BAB I PENDAHULUAN. Indonesia pengklasifikasian anak itu sudah dibagi dengan jelas. Untuk anak yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menunjukkan hukum alam yang telah menunjukkan kepastian. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menunjukkan hukum alam yang telah menunjukkan kepastian.

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu memikul beban tugas dan tanggung jawab serta berpartisipasi

BAB I PENDAHULUAN. dan dirawat dengan sepenuh hati. Tumbuh dan berkembangnya kehidupan seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Putri Shalsa Novita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Gilang Angga Gumelar, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. berpotensi, karena itu pendidikan, pelatihan dan pembinaan untuk anak harus

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak.

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Melalui penglihatan seseorang dapat menerima informasi

LAPORAN OBSERVASI SLB-A-YKAB SURAKARTA

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan kemampuan bicara (Somantri, 2006). selayaknya remaja normal lainnya (Sastrawinata dkk, 1977).

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit untuk mencapai perkembangan yang optimal. kebutuhanya serta menjalankan kegiatan sehari-hari membutuhkan

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. Disability (kekhususan) merupakan konsekuensi fungsional dari kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsi motorik, afektif maupun kognitifnya. Orang-orang yang fungsi. kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN ANAK TUNANETRA DI SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN A (STUDI KASUS DI SLB-A YAYASAN KARYA MURNI MEDAN JOHOR)

BAB I PENDAHULUAN. Penyandang cacat tubuh pada dasarnya sama dengan manusia normal lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. adalah lingkungan pertama yang dimiliki seorang anak untuk mendapatkan pengasuhan,

1 Universitas Indonesia

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KEMANDIRIAN ACTIVITY OF DAILY LIVING ANAK LOW VISION SEKOLAH DASAR KELAS IV DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. kemanusiannya. Pendidikan dalam arti yang terbatas adalah usaha mendewasakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki rasa minder untuk berinteraksi dengan orang lain.

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang sangat mendasar untuk perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Semua individu berhak mendapatkan pendidikan. Hal tersebut sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

2015 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah

BAB I PENDAHULUAN. dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian, moral,

2014 MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA

BAB 1 PENDAHULUAN. semua jabatan, organ visual ini memainkan peranan yang menentukan. Badan

Gambaran peran guru..., Dewi Rahmawati, FPsi UI, PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia Hal 4

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. adanya perbedaan kondisi dengan kebanyakan anak lainnya. Mereka adalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan masing-masing perbedaan, baik fisik maupun mental.

BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas, cakupan dari disabilitas terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untk

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. keadaan bangsa mendatang tergantung dari usaha yang dilakukan bangsa tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial masyarakat yang memiliki harkat dan martabat, dimana setiap

BAB I PENDAHULUAN. terencana melalui pendidikan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sejak dilahirkan mempunyai fitrah sebagai makhluk yang. berguna bagi agama, berbangsa dan bernegara.

merupakan unit terkecil dari ruang lingkup masyarakat. Kesejahteraan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN. masih tanggung jawab orang tua. Kewajiban orang tua terhadap anak yaitu membesarkan,

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan memiliki kecakapan hidup dan mampu mengoptimalkan segenap

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

I. PENDAHULUAN. perbedaan kecerdasan, fisik, finansial, pangkat, kemampuan, pengendalian diri,

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap orang dilahirkan berbeda dimana tidak ada manusia yang benar-benar sama

BAB I PENDAHULUAN. kelak menjadi motor penggerak bagi kehidupan bermasyarakat, dan bernegara demi

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha mencerdaskan kehidupan manusia melalui kegiatan bimbingan

BAB I PENDAHULUAN. kondisi fisik maupun mental yang sempurna. Namun pada kenyataannya tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, budaya, agama, dan sebagainya. sebaliknya dalam individu berbakat pasti ditemukan kecacatan tertentu.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kebutaan dan 3,65% atau 246 juta orang mengalami low vision. 1,2

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kecerdasan yang rendah di bawah rata-rata orang pada umumnya (Amrin,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Disabilitas adalah suatu bentuk akibat dari keterbatasan seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di bawah pengawasan guru. Ada dua jenis sekolah, yaitu sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Ingris Cataract, dan Latin

PEMBINAAN DISIPLIN ANAK TUNA GRAHITA DI SEKOLAH. (Studi Kasus di SLB Pelita Bangsa Kesamben Jombang) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA RPP OFTALMOLOGI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. blind) dan yang masih mempunyai sisa penglihatan (low vision). (SLB Kartini. nama tempat atau nama jalan dimana ia berada.

