BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 58 TAHUN 2009 TANGGAL 17 SEPTEMBER 2009 STANDAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

KOMPETENSI PENDIDIK (GURU PAUD, GURU PENDAMPING, GURU PENDAMPING MUDA) 1 KOMPETENSI GURU PAUD

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru

No. KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU TK/ PAUD Kompetensi Pedagodik

DEVELOPPING OF TEACHERS HP

A. KUALIFIKASI PEMBIMBING

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP)

STANDAR KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI

MATA KULIAH PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU. Dr. Ali Mustadi, M. Pd NIP

A. KUALIFIKASI PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P

STANDAR KOMPETENSI GURU (Permendiknas No. 16 Tahun 2007)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kerangka dan tujuan organisasi.masalah kompetensi itu menjadi penting,

kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

PENGEMBANGAN PROFESI GURU SD/MI. Udin S. Sa ud, Ph.D

BAB II KAJIAN TEORI. A. Evaluasi Pembelajaran. 1. Pengertian Evaluasi. Evaluasi perlu dilakukan dalam kegiatan belajar-mengajar untuk dapat

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Giya Afdila, 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta

Oleh: DR.DADANG JUANDI, S.Pd.,M.Si. PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA UPI

MEMBANGUN KARAKTER BANGSA MELALUI PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU BERBASIS PENDIDIKAN NILAI. Prof.Dr.H.Sofyan Sauri, M.Pd

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Deskripsi Teoritis Tinjauan tentang Guru, Kompetensi, Kompetensi Pedagogik, dan PAUD

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2008 TENTANG

PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG KRITERIA DAN PERANGKAT AKREDITASI TAMAN KANAK-KANAK/RAUDHATUL ATHFAL (TK/RA)

BUKU KODE ETIK DAN TATA TERTIB DOSEN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

MENJADI GURU PROFESIONAL

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi guru. Namun,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR

KRITERIA PENILAIAN KINERJA GURU PEMULA PADA PROGRAM INDUKSI GURU PEMULA (PIGP)

PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH

JENIS-JENIS KOMPETENSI GURU TK

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

PEDOMAN ETIKA DOSEN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO

KISI- KISI UJI KOMPETENSI GURU (UKG)

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

Pendidikan adalah proses pengembangan potensi manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) secara terintagrasi dan berkelanjutan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perkembangan peserta didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

KODE ETIK DOSEN AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi telah berlaku sebagai bagian integral dari setiap proses

Pendidikan adalah proses pengembangan potensi manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) secara terintagrasi dan berkelanjutan untuk menghasilkan

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL STANDAR KOMPETENSI GURU KURIKULUM 2006 (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

KODE ETIK DOSEN, TENAGA KEPENDIDIKAN & MAHASISWA UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hanna Amalia Mustopa, 2013

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kependidikan kompetensi merupakan pengetahuan, sikap-perilaku dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Analisis Kebutuhan Pelatihan Kompetensi Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kountur (Wiwid, 2006:48) Penelitian deskriftif adalah jenis penelitian yang

KODE ETIK GURU INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

PROFES PRO SIONALISM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Pemetaan kompetensi dan sub kompetensi guru secara fomal seperti. berikut: SUB KOMPETENSI. PEDAGOGIK 1. Menguasai teori dan praksis pendidikan

KOMPETENSI KONSELOR. Kompetensi Konselor Sub Kompetensi Konselor A. Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kurikulum Berbasis TIK

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Identitas Program Studi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu.menurut (Farida

KOMPETENSI ALUMNI PG PAUD FIP UNNES DI LEMBAGA PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia merupakan perguruan tinggi yang

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan manusia dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PENELITIAN. mengemukakan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik,

