannya dan kendaraan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diserahkan kembali secara lengkap dan dalam keadaan baik kepada Pemerintah Daerah. Bagian Ketiga Biaya Operasional Pasal 35 (1) Didalam melaksanakan tugasnya, Bupati dan wakil Bupati karena jabatannya disediakan anggaran belanja. (2) Anggaran Belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari : a. Biaya rumah tangga; b. Biaya Pembelian inventaris rumah jabatan; c. Biaya pemeliharaan rumah jabatan dan inventaris yang digunakan; d. Biaya pemeliharaan kendaraan dinas;

19 e. Biaya pemeliharaan kesehatan; f. Biaya perjalanan dinas; g. Biaya pakaian Dinas; h. Biaya penunjang Operasional. (3) Besarnya anggaran belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. BAB VI KEDUDUKAN KEUANGAN DPRD Bagian Pertama Hak Keuangan / Administrasi Pasal 36 (1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, bagi DPRD disediakan pembiayaan yang dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. (2) Dalam rangka penyelenggaraan kegiatan DPRD, atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah disediakan pembiayaan DPRD sebagai berikut : a. Uang Representasi; b. Uang Paket; c. Tunjangan jabatan; d. Tunjangan Komisi; e. Tunjangan Khusus; f. Tunjangan Perbaikan Penghasilan; g. Tunjangan Kesejahteraan; h. Pakaian Dinas; i. Tunjangan Kesehatan; j. Uang Duka. (3) Disamping pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, sesuai kemampuan keuangan daerah dapat disediakan tambahan biaya untuk : a. Sarana mobilitas pimpinan; b. Sarana mobilitas Fraksi; c. Sarana mobilitas Komisi;

20 (4) Sesuai dengan kemampuan keuangan daerah, bagi Pimpinan dan Anggota DPRD selama memangku jabatannya dapat disediakan rumah dinas jabatan. (5) Apabila Pimpinan dan Anggota DPRD berhenti dari jabatannya, sarana mobilitas dan rumah dinas jabatan beserta perlengkapannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan (4) Pasal ini harus diserahkan kembali secara lengkap dan dalam keadaan baik kepada Pemerintah Daerah. Pasal 37 Jenis serta besarnya hak keuangan anggota DPRD ditetapkan dengan keputusan DPRD sesuai dengan pagu anggaran yang telah tersedia dalam APBD dan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Bagian Kedua Pengelolaan Keuangan DPRD Pasal 38 (1) DPRD beserta Sekretaris DPRD menyusun rencana Anggaran Belanja DPRD setiap tahun. (2) Anggaran belanja DPRD dan Sekretariat DPRD merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari APBD (3) Pengelolaan keuangan DPRD dilaksanakan Sekretaris DPRD dengan berpedoman pada perundang-undangan yang berlaku. BAB VII PELAKSANAAN ANGGARAN DAN TATA USAHA KEUANGAN DAERAH Bagian Pertama Penerimaan dan pengeluaran APBD Pasal 39 Semua transaksi keuangan Daerah, baik penerimaan Daerah maupun pengeluaran Daerah dilaksanakan melalui Kas Daerah.

21 Pasal 40 (1) Setiap perangkat daerah yang mempunyai tugas memungut/menerima pendapatan daerah wajib melaksanakan intensifikasi pemungutan pendapatan tersebut. (2) Semua manfaat yang bernilai uang berupa komisi, rabat, potongan, bunga atau nama lainnya sebagai akibat pengadaan barang dan jasa penyimpanan dan atau penempatan uang daerah adalah merupakan pendapatan daerah. (3) Semua penerimaan Daerah disetor sepenuhnya dan tepat waktu ke kas daerah sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 41 Bupati berkewajiban melaksanakan semua peraturan mengenai pendapatan Daerah serta menagih semua piutang Daerah dan dipertanggungjawabkan tepat pada waktunya. Pasal 42 Tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APBD tidak dapat dilakukan sebelum ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang APBD dan ditempatkan dalam Lembaran Daerah. Pasal 43 Setiap pengeluaran atas beban APBD diterbitkan Surat Keputusan Otorisasi atau surat keputusan lainnya yang disamakan dengan itu oleh pejabat yang berwenang. Pasal 44 (1) Setiap pembebanan APBD harus didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih. (2) Setiap orang yang diberi wewenang menandatangani dan atau mengesahkan surat bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas beban APBD, bertanggungjawab atas kebenaran dan akibat penggunaan bukti tersebut.

