STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN SELAT BINTAN PULAU PENGUJAN KECAMATAN TELUK BINTAN KABUPATEN BINTAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN KELIMPAHAN JENIS ZOOPLANKTON PADA BULAN PURNAMA DAN BULAN GELAP DIPERAIRAN LAUT PULAU PUCUNG DESA MALANG RAPAT KABUPATEN BINTAN

BAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi

STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN MOROSARI, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN DAN DOMINANSI PLANKTON DI ESTUARI KUALA RIGAIH KECAMATAN SETIA BAKTI KABUPATEN ACEH JAYA

KELIMPAHAN FITOPLANKTON DI MUARA SUNGAI DOMPAK KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA TANJUNGPINANG

Struktur Komunitas Zooplankton pada Malam Hari di Perairan Teluk Riau Kelurahan Senggarang Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA KELIMPAHAN FITOPLANKTON DENGAN ZOOPLANKTON DI PERAIRAN SEKITAR JEMBATAN SURAMADU KECAMATAN LABANG KABUPATEN BANGKALAN

STRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON DI PERAIRAN SELAT BINTAN PULAU PENGUJAN KECAMATAN TELUK BINTAN KABUPATEN BINTAN

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK UNTUK PERHITUNGAN ANALISA STRUKTUR KOMUNITAS SPESIES PLANKTON. Encik Weliyadi, 2) Dedy Harto

PENGARUH AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KEANEKARAGAMAN PLANKTON DI SUNGAI BELAWAN MEDAN

BAB 2 BAHAN DAN METODA

STRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON DI PERAIRAN PESISIR PULAU SIANTAN KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan November di perairan Pulau Kelagian, Provinsi Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN JENIS TERIPANG DI PERAIRAN SELATAN DESA PENGUJAN KECAMATAN TELUK BINTAN KABUPATEN BINTAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif dengan metode

Water Quality Black Water River Pekanbaru in terms of Physics-Chemistry and Phytoplankton Communities.

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Tambak Cibalong (Sumber : Google Earth)

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini

Struktur Komunitas Fitoplankton di Perairan Pesisir Pulau Siantan Kabupaten Kepulauan Anambas Provinsi Kepulauan Riau ABSTRACT

PRAKTIKUM PLANKTONOLOGI

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB 2 BAHAN DAN METODA

3. METODE PENELITIAN

KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN PLANKTON DI PERAIRAN PULAU GUSUNG KEPULAUAN SELAYAR SULAWESI SELATAN SKRIPSI. Oleh: ABDULLAH AFIF

HUBUNGAN PARAMETER KUALITAS AIR DENGAN KELIMPAHAN ZOOPLANKTON DI PERAIRAN PESISIR DESA SEBONG PEREH KECAMATAN TELUK SEBONG KABUPATEN BINTAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE KERJA. A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan bulan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

FITOPLANKTON DI PERAIRAN AREAL PERTAMBANGAN NIKEL BULI HALMAHERA TIMUR PHYTOPLANKTON IN NICKEL AREA GULF OF BULI EAST HALMAHERA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. data sampel yaitu dengan pengamatan atau pengambilan sampel secara langsung,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

TINGKAT PRODUKTIVITAS PRIMER DAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON BERDASARKAN WAKTU YANG BERBEDA DI PERAIRAN PULAU PANJANG, JEPARA

KEANEKARAGAMAN PLANKTON DEKAT PERMUKAAN PERAIRAN LAUT PULAU PUCUNG DESA MALANG RAPAT KABUPATEN BINTAN PADA DIMENSI WAKTU YANG BERBEDA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret

Struktur Komunitas Plankton di Perairan Pesisir Bukit Piatu Kijang, Kabupaten Bintan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan dari bulan Juni Juli 2015.