A. Identitas Program Studi

BAB I PENDAHULUAN. formal atau nonformal. Kedua pendidikan ini jika ditempuh dan dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan terbatas dalam belajar (limitless caoacity to learn ) yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. membentuk dan mendewasakan serta menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 397/F/Unbrah/VIII/2013 KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Profesi Guru Suatu pekerjaan dapat menjadi profesi guru harus memenuhi kriteria atau persyaratan tertentu yang melekat dalam pribadinya sebagai tuntutan melaksanakan profesi tersebut (Saondi, 2010: 10). Agar dikatakan profesional setiap profesi memiliki ketentuan-ketentuan yang telah dibuat, seperti halnya profesi guru. Guru memiliki prinsip-prinsip yang harus dilaksanakan, senada dengan yang telah dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen Pasal 7, ayat 1 bahwa profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme. b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia. c. Kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas. d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja. g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. 6

7 Kesimpulan dari pendapat di atas adalah guru dikatakan profesional apabila guru dapat memenuhi tuntutan profesinya yaitu mampu memberikan semua kebutuhan siswa dalam pendidikan, dan melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan yang maksimal. Guru yang profesional adalah yang bekerja sesuai dengan syarat dan ketentuan yang ditetapkan, tidak seenaknya sendiri. 2. Kompetensi Guru Pengertian dasar kompetensi (competency) adalah kemampuan atau kecakapan. Adapun kompetensi guru (teacher competency) menurut Barlow (dalam Syah, 2010: 229), ialah The ability of a teacher to responsibly perform his or her duties appropriately. Artinya, kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. Artinya, guru yang piawai dalam melaksanakan profesinya dapat disebut sebagai guru yang kompeten dan profesional. Senada dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kesimpulannya bahwa guru yang berkompeten adalah guru yang memiliki kreatifitas tinggi dalam pembelajaran, dan dapat menimbulkan keaktifan yang tinggi bagi siswanya. Guru memiliki beberapa kompetensi yang harus dikuasai sebagai penunjang profesinya. Standar kompetensi

8 juga tidak terlepas sebagai penentu keberhasilan dari pelaksanaan kurikulum yang digunakan oleh sekolah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 20 dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban: a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akadernik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. Kesimpulan dari yang telah disebutkan mengenai kewajiban guru di atas adalah sebagaimana tugas guru yang telah ditentukan, maka harus dilaksanakan sesuai peraturan. Salah satu peraturan yang telah dibuat seperti yang tertera dalam Undang-Undang tentang kewajiban seorang guru yaitu mempersiapkan segala kebutuhan dari proses pembelajaran. Seorang guru adalah pribadi yang berkembang maka dituntut untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan. Seorang guru harus bisa mengkondisikan siswanya baik dalam pembelajaran maupun di luar kegiatan pembelajaran, guru juga harus bertindak adil. Sikap seorang guru akan menjadi panutan bagi siswanya, maka guru harus memperhatikan perilakunya. Guru menanamkan sikap

9 kesatuan dan persatuan sejak dini kepada siswa agar siswa selalu bersikap damai. Selanjutnya adanya guru asisten juga memiliki kewajiban sebagaimana yang telah dijelaskan kewajiban guru asisten adalah menjadi teladan bagi pembentukan karakter anak, membantu guru dalam menyusun rencana pembelajaran, membantu mengelola kegiatan bermain sesuai dengan tahapan dan perkembangan anak, membantu dalam melakukan penilaian tahapan perkembangan anak (Peraturan Mendiknas Nomor 58 Tahun 2009). Adanya guru asisten juga memiliki kompetensi yang telah dicantumkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini pasal 26, ayat 2 yang berbunyi kompetensi guru asisten mencakup kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional, sebagaimana terdapat pada lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Adapun indikator kompetensi guru asisten yang akan dikembangkan dan ditingkatkan yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial. Tabel 2.1. Indikator Kompetensi Guru asisten dalam Penelitian Kompetensi/Sub kompetensi 1. Kompetensi Kepribadian 1.1 Bersikap dan berperilaku sesuai dengan kebutuhan psikologis anak. Indikator 1.1.1 Menyayangi anak secara tulus. 1.1.2 Berperilaku sabar, tenang, ceria, serta penuh perhatian. 1.1.3 Memiliki kepekaan, responsif dan humoris terhadap perilaku anak.

