HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN KEJADIAN GASTRITIS DI KLINIK DHANANG HUSADA SUKOHARJO

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN KEJADIAN GASTRITIS DI KLINIK DHANANG HUSADA SUKOHARJO ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa. Gastritis atau dikenal dengan sakit maag merupakan. oleh faktor iritasi dan infeksi (Rahma, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan beberapa faktor atau pun kondisi setempat antara lain faktor

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari hari, yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kesatuan antara jasmani dan rohani, manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar sekitar 1,8-2,1 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi akibat ketidakteraturan makan, misalnya makan terlalu banyak,

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. peradangan pada mukosa lambung. Gejala umum pada penyakit gastritis yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

Dewi Karwati 1) Nur lina, SKM, M.Kes dan Kiki Korneliani, SKM, M.Kes 2)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kasus-kasus penyakit tidak menular yang banyak disebabkan oleh gaya

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

deskriptif korelation yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non-eksperimental dan

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. menjadi salah satu penyebab sindrom dispepsia (Anggita, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. paling mengangguan kesehatan dan sering dijumpai di klinik karena diagnosanya

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlational yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi, karena menjelaskan hubungan antara dua variabel yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional yaitu suatu penelitian dengan cara pendekatan,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA PUTRI DI SMK MURNI 1 SURAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2003). Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

BAB 1 PENDAHULUAN. paling sering terjadi. Peningkatan penyakit gastritis atau yang secara umum

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan tingkat pengetahuan

BAB III METODE PENELITIAN. antara faktor dengan efek (Notoatmodjo, 2007). Pada penelitian ini, peneliti

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. (umur, status pendidikan, status ekonomi (pendapatan), pengetahuan, tipe

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah descriptive colerational yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian diskriptif korelatif karena menjelaskan hubungan antara dua

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan

HUBUNGAN ANTARA SARAPAN PAGI DENGAN SINDROM DISPEPSIA PADA REMAJA DI SMP N 16 SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. perilaku hidup sehatnya, khususnya pada pola makannya sehari-hari.

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian rancangan Survei Analitik dimana mengetahui hubungan antara

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian secara observasional analitik dengan rancangan cross sectional.

HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN GASTRITIS PADA REMAJA KELAS XI IPA DI SMA NEGERI 9 MANADO MAREYKE SAROINSONG HENRY PALANDENG HENDRO BIDJUNI

BAB III METODA PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah discriptive correlation, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. variabel. Peneliti dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan,

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 6 Gorontalo mulai 5 Mei sampai dengan 5 juni

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA STRES, POLA MAKAN DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TERJADINYA KEKAMBUHAN PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS BENDOSARI SUKOHARJO

BAB III METODE PENELITIAN. experimental dengan pendekatan pretest and posttest with control group

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelational untuk

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. Demak, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan

PENGARUH FREKUENSI KONSUMSI MAKANAN JAJANAN TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA ANAK SEKOLAH DI SD MUHAMMADIYAH WONOREJO KARYA TULIS ILMIAH

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan pencernaan. Salah satunya dispepsia. Dispepsia adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. variabel dependent. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN KEJADIAN GASTRITIS DI KLINIK DHANANG HUSADA SUKOHARJO SKRIPSI Untuk memenuhi persyaratan mencapai Sarjana Keperawatan Oleh : Dhanang Prasetyo NIM ST13018 PROGAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

2 LEMBAR PENGESAHAN Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul : HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN KEJADIAN GASTRITIS DI KLINIK DHANANG HUSADA SUKOHARJO Oleh Dhanang Prasetyo NIM ST13018 Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 7 Agustus 2015 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan Pembimbing utama, Pembimbing pendamping, Atiek Murharyati, S.Kep, Ns, M.Kep Anissa Cindy Nurul A., S.Kep, Ns, M.Kep NIK. 200680021 NIK. 201188087 Penguji, Rahajeng Putriningrum, S.ST, M.Kes NIK. 201083059 Surakarta, 7 Agustus 2015 Ketua Program Studi S-1 Keperawatan, Wahyu Rima Agustin, S.Kep, Ns, M.Kep NIK. 201279102 ii

3 SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Dhanang Prasetyo NIM : ST13018 Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1) Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun perguruan tinggi lain. 2) Skripsi ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing dan masukan dari tim penguji. 3) Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka. 4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini. Surakarta, Agustus 2015 Yang membuat pernyataan, Dhanang Prasetyo NIM ST13018 iii

4 KATA PENGANTAR Puji syukur dan sujud syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala keagungan dan kemahabesarannya. Hanya dengan petunjuk, rahmat dan karunianya hingga skripsi yang berjudul HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN KEJADIAN GASTRITIS DI KLINIK DHANANG HUSADA SUKOHARJO ini dapat terselesaikan. Proses penyusunan skripsi ini tidak sedikit halangan dan rintangan yang penulis hadapi. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi perbaikan skripsi ini. Atas bantuan, arahan dan motivasi yang senantiasa diberikan selama penyusunan skripsi ini, dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan ucapan terimakasih kepada : 1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Atiek Murharyati, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu dan begitu bijaksana dalam memberikan arahan, bimbingan serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 4. Anissa Cindy Nurul A., S.Kep, Ns, M.Kep, selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dan begitu bijaksana dalam memberikan arahan, bimbingan serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 5. Seluruh dosen, staf pengajar dan karyawan STIKes Kusuma Husada yang telah banyak memberikan wawasan dan segala bentuk bantuan kepada penulis. iv

5 6. Segenap pasien yang melakukan pemeriksaan di Klinik Dhanang Husada Sukoharjo yang telah berkenan menjadi responden dalam penelitian ini. 7. Bapak dan ibu yang tak henti-hentinya mendoakan penulis dan selalu memberikan motivasi serta dukungan terbesar kepada penulis. 8. Istri dan anakku tercinta, yang telah memberikan motivasi dan doa serta kasih sayangnya. Surakarta, Agustus 2015 Penulis v

6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... ABSTRACT... i ii iii iv vi viii ix x xi xii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang... 1 1.2. Rumusan masalah... 4 1.3. Tujuan penelitian... 5 1.4. Manfaat penelitian... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan teori... 7 2.1.1 stres... 7 2.1.2 gastritits... 11 2.2. Keaslian penelitian... 20 2.3. Kerangka teori... 21 2.4. Kerangka konsep... 21 vi