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari, memahami dan mengamalkan isi kandungan Al-Qur an adalah. merupakan kewajiban bagi setiap umat muslim.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan

POLA INTERAKSI GURU DAN SISWA TUNANETRA SMPLB A BINA INSANI BANDAR LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU ANAK DIREKTORAT BINA KESEHATAN ANAK KEMENTERIAN KESEHATAN RI Ind p

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan Hawa sebagai pendamping bagi Adam. Artinya, manusia saling

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pelaku pembangunan dapat merasakan dan menikmati hasil dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya. Namun terkait

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB I PENDAHULUAN I.1

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU TUGAS AKHIR TKA 490 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mata merupakan organ penting dalam tubuh kita. Sebagian besar

mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas umum Pemerintahan dan pembangunan dibidang kesejahteraan sosial dan keagamaan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Anak cacat adalah anak yang berkebutuhan khusus karena mereka adalah anak yang memiliki kekurangan. Anak cacat atau berkelainan juga memiliki klasifikasi. Di Indonesia pengklasifikasian anak itu sudah dibagi dengan jelas. Untuk anak yang tunanetra atau penyandang cacat mata di golongkan atau dikelompokkan kedalam bagian A atau dalam pendidikannya di golongkan kedalam Sekolah Luar Biasa Bagian A. Sekolah ini hanya di khususkan bagi penyandang cacat tunanetra saja baik itu yang total ataupun bagi yang low vision atau anak yang memiliki penglihatan yang kurang jelas. Sedangkan bagi anak yang berkebutuhan khusus yang lainnya akan dibagi ke dalam sekolah atau pengelompokan yang lain dan tidak disamakan. Banyak lembaga yang menampung anak-anak yang bermasalah sosial, khususnya anak yang mengalami gangguan penglihatan atau penyandang cacat tunanetra. Lembaga yang ada bukan hanya didirikan atau ditangani oleh pihak pemerintah tetapi banyak juga lembaga yang didirikan oleh pihak swasta. Lembaga-lembaga ini juga kebanyakan yang bersifat seri amal. Lembaga-lembaga ini juga bertujuan untuk membantu dan memberdayakan para tunanetra untuk hidup mandiri dan ikut serta berpartisipasi dalam segala kegiatan seperti anak-anak awas. Anak awas adalah anak yang normal yang tidak memiliki kekurangan (cacat netra). Lembaga-lembaga ini diharapkan mengajar dan memberikan pendidikan yang benar dan yang tepat sesuai dengan masalah yang dihadapi yaitu tunanetra, karena mereka adalah suatu individu yang tidak dapat mudah untuk mengenaldan 11

memahami keadaan karena kekurangan mereka tersebut. Lembaga ini juga merupakan kunci dan suatu subjek yang memahami apa saja yang diperlukan oleh para tunanetra yang ada dilembaga itu dan lembaga ini jugalah yang berkewajiban untuk dapat mengembangkan kemampuan mereka. Oleh sebab itulah lembaga sangat diperlukan keahliannya bagi anak-anak cacat netra tersebut yaitu untuk mengajarkan keberanian dan kedisiplinan yang dapat meningkatkan rasa percaya diri dan dapat menghilangkan sikap negatif masyrakat tentang ketunaan mereka serta dapat membawa mereka kepada pikiran atau sikap yang positif. Pelayanan yang ada pada suatu lembaga hendaknya dapat memberikan rasa atau rasa yang dapat menciptakan suasana sejahtera pada para tunanetra, karena mereka adalah individu yang bermasalah social sehingga dengan pelayanan yang diberikan dengan benar dan sesuai dengan apa yang mereka perlukan seperti halnya dapat memanfaatkan indera yang lainnya agar dapat di pakai dan tidak semua indera yang ada pada mereka tidak cacat dan mereka dapat menjalankan fungsi sosialnya dengan baik yang dapat mereka tunjukkan kepada masyarakat yang memiliki pikiran atau sikap negatif yang salah tentang tunanetra, sehingga mereka tidak hanya dianggap sebagai penyakit masyarakat saja melainkan sebagai masyarakat yang dapat berpartisipasi. Suatu lembaga yang menangani anak tunanetra juga diharapkan dapat melatih kemampuan indera yang lain yang dapat menutupi dari indera penglihatan yang tidak dapat dipakai, sehingga fungsi anggota yang lain dapat digunakan seperti halnya fungsi perabaan, fungsi penciuman, fungsi pendengaran, sehingga tidak semua fungsi anggota tubuhnya rusak 12