IDENTIFIKASI JENIS PLANKTON DI PERAIRAN MUARA BADAK, KALIMANTAN TIMUR

KEANEKARAGAMAN BIVALVIA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN PULAU PENGUJAN. Herry Mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH,

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian. menentukan kualitas air berdasarkan faktor fisika kimia.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo Utara, yang meliputi 4 stasiun penelitian yaitu:

KEANEKARAGAMAN GASTROPODA DI PERAIRAN PESISIR TANJUNG UNGGAT KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA TANJUNGPINANG

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan data sampel menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di perairan Pulau Penjaliran Timur, Kepulauan

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian Bahan

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Penentuan Titik Sampling 3.3 Teknik Pengumpulan Data Pengambilan Contoh Air

STUDI KELIMPAHAN DAN SEBARAN PHYTOPLANKTON SECARA HORIZONTAL (KASUS SUNGAI KURI LOMPO KABUPATEN MAROS) Abdul Malik dan Saiful ABSTRAK

KAJIAN DISTRIBUSI FITOPLANKTON DAN PARAMETER KIMIA KUALITAS PERAIRAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KELAYAKAN SEBAGAI LOKASI BUDIDAYA KERANG MUTIARA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang

III. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

THE STUCTURE OF ZOOPLANKTON COMMUNITY IN MANGROVE AREA OF THE DUMAI CITY OF RIAU PROVINCE. By:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODE

Diversity of Plankton in the Part of Downstrem Siak River, Tualang Village, Tualang Sub-Regency, Siak Regency, Riau Province. By :

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN. Keterangan : Peta Lokasi Danau Lido. Danau Lido. Inset. 0 km 40 km 6 40' 42" ' 47" Gambar 2. Peta lokasi Danau Lido, Bogor

Struktur Komunitas Plankton Di Perairan Mangrove Kota Rebah Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau

Tengku Said Raza i Jurusan Budidaya Perairan, FIKP Universitas Maritim Raja Ali Haji

METODE PENELITIAN. 07 o 20 0,6576 LS 19 o 13 48,4356 BT Kober, Kec. Purwokerto Barat Bantarsoka, Kec. Purwokerto Barat

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran,

ADI FEBRIADI. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo pada bulan September-Oktober 2012.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Struktur Komunitas Zooplankton di Perairan Desa Mangunharjo Kecamatan Tugu Semarang

BAB III METODE PENELITIAN. Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo pada bulan Mei sampai Juli

POSTER KERAGAMAN JENIS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN SUNGAI OGAN, SUMATERA SELATAN 1 Marson 2

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan berupa penelitian dasar atau basic research yang

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2013

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN PULAU BANGKA KABUPATEN MINAHASA UTARA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kuantitatif dengan pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Jenis nutrien Kandungan (%) 2.2 Metode Penelitian Rancangan Penelitian

DAFTAR LAMPIRAN SPESIFIKASI BAHAN DAN PERALATAN. No Nama alat Merek/Tipe Kegunaan Tempat

III. MATERI DAN METODE

Transkripsi:

STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN SELAT BINTAN PULAU PENGUJAN KECAMATAN TELUK BINTAN KABUPATEN BINTAN ZOOPLANKTON COMMUNITY STRUCTURE IN BINTAN STRAITS PENGUJAN ISLAND TELUK BINTAN DISTRICT BINTAN REGENCY Nindy Chichi Marsella 1, Muzahar, S.Pi, M.Si 2, Arief Pratomo, ST, M.Si 2 Mahasiswa 1, Dosen Pembimbing 2 Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji e-mail : nindyjambak@ymail.com ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di perairan Selat Bintan, Kecamatan Teluk BIntan Kabupaten Bintan. Pengambilan sampel zooplankton dilakukan pada 41 (empat puluh satu) titik yang dilakukan pada bulan Maret sampai Juni 2015. Pengambilan sampel menggunakan plankton net (40 um) dengan penarikan secara vertikal. Proses pengawetan plankton menggunakan lugol 4%, selanjutnya proses identifikasi dilakukan di Laboratorium FIKP Universitas Maritim Raja Ali Haji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa zooplankton yang ditemukan di perairan Selat Bintan terdiri dari 4 kelas yaitu Ciiata, Eurotatoria, Crustacea, dan Polychaeta. Nilai kelimpahan rata rata zooplankton di Perairan Selat Bintan yaitu 493,55 ind/l. Kelimpahan tertinggi terdapat pada kelas Crustacea yaitu 82,26 ind/l dan yang terendah Polychaeta yaitu 27,42 ind/l. Indeks Keanekaragaman dan keseragaman zooplankton di perairan Seat Bintan menunjukkan suatu bentuk keanekaragaman dan keseragaman yang tinggi. Dominansi plankton di perairan Selat Bintan menunjukkan suatu bentuk dominansi rendah. Kata kunci: Zooplankton, Perairan Selat Bintan ABSTRACT This research was conducted at Selat Bintan waters, Teuk Bintan District, Bintan Regency. Zooplankton samples were collected using plankton net at 41 (fourty one), to collect samples, the plankton net were vertically towed in March to June 2015, then fixed with 4% luhol before identified at Faculty of Marine Sciences and Fisheries laboratory, Maritime Raja Ali Haji University, Tanjungpinang. The results of this research has been showed that the zooplankton were consists of 4 classes, each of them were Ciiata, Eurotatoria, Crustacea, dan Polychaeta. Zooplankton average value is 493,55 ind/l. 1

Crustacea class is the highest zooplankton value with 82,26 ind/l, whereas Polychaeta class is the lowest with 27,42 ind/l. The diversity and similarity index of zooplankton at Bintan Strait waters has been showed at high level, therefore plankton dominance showed low level mean no zooplankton species dominance yet on that area. Key words : Zooplankton, Bintan Straits PENDAHULUAN Zooplankton merupakan organisme laut yang memainkan peranan yang sangat penting dalam menopang rantai makanan di laut. Peranan zooplankton sebagai konsumen pertama sangat berpengaruh dalam rantai makanan suatu ekosistem perairan (Handayani dan Patria, 2005 dalam Fitriya, 2013). Zooplankton ditemukan pada semua kedalaman air karena adanya flagel sehingga memiliki kekuatan untuk bergerak yang meskipun lemah, membantunya naik ke atas dan ke bawah (Michael, 1995 dalam Nulya et.al., 2011). Menurut Hasymi (1986) dalam Nulya et.al (2011) sebagaian besar zooplankton di perairan bergerak vertikal setiap hari, mereka bergerak ke permukaan pada malam hari dan ke arah dasar siang hari. Pergerakan zooplankton tersebut dipengaruhi oleh cahaya. Karena masih terbatasnya data data tentang keanekaragaman jenis zooplankton dan kualitas perairan di Selat Bintan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang kedua aspek tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis jenis zooplankton yang ada di perairan Selat Bintan, mengetahui beberapa aspek ekologi meliputi, kelimpahan zooplankton, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, dan indeks dominansi, serta kondisi kualitas perairan sebagai parameter pendukung. Manfaat dari peneitian ini yaitu memberikan informasi ilmiah secara tertulis mengenai kelimpahan dan keanekaragaman zooplankton serta memberikan informasi kepada masyarakat dan pemerintah tentang potensi keberadaan jenis zooplankton sebagai indikator kesuburan di perairan Selat Bintan sehingga dapat digunakan sebagai masukan dalam pengambilan kebijakan oleh instansi terkait. Selain itu juga, penelitian ini dapat menjadi data awal/dasar untuk diadakannya penelitian lanjutan bagi mahasiswa/akademisi. METODE PENELITIAN 1) Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret smpai dengan Juni 2015 yang berokasi di Perairan Selat Bintan Pulau Pengujan. Pengambilan sampel dilakukan pada siang hari yaitu pada 2