7 2.5. Hipotesis... 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan rancangan penelitian... 23 3.2 Populasi dan sampel... 23 3.3 Tempat dan waktu penelitian... 25 3.4 Variabel, definisi operasional dan skala pengukuran... 25 3.5 Alat penelitian dan cara pengumpulan data... 26 3.6 Teknik pengolahan data dan analisa data... 28 3.7 Etika penelitian... 31 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Karakteristik responden... 33 4.2. Analisis univariat... 34 4.3. Analisis bivariat... 35 BAB V PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik responden... 36 5.2. Tingkat stres... 38 5.3. Kejadian gastritits... 39 5.4. Hubungan antara stres dengan kejadian gastritis... 40 BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan... 44 6.2. Saran... 44 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii

8 DAFTAR TABEL Nomor tabel Judul tabel Halaman Tabel 2.1 Keaslian penelitian... 20 Tabel 3.1 Definisi operasional... 26 Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur... 33 Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan 33 Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan... 34 Tabel 4.4 Analisis univariat variabel stres... 34 Tabel 4.5 Analisis univariat kejadian gastritits... 35 Tabel 4.6 Tabulasi silang variabel stres dengan kejadian gastritis. 36 viii

9 DAFTAR GAMBAR Nomor gambar Judul gambar Halaman Gambar 2.1 Kerangka teori 21 Gambar 2.2 Kerangka konsep 21 ix

10 DAFTAR LAMPIRAN Nomor lampiran Keterangan 1 F01 Usulan topik penelitian 2 F02 Pengajuan judul skripsi 3 F04 Pengajuan ijin studi pendahuluan 4 F07 Pengajuan ijin penelitian 5 Jadwal penelitian 6 Surat studi pendahuluan 7 Surat ijin penelitian 8 Surat keterangan balasan penelitian 9 Lembar permohonan menjadi responden 10 Lembar persetujuan menjadi responden 11 Kuesioner 12 Tabulasi hasil penelitian 13 Hasil penelitian SPSS 14 Lembar konsultasi x

11 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 Dhanang Prasetyo Hubungan Antara Stres Dengan Kejadian Gastritis di Klinik Dhanang Husada Sukoharjo Abstrak Gastritis atau dikenal dengan sakit maag adalah peradangan dari mukosa lambung yang disebabkan faktor iritasi dan infeksi. Gejala gastritis yaitu nyeri ulu hati, rasa tidak nyaman, nyeri pada saluran pencernaan, mual, muntah, kembung, lambung terasa penuh dan sakit kepala. Kekambuhan penyakit gastritis atau gejala muncul berulang karena salah satunya dipengaruhi faktor kejiwaaan atau stres. Hasil studi pendahuluan di Klinik Dhanang Husada terletak di tengah pemukiman padat penduduk dan disekitarnya berdiri pabrik-pabrik konveksi pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2014 terdapat 214 pasien dengan gastritis dan dari hasil wawancara dengan pasien diketahui bahwa pasien berobat dengan gejala keluhan sakit perut bagian atas yang disebabkan karena mengabaikan atau melupakan waktu makan karena kesibukan kerja dan tekanan pekerjaan yang berlebihan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan stres dengan kejadian gastritits. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik deskriptif dengan desain cross sectional. Teknik sampling menggunakan insidental sampling pada 70 wanita usia produktif yang datang ke klinik Dhanang Husada Sukoharjo dengan gejala gastritis. Penelitian dilakukan di Klinik Dhanang Husada Sukoharjo. Cara pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik analisis menggunakan chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden dengan stres pada tingkat sedang yaitu sebanyak 28 orang (40,0%), responden menderita gastritis sebanyak 39 orang (44,3%) dan ada hubungan antara stres dengan kejadian gastritis ( 2 = 20,93) dan secara statistik signifikan (p = 0,000 < 0,05), dimana semakin tinggi tingkat stres maka semakin rentan terkena gastritis. Pasien hendaknya menekan terjadinya stres karena dapat menyebabkan terjadinya gastritis, salah satu upaya mengurangi stres adalah dengan mengurangi jam kerja ataupun menambah waktu istirahat Kata Kunci : stres, gastritis, wanita usia produktif Daftar Pusatka : 26 (2005-2014) xi

12 BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA 2015 Dhanang Prasetyo Correlation between Stress and Gastritis Incidence at Dhanang Husada Clinic of Sukoharjo ABSTRACT Gastritis or known as peptic ulcer is an inflammation of the gastric mucosa caused by irritation and infection factors. The symptoms of gastritis are heartburn, discomfort, pain in the gastrointestinal tract, nausea, vomiting, abdominal bloating, gastritis fullness feeling and headache. One of the causes of gastritis or the symptoms recurrence is psychological factor or stress. The result of preliminary research at Dhanang Husada Clinic located in the middle of densely populated settlement and surrounded by convection factories, which was done in July to August 2014 shows that there were 214 patients with gastritis. Moreover, the interview with the patients shows that patients with upper abdominal pain due to neglecting or forgetting the mealtime because of busy work and excessive work pressure were admitted to the aforementioned clinic. The objective of this research is to analyze the correlation between the stress and the gastritis incidence. This research used the descriptive analytic observational method with the cross-sectional design. The samples of research consisted of 70 productive age women gastritis who were admitted to Dhanang Husada Clinic of Sukoharjo. The data of research were collected through questionnaire and analyzed with the Chisquare test. The result of the research shows that 28 respondents (40.0%) had the moderate level of stress, and 39 respondents (44.3%) had gastritis. Thus, there was a correlation between the stress and the gastritis incidence as indicated by the value of 2 = 20.93 and the p-value = 0.000 which was less than 0.05, meaning that the higher the stress level was, the more vulnerable to gastritis the respondent was. Therefore, the patients shall suppress the stress incidence since it can cause gastritis. Ways to reduce the stress are reducing working hours and adding more breaks. Keywords : stress, gastritis, productive age women References : 26 (2005-2014) xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kesadaran masyarakat Indonesia masih sangat rendah mengenai pentingnya menjaga kesehatan lambung karena gastritis atau sakit maag akan sangat mengganggu aktivitas sehari-hari, baik bagi remaja maupun orang dewasa. Gastritis atau dikenal dengan sakit maag merupakan peradangan (pembengkakan) dari mukosa lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi (Rahma, dkk, 2013). Bahaya penyakit gastritis jika dibiarkan terus menerus akan merusak fungsi lambung dan dapat meningkatkan risiko untuk terkena kanker lambung hingga menyebabkan kematian. Berbagai penelitian menyimpulkan bahwa keluhan sakit pada penyakit gastritis paling banyak ditemui akibat dari gastritis fungsional, yaitu mencapai 70-80% dari seluruh kasus. Gastritis fungsional merupakan sakit yang bukan disebabkan oleh gangguan pada organ lambung melainkan lebih sering dipicu oleh pola makan yang kurang sesuai, faktor psikis dan kecemasan (Saydam, 2011). Gastritis adalah penyakit yang banyak ditemukan di masyarakat. Insiden gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Gejala penyakit gastritis diantaranya adalah nyeri pada ulu hati, mual, muntah, kembung, diare dan pusing. Gastritis yang tidak ditangani dengan benar dapat menimbulkan berbagai komplikasi diantaranya adalah 1