Adapun jumlah lembaga dan Sekolah Luar Biasa Bagian A yang menangani anak cacat netra tidak semuanya terdata, tetapi menurut data yang ada di Indonesia diperkirakan sebanyak 250 unit dan yang ada di Sumatera Utara sebanyak 94 unit (Subijanto,1991). Lembaga dan sekolah ini juga merupakan alat yang sangat diperlukan oleh pemerintah, keluarga dan masyarakat untuk dapat mengajarkan mereka lebih mandiri dan terampil serta dapat mewujudkan cita-citanya seperti halnya anak-anak awas lainnya. Jumlah penyandang cacat netra menurut data yang dikeluarkan oleh Depdiknas(Departemen Pendidikan Nasional) pada tahun 1986 mencapai 41.057 orang atau 16,16% tetapi menurut mereka setiap data yang dikeluarkan oleh pihak yang lain pasti selalu berubah-ubah dan berlainan. Sedangkan data pada tahun 1996 yang dikeluarkan oleh pihak departemen sosial mencapai 1.613.898 atau 28,94% dari jumlah penduduk dan jumlah ini akan selalu bertambah tiap tahunnya baik itu yang disebabkan oleh faktor keturunan, penyakit dan kecelakaan ataupun karena kekurangan gizi. Sedangkan pada Tahun 2007,WHO memperkirakan jumlah penyandang cacat netra diseluh dunia mencapai 40-45 juta jiwa. Dan organisasi kesehatan dunia ini juga memperkirakan ada sekitar 12 orang yang menjadi buta setiap menitnya di dunia dan diantara 12 orang tersebut 4 orang adalah berada di Asia Tenggara.sedangkan di Indonesia diperkirakan ada orang yang menjadi buta tiap harinya dengan berbagai penyebab yang kebanyakan dari daerah miskin (Redempta,2007). Sedangkan berdasarkan survey kesehatan tentang penyandang cacat netra menunjukkan bahwa agka kebutaan di Indonesia adalah sebesar 1,5% dengan 13

penyebab terbesarnya adalah katarak atau kekeruhan pada lensa mata yaitu 0,78% dan pada tingkat kedua glaukoma adalah tingginya tekanan pada bola mata yaitu sebesar 0,20% dan sebagian lagi akibat refraksi dan lanjut usia. (Ypha,2006) Menurut persatuan penyandang cacat Indonesia (PPCI) mengatakan hingga pada tahun 2005 jumlah penyandang cacat di Indonesia mencapai 6 juta jiwa atau 3,11% dari jumlah populasi dan diperkirakan yang mengalami cacat netra sebanyak kurang lebih 3 juta jiwa, diantara jumlah tersebut hanya 10% saja yang mengecam pendidikan atau yang menduduki bangku sekolah. Hal ini juga diakibatkan karena banyaknya keluarga yang masih malu akan kekurangan dari anaknya tersebut, sehingga mereka menyembunyikan anak mereka dan sebagian dikarenakan oleh kurangnya informasi mengenai sekolah bagi para tunanetra, apalagi sekolah yang berbentuk seperti ini masih jarang ditemui di pedesaan dan kebanyakan terdapat didaerah perkotaan sedangkan masyarakat yang mengalami tunanetra kebanyakan berasal dari pedesaan (tempo,2005). Jumlah ini selalu berubah dan menurut badan yang menangani anak tunanetra mengatakan bahwa jumlah anak tunanetra pada saat sekarang ini sebanyak 15 juta jiwa (Jimly,2006) oleh karena itulah dikatakan bahwa jumlah ini selalu berubah-ubah dan tidak jelas berapa yang sebenarnya. Sedangkan jumlah dari data tersebut menyatakan bahwa anak yang tunanetra lebih banyak yang tidak bersekolah dari pada bersekolah, padahal upaya yang dilakukan pemerintah adalah untuk memberantas buta huruf, tetapi upaya ini belum kepada semua kalangan diterapkan sehingga masih banyak dari para tunanetra yang belum mengenal sama sekali tentang pendidikan. Padahal pendidikan merupakan modal utama yang dapat melatih keterampilan dan mengembangkan kemandirian mereka. 14