22 Pasal 45 (1) Pengguna anggaran Daerah harus mengajukan Surat Permintaan Pembayaran untuk melaksanakan pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 47 ayat (2). (2) Pembayaran yang membebani APBD dilakukan dengan Surat Perintah Membayar. (3) Bendaharawan Umum Daerah membayar berdasarkan Surat Perintah Membayar. Pasal 46 Bagi Pegawai Negeri Sipil Daerah dapat diberikan tambahan penghasilan berdasarkan pertimbangan yang objektif dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah dan memperoleh persetujuan DPRD sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Pasal 47 (1) Pergeseran anggaran hanya dapat dilakukan untuk jenis-jenis pengeluaran dalam satu kelompok dan satu bagian anggaran, kecuali belanja modal. (2) Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini dapat dilaksanakan apabila didalam Peraturan Daerah tentang APBD ditunjuk dan disebut satu demi satu kode rekening pengeluaran yang boleh digeser. (3) Keputusan tentang pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) Pasal ini ditetapkan oleh Bupati dan disampaikan kepada Pejabat yang berwenang dan DPRD. Bagian Kedua Pengadaan Barang dan Jasa Daerah Pasal 48 (1) Pengadaan barang dan atau jasa hanya dapat dibebankan kepada APBD untuk pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi perangkat Daerah dan Sekretariat DPRD. (2) Prosedur dan mekanisme pengadaan barang dan jasa atas beban APBD diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

23 Bagian Ketiga Pengelolaan Barang dan Jasa Daerah Pasal 49 (1) Bupati mengatur pengelolaan barang dan jasa daerah. (2) Pimpinan Perangkat Daerah dan Sekretaris DPRD adalah sebagai pengguna dan pengelola barang dan jasa bagi unit kerja yang dipimpinnya. Pasal 50 Pengguna barang Daerah wajib mengelola barang Daerah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 51 Perolehan barang Daerah berasal dari pembelian dengan dana yang bersumber seluruhnya atau sebagian dari APBD, dan atau dari hibah, bantuan, sumbangan, wakaf dan kewajiban pihak ketiga. Pasal 52 Pencatatan barang Daerah dilakukan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah. Pasal 53 (1) Barang Daerah yang digunakan untuk melayani kepentingan umum tidak dapat digadaikan, dibebani hak tanggungan dan atau dipindahtangankan. (2) Bupati dengan persetujuan DPRD dapat mengeluarkan keputusan tentang : a. Penghapusan tagihan daerah sebagian/seluruhnya; b. Persetujuan penyelesaian sengketa perdata secara damai; c. Tindakan hukum lain mengenai barang milik daerah, meliputi menjual menggadaikan, menghibahkan, tukar guling, dan atau memindah tangankan.

24 Pasal 54 Penghapusan barang bergerak dan tidak bergerak ditetapkan dengan Keputusan Bupati setelah memperoleh persetujuan DPRD. Pasal 55 Pelepasan hak atas tanah dan bangunan milik Daerah dengan cara ganti rugi dan atau tukar menukar harus mendapat persetujuan DPRD. Pasal 56 Dalam hal pengelolaan barang Daerah menghasilkan penerimaan, maka seluruh penerimaan tersebut disetor langsung ke Kas Daerah. Pasal 57 (1) Perangkat Daerah dan Sekretariat DPRD bertanggungjawab atas pengamanan barang Daerah yang berada dalam kewenangannya. (2) Barang daerah dapat diasuransikan sesuai dengan kemampuan keuangan daerah. Bagian Keempat Proses Penatausahaan dan Akuntansi Keuangan Daerah Pasal 58 (1) Penatausahaan dan Akuntansi Keuangan Daerah berpedoman pada standar akuntansi keuangan pemerintah yang berlaku. (2) Penatausahaan Keuangan Daerah memuat sistem dan prosedur akuntansi yang meliputi dokumen, catatan, fungsi dan prosedur penatausahaan dalam mekanisme pengelolaan Keuangan Daerah.

25 BAB VIII PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH Bagian Pertama Umum Pasal 59 Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, Bupati bertanggungjawab kepada DPRD Pasal 60 Pertanggungjawaban Bupati terdiri dari : a. Pertanggungjawaban akhir tahun anggaran; b. Pertanggungjawaban akhir masa jabatan; c. Pertanggungjawaban untuk hal tertentu. Pasal 61 (1) Pertanggungjawaban Bupati dinilai berdasarkan tolok ukur Renstrada (2) Renstrada sebagai mana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Bagian kedua Laporan Keuangan Daerah Pasal 62 Laporan keuangan Daerah terdiri dari laporan triwulan dan laporan pertanggungjawaban akhir tahun anggaran. Pasal 63 (1) Setiap Triwulan Pemerintah Daerah menyusun laporan realisasi pelaksanaan APBD dan laporan tersebut diserahkan kepada DPRD.