2 peptic ulcer, gangguan absorbsi vitamin B12 dan kanker lambung (Handayani, dkk, 2012). Di Indonesia angka kejadian gastritis cukup tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI angka kejadian gastritis dibeberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai 91,6% yaitu di Kota Medan, di beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%, Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,5%, Aceh 31,7%, dan Pontianak 31,2% (Sulastri, dkk, 2012). Gastritis bukanlah suatu penyakit tunggal, namun beberapa kondisikondisi yang berbeda yang semuanya mempunyai peradangan lapisan lambung. Gastritis dikenal di masyarakat dengan istilah sakit maag atau sakit ulu hati, kondisi ini bisa timbul mendadak yang biasanya ditandai dengan rasa mual dan muntah, nyeri, perdarahan, rasa lemah, nafsu makan menurun atau sakit kepala (Gobel, 2012). Gastritis dapat disebabkan beberapa faktor. Penyebab gastritis antara lain oleh iritasi, infeksi, dan atropi mukosa lambung. Dimana faktor-faktornya berawal dari faktor stres, alkohol, infeksi Helicobacter pylori dan Mycobacteria spesies, serta obat-obatan seperti NSAIDs (Nonsteroidal Antiinflammatory Drugs), dan lain-lain yang dapat mengiritasi mukosa lambung. Gejala yang umum muncul pada penderita gastritis yaitu nyeri ulu hati, rasa tidak nyaman sampai nyeri pada saluran pencernaan terutama bagian atas, rasa mual, muntah, kembung, lambung terasa penuh, disertai sakit kepala. Gejala ini bisa menjadi akut, berulang dan kronis. Kekambuhan

3 penyakit gastritis atau gejala muncul berulang karena salah satunya dipengaruhi faktor kejiwaaan atau stres (Misnadiarly, 2009). Stres memiliki efek negatif melalui mekanisme neuroendokrin terhadap saluran pencernaan sehingga beresiko untuk mengalami gastritis. Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stres, misalnya pada beban kerja berat, panik dan tergesa-gesa. Kadar asam lambung yang meningkat dapat mengiritasi mukosa lambung dan jika hal ini dibiarkan, lama-kelamaan dapat menyebabkan terjadinya gastritis. Bagi sebagian orang, keadaan stres umumnya tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, maka kuncinya adalah mengendalikannya secara efektif dengan cara diet sesuai dengan kebutuhan nutrisi, istirahat cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup (Saorinsong, dkk, 2014). Penyakit gastritis dapat menyerang dari semua tingkat usia maupun jenis kelamin. Beberapa survei menunjukkan bahwa gastritis paling sering menyerang usia produktif. Pada usia produktif rentan terserang gejala gastritis karena tingkat kesibukan serta gaya hidup yang kurang memperhatikan kesehatan serta stres yang mudah terjadi akibat pengaruh faktor-faktor lingkungan (Hartati, dkk, 2014). Penelitian Rahmawati (2010) menyebutkan beberapa faktor presdiposisi dalam munculnya kekambuhan gastritis adalah karakteristik responden, stres psikologis, dan perilaku konsumsi. Berdasarkan penelitiannya mengenai hubungan antara karakteristik responden, stres psikologis, perilaku makan dan minum dengan kekambuhan penyakit gastritis di puskesmas Lamongan tahun 2010 didapatkan hasil adanya hubungan antara stres psikologi dengan

4 kekambuhan gastritis dengan prevelensi rasio 2,19 untuk responden yang sangat rentan stres psikologis dan prevelensi rasio 2,83 untuk responden yang rentan stres psikologi. Penelitian tersebut sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Gustin (2011) didapatkan bahwa faktor stres berhubungan dengan kejadian grastitis. Studi pendahuluan dilakukan di Klinik Dhanang Husada Sukoharjo yang terletak di tengah pemukiman padat penduduk dan di sekitarnya berdiri pabrik-pabrik konveksi, pada tanggal 11 Nopember 2014 diketahui bahwa dalam bulan Juli sampai dengan Agustus 2014 terdapat 214 pasien dengan kejadian gastritis. Hasil wawancara dengan 5 pasien datang untuk memeriksakan diri dengan keluhan sakit pada perut bagian atas, dan dari pasien tersebut dilakukan wawancara bahwa pasien sering mengabaikan atau melupakan waktu makan karena kesibukan mereka yang disebabkan karena tekanan pekerjaan yang berlebihan. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan stres dengan kejadian gastritis di Klinik Dhanang Husada Sukoharjo. 1.2 Rumusan Masalah Stres pada usia produktif dapat disebabkan berbagai hal, salah satunya adalah tekanan pekerjaan yang berlebihan. Stres memiliki efek negatif melalui mekanisme neuroendokrin terhadap saluran pencernaan sehingga beresiko untuk mengalami gastritis.

5 Berdasarkan rumusan masalah di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian bagaimana hubungan antara stres dengan kejadian gastritis di Klinik Dhanang Husada Sukoharjo? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Mengetahui hubungan antara stres dengan kejadian gastritis di Klinik Dhanang Husada Sukoharjo. 1.3.2 Tujuan khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui karakteristik demografi pasien dengan gejala gastritis di Klinik Dhanang Husada Sukoharjo. 2. Mengetahui tingkat stres pasien di Klinik Dhanang Husada Sukoharjo. 3. Mengetahui kejadian gastritis pasien di Klinik Dhanang Husada Sukoharjo. 4. Mengetahui hubungan antara stres dengan kejadian gastritis pasien di Klinik Dhanang Husada Sukoharjo. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut :

6 1.4.1. Bagi klinik Sebagai masukan untuk tenaga kesehatan memberikan konseling kepada pasien yang mengalami gastritis untuk dapat mengurangi tingkat stresnya agar tidak terjadi kekambuhan gastritis. 1.4.2. Institusi pendidikan Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu keperawatan tentang hubungan stres dengan kejadian gastritis. 1.4.3. Manfaat bagi peneliti Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai penambahan wawasan atau pengetahuan bagi peneliti khususnya mengenai hubungan stres dengan kejadian gastritis. 1.4.4. Manfaat bagi peneliti lain Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian lain tentang faktor yang berubungan dengan kejadian gastritis.