pukul 12.00 WIB sampai dengan 14.00 WIB. 2) Alat dan Bahan Peralatan yang diguunakan antara lain : Plankton net, botol sampel, kertas label, ice box, saltmeter, sechi disk, GPS, currant drag, multi tester, turbidy meter, kamera digital, mikroskop, haemacytometer, object glass, cover glass, dan pipet tetes. Bahan yang digunakan yaitu : sampel zooplankton, aquades, lugol 4%, dan tissue. 3) Prosedur Penelitian a) Penentuan Titik Sampling Penentuan titik sampling ditentukan dengan Random Sampling (pengambilan sampel secara acak), yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana yang digunakan untuk memilih sampel dari populasi dengan cara sedemikian rupa sehingga setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama besar untuk diambil sebagai sampel (Fachrul, 2007). b) Metode Pengambilan Sampel Pengambilan plankton di laut dapat dilakukan secara tegak (kedalaman), dan mendatar (permukaan) (Fachrul, 2007). Pengambilan sampel zooplankton dilakukan dengan menggunakan planktonet (40. Sampel diambil sesuai dengan titik sampel yang telah ditentukan yaitu sebanyak 41 titik dan akan ditandai koordinatnya dengan menggunakan GPS. Pengambilan sampel dilakukan secara vertikal dengan cara ditarik dari kedalaman 2 meter. Adapun diameter planktonet yaitu 20 cm dan volume botolnya adalah 300 ml. c) Pengawetan Sampel Zooplankton Pengawetan ini dimaksudkan untuk tetap menjaga keutuhan dan bentuk plankton agar mudah diidentifikasi (Nontji, 2008). Untuk tetap menjaga sampel zooplankton agar tetap baik untuk diidentifikasi, sampel yang telah diambil diawetkan dengan lugol 4% selanjutnya diamati di laboratorium darat. d) Identifikasi Sampel Zooplankton Sampel zooplankton yang telah diawetkan kemudian diamati di laboratorium Ilmu Kelautan dan Perikanan UMRAH. Pengamatan zooplankton dilakukan dengan menggunakan mikroskop Nikon Binokuler dan mikroskop Optima Binokuler dengan pembesaran 100-400 kali. Zooplankton yang akan diamati di bawah mikroskop, pertama diteteskan ke atas haemacytometer yang kemudian ditutup dengan gelas penutup (cover slip) yang tipis. Buku identifikasi Marine and Fresh Water Plankton (Davis, 1971) dan Website World Registration of Marine Species (Worms, 2014). Untuk mempermudah identifikasi, jenis zooplankton yang diamati difoto dengan menggunakan kamera digital. 3

4) Pengolahan Data a) Kelimpahan Zooplankton Untuk mendapatkan data ini digunakan alat Haemacytometer, sedangkan untuk mencari kelimpahan plankton digunakan rumus modifikasi dari Isnansetyo & Kurniatuty (1995), seperti berikut ini : N : jumlah plankton per liter (L) T : luas penampang permukaan Haemacytometer (mm 2 ) L : luas satu lapangan pandang (mm 2 ) P : jumlah plankton yang dicacah p : jumlah lapang yang diamati V : volume konsentrasi plankton pada bucket (ml) v : volume konsentrat di bawah gelas penutup (ml) W : volume air media yang disaring pada planktonet (L) b) Indeks Keanekaragaman (H ) Indeks ini digunakan untuk mengetahui keanekaragaman jenis biota perairan. Persamaan yang digunakan untuk menghitung indeks ini adalah persamaan Shanon Wiener (Basmi, tanpa tahun dalam Fachrul, 2007). H = Indeks keanekaragaman Pi = Proporsi individu jenis ke - 1 terhadap jumlah individu semua jenis (Pi=ni/N) Ni = Jumlah individu / spesies jenis ke - i N = Jumlah total individu S = Jumlah genera Kriteria : H < 1 : Indeks keanekaragaman rendah 1 < H < 3 : Indeks keanekaragaman sedang H > 3 : Indeks keanekaragaman tinggi c) Indeks Keseragaman (E) Indeks ini menunjukan pola sebaran biota, yaitu merata atau tidak. Jika nilai indeks kemerataan relatif tinggi maka keberadaan setiap jenis biota di perairan dalam kondisi merata (Fachrul, 2007). H = Indeks Keanekaragaman Hmax = Keanekaragaman maksimum (ln S) S adalah jumlah genera E = indeks Keseragaman Kriteria : 0 < E < 0,4 : Keseragaman Rendah 0,4 < E < 0,6 : Keseragaman Sedang E > 0,6 : Keseragaman Tinggi 4