10 1.2 Bersikap dan berperilaku sesuai dengan norma agama, budaya dan keyakinan anak. 1.3 Menampilkan diri sebagai pribadi yang berbudi pekerti luhur. 2. Kompetensi Profesional 2.1 Memahami tahapan perkembangan anak. 2.2 Memahami pertumbuhan dan perkembangan anak. 1.1.4 Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan bijaksana. 1.1.5 Berpenampilan bersih, sehat, dan rapi. 1.1.6 Berperilaku sopan santun, menghargai, dan melindungi anak. 1.2.1 Menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, budaya, dan jender. 1.2.2 Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum, dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. 1.2.3 Mengembangkan sikap anak didik untuk menghargai agama dan budaya lain. 1.3.1 Berperilaku jujur. 1.3.2 Bertanggungjawab terhadap tugas. 1.3.3 Berperilaku sebagai teladan. 2.1.1 Memahami kesinambungan tingkat perkembangan anak usia 0 6 tahun. 2.1.2 Memahami standar tingkat pencapaian perkembangan anak. 2.1.3 Memahami bahwa setiap anak mempunyai tingkat kecepatan pencapaian perkembangan yang berbeda. 2.1.4 Memahami faktor penghambat dan pendukung tingkat pencapaian perkembangan. 2.2.1 Memahami aspek-aspek perkembangan fisikmotorik, kognitif, bahasa, sosial-emosi, dan moral agama. 2.2.2 Memahami faktor-faktor yang menghambat dan mendukung aspek-aspek perkembangan di atas. 2.2.3 Memahami tanda-tanda

11 2.3 Memahami pemberian rangsangan pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan. 2.4 Membangun kerjasama dengan orang tua dalam pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan anak. 3. Kompetensi Pedagogik 3.1 Merencanakan kegiatan program pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan. 3.2 Melaksanakan proses pendidikan, pengasuhan, kelainan pada tiap aspek perkembangan anak. 2.2.4 Mengenal kebutuhan gizi anak sesuai dengan usia. 2.2.5 Memahami cara memantau nutrisi, kesehatan dan keselamatan anak. 2.2.6 Mengetahui pola asuh yang sesuai dengan usia anak. 2.2.7 Mengenal keunikan anak. 2.3.1 Mengenal cara-cara pemberian rangsangan dalam pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan secara umum. 2.3.2 Memiliki keterampilan dalam melakukan pemberian rangsangan pada setiap aspek perkembangan. 2.4.1 Mengenal faktor-faktor pengasuhan anak, sosial ekonomi keluarga, dan sosial kemasyarakatan yang mendukung dan menghambat perkembangan anak. 2.4.2 Mengkomunikasikan program lembaga (pendidikan, pengasuhan, dan perlidungan anak) kepada orang tua. 2.4.3 Meningkatkan keterlibatan orang tua dalam program di lembaga. 2.4.4 Meningkatkan kesinambungan program lembaga dengan lingkungan keluarga. 3.1.1 Menyusun rencana kegiatan tahunan, semesteran, bulanan, mingguan, dan harian. 3.1.2 Menetapkan kegiatan bermain yang mendukung tingkat pencapaian perkembangan anak. 3.1.3 Merencanakan kegiatan yang disusun berdasarkan kelompok usia. 3.2.1 Mengelola kegiatan sesuai dengan rencana yang disusun

12 dan perlindungan. 3.3 Melaksanakan penilaian terhadap proses dan hasil pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan. 4. Kompetensi Sosial 4.1 Beradaptasi dengan lingkungan. berdasarkan kelompok usia. 3.2.2 Menggunakan metode pembelajaran melalui bermain sesuai dengan karakteristik anak. 3.2.3 Memilih dan menggunakan media yang sesuai dengan kegiatan dan kondisi anak. 3.2.4 Memberikan motivasi untuk meningkatkan keterlibatan anak dalam kegiatan. 3.2.5 Memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan anak. 3.3.1 Memilih cara-cara penilaian yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. 3.3.2 Melalukan kegiatan penilaian sesuai dengan cara-cara yang telah ditetapkan. 3.3.3 Mengolah hasil penilaian. 3.3.4 Menggunakan hasil-hasil penilaian untuk berbagai kepentingan pendidikan. 3.3.5 Mendokumentasikan hasilhasil penilaian. 4.1.1 Menyesuaikan diri dengan teman sejawat. 4.1.2 Menaati aturan lembaga. 4.1.3 Menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitar. 4.1.4 Akomodatif terhadap anak didik, orang tua, teman sejawat dari berbagai latar belakang budaya dan sosial ekonomi. 4.2 Berkomunikasi secara efektif 4.2.1 Berkomunikasi secara empatik dengan orang tua peserta didik. 4.2.2 Berkomunikasi efektif dengan anak didik, baik secara fisik, verbal maupun non verbal. (Peraturan Mendiknas Nomor 58 Tahun 2009). Berdasarkan pelaksanaan kurikulum 2013 saat ini diselenggarakanlah adanya guru pendamping. Adanya guru pendamping