7 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Stres 2.1.1.1. Pengertian Stres merupakan suatu kondisi yang dihasilkan ketika transaksi antara individu dengan lingkungan yang menyebabkan individu tersebut merasakan adanya ketidaksesuaian baik nyata maupun tidak antara tuntutan situasi dan sumber-sumber dari sistem biologis, psikologis dan sosial yang terdapat dalam dirinya (Dewi, 2009). Stres adalah suatu respon non spesifik tubuh terhadap setiap kebutuhan dan stimuli konsep yang lebih bernuansa biologis karena perubahan temperatur mekanik (Sinaga, 2013). Stres adalah respon tubuh tidak spesifik terhadap kebutuhan tubuh yang terganggu. Stres merupakan suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap orang. Stres memberikan dampak secara total pada individu seperti dampak: fisiksosial, intelektual, psikologis dan spiritual (Pathmanathan dan Husada, 2013). Stres pada dasarnya tidak selalu berdampak negatif, karena stres kadang dapat bersifat membantu dan menstimulasi individu untuk bertingkah laku positif. Stres yang berdampak positif biasa disebut dengan 7

8 eustress dan stres yang berdampak negatif biasa disebut dengan distress. Stres bukan hanya sebagai stimulus atau respon, karena setiap individu dapat memberikan respon yang berbeda pada stimulus yang sama. Adanya perbedaan karakteristik individu menyebabkan adanya perbedaan respon yang diberikan kepada stimulus yang datang (Gunawati, dkk, 2006). 2.1.1.2. Jenis-jenis stres Quick dan Quick dalam Almasitoh (2011) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu: (1) eustress, adalah akibat positif yang ditimbulkan oleh stres yang berupa timbulnya rasa gembira, perasaan bangga, menerima sebagai tantangan, merasa cakap dan mampu, meningkatnya motivasi untuk berprestasi, semangat kerja tinggi, produktivitas tinggi, timbul harapan untuk dapat memenuhi tuntutan pekerjaan, serta meningkatnya kreativitas dalam situasi kompetitif. (2) distress, adalah akibat negatif yang merugikan dari stres, misalnya perasaan bosan, frustrasi, kecewa, kelelahan fisik, gangguan tidur, mudah marah, sering melakukan kesalahan, timbul sikap keragu-raguan, menurunnya motivasi, meningkatnya absensi, serta timbulnya sikap apatis. 2.1.1.3. Faktor yang mempengaruhi stres Menurut Indriana, dkk (2010), beberapa faktor yang mempengaruhi stres antara lain: 1. Variabel dalam diri individu Variabel dalam diri individu meliputi: umur, tahap kehidupan, jenis kelamin, temperamen, faktor genetik, inteligensi, pendidikan, suku, kebudayaan, status ekonomi.

9 2. Karakteristik kepribadian Karakteristik kepribadian meliputi: introvert-ekstrovert, stabilitas emosi secara umum, kepribadian ketabahan, locus of control, kekebalan, ketahanan. 3. Variabel sosial-kognitif Variabel sosial-kognitif meliputi: dukungan sosial yang dirasakan, jaringan sosial, dan kontrol pribadi yang dirasakan. 4. Hubungan dengan lingkungan sosial Hubungan dengan lingkungan sosial adalah dukungan sosial yang diterima dan integrasi dalam hubungan interpersonal. 5. Strategi koping Strategi koping merupakan rangkaian respon yang melibatkan unsurunsur pemikiran untuk mengatasi permasalahan sehari-hari dan sumber stres yang menyangkut tuntutan dan ancaman yang berasal dari lingkungan sekitar. 2.1.1.4. Sumber stres (stressor) Sumber stres dapat berubah-ubah, sejalan dengan perkembangan manusia tetapi kondisi stres juga dapat terjadi di setiap saat sepanjang kehidupan. Stresor merupakan semua faktor yang mempengaruhi timbulnya stres yang mengganggu keseimbangan dalam tubuh. Menurut Smet dalam Indriana, dkk (2010) sumber-sumber stres antara lain adalah :

10 1. Dari dalam diri: stres juga akan muncul dalam seseorang melalui penilaian dari kekuatan motivasional yang melawan bila seseorang mengalami konflik. Konflik merupakan sumber utama stres. 2. Di dalam keluarga: stres dapat bersumber dari interaksi di antara para anggota keluarga seperti perselisihan dalam masalah keuangan, kehadiran anggota keluarga baru. Ada beberapa stresor dalam keluarga, yaitu perselisihan dalam masalah keuangan, perasaan saling acuh tak acuh, perbedaan yang tajam dalam menentukan tujuan, kebisingan karena suara radio, televisi atau tape yang dinyalakan dengan suara keras sekali, keluarga yang tinggal di lingkungan yang terlalu sesak, dan kehadiran adik baru. Stresor lain dalam keluarga adalah kehilangan anak yang disayangi akibat bencana alam, kesakitan atau kecelakaan, kematian suami atau istri. 2.1.1.5. Gejala stres Indriana, dkk (2010) menyatakan bahwa beberapa gejala stres antara lain adalah sebagai berikut : 1. Gejala fisiologik, meliputi: denyut jantung bertambah cepat, banyak berkeringat (terutama keringat dingin), pernafasan terganggu, otot terasa tegang, sering ingin buang air kecil, sulit tidur, gangguan lambung dan seterusnya, 2. Gejala psikologik, meliputi : resah, sering merasa bingung, sulit berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan, tidak enak perasaan kewalahan (exhausted) dan sebagainya.

11 3. Tingkah laku, meliputi : berbicara cepat sekali, menggigit kuku, menggoyang-goyangkan kaki, gemetaran, berubah nafsu makan (bertambah atau berkurang) dan seterusnya. Gejala gejala stres yang biasanya timbul menurut Robbins (2008), dapat dibagi menjadi tiga yaitu : (a) gejala fisiologis, stres dapat menciptakan perubahan dalam metabolisme, meningkatkan laju detak jantung dan pernapasan, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala, serta menyebabkan serangan jantung, (b) gejala psikologis, stres dapat menyebabkan ketidakpuasan. Stres muncul dalam keadaan psikologis lain, misalnya : ketegangan, kecemasan, mudah marah, kebosanan dan suka menunda-nunda dan (c) gejala perilaku, gejala stres yang dikaitkan dengan perilaku mencakup perubahan dalam produktivitas, absensi dan tingkat keluarnya karyawan, perubahan dalam kebiasaan makan, meningkatnya merokok dan konsumsi alkohol, bicara cepat, gelisah dan gangguan tidur. 2.1.2 Gastritis 2.1.2.1 Pengertian Penyakit gastritis adalah suatu penyakit luka atau lecet pada mukosa lambung. Seseorang penderita penyakit gastritis akan mengalami keluhan nyeri pada lambung, mual, muntah, lemas, kembung, dan terasa sesak, nyeri pada ulu hati, tidak ada nafsu makan, wajah pucat, suhu badan naik,

