BAB I PENDAHULUAN. kapitalis global, turut merasakan pukulan berat dari keberlanjutan krisis ini.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan asumsi kelangsungan usaha atau disebut going concern. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Kelangsungan hidup usaha (going concern) dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. usaha (going concern). Salah satu cara untuk mempertahankan. kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan mempertahankan kelangsungan usaha (going concern). Salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). Kelangsungan. melebihi suatu periode akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan mesin perekonomian yang sangat berperan

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Dalam melaksanakan proses

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup usahanya (going concern). Dalam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. kasus ini melibatkan banyak pihak dan berdampak cukup luas. Tucker et al.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari keberadaan suatu entitas ketika didirikan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba atau profit

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup usahanya atau yang dikenal dengan istilah going

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup perusahaan, menjadi sorotan penting bagi pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. Opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan audit report

BAB I PENDAHULUAN. dipercaya sangat penting guna untuk pengambilan keputusan baik dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup (going concern). Going concern merupakan. mempertahankan hidupnya secara langsung akan mempengaruhi laporan

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan manipulasi akuntansi. Peristiwa ini pernah terjadi pada beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan perusahaan sangat meningkat di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Peran laporan keuangan tidak hanya berlaku di internal suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. (Riyatno, 2007). Untuk menghasilkan integritas yang baik atas suatu laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat diprediksi (Ariffandita dan Sudarno, 2012). auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit going concern pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bermasalah (Petronela, 2004 dalam Santosa dan Wedari 2007). Going concern. (Syahrul, 2000 dalam Rahman dan Siregar, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modal pada perusahaan apabila investasinya dapat menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Auditor eksternal akan menghasilkan opini audit. Going concern merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan perkonomian suatu negara bisa dilihat melalui perkembangan dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian adalah kemampuan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Para investor memakai laporan keuangan guna menganalisis kondisi

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Sebagai pemakai dan penyedia laporan keuangan, investor dan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri (going

BAB I PENDAHULUAN. dianggap memberikan informasi yang salah. (going concern). Auditor perlu memberikan suatu pernyataan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Pada era modern seperti saat ini, banyak sekali kasus-kasus manipulasi

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan ekonomi. (Standar Akuntansi Keuangan, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan dari keberadaan suatu entitas bisnis ketika didirikan. Kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan laporan yang diharapkan dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. yang saling bertolak belakang. Selain profit yang tinggi salah satu yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan besar juga tidak sedikit yang akhirnya gulung tikar.

BAB I PENDAHULUAN. pertama atau tepatnya pada tahun 1920-an akibat kondisi pasca perang.

BAB I PENDAHULUAN. Audit adalah kegiatan pengumpulan dan evaluasi terhadap bukti-bukti yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. auditee. Ada lima jenis pendapat auditor (IAI,2001), yaitu: 1. pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion),

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup perusahaan (going concern). Banyaknya kasus manipulasi data

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan instrumen penting yang harus disajikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup perusahaan selalu dihubungkan dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. informasi laporan keuangan, yang nantinya akan dinilai dan dievaluasi kinerjanya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tujuan perusahaan adalah dapat mempertahankan kelangsungan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAAN UKDW. sistem keuangan semua negara di dunia tak terkecuali di Indonesia. Krisis ini

BAB I PENDAHULUAN. krusial. Keputusan yang diambil dapat memiliki dampak baik atau buruk, oleh

BAB I PENDAHULUAN. kompleksnya operasi usaha menyebabkan semakin banyak pihak-pihak yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

B A B I P E N D A H U L U A N 1 BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya skandal pelaporan keuangan dalam tahun-tahun belakangan ini

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan investor sebagai pengguna laporan keuangan dan kepentingan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekitar tahun 2007, di Amerika Serikat terjadi krisis keuangan global

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup perusahaan menjadi sorotan penting bagi pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas (Syahrul,2000). Asumsi going concern memiliki arti bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memberikan informasi kepada pihak yang berkepentingan seperti investor.

BAB I PENDAHULUAN. lembaga-lembaga keuangan menurun akibat ketidakpercayaan dari konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. (going concern) usahanya melalui asumsi going concern. Tujuan dari keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. berdiri sendiri yang terpisah dari pemiliknya. Perusahaan yang telah didirikan

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan indikasi kelangsungan usaha (going concern) perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memproduksi barang berkualitas tinggi dengan biaya rendah

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan menghasilkan keuntungan seoptimal mungkin, tetapi juga bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan perusahaan karena going concern merupakan asumsi dalam

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut kepada pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya. Kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan besar, seperti Enron dan WorldCom di Amerika yang UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahun Dampak negatif dari krisis ekonomi dan politik tidak hanya dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi akhir-akhir ini sebagai rangkaian dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. suatu daya tarik bagi para investor. Investor biasanya menginvestasikan dananya pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. utama dari suatu entitas bisnis dari sejak berdirinya entitas bisnis tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. erat dengan perusahaan yaitu sebagai salah satu stakeholder. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 2004 alinea 1).