Oleh sebab itu Sekolah Luar Biasa-A Yayasan Karya Murni merupakan salah satu dari 250 SLB-A yang terdaftar sebagai Sekolah yang menampung anak yang tunanetra, sekolah ini juga memiliki Panti Asuhan yang mengasuh anak-anak tersebut yang kebanyakan dari antara mereka berasal dari ekonomi lemah. Sekolah dan Panti Asuhan ini bersifat seri amal yang banyak menampung anak yang tidak lagi memiliki orang tua atau keluarga yang kebanyakan dari antara mereka berasal dari daerah Nias. Dari jumlah penyandang tunanetra bersekolah di Indonesia atau yang berpendidikan diantaranya adalah anak-anak tunanetra yang bersekolah di Sekolah Luar Biasa Bagian A Yayasan Karya Murni yaitu dari TKLB,SDLB dan SMPLB yang berjumlah 54 orang dan masih ada sebagian lagi yang bersekolah inklusi atau intergrasi di tingkat SMA dan Kuliah. Oleh sebab itu yayasan Karya Murni merupakan suatu lembaga yang memperhatikan anak-anak tunanetra yang mampu untuk menolong mereka untuk dapat hidup mandiri dan dapat melatih kemampuan dan memberi keterampilan dan pendidikan untuk mencapai cita-cita dan masa depan mereka. Oleh sebab itu peneliti merasa tertarik untuk meneliti kemandirian mereka. Dan dari latar belakang masalah tersebut diatas maka peneliti ingin meneliti bagaimana Perkembangan Kemandirian Anak Tunanetra (Studi Kasus di SLB-A Yayasan Karya Murni). 15

2.Perumusan Masalah Masalah merupakan bagian yang sangat penting atau bagian pokok dari suatu kegiatan penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana perkembangan kemandirian anak tunanetra di Sekolah Luar Biasa A (studi kasus di SLB/A Yayasan Karya Murni Medan Johor). 3. Tujuan dan Manfaat penelitian 3.1 Tujuan penelitian Dari pembatasan masalah yang diajukan, maka peneliti merumuskan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui perkembangan kemandirian anak Tunanetra. 2. Untuk mengetahui sejauh mana mereka dapat hidup mandiri dalam kehidupannya sehari-hari. 3.2 Manfaat penelitian Adalah manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian dan melatih diri serta mengembangkan pemahaman dan kemampuan berfikir melalui penulisan ilmiah dengan menerapkan pengetahuan yang di peroleh selama berada di Ilmu Kesejahteraan Sosial. 2. Secara pragmatis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap pihak-pihak terkait, khusus nya SLB-A Karya Murni agar ke depannya menjadi lebih baik dan berbasis Ilmu Kesejahteraan Sosial. 16

3. Secara Akademis, sebagai bahan masukan bagi penulis dalam perkembangan Ilmu Kesejahteraan Sosial, khusunya yang berhubungan dengan kemandirian anak tunanetra sebagai individu yang bermasalah kesejahteran social. 17

4. Sistematika Penulisan Adapun sistematika dalam penulisan ini adalah : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisikan Latar Belakang Masalah, Perumusan masalah, Tujuan dan Manfaat penelitian dan Sistematika penulisan BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab menguraikan secara teoritis variable yang diteliti, dan defenisi konsep BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, sumber data, tehnik pengumpulan data dan tehnik analisa data BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini berisikan sejarah singkat berdirinya Yayasan Karya Murni Sekolah Luar Biasa Bagian A Medan johor, serta gambaran umum tentang lokasi dimana peneliti melakukan penelitian BAB V : ANALISA DATA Bab ini berisikan tentang uraian yang diperoleh dari penelitian dan analisanya serta foto-foto yang menyangkut tentang data. BAB VI : PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dan saran-saran penulis dari data pelitian DAFTAR PUSTAKA 18