12 keringat dingin, pusing atau bersendawa serta dapat juga terjadi perdarahan saluran cerna (Sulastri, dkk, 2012). Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang disebabkan oleh kuman helicobakteri pylori yang dapat bersifat akut, kronik difus atau lokal (Angkow, dkk, 2014). Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan saluran pencernaan yang paling sering terjadi. Gastritis lambung merupakan gangguan umum diskontinuitas dari mukosa lambung, yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti alkohol, stres, obat antiinflamasi, dan lain-lain. Penderita gastritis umumnya mengalami gangguan pada saluran pencernaan atas, berupa nafsu makan menurun, perut kembung dan perasaan penuh di perut, mual, muntah, dan bersendawa (Saroinsong, dkk, 2014). Gastritis terjadi karena ketidaksesuaian lambung dengan makanan yang dimakan seperti makanan yang pedas (cabai atau merica) atau makanan yang memiliki kadar lemak tinggi, sehingga produksi asam lambung tidak terkontrol (Yuliarti, 2009). Penyakit gastritis dapat menyerang dari semua tingkat usia maupun jenis kelamin. Beberapa survei menunjukkan bahwa gastritis paling sering menyerang usia produktif. Usia produktif rentan terserang gejala gastritis karena tingkat kesibukan serta gaya hidup yang kurang memperhatikan kesehatan serta stres yang mudah terjadi akibat pengaruh faktor-faktor lingkungan.

13 2.1.2.2 Jenis gastritis Secara garis besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan pada manifestasi klinis, gambaran hispatologi yang khas, distribusi anatomi, dan kemungkinan patogenesis gastritis. Didasarkan pada manifestasi klinis, gastritis dapat dibagi menjadi akut dan kronik (Prince, 2005). 1. Gastritis akut Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat jinak dan sembuh sempurna (Prince, 2005). Gastritis akut terjadi akibat respons mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal. Inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar kasus merupakan penyakit yang ringan. Bentuk terberat dari gastritis akut disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat, yang dapat menyebabkan mukosa menjadi ganggren atau perforasi. Pembentukan jaringan parut dapat terjadi yang mengakibatkan obstruksi pylorus. 2. Gastritis kronik Disebut gastritis kronik apabila infiltrasi sel-sel radang yang terjadi pada lamina propria dan daerah intra epitelial terutama terdiri atas sel-sel radang kronik, yaitu limfosit dan sel plasma. Gastritis kronis didefenisikan secara histologis sebagai peningkatan jumlah limfosit dan sel plasma pada mukosa lambung. Derajat paling ringan gastritis kronis adalah gastritis superfisial kronis, yang mengenai bagian sub epitel di sekitar cekungan lambung. Kasus yang lebih parah

14 juga mengenai kelenjar-kelenjar pada mukosa yang lebih dalam, hal ini biasanya berhubungan dengan atrofi kelenjar (gastritis atrofi kronis) dan metaplasia intestinal. Sebagian besar kasus gastritis kronis merupakan salah satu dari dua tipe, yaitu tipe A yang merupakan gastritis autoimun yang terutama mengenai tubuh dan berkaitan dengan anemia pernisiosa; dan tipe B yang terutama meliputi antrum dan berkaitan dengan infeksi Helicobacter pylori. Terdapat beberapa kasus gastritis kronis yang tidak tergolong dalam kedua tipe tersebut dan penyebabnya tidak diketahui. 2.1.2.3 Faktor-faktor penyebab gastritis Beberapa faktor penyebab grastitis berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu antara lain adalah : 1. Pola makan Terjadinya gastritis dapat disebabkan oleh pola makan yang tidak baik dan tidak teratur, yaitu frekuensi makan, jenis dan jumlah makanan, sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat. Pola makan atau pola konsumsi pangan merupakan susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu. Pola makan merupakan variabel yang erat kaitannya dengan kejadian gastritis. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rahma, dkk (2013) yang

15 mengemukakan bahwa ada hubungan antara pola makan dengan timbulnya gastritis. 2. Keteraturan makan Keteraturan makan berkaitan erat dengan waktu makan setiap hari. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus Jika rata-rata lambung kosong antara 3-4 jam, maka jadwal makan ini pun menyesuaikan dengan kosongnya lambung. Makan tidak teratur memicu timbulnya berbagai penyakit karena terjadi ketidakseimbangan dalam tubuh. Ketidakteraturan ini berhubungan dengan waktu makan. Biasanya, ia berada dalam kondisi terlalu lapar namun kadang-kadang terlalu kenyang. Sehingga, kondisi lambung dan pencernaannya menjadi terganggu (Hidayah, 2012). 3. Jenis makanan Jenis makanan merupakan variasi dari beberapa komponen makanan, jenis makanan yang dimaksudkan adalah jenis makanan yang berisiko untuk penderita gastritis yang dikonsumsi selama ini. Beberapa jenis makanan tersebut berupa makanan yang mengandung gas (sawi, kol, kedondong), makanan yang bersantan, makanan yang pedas, asam, dan lain-lain. Mengonsumsi makanan berisiko, salah satunya makanan yang pedas secara berlebihan akan merangsang sistem pencernaan, terutama lambung dan usus untuk berkontraksi. Bila kebiasaan mengonsumsi makanan tersebut lebih dari satu kali dalam seminggu

16 dan dibiarkan terus-menerus akan menyebabkan iritasi pada lambung yang disebut dengan gastritis. Jenis makanan merupakan faktor risiko terjadinya grastitis (Rahma, dkk, 2013). 4. Frekuensi makan Frekuensi makan merupakan intensitas makan dalam sehari yang meliputi makanan lengkap (full meat) dan makanan selingan (snack), apabila frekuensi makan sehari-hari semakin kecil, tidak memenuhi makanan lengkap dan makanan selingan maka akan rentan untuk terkena penyakit maag. Hal ini disebabkan perut dibiarkan kosong selama lebih dari tiga jam, sehingga asam lambung pun semakin banyak diproduksi oleh lambung. Rahma, dkk (2013) dalam penelitiannya diketahui bahwa frekuensi makanan merupakan faktor risiko terjadinya grastitis. Angkow, dkk, (2013) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi makan dengan kejadian gastritis. 5. Kopi Kopi adalah minuman yang terdiri dari berbagai jenis bahan dan senyawa kimia; termasuk lemak, karbohidrat, asam amino, asam nabati yang disebut dengan fenol, vitamin dan mineral. Kopi diketahui merangsang lambung untuk memproduksi asam lambung sehingga menciptakan lingkungan yang lebih asam dan dapat mengiritasi lambung. Iritasi lambung tersebut menyebabkan penyakit maag atau gastritis. Orang yang mengidap penyakit maag mempunyai asam