13 dalam pelaksanaan kurikulum 2013 juga memiliki kompetensi sebagaimana yang telah dipaparkan dalam pedoman peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 105 Tahun 2014 tentang Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah menjelaskan tentang kriteria pendamping bahwa pendamping pada dasarnya wajib memiliki kompetensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang didampingi agar memiliki kepercayaan diri dalam proses pendampingan serta tidak menimbulkan resistensi pada yang didampingi yang ditunjukkan dengan portofolio. Syarat yang perlu dipenuhi untuk menjadi seorang pendamping adalah (1) memiliki pemahaman mengenai konsep dan jiwa Kurikulum 2013, (2) memiliki kemampuan menjelaskan persoalan dan berkomunikasi secara baik dengan pihak yang didampingi, (3) berjiwa membimbing (tidak menggurui) demi terciptanya rasa nyaman pada pihak yang didampingi, serta (4) dapat memberikan bimbingan teknis bila diperlukan terkait dengan proses pembelajaran dan penilaian sesuai dengan Kurikulum 2013. 3. Peran Guru Pendamping Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen Pasal 1 yang berbunyi, Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

14 pendidikan menengah. Undang-undang di atas menyebutkan bahwa guru adalah tenaga yang profeional dengan beberapa tugasnya yang harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuannya. Senada dengan yang disampaikan oleh (Saondi, 2010: 2) bahwa pendidik atau guru merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Kesimpulan dari yang telah dijelaskan di atas bahwa seorang guru tidak hanya memberikan pembelajaran secara kognitif saja, namun guru juga memberikan berbagai pembelajaran secara afektif baik di sekolah maupun di luar sekolah kepada masyarakat yang membutuhkan profesinya. Memberikan pelayanan, pelatihan dan bimbingan di luar jam sekolah kepada masyarakat luas adalah tugas guru yang juga harus dipenuhi. Berikut beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yang tertera pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Pasal 52 Ayat 1, yakni: a. Merencanakan pembelajaran b. Melaksanakan pembelajaran c. Menilai hasil pembelajaran d. Membimbing dan melatih peserta didik, dan e. Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja guru. Sadtyadi (2014:291) mengatakan bahwa berdasarkan tugas pokok dan fungsi guru sekolah dasar, yang relatif berbeda dengan guru yang

15 lainnya, guru sekolah dasar khususnya guru kelas memiliki peran yang lebih komplek dibanding dengan guru pada jenjang pendidikan lainnya. Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tugas seorang guru dalam proses pembelajaran tidak hanya mengajar dan menyampaikan materi di depan kelas, terutama dengan tugas guru di kelas rendah. Siswa kelas rendah memiliki karakteristik yang berbeda dengan kelas tinggi, pada kelas I sekolah dasar guru harus selalu memperhatikan setiap perkembangan siswanya, karena siswa kelas I adalah masa peralihan dari TK ke SD, jadi akan selalu membutuhkan arahan dan bimbingan terutama ketika siswa sedang mengalami kesulitan belajar. Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam proses pembelajaran. Guru dituntut mampu memberikan dan merealisasikan harapan dan keinginan dalam rangka mencapai keberhasilan belajar, maka untuk memudahkan dan membantu guru kelas dalam proses pembelajaran diadakanlah guru asisten. Guru asisten di sini adalah seorang guru honorer yang membantu guru kelas dalam proses pembelajaran di sekolah dasar non inklusi. Adanya guru asisten ini lebih banyak dibutuhkan untuk membantu pembelajaran di kelas rendah, terutama di kelas I sekolah dasar yang karakteristik siswanya membutuhkan pendampingan dalam proses pembelajaran. Salah satu sekolah dasar non inklusi yang menggunakan adanya peran guru asisten ini adalah SD UMP. Berdasarkan Bapak Sunhaji kepala sekolah SD UMP yang mengatakan bahwa tujuan diadakannya