d) Indeks Dominansi Menurut Odum dalam Fachrul (2007) untuk mengetahui adanya dominansi jenis tertentu di perairan dapat digunakan indeks dominansi Simpson dengan persamaan berikut : ( ) D = Indeks Dominansi Simpson ni = Jumlah Individu jenis ke - i N = Jumlah Total Individu S = Jumlah genera Kriteria : C < 0,50 : Dominasi rendah 0,50 <C <0,75 : Dominasi sedang 0,75 < C < 1 : Dominasi tinggi HASIL DAN PEMBAHASAN 1) Komposisi Jenis & Kelimpahan Zooplankton Hasil penelitian menunjukkan bahwa plankton yang ditemukan di perairan Selat Bintan pada 41 titik terdiri dari 10 jenis dari 4 kelas yaitu Acanthostomella norvegica, Tintinnopsis sp, Eutintinnus fraknoi, Kellicottia longispina, Oncaea sp, Oithona similis, Scolecithrix danae, Scolecithrix bradyi, Copepod nauplii, dan Tomopteris septentrionalis. Jenis zooplankton yang paling banyak ditemukan yaitu jenis Scolecithrix danae dari kelas Crustacea sebanyak 82,26 ind/l. Kelimpahan zooplankton yang paling rendah ditemukan yaitu jenis Tomopteris septentrionalis dari kelas Polychaeta sebanyak 27,42 ind/l. Kelompok Copepoda memang sering mendominasi komunitas Zooplankton pada berbagai perairan (Wiadnyana, 1997). Calanoida merupakan salah satu ordo copepoda yang melimpah serta memiliki jenis yang beragam dengan jumlah keseluruhan mencapai sekitar 70% dari total zooplankton di lautan (Kim, 1985 dalam Fitriya & Lukman, 2013). 2) Indeks Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominansi Keanekaragaman zooplankton (diversity) adalah atribut sebuah komunitas plankton yang sangat berhubungan dengan produktivitas, struktur topic dan migrasi (Shirling & Wilsey, 2001 dalam Fitriya & Lukman, 2013). Indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi menggambarkan nilai kondisi ekologi jenis/spesies pada lokasi tertentu sehingga dapat menggambarkan kondisi perairan yang menjadi media hidupnya. Keanekaragaman ditentukan oleh beberapa factor atau proses yang terjadi dalam ekosistem, termasuk factor abiotik seperti nutrient dan factor biotic seperti pemangsaan atau kompetisi. Adapun nilai keanekaragaman zooplankton yang didapat adalah 3,24. Hal ini berarti nilai keanekaragaman zooplankton di perairan Selat Bintan dikategorikan tinggi. Keanekaragaman 5