17 lambung yang sensitif. Kafein di dalam kopi bisa mempercepat proses terbentuknya asam lambung. Hal ini membuat produksi gas dalam lambung berlebih dan membuat perut terasa kembung. Rahma, dkk (2013) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa mengkonsumsi kopi merupakan faktor risiko terjadinya grastitis. 6. Alkohol Konsumsi alkohol dalam jumlah sedikit akan merangsang produksi asam lambung berlebih, nafsu makan berkurang, dan mual. Hal tersebut merupakan gejala dari penyakit gastritis. Alkohol dalam jumlah yang banyak dapat merusak mukosa lambung (Rahma, dkk, 2013). 7. Merokok Rokok mengandung ± 4000 bahan kimia, asap yang terkandung dalam rokok mengandung berbagai macam zat yang sangat reaktif terhadap lambung. Nikotin dan kadmium adalah dua zat yang sangat reaktif yang dapat mengakibatkan luka pada lambung. Ketika seseorang merokok, nikotin akan mengerutkan dan melukai pembuluh darah pada dinding lambung. Iritasi ini memicu lambung memproduksi asam lebih banyak dan lebih sering dari biasanya. Nikotin juga memperlambat mekanisme kerja sel pelindung dalam mengeluarkan sekresi getah yang berguna untuk melindungi dinding dari serangan asam lambung. Jika sel pelindung tidak mampu lagi menjalankan fungsinya dengan baik, maka akan timbul gejala dari penyakit gastritis. Rahma, dkk (2013)

18 dalam penelitiannya menunjukkan bahwa merokok merupakan faktor risiko terjadinya gastritis. 8. Penggunaan Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) Mengonsumsi obat-obat tertentu dapat menyebabkan gastritis, obat anti inflamasi non steroid (OAINS) merupakan jenis obat yang memiliki efek menyebabkan gastritis. Obat anti inflamasi non steroid bersifat analgesik, antipiretik, dan anti-inflamasi. Sebagai analgesik, obat anti inflamasi non steroid hanya efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah sampai sedang. Sebagai antipiretik, obat anti inflamasi non steroid akan menurunkan suhu badan hanya dalam keadaan demam dan sebagai anti inflamasi hanya meringankan gejala nyeri dan inflamasi yang berkaitan dengan penyakitnya secara simtomatik (Hidayah, 2012). Rahma, dkk (2013) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) merupakan faktor risiko terjadinya grastitis. 9. Riwayat gastritis keluarga Riwayat gastritis keluarga merupakan pengkajian riwayat kesehatan keluarga inti dan riwayat kesehatan keluarga yang meliputi tahap perkembangan keluarga saat ini, tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, riwayat keluarga inti dan riwayat keluarga sebelumnya. Untuk riwayat gastritis keluarga yang diteliti, riwayat keluarga yang dimaksudkan bukanlah dikarenakan adanya hubungan secara genetik yang diturunkan dari orang tua responden, melainkan

19 lebih ke arah kebiasaan dalam keluarga sehingga terdapat anggota keluarga yang gastritis. Rahma, dkk (2013) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa riwayat gastritis keluarga merupakan faktor risiko terjadinya gastritis. 10. Stres Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan saluran pencernaan yang paling sering terjadi. Gastritis lambung merupakan gangguan umum diskontinuitas dari mukosa lambung, yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti alkohol, stres, obat antiinflamasi, dan lain-lain. Penderita gastritis umumnya mengalami gangguan pada saluran pencernaan atas, berupa nafsu makan menurun, perut kembung dan perasaan penuh di perut, mual, muntah, dan bersendawa. Stres memiliki efek negatif melalui mekanisme neuroendokrin terhadap saluran pencernaan sehingga beresiko untuk mengalami gastritis. Saroinsong, dkk (2014) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa stres berhubungan dengan kejadian grastitis.

20 2.2 Keaslian Penelitian Tabel 2.1. Keaslian penelitian Nama peneliti Judul penelitian Metode Hasil penelitian Rahma, dkk (2013) Saroinsong, dkk (2014) Atmaja (2011) Rahmawati (2011) Faktor risiko kejadian gastritis di wilayah kerja Puskesmas Kampili Kabupaten Gowa Hubungan stres dengan kejadian gastritis pada remaja kelas XI IPA di SMA Negeri 9 Manado Faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan penyakit gastritis di Puskesmas Kebumen II Hubungan antara karakteristik responden, stres psikologis, perilaku makan dan minum dengan kekambuhan penyakit gastritis di Puskesmas Kecamatan Lamongan tahun 2010 Metode : observasional analitik Analisis data regresi logistik Metode : observasional analitik Analisis data chi square Metode : deskriptif analitik Analisis data chi square dan regresi logistik Metode : deskriptif analitik Analisis data chi square Pola makan (jenis makanan dan frekuensi makan), kebiasaan meminum kopi, merokok, penggunaan obat anti inflamasi non steroid, dan riwayat gastritis keluarga merupakan faktor risiko kejadian grastitis. Keteraturan makan dan konsumsi alkohol bukan faktor risiko kejadian grastitis. Ada hubungan yang signifikan antara stres dengan kejadian gastritis pada remaja. Ada hubungan antara pola makan yang tidak teratur, alkohol, stress, kafein, pola makan yang terlalu banyak terhadap kekambuhan gastritis. Stres psikologis, sikap makan dan minum serta tindakan makan dan minum memiliki hubungan dengan kekambuhan gastritis.

21 2.3 Kerangka Teori Stres Grastitis Faktor yang mempengaruhi stres - Diri individu - Karakteristik kepribadian - Sosial kognitif - Lingkungan sosial - Strategi koping Faktor yang mempengaruhi gastritis - Pola makan - Keteraturan makan - Jenis makanan - Frekuensi makanan - Kopi - Alkohol - Merokok - Penggunaan Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) - Riwayat gastritis keluarga Keterangan : Diteliti Tidak diteliti Gambar 2.1. Kerangka teori Sumber : Smet (2004), Rahma, dkk (2013), Angkow, dkk (2014) 2.4 Kerangka Konsep Variabel bebas Stres Variabel terikat Grastitis Gambar 2.2. Kerangka konsep

22 2.5 Hipotesis Hipotesis merupakan suatu kesimpulan sementara atau jawaban sementara dari suatu penelitian. Hipotesis dari penelitian ini adalah : H 0 H 1 : tidak ada hubungan antara stres dengan kejadian gastritis. : ada hubungan antara stres dengan kejadian gastritis.