26 (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini disampaikan paling lambat 30 (tiga puluh ) hari setelah berakhirnya triwulan yang bersangkutan. Pasal 64 Pemerintah Daerah menyusun laporan pertanggungjawaban pada setiap akhir tahun anggaran dalam bentuk perhitungan anggaran yang terdiri atas : a. Laporan Realisasi APBD; b. Catatan atas laporan yang memuat tentang kinerja keuangan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang memuat antara lain: 1. Kinerja daerah dalam rangka pelaksanaan program yang direncanakan dalam APBD tahun anggaran yang bersangkutan; 2. Kinerja pelayanan yang dicapai yang mengacu pada standar pelayanan minimal; 3. Bagian Belanja APBD yang digunakan untuk membiayai administrasi umum, kegiatan operasi, pemeliharaan sarana dan prasarana publik, belanja modal, belanja transfer, dan belanja tak tersangka; 4. Bagian Belanja APBD yang digunakan untuk anggaran DPRD dan Sekretariat DPRD; 5. Posisi Dana Cadangan Daerah; c. Neraca daerah; d. Laporan Aliran Kas. Pasal 65 (1) Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 huruf a dan Pasal 64 dibacakan Bupati di depan rapat-rapat paripurna DPRD paling lambat 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran dan setelah pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan. (2) Laporan pertanggungjawaban akhir tahun anggaran yang telah dibacakan Bupati, kemudian diserahkan kepada DPRD, untuk selanjutnya dilakukan penilaian sesuai dengan mekanisme dan ketentuan yang berlaku. Pasal 66 (1) Apabila Laporan Pertanggungjawaban sebagai mana dimaksud dalam Pasal 60 huruf a dan Pasal 64 tidak disetujui DPRD, Bupati berkewajiban menyempurnakan Laporan Pertanggungjawaban tersebut dan harus disampaikan kembali kepada DPRD dalam waktu selambat-lambatnya 1 (satu) bulan.

27 (2) Apabila dalam waktu 15 (lima belas) hari kerja setelah disampaikan penyempurnaan, Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditolak untuk kedua kalinya, maka DPRD dapat mengusulkan pemberhentian Bupati dan Wakil Bupati kepada Presiden melalui Gubernur. Bagian Ketiga Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan dan Pertanggungjawaban Untuk Hal tertentu Pasal 67 Pertanggungjawaban Akhir masa jabatan dan pertangungjawaban untuk hal tertentu yang berkaitan dengan keuangan daerah dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB IX PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN KEUANGAN DAERAH Bagian Pertama Pengawasan DPRD Pasal 68 Pengawasan atas pelaksanaan APBD dilakukan oleh DPRD. Bagian Kedua Pengawasan Fungsional Pasal 69 (1) Pengawasan fungsional atas pengelolaan keuangan Daerah dilakukan oleh Badan Pengawas Daerah. (2) Hasil pengawasan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada Bupati. Bagian Ketiga Pemeriksaan Pasal 70 Pemeriksaan atas pelaksanaan, pengelolaan dan pertanggungjawaban Keuangan Daerah dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

28 BAB X KERUGIAN KEUANGAN DAERAH Pasal 71 (1) Setiap kerugian Daerah baik yang langsung maupun yang tidak langsung sebagai akibat perbuatan melanggar hukum atau kelalaian harus diganti oleh yang bersalah dan atau yang lalai. (2) Setiap Pimpinan Perangkat Daerah wajib segera melaporkan kepada Bupati setiap kerugian keuangan daerah yang terjadi dilingkungannya. (3) Bupati wajib melakukan tuntutan perbendaharaan dan atau tuntutan ganti rugi atas setiap kerugian keuangan daerah yang diakibatkan oleh perbuatan melanggar hukum atau kelalaian Pejabat Pengelola Keuangan Daerah setelah mendapat pertimbangan dari Majelis Pertimbangan TP-TGR. (4) Penyelesaian kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 72 Untuk setiap perbuatan yang menimbulkan kerugian Keuangan Daerah dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB XI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 73 Ketentuan-ketentuan Perundang-undangan yang berkaitan dengan Pengelolaan Keuangan Daerah yang telah diatur terdahulu, sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini, dinyatakan masih tetap berlaku sampai ada ketentuan lebih lanjut. BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 74 Hal-hal yang merupakan pelaksanaan lebih lanjut dari Peraturan Daerah ini ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

29 Pasal 75 Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2004. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang. Diundangkan di Pandeglang pada tanggal 1 Desember 2003 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG, Cap/Ttd ERWAN KURTUBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2003 NOMOR 55 SERI E.4 Disahkan di Pandeglang pada tanggal 20 Nopember 2003 BUPATI PANDEGLANG, Cap/Ttd A. DIMYATI NATAKUSUMAH Mur-Perda-Pengelola-Keuangan