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan menghasilkan keuntungan secara maksimal saja tapi sebuah perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. usahanya dan tidak jarang perusahaan akan mengalami kebangkrutan jika tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat, menciptakan persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki oleh investor (Puspitasari dan Latrini, 2014). Penyampaian Laporan Keuangan Berkala yang berisi laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam jangka panjang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang terjadi. Perkembangan yang terjadi membuat perusahaan satu

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang begitu besar bagi perekonomian dunia. Dalam hal ini auditor. antara pihak dalam dengan pihak auditor.

BAB I PENDAHULAN. hanya untuk menghasilkan keuntungan seoptimal mungkin, tetapi juga bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah 131 perusahaan pada tahun Banyaknya perusahaan

BAB I pengecualian (Unqualified Opinion), namun pada tahun 2001

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 1997, membawa dampak buruk bagi going concern (kelangsungan


BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang diambil oleh pengguna (user) akan selalu berpedoman pada

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat memasuki tahun 2010, ekonomi dunia sedang mengalami dua kejadian penting, yaitu: pertama, krisis ekonomi kapitalisme global yang sangat mendalam dan struktural, dan kedua, pergeseran kekuatan ekonomi dunia dari utara (AS dan eropa) ke Asia timur (Tiongkok) dan Amerika Latin. Sementara ekonomi Indonesia, yang sebagian besar tumpuannya bergantung kepada ekonomi kapitalis global, turut merasakan pukulan berat dari keberlanjutan krisis ini. Sebagian sektor industri telah menurunkan kapasitas produksinya hingga 25% dari potensi produktifnya, antara lain, industri baja, sepatu dan tekstil.salah satu penyebab penurunan kapasitas produksi itu adalah turunnya permintaan, terutama di pasar dunia, yang sekarang ini memang sedang dilanda krisis overproduksi. Turunnya produksi tersebut menyebabkan banyak perusahaan yang mengalami kerugian di beberapa periode atau bangkrut dan tidak dapat melanjutkan usahanya sehingga menyebabkan banyak perusahaan yang menerima opini audit going concern. Fenomena tersebut yang diangkat penulis untuk melihat faktor-faktor apa saja yang menyebabkan suatu perusahaan menerima opini audit going concern. Auditor mempunyai tanggung jawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu yang wajar. Pada saat auditor menemukan adanya keraguan terhadap kemampuan klien untuk melanjutkan 1

2 usahanya, auditor harus memberikan opini audit dengan modifikasi mengenai going concern, auditor diijinkan untuk memilih apakah akan mengeluarkan unqualified modified report atau disclaimer opinion. Fenomena lain yang terjadi di lapangan menunjukan banyak dari perusahaan yang go public menerima opini audit going concern dari auditor, yaitu keadaan perusahaan yang tidak sehat namun menerima pendapat unqualified. Kesalahan dalam memberikan opini audit akan berakibat fatal bagi para pemakai laporan keuangan tersebut. Pihak yang berkepentingan dalam laporan keuangan tersebut sudah tentu akan mengambil tindakan/ kebijakan yang salah pula. Hal ini berarti, menuntut auditor agar lebih mewaspadai hal-hal potensial yang dapat menggangu kelangsungan hidup suatu satuan usaha. Inilah alasan mengapa auditor bertanggungjawab atas kelangsungan hidup suatu entitas meskipun dalam batas waktu tertentu yaitu satu tahun sejak tanggal penebitan laporan auditor (SPAP, 2001 : 341.1 paragraf 5). Selain fenomena yang terdapat diatas, terdapat lagi fenomena bahwa terdapat beberapa perusahaan yang menerima opini audit going concern selama tahun pengamatan atau selama 4 tahun berturut-turut. Salah satu perusahaan yang menerima opini audit going concern selama 4 tahun berturut-turut yaitu PT. Apac Citra Centertex Tbk yang merupakan salah satu perusahaan dibidang manufaktur. Berikut disajikan pendapat auditor terhadap perusahaan tersebut dari tahun 2010-2013....laporan keuangan perusahaan asosiasi tersebut diaudit oleh auditor independen lain dengan pendapat wajar tanpa pengecualian...perusahaan dan Anak Perusahaan mengalami defisit sebesar Rp