23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik deskriptif. Metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan secara cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). (Notoatmodjo, 2010). Alasan peneliti menggunakan metode ini karena data yang digunakan merupakan data kasus lama dan kasus baru (prevalensi). 3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 3.2.1 Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien gastritis yang berobat di Klinik Dhanang Husada Sukoharjo, bulan Juli s/d Agustus 2014 sebanyak 214 pasien, sehingga rata-rata perbulan adalah 70 pasien. 3.2.2. Sampel Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). 23

24 Sampel dalam penelitian ini sebanyak 70 wanita usia produktif yang datang ke klinik Dhanang Husada Sukoharjo dengan gejala gastritis. 3.2.3 Teknik sampling Penentuan pengambilan sampel ditentukan dengan menggunakan teknik nonprobability sampling. Sugiyono (2010) menyatakan bahwa non probability sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik nonprobability sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2010) bahwa sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Arikunto (2010) menyatakan bahwa istilah lain sampel jenuh adalah sensus atau penelitian populasi dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Sampel diambil dari semua kejadian gastritis di klinik Dhanang Husada Sukoharjo dalam rentang waktu satu bulan. Kriteria inklusi yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Pasien wanita yang datang di Klinik Dhanang Husada Sukoharjo. 2. Pasien dalam usia produktif (20 35 tahun). 3. Pasien yang memiliki keluhan gastritis. 4. Pasien bersedia menjadi responden. Kriteria eksklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien dengan penyakit komplikasi.

25 3.3 Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini di Klinik Dhanang Husada Sukoharjo. Dasar pertimbangan lokasi adalah bahwa Klinik Dhanang Husada Sukoharjo terletak di tengah pemukiman padat penduduk dan di sekitarnya berdiri pabrik-pabrik konveksi yang mayoritas tenaga kerjanya adalah wanita. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai dengan bulan Maret 2015. 3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran. 3.4.1 Variabel Variabel adalah karakteristik subjek penelitian yang berubah dari satu subjek ke subjek lainnya (Hidayat, 2007). Variabel independen (bebas) adalah variabel yang menentukan variabel lain dan variabel independen merupakan variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain (Nursalam 2013). Variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini yaitu kejadian gastritis dan variabel bebas (indpenden) stres.

26 3.4.2 Definisi operasional Tabel 3.1 Variabel, definisi operasional, dan skala pengukuran Variabel Definisi operasional Alat ukur Indikator penilaian Skala ukur Stres Respon dari kondisi yang terjadi ketika individu merasa tertekan karena ketidakmampuannya menyesuaikan diri dengan tuntutan yang diberikan kepadanya Kuesioner 1. 0-14 normal 2. 15-18 ringan 3. 19-25 sedang Ordinal Gastritis Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik, difus atau lokal, dengan karakteristik anoreksia, perasaan penuh diperut (tengah), tidak Kuesioner Jawaban ya = 1, artinya mengalami gastritis Jawaban tidak = 0, artinya tidak mengalami gastritis Nominal nyaman pada epigastrium, mual, dan muntah 3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data 3.5.1 Alat penelitian Instrumen dalam penelitian ini berupa lembar kuesioner untuk pengukuran stres dan lembar checklist untuk mengukur gastritis. Pengukuran stres menggunakan modifikasi kuesioner Depression Anxiety and Stress Scale yang terdiri dari 14 item pernyataan menggunakan skala

27 Likert 0 3 yaitu skor 0 tidak pernah, skor 1 jarang, skor 2 sering dan skor 3 selalu (Suerni, 2012). Modifikasi kuesioner stres tersebut telah dilakukan oleh uji validitas pada 30 orang responden. Hasil uji validitas diperoleh rentang nilai 0,469 0,882 > dari r tabel 0,361. Hasil uji reliabilitas menggunakan cronbach alpha sebesar 0,936 > 0,70. (Suerni, 2012). Angka kejadian gastritis diukur dengan menjawab kuesioner yang terdiri dari 1 pertanyaan apakah mengalami gastritis atau tidak. Skor untuk pertanyaan adalah 1 jika jawaban ya, artinya sudah dinyatakan mengalami gastritis oleh dokter dan 0 jika jawaban tidak, artinya belum atau tidak dinyatakan mengalami gastritis (Saroinsong, dkk, 2014). 3.5.2 Cara pengumpulan data 3.5.2.1 Data primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung diambil dari objek atau subjek penelitian oleh peneliti (Riwidikdo, 2013). Data primer dalam penelitian ini adalah kuesioner stres dan kejadian gastritis. 3.5.2.2 Data sekunder Data sekunder merupakan data yang didapatkan tidak secara langsung dari subyek penelitian (Riwidikdo, 2013). Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui literatur yang relevan dan sumber lain yang mendukung penelitian ini.

28 3.6. Tehnik Pengolahan Data dan Analisa Data 3.6.1. Teknik pengolahan data Menurut Notoatmodjo (2010), setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Sebelum melaksanakan analisa data beberapa tahapan harus dilakukan terlebih dahulu guna mendapatkan data yang valid sehingga saat menganalisa data tidak mendapat kendala. Langkah-langkah pengolahan yaitu: 3.6.1.1 Pengecekan data (editing) Pada tahap ini peneliti melakukan pemeriksaan kelengkapan, kejelasan dan kesesuaian data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul mulai dari karakteristik responden, kueisoner stres dan cheklist gastritis. 3.6.1.2 Pemberian kode data (coding) Tahap ini merupakan suatu proses penyusunan secara sistematis data mentah ke dalam bentuk yang sudah dibaca untuk pengolahan data. Peneliti membuat kode untuk hasil penelitian yang didapat. Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pada variabel independen yaitu stres, peneliti menggunakan kode 1 untuk stres dan 0 untuk tidak stres. Sedangkan untuk kejadian grastitis kode 1 untuk ya, kejadian gastristis dan 0 untuk tidak kejadian gastritis.

