Instalasi Rehabilitasi Medik RS Stroke Nasional Bukittinggi 2017
Stroke adalah kumpulan gejala kelainan neurologis lokal yang timbul mendadak akibat gangguan peredaran darah di otak yang disebabkan oleh penyakit atau kelainan yang juga merupakan faktor resiko. Gejala tersebut dapat disertai atau tidak disertai gangguan kesadaran dan manifestasi klinisnya tergantung lokasi lesi neuroanatomis. Kelemahan anggota gerak merupakan kelainan yang sering ditemukan pada penderita stroke. Kelainan lain yang juga sering ditemukan adalah gangguan bicara, menelan, afasia, gangguan kognitif, hilangnya fungsi sensorik, dan gangguan penglihatan. Peningkatan tonus otot, kelemahan, depresi, dan nyeri merupakan gejala yang dapat timbul setelah stroke terjadi.
Rehabilitasi stroke adalah pengelolaan medik dan rehabilitasi yang komprehensif terhadap disabilitas yang diakibatkan oleh stroke melalui pendekatan neurorehabilitasi dengan tujuan mengoptimalkan pemulihan dan atau memodifikasi gejala sisa yang ada agar penyandang stroke mampu melakukan aktivitas fungsional secara mandiri, dapat beradaptasi dengan lingkungan dan mencapai hidup yang berkualitas. Tatalaksana Rehabilitasi Stroke dibedakan dalam tiga fase yaitu fase akut, fase subakut dan fase kronis, dimana masingmasing fase mempunyai tujuan dan tatalaksana rehabilitasi yang berbeda. A. REHABILITASI STROKE FASE AKUT Stroke fase akut ditandai oleh kondisi hemodinamis dan neurologis yang belum stabil. Fase ini dapat berlangsung beberapa hari sampai 2 minggu pasca stroke, tergantung jenis dan keparahan stroke yang terjadi. Tatalaksana Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi pada fase akut ditujukan untuk meminimalkan disabilitas akibat stroke dan mengoptimalkan pemulihan fungsional dengan memberikan intervensi rehabilitasi medik yang bertujuan membantu perbaikan perfusi otak dan mencegah komplikasi yang terjadi akibat stroke dan efek omobilitas / tirah baring. Kemampuan menetapkan mobilisasi pasien sedini mungkin sesuai kondisi medisnya merupakan faktor kritis keberhasilan rehabilitasi. Pasien stroke akut sebaiknya dirawat di unit stroke dalam penanganan tim stroke multidisiplin yang bekerja secara terkoordinir. Tim stroke multidisiplin terdiri dari dokter spesialis, perawat rehabilitasi, fisioterapis, terapis okupasi, terapis wicara, serta petugas sosial medik. Pasien dan keluarga juga merupakan bagian dari tim dan diikutsertakan dalam proses rehabilitasi.
B. REHABILITASI STROKE FASE SUBAKUT Stroke fase subakut ditandai oleh kondisi medis dan hemodinamik telah stabil dan adanya proses pemulihan dan reorganisasi pada sistem syaraf. Fase pemulihan ini umumnya berlangsung mulai dari 2 minggu sampai dengan 6 bulan pasca stroke. Fase ini merupakan fase penting untuk pemulihan fungsional (golden period). Pasien dengan tingkat keparahan berat dengan prognosis fungsional buruk maka program rehabilitasi difokuskan pada edukasi pada keluarga/caregivers tentang perawatan pasien, program rehabilitasi paliatif, penyediaan alat bantu atau aksesibilitas yang mendukung agar tetap tercapai hidup yang berkualitas. Tatalaksana Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi pada fase subakut bertujuan untuk mengoptimalkan pemulihan kemampuan fungsional seseorang setelah stroke sesuai dengan kondisi dan tingkat keparahan stroke berdasarkan motor relearning dan plastisitas otak sehingga mampu melakukan aktivitas sehari-hari dan perannya secara mandiri.goal/tujuan rehabilitasi perlu juga mempertimbangkan psikososioekonomi, dukungan keluarga dan lingkungan dimana pasien tinggal dan bekerja. C. REHABILITASI STROKE FASE KRONIK Stroke fase kronis ditandai dengan sudah terbentuknya reorganisasi sistem saraf, dimana proses pemulihan selanjutnya didasarkan pada adaptasi dan kompensasi terhadap disabilitas yang ada. Fase ini umumnya terjadi setelah 6 bulan pasca stroke. Fokus utama asesmen stroke fase kronis adalah untuk menilai apakah ada fungsi yang masih bisa dimaksimalkan ditambah dengan persiapan kembali ke lingkungan dan masyarakat, menilai kemandirian / ketergantungan pasien secara menyeluruh,
termasuk penilaian mengenai faktor resiko serta penyakit atau kondisi penyulit lain yang mempengaruhi kemandirian pasien. Dalam fase ini Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi harus mampu mengenali kemampuan optimal pasien (menetapkan derajat disabilitas dan handicap) dan mengembalikan peran yang mampu dilakukan pasien dalam keluarga, lingkungan dan masyarakat. Sumber Daya Manusia No Fungsi Jumlah (orang) 1 Dokter Sp.KFR 2 2 Fisioterapi 11 3 Terapi Wicara 7 4 Terapi Okupasi 2 5 Ortotis Prostetis 2 Fasilitas dan Layanan No Fungsi Fasilitas / Layanan 1 Fisioterapi Infra Red, SWD, MWD, Tilting Table, US, Traksi, Vibrator, ES, Exercise, Senam Stroke, Chest Therapy, Latihan Khusus, Manipulasi, Hidroterapi, Akupuntur Manual, Paralel Bar, Bola Bobath, Bobath Exercise, Ergocycle, Treadmill, En Tree, NK Table
2 Okupasi Terapi Latihan ADL, Sensori Integrasi, Snozelen, Terapi Relaksasi, Terapi Perilaku, Hand Function Exercise, Home Program, Produktifitas/Leisure, Academic Skill, Terapi Bermain 3 Terapi Wicara Spirometri, Breathing Exercise, Latihan Bicara, Latihan Menelan, Latihan Memori, Oromotor Exercise, Vital Stim 4 Ortotik Prostetik Spinal Brace, AFO, KAFO, Shoulder Support, Walker, Tripod, Resting Splint, Ortosa, Protesa (Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi / SpKFR)
(Fisioterapis)
(Terapis wicara) (Terapis Okupasi) Ortotis Prostetis