3 1.113.852.590.969...hal tersebut menimbulkan ketidakpastian signifikan atas kemampuan Perusahaan dan Anak Perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya...(laporan auditor independen PT. Apac Citra Centertex Tbk tahun 2010 tergolong pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan yang diaudit oleh Moore Stephens )...laporan keuangan konsolidasian yang kami sebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material...grup mengalami defisit sebesar Rp 1.162.758.170.420...hal-hal tersebut menimbulkan ketidakpastian signifikan atas kemampuan Grup untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya...kelangsungan hidup Grup tergantung pada keberhasilan Grup untuk menyelesaikan sisa hutangnya dan kemampuanya menghasilkan arus kas yang cukup... (laporan auditor independen PT. Apac Citra Centertex Tbk tahun 2011 tergolong pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan yang diaudit oleh Moore Stephens)...laporan keuangan konsolidasian yang kami sebut diatas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang materil...grup mengalami defisit sebesar Rp 1.213.491.601.495...hal-hal tersebut menimbulkan ketidakpastian signifikan atas kemampuan Grup untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya...kelangsungan hidup Grup tergantung pada keberhasilan Grup untuk menyelesaikan sisa utangnya dan kemampuannya untuk menghasilkan arus kas yang cukup...( laporan auditor independen PT. Apac Citra Centertex Tbk tahun 2012 tergolong pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan yang diaudit oleh Moore Stephens)...laporan keuangan konsolidasian terlampir menyajikan secara wajar, dala semua hal yang material...grup mengalami defisit sebesar Rp. 1.237.327.266.565...hal-hal tersebut menimbulkan ketidakpastian signifikan atas kemampuan Grup untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya...kelangsungan hidup Grup tergantung pada keberhasilan Grup untuk menyelesaikan sisa utangnya dan kemampuannya untuk menghasilkan arus kas yang cukup...( laporan auditor independen PT. Apac Citra Centertex Tbk tahun 2013 tergolong pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan yang diaudit oleh Moore Stephens) Contoh lain perusahaan yang menerima opini audit going concern namun disajikan dalam bentuk pendapat tidak wajar (adverse opinion) yaitu MLJ Company yang diaudit oleh Earnst & Young, LLP.

4...memburuknya kondisi ekonomi Indonesia berdampak sangat material terhadap posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan untuk tahun buku 1997...menurut pendapat kami, karena dampak tidak dilakukan pengungkapan dan penyesuaian sebagaiman disebutkan dalam paragraf diatas terhadap laporan keuangan tahun buku 1997, laporan keuangan yang kami sebut di atas tidak menyajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia... Selain itu ada beberapa perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun 2010 salah satunya yaitu PT. Perdana Bangun Pusaka Tbk. Berikut disajikan paragraf yang diberikan auditor kepada perusahaan tersebut mengenai keberlangsungan hidup perusahaannya. Contoh paragraf penjelas keberlangsungan usaha pada PT. Perdana Bangun Pusaka Tbk :...laporan keuangan konsolidasi yang kami sebut diatas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material...seperti yang diuraikan dalam catatan 21 atas laporan keuangan konsolidasi, perusahaan dan anak perusahaan mengalami rugi usaha sebesar Rp324 juta pada tahun 2010, dan rugi bersih yang berulang di tahun-tahun sebelumnya mengakibatkan akumulasi rugi.. kondisi ini menimbulkan keraguan substansial atas kemampuan Perusahaan dan Anak Perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya... (laporan keuangan audit KONI, 2010) Perusahaan lain yang mendapatkan opini audit going concern yaitu PT. Energi Mega Persada Tbk pada tahun 2012. Berikut disajikan paragraf yang diberikan auditor kepada perusahaan tersebut....laporan keuangan tersebut diaudit oleh auditor independen lain dengan pendapat wajar tanpa pengecualian yang laporannya telah diserahkan kepada kami...pada tanggal 31 Desember 2012 jumlah liabilitas jangka pendek kelompok usaha telah melebihi jumlah aset lancar. Kondisi in menimbulkan keraguan substansial atas kemampuan kelompok usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya...(laporan keuangan audit ENRG, 2012)