29 3.6.1.3 Pemrosesan data (entery) Pada tahap ini dilakukan data yang telah diubah menjadi kode kedalam mesin pengolahan data. Pemrosesan data dilakukan dengan memasukan data ke paket program komputer yang sesuai dengan paket program data ke program komputer yang sesuai dengan varibel masingmasing. 3.6.1.4 Pembersihan data(cleaning) Peneliti memastikan bahwa seluruh data yang telah dimasukan kedalam mesin pengolahan data sudah sesuai dengan sebenarnya. Proses akhir dari pengolahan data adalah dengan melakukan pemeriksaan kembali kode yang sudah di entery data untuk melihat ada tidaknya kesalahan dalam entery data. Selanjutnya melakukan tabulasi data yaitu mengelompokkan data ke dalam tabel menurut kategorinya sehingga data siap dilakukan analisis secara univariat maupun bivariat. 3.6.1.5 Tabulating Kegiatan memasukkan data hasil penelitian ke dalam tabel kemudian diolah dengan bantuan komputer. 3.6.2. Analisa data Analisa data merupakan pengumpulan data dari seluruh responden yang dikumpulkan. Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif mengunakan statistik (Sugiyono 2010)

30 3.6.2.1 Analisis univariat Analisis univariat yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan prosentase dari tiap variabel (Notoadmodjo, 2010). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: P f n 100% Keterangan : P n f : Prosentase : Jumlah sampel : Frekuensi kejadian 3.6.2.2 Analisis bivariat Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji chi square. Uji chi square digunakan untuk mengetahui hubungan variabel bebas dengan variabel terikat dengan skala pengukuran nominal/ordinal (Dahlan, 2011). Rumus yang digunakan yaitu :. x 2 k i 1 fo fh fh 2 Keterangan : x 2 = chi square fo = frekuensi yang diobservasi fh = frekuensi yang diharapkan (Sugiyono, 2010).

31 Taraf signifikansi yang digunakan adalah 95 % dengan nilai α 0,05. Apabila x 2 hitung < x 2 tabel, maka hipotesa nol (Ho) diterima dan Ha ditolak. Kesimpulannya tidak ada hubungan antara stres dengan kejadian gastritis. Sebaliknya bila x 2 hitung > x 2 tabel, maka hipotesa nol (Ho) ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya ada hubungan antara stres dengan kejadian gastritis. 3.7. Etika Penelitian Etika penelitian menurut Hidayat (2007), terdiri dari 3 macam yaitu: 3.7.1 Informed consent Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden, dengan bentuk lembar persetujuan. Lembar persetujuan diberikan sebelum penelitian kepada responden yang akan diteliti. Lembar ini dilengkapi dengan judul penelitian dan manfaat penelitian, sehingga subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian. Bila subjek menolak, maka peneliti tidak boleh memaksa dan harus tetap menghormati hak-hak subjek. 3.7.2 Anonimity Anonimity digunakan untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi pada lembar tersebut diberikan kode pengganti nama responden.

32 3.7.3 Confidentiality Informasi yang telah dikumpulkan dari responden akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, dan hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu.

33 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Responden 4.1.1 Umur responden Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan umur Umur f % 20-29 Tahun 54 77,1 30-35 Tahun 16 22,9 Total 70 100 Tabel 4.1. menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia antara 20 tahun sampai 29 tahun yaitu sebanyak 54 orang (77,1%). 4.1.2 Pendidikan responden Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut : Tabel 4.2. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat pendidikan f % Dasar 16 22,8 Menengah atas 44 62,9 Tinggi 10 14,3 Total 70 100 Tabel 4.2. menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan menengah atas yaitu SMA/SMK sebanyak 44 orang (62,9%). 33

34 4.1.3 Pekerjaan responden Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut : Tabel 4.3. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Pekerjaan f % IRT 22 31,4 Petani 13 18,6 Buruh pabrik 31 44,3 PNS 4 5,7 Total 70 100 Tabel 4.3. menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki pekerjaan sebagai buruh pabrik yaitu sebanyak 31 orang (44,3%). 4.2 Analisis Univariat Hasil analisis univariat variabel penelitian (stres dan kejadian gastritis) adalah sebagai berikut : 4.2.1 Analisis univariat variabel stres Hasil analisis univariat variabel stres dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut : Tabel 4.4. Analisis univariat variabel stres Stres f % Normal 27 38,6 Ringan 15 21,4 Sedang 28 40,0 Total 70 100 Tabel 4.4. menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkatan stres pada tahap sedang yaitu sebanyak 28 orang (40,0%).

35 4.2.2 Analisis univariat variabel kejadian gastritis Hasil analisis univariat variabel kejadian gastritis dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut : Tabel 4.5. Analisis univariat variabel kejadian gastritis Kejadian Gastritis f % Gastritis 39 55,7 Tidak gastritis 31 44,3 Total 70 100 Tabel 4.5. menunjukkan bahwa mayoritas responden menderita gastritis yaitu sebanyak 39 orang (55,7%). 4.3. Analisis Bivariat Hasil analisis bivariat menggunakan uji chi square untuk mengetahui hubungan variabel stres dengan kejadian gastritis dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut : Tabel 4.6. Tabulasi silang variabel stres dengan kejadian gastritis Kejadian gastritis Stres Gastritis Tidak gastritis Total F % F % F % Normal 6 8,6 21 30,0 27 38,6 Ringan 10 14,3 5 7,1 15 21,4 Sedang 23 32,9 5 7,1 28 40,0 Total 39 55,8 31 44,2 70 100 p value 2 0,000 20,93 Tabel 4.6. hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan stres dengan kejadian gastritis ( 2 = 20,93) dan secara statistik signifikan (p = 0,000).

36 BAB V PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden 5.1.1. Umur responden Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia antara 20 tahun sampai 29 tahun yaitu sebanyak 54 orang (77,1%). Hal tersebut menandakan bahwa pada usia tersebut merupakan rentang usia yang produktif dalam bekerja dengan tekanan pekerjaan yang berlebihan. Robbins (2012) menyatakan bahwa adanya tugas yang terlalu banyak. Banyaknya tugas tidak selalu menjadi penyebab stres, akan menjadi sumber stres apabila banyaknya tugas tersebut tidak sebanding dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waktu yang tersedia bagi karyawan. Jika banyaknya tugas tidak disertai dengan kemampuan dan waktu yang memadai, maka akan cenderung menjadi penyebab munculnya stres kerja. Usia yang rentan terserang stres karena mengahadapi dinamika kehidupan yaitu pada usia produktif, yaitu antara 15 sampai 45 tahun. Aminullah (2008) menyatakan bahwa pada usia produktif sering berhadapan dengan tantangan, dan apabila tidak mampu mengaturnya bisa berpotensi stres. Selain lingkungan sosial yang makin kompleks, kebiasaan orang dalam usia produktif yang tidak selektif dalam konsumsi makanan juga mempengaruhi tingkat stres. Makanan yang masuk kedalam tubuh dapat mempengaruhi perkembangan otak, 36