16 guru asisten ini adalah untuk membantu proses pembelajaran, memaksimalkan pembelajaran, agar target-target pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan, kemudian juga guru asisten ini suatu saat dapat menggantikan guru kelas untuk mengajar, apabila guru kelas sedang berhalangan atau tidak bisa mengajar. Berikut tugas yang dilakukan oleh guru asisten: a. Membantu tugas guru kelas ketika berlangsungnya proses pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. b. Mengawasi siswa saat kegiatan pembelajaran. c. Membantu siswa yang mengalami kesulitan saat belajar. d. Mengetahui perkembangan dan kemampuan siswa. e. Mengkondisikan kelas saat kegiatan pembelajaran berlangsung. f. Membantu proses evaluasi Penjelasan di atas mengenai peran guru asisten di sekolah dasar non inklusi tersebut berbeda dengan peran guru pendamping. Guru pendamping ini diadakan di sekolah-sekolah yang memiliki siswa berkebutuhan khusus dan sekolah-sekolah tertentu yang biasa disebut dengan sekolah inklusi. Tujuan adanya guru pendamping tersebut untuk membantu melayani kebutuhan pendidikan siswa berkelainan dan kebutuhan belajar siswa berkebutuhan khusus. Sedangkan guru asisten diadakan di sekolah dasar non inklusi. Tujuannya tidak untuk siswa berkebutuhan khusus, akan tetapi untuk membantu siswa yang mengalami keterlambatan dalam belajar. Berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum 2013 saat ini peran guru pendamping tidak hanya diselenggarakan di sekolah inklusi saja, pelaksanaan kurikulum 2013 pada pendidikan dasar non inklusi juga

17 menyediakan pendampingan. Adanya guru pendamping di sekolah dasar non inklusi tersebut juga memiliki tugas yang telah tercantum dalam pedoman peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 105 Tahun 2014 tentang Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. 4. Proses Pembelajaran Belajar adalah key term (istilah kunci) yang palig vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan (Syah, 2010: 93). Belajar juga diartikan sebagai suatu proses perubahan menuju ke arah yang lebih baik. Hal ini juga disampaikan oleh (Solichin, 2006:145) bahwa guru sebagai subjek memegang peranan penting dalam proses pembelajaran untuk menjadikan siswa lebih baik melalui kegiatan belajar yang diberikan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebuah proses dari pendidikan untuk mengetahui sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui atau belum diketahui, sehingga dengan belajar membuat yang tidak tahu menjadi tahu, dengan belajar akan terjadi perubahan perilaku pada seseorang. Belajar juga dapat meningkatkan kemampuan seseorang sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Tujuan pembelajaran itu tiada lain dirumuskan dalam bentuk kompetensi, yakni kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa.