5 Dari contoh di atas, dapat diketahui bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan yang mengarah pada kebangkrutan, dan menimbulkan ketidakpastian signifikan atas kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.memburuknya citra perusahaan serta hilangnya kepercayaan dari kreditur akan menyulitkan perusahaan dalam hal tambahan biaya guna oprasional usahanya. Begitu juga dengan pelanggan, hilangnya pelanggan akan mengakibatkan terhentinya bisnis perusahaan. Apabila perusahaan tidak segera mengambil tindakan penanganan maka kebangkrutan usaha akan benar-benar terjadi. Fenomena lain dapat juga berasal dari variabel independen, yaitu variabel profitabilitas, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan. Dalam hasil penelitian Tampubolon (2011) menunjukkan bukti empiris bahwa variabel profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Namun dalam penelitian Arma (2013) yang membuktikan bahwa profitabilitas perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap opini audit going concern. Dalam hasil penelitian Tampubolon (2011) menunjukkan bahwa variabel opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Santosa dan Wedari(2007) bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil tersebut menunjukkan bahwa apabila suatu perusahaan telah menerima opini audit going

6 concern tahun sebelumnya, maka ada kemungkinan perusahaan tersebut menerima opini audit going concern pada tahun berikutnya. Dalam hasil penelitian Pandiangan (2013) membuktikan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Santosa dan Wedari (2007) bahwa pertumbuhan perusahan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern, karena berdasarkan penelitian Santosa dan Wedari (2007) bahwa perusahaan yang mengalami pertumbuhan laba yang negatif sama-sama menerima opini audit going concern. Namun, berbeda dengan penelitian Arma (2013) bahwa pertumbuhan perusahaan mempunayai pengaruh signifikan negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. Adanya perbedaan hasil penelitian tersebut digunakan peneliti sebagai fenomena sehingga peneliti memilih variabel profitabilitas, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan dan leverage sebagai variabel independen dalam penelitian ini. Peneliti ingin melihat apakah hasil penelitian tersebut masih konsisten sama sekarang. Auditor bertanggung jawab dalam memberikan opini audit going concern, yaitu opini yang dikeluarkan oleh auditor untuk memastikan apakah perusahaan mampu mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Hal ini dikarenakan di dalam melaksanakan proses audit, auditor dituntut tidak hanya melihat sebatas pada hal-hal yang ditampakkan dalam laporan keuangan, tetapi juga harus melihat hal-hal lain seperti : masalah eksistensi dan kontinuitas entitas, sebab seluruh

7 aktivitas atau transaksi yang telah terjadi dan yang akan terjadi secara implisit terkandung di dalam laporan keuangan. Namun, memberikan opini audit going concern bukanlah merupakan hal yang mudah bagi auditor. Auditor dihadapkan kepada dua pilihan, apabila auditor mengeluarkan opini going concern maka perusahaan yang bermasalah akan lebih cepat bangkrut karena akan banyak investor yang membatalkan investasinya maupun kreditur yang enggan untuk meminjamkan dananya untuk perusahaan tersebut. Sedangkan apabila auditor tidak mengeluarkan opini going concern maka pihak pengguna laporan keuangan tidak mengetahui kemungkinan kegagalan perusahaan di masa lalu dan permasalahan yang ada di perusahaan tidak dapat segera diselesaikan. Oleh karena itu, auditor harus mempertimbangkan secara cermat kemungkinan adanya gangguan atas kelangsungan hidup suatu perusahaan (going concern) untuk suatu periode tertentu, misalnya kekurangan modal kerja, kerugian operasi yang berkelanjutan, arus kas negatif, masalah hukum, pemogokan tenaga kerja dan gangguan aktivitas operasi lainnya agar opini yang diberikan oleh auditor berkualitas. Auditor akan mengalami kesulitan dalam memprediksi kelangsungan hidup sebuah perusahaan. Kesulitan tersebut disebabkan oleh terjadinya dilema antara moral dan etika dalam memberikan opini audit going concern. Going concern (kelangsungan hidup) adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu

8 entitas mengalami kondisi yang sebaliknya, entitas tersebut menjadi bermasalah (Petronela, 2004 dalam Santosa dan Wedari, 2007:1) Inti going concern terdapat pada balance sheet perusahan yang harus merefleksikan nilai perusahaan dan untuk menentukan eksistensi dan masa depannya.opini going concern merupakan bad news bagi pemakai laporan keuangan.masalah yang sering timbul bahwa sangat sulit memprediksi kelangsungan hidup suatu perusahaan sehingga menyebabkan auditor mengalami dilema antara moral dan etika dalam memberikan opini going concern. Penyebabnya adalah adanya hipotesis self-fulfilling prophecy yang menyatakan bahwa apabila auditor memberikan opini audit going concern, maka perusahaan akan menjadi lebih cepat bangkrut karena banyak investor yang membatalkan investasinya atau kreditor yang menarik dananya (Venuti, 2007 dalam penelitian Januarti 2009:2). Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.rasio profitabilitas penelitian ini diproksikan dengan return on asset (ROA).Tingkat ROA yang tinggi menunjukkan penggunaan aktiva dengan efektif, sehingga kemungkinan menerima opini going concern semakin sedikit.penelitian tentang profitabilitas dilakukan oleh Tampubolon (2011) dengan hasil bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan simpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya. Apabila pada tahun sebelumnya auditor telah

9 menerbitkan opini audit going concern, semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan kembali opini audit going concern pada tahun berikutnya jika kondisi perusahaan tidak mengalami perubahan atau perbaikan dari tahun sebelumnya. Maka perusahaan harus berusaha untuk memperbaiki kondisi perusahaan agar tidak memperoleh opini going concern di tahun berikutnya dengan memperbaiki keuangan perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Santosa dan Wedari (2007) dengan hasil penelitian bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap kecenderungan penerimaan opini audit going concern. Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan laba yang tinggi cendrung memiliki laporan sewajarnya, sehingga potensi untuk mendapatkan opini non going concern akan lebih kecil. Sebaliknya apabila perusahaan tersebut memiliki pertumbuhan laba yang negatif atau bahkan mengalami kebangkrutan maka akan makin tinggi kecenderungan untuk menerima opini goingconcern. Penelitian Alichia(2013) membuktikan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap opini audit going concern. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung memiliki kemampuan yang rendah dalam memenuhi kewajibanya sehingga menunjukkan tingginya resiko bagi kreditur dan dapat menimbulkan kesangsian auditor terhadap kemampuan perusahaan dalam menjalankan usahanya, sehingga dapat meningkatkan kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Menurut

10 Tampubolon (2011) bahwa tingkat leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Santosa dan Wedari (2007) dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern. Hal yang direplikasi oleh peneliti adalah variabel independen yaitu opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, jenis perusahaan yang diteliti, serta variabel dependen yaitu penerimaan opini audit going concern. Hal yang membedakan dengan penelitian terdahulu adalah beberapa variabel independen, cara perhitungan variabel independen dan tahun yang diteliti. Dari uraian diatas, maka peneliti termotivasi untuk meneliti dengan judul Pengaruh Profitabilitas, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan dan Leverage Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan atas latar belakang dan tinjauan pustaka yang telah diuraikan sebelumnya menimbulkan beberapa pertanyaan atau bentuk rumusan masalah penelitian untuk dijawab melalui penelitian ini. Pertanyaan tersebut dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013?

11 2. Apakah opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013? 3. Apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013? 4. Apakah leverage (DER) berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini untuk menguji bagaimana pengaruh dari profitabilitas, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan dan leverage terhadap penerimaan opini audit going concern. Variabel independen dalam penelitian ini adalah profitabilitas, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, dan leverage (DER). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini audit going concern. Tujuan lain penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari profitabilitas terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013

12 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari opini audit tahun sebelumnyaterhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013 3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari pertubuhan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013 4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari leverage terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013 5. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari profitabilitas (ROA), opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan,dan leverage secara simultan terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013 1.3.2 Manfaat Penelitian Dengan dilakukannya penelitian ini, penulis berharap agar hasil yang diperoleh dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan serta pemahaman peneliti tentang profitabilitas, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan dan leverage terhadap penerimaan opini audit going concern.

13 2. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumber referensi pengetahuan dan bahan kajian lanjut bagi penelitian yang berkaitan dengan opini audit going concern.. 3. Bagi investor maupun calon investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberi informasi dan sebagai bahan pertimbangan mengenai going concern (kelangsungan usaha suatu perusahaan) sehingga para investor dan calon investor dapat mengambil keputusan yang tepat dalam melakukan investasi. 4. Bagi auditor independen, hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai pedoman, bahan pertimbangan dan bahan referensi bagi auditor dalam melaksanakan proses auditnya terutama dalam hal pemberian opini audit terhadap klien yang menyangkut masalah pemberian opini audit going concern. 5. Bagi manajemen perusahaan, hasil penelitian dapat menjadi referensi bagi penentuan kebijakan-kebijakan perusahaan serta dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan oleh manajemen perusahaan