juga ditunjang oleh komunitas plankton itu sendiri dimana plankton akan berkumpul disuatu tempat yang disukai (Nontji 2008). Kemudian nilai indeks keseragaman yang didapat masuk ke dalam kategori tinggi yaitu 0,76. Indeks keseragaman menunjukan pola sebaran zooplankton yang merata atau tidak. Jika nilai indeks keseragaman relatif tinggi maka keberadaan setiap jenis biota di perairan dalam kondisi merata (Fachrul, 2007). Nilai keseragaman yang diperoleh menunjukkan bahwa perairan ini memiliki keseragaman yang tinggi dan penyebaran jenis yang relatif merata (Basmi,1999 dalam Asmara, 2005). Indeks dominansi zooplankton di perairan Selat Bintan yaitu 0,11 yang dapat dikatakan bahwa perairan Selat Bintan memiliki indeks dominansi yang rendah. Berdasarkan pernyataan Odum (1971) dalam Fuadi (2013) nilai dominansi berkisar antara 0 sampai 1, jika nilai dominansi mendekati 0 berarti hampir tidak ada yang mendominasi dan apabila nilai dominansi mendekati 1 berarti ada salah satu kelas atau jenis yang mendominasi. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi suatu komunitas dalam keadaan stabil, kondisi lingkungan cukup prima dan tidak terjadi tekanan ekologis (stress) di habitat biota yang bersangkutan (Asmara, 2005). PENUTUP 1) Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Struktur Komunitas Zooplankton di Perairan Selat Bintan Pulau Pengujan Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten Bintan dapat diambil kesimpulan sebagi berikut : a) Zooplankton yang ditemukan di perairan Selat Bintan sebanyak 4 kelas yaitu Ciliata, Eurotatoria, Crustacea, dan Polychaeta, b) Nilai kelimpahan tertinggi pada jenis zooplankton Scolecithrix danae yaitu 82.26 ind/l, sedangkan indeks keanekaragamannya tergolong tinggi yaitu 3.24, indeks keseragaman tergolong tinggi yaitu 0.76, dan indeks dominansi tergolong rendah yaitu 0.11, c) Kondisi perairan di Selat Bintan yang diteliti adalah parameter fisika dan kimia. Parameter fisika meliputi : kecepatan arus berkisar antara 0.05-0.060 m/dtk, kecerahan 0.89-0.92 meter, kekeruhan 6.12-6.21 NTU, suhu 27.53-28.90 0 C, dan salinitas 30.00-30.40 0 / 00. Sedangkan parameter kimia meliputi : ph yang berkisar antara 7.1-7.6, dan DO 7.1-7.5 mg/l. 2) Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap keanekaragaman jenis zooplankton pada siang dan malam hari serta perbedaan pengambilan sampel zooplankton yang didasari pada sebaran migrasi zooplankton. Hal ini dilakukan 6

karena adanya dugaan terhadap migrasi vertical harian plankton, yaitu zooplankton bergerak naik dekat permukaan air menjelang malam hari dan bergerak turun pada dini hari. DAFTAR PUSTAKA Asmara, A. 2005. Hubungan Struktur Komunitas Plankton dengan Kondisi Fisika Kimia Perairan Pulau Pramuka dan Pulau Panggang Kepulauan Basmi, J. 1997. Planktonologi : Terminologi dan Klasifikasi Zooplankton Laut. Institut Pertanian Bogor : Bogor Seribu.Skripsi. Institut Pertanian Bogor : Bogor. Nontji, A. 2008. Plankton Laut. LIPI: Jakarta Nulya, S. E., A. Lestari dan W. Arsyad. 2011. Keanekaragaman dan Kemelimpahan Zooplankton di Kolam JorongBarutama Greston Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan. Jurnal. Wahana-Bio Volume VI.. Wiadnyna, N. N. 1997. Variasi Kelimpahan Zooplankton di Teluk Kao, Halmahera (Maluku Utara). Oseanologi dan Limnologi di Indonesia : Jakarta. Fachrul, M, F. 2007. Metode Sampling Bioekologi, edk 1, Bumi Aksara : Jakarta. Fitriya, N., dan M. Lukman. 2013. Komunitas Zooplankton di Perairan Lamalera dan Laut Sawu, Nusa Tenggara Timur. Jurnal. Universitas Hasanuddin : Makassar 7