18 Kompetensi yang harus dicapai dirumuskan dalam bentuk perubahan perilaku yang terukur. Proses pembelajaran pada hakikatnya diarahkan untuk membelajarkan siswa agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Keputusan-keputusan yang diambil dalam perencanaan dan desain pembelajaran disesuaikan dengan kondisi siswa yang bersangkutan, baik sesuai dengan kemampuan dasar, minat dan bakat, motivasi belajar, dan gaya belajar siswa itu sendiri. Jadi dalam melaksanakan proses pembelajaran tentu guru harus mengetahui karakteristik setiap siswa. Berikut beberapa karakteristik perkembangan anak usia sekolah dijelaskan oleh (Yusuf, 2011: 59) yang harus diketahui oleh guru yaitu: a. Perkembangan fisik-motorik Fase atau usia sekolah dasar (7-12 tahun) ditandai dengan gerak atau aktivitas motorik yang lincah. Motorik yang lincah adalah tanda perkembangan fisik yang normal. Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu penentu kelancaran proses belajar. b. Perkembangan intelektual Fase ini guru sudah memberikan dasar-dasar keilmuan, karena pada usia sekolah dasar anak sudah dapat mereaksi apa yang guru sampaikan. Fase ini menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif. c. Perkembangan bahasa Usia sekolah dasar merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata. d. Perkembangan emosi Emosi merupakan faktor dominan yang memengaruhi tingkah laku individu, termasuk pula perilaku belajar. Jadi guru harus melatih emosional anak dari sedini mungkin, agar perkembangan emosi anak dapat tumbuh dengan stabil dan sehat. e. Perkembangan sosial Perkembangan sosial ini adalah fase untuk melatih anak agar dapat berinteraksi dengan masyarakat pada umumnya, dan dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi, dan moral

19 agama. Guru dapat melatihnya dengan memberikan tugas kelompok, dan proses belajar dengan teman sebaya. f. Perkembangan kesadaran beragama Fase ini guru membukakan kesadaran anak akan fungsi agama baginya. Guru harus menanamkan nilai-nilai agama melalui pendidikan yang diterima anak. Selain guru mengetahui karakteristik siswa sebelum melakukan proses pembelajaran, guru juga hendaknya merencanakan program pengajaran, membuat persiapan pengajaran yang hendak diberikan. Suatu kegiatan apabila direncanakan lebih dahulu maka tujuan dari kegiatan tersebut akan lebih terarah dan lebih berhasil. Perencanaan itu dapat bermanfaat bagi guru sebagai kontrol terhadap diri sendiri agar dapat memperbaiki cara pengajarannya. William H. Newman (Majid, 2011: 15) mengemukakan hal yang senada bahwa Perencanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan. Membuat suatu perencanaan tentu harus dengan tujuan yang pasti agar rencana yang dibuat juga maksimal, sama halnya dalam membuat rencana untuk pembelajaran. Perencanaan Pembelajaran adalah merupakan panduan bagi guru dan siswa dalam melaksanakan proses belajar mengajar (pembelajaran) (Sukirman, 2006: 3). Beberapa pendapat para ahli di atas yang menjelaskan tentang perencanaan pembelajaran dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran adalah bagian dari proses pembelajaran. Suatu upaya untuk merancang dan mengembangkan setiap unsur pembelajaran, sehingga menjadi suatu kesatuan yang utuh, terkait, dan saling menentukan tujuan

20 pembelajaran. Perencaan pembelajaran merupakan awal dari proses pembelajaran, berupa rangkaian atau langkah-langkah, prosedur yang harus dilakukan sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah dilakukan, maka perlu adanya kegiatan untuk menilai hasil belajar. Penilaian hasil belajar bertujuan untuk melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajari tujuan yang ditetapkan. Penilaian dalam proses belajar mengajar tersebut dilakukan melalui evaluasi. Pengertian evaluasi dalam lingkup sekolah pun diambil dari batasan yang diberikan oleh Bloom (Silverius, 1991: 4) sebagai berikut. Evaluation, as we see it, is the systematic collection of evidence to determine whether in fact certain changes are taking place in the learners as well as to determine to amount or degree of change in individual students. Evaluasi, sebagaimana kita lihat, adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam diri pribadi siswa. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat (1), evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabiltas penyelenggara pendidikan kepada pihakpihak yang berkepentingan, diantaranya terhadap peserta didik, lembaga,

21 dan program pendidikan. Menurut pendapat di atas evaluasi merupakan suatu alat untuk menilai sebuah proses yang telah dilakukan. Tidak semua perilaku dapat dinyatakan dengan alat yang sama, karena evaluasi mempunyai fungsi yang bervariasi. Evaluasi harus dilakukan secara sistematis agar guru dapat mengetahui setiap kemampuan siswa dari setiap proses tersebut. Kesimpulan pendapat di atas bahwa evaluasi sebagai tindakan untuk menilai berbagai sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan. Berbagai proses dalam pendidikan tersebut dinilai dengan evaluasi, diharapkan dapat memberikan perubahan dalam pendidikan. Evaluasi juga digunakan untuk menilai pribadi siswa dari proses hasil belajarnya. Evaluasi dilakukan untuk memberikan penetapan tingkat perubahan pada diri siswa setelah melakukan evaluasi. B. Penelitian Relevan Berdasarkan hasil penelitian (Giangreco, 2013:5) tentang Teacher Assistant Supports In Inclusive Schools: Research, Practices And Alternatives hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu masalah konseptual dan praktis yang paling mendasar terkait dengan ketergantungan berat pada asisten guru untuk mendukung kebutuhan akademik dan sosial siswa cacat adalah kebenaran yang sederhana bahwa kita menugaskan personil paling memenuhi syarat untuk siswa yang hadir paling kompleks

22 tantangan belajar (Brown, Farrington, Knight, Ross, & Ziegler, 1999; Rutherford, 2011). Fenomena ini mudah dijelaskan oleh fakta bahwa (a) ada banyak asisten guru lebih dari guru pendidikan khusus, dan (b) rata-rata asisten yang tants menghabiskan persentase yang lebih besar dari waktu mereka dalam instruksi. Hampir 70% dari guru tersebut asisten telah melaporkan bahwa mereka membuat keputusan kurikuler dan instruksional tanpa pengawasan profesional (Giangreco & Broer, 2005). Hal ini tidak mengherankan, mengingat kecil jumlah pengawasan yang tersedia yang mereka terima, dan lebih menyoroti keterkaitan yang variabel pelayanan beberapa praktek. Tidak hanya pendekatan seperti menentang logika yang biasanya akan diterapkan untuk siswa tanpa cacat, menyajikan ekuitas serius kekhawatiran bagi siswa penyandang cacat, dan menimbulkan pertanyaan apakah tugas tersebut mencerminkan status mendevaluasi dari beberapa siswa penyandang cacat menyamar dalam jubah membantu. (Suleymanov, 2016: 93) dalam penelitiannya tentang Relationship Between Teacher Assistant Support And Academic Achievements Of Exceptional Students In Inclusive Education dengan menggunakan pendekatan metode penelitian kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa literatur yang relevan menunjukkan bahwa ketika asisten guru dimanfaatkan untuk mendukung instruksi set dasar praktek dasar harus di tempat. Pertama, setiap instruksi potensi yang diberikan oleh asisten guru harus menjadi tambahan, tidak primer atau eksklusif. Kedua, asisten

23 guru harus bekerja dari rencana profesional siap dikembangkan oleh guru atau pendidik khusus berdasarkan pendekatan berbasis bukti, sehingga tidak menempatkan asisten guru dalam peran yang tidak pantas membuat keputusan pedagogis. Ketiga, asisten guru harus dilatih untuk melaksanakan rencana guru-dikembangkan ini dengan kesetiaan prosedural. Keempat, asisten guru harus dilatih untuk secara konstruktif mengelola dan menanggapi menantang perilaku siswa yang mungkin timbul selama instruksi. Kelima, asisten guru harus menerima pemantauan dan pengawasan dari para profesional yang memenuhi syarat - tidak dibiarkan berjuang sendiri. Setelah mengkaji beberapa penelitian di atas, yang menjelaskan mengenai tugas dari asisten guru, peneliti bermaksud untuk menggali lebih dalam lagi mengenai peran dan tugas asisten guru. Selaras dengan hal tersebut terdapat sekolah dasar non inklusi yang juga menggunakan guru asisten dalam proses pembelajarannya, maka dilakukan penelitian tentang peran dan tugas guru asisten dalam proses pembelajaran, perencanaan pembelajaran, dan evaluasi di SD UMP dengan kategori sekolah dasar normal (non inklusi). Selain itu juga dilakukan penelitian di sekolah dasar non inklusi yang tanpa menggunakan guru asisten dalam proses pembelajarannya, yaitu di SD Negeri 4 Dukuhwaluh.