BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini meneliti tentang Corporate Governance, Kualitas Laba,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan di Bursa Efek Indonesia: Tiga Pendekatan Pengukuran Kualitas Laba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Enggar dan Akhmad meneliti tentang pengaruh corporate governance

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (shahib al-mal) juga memiliki tujuan investasi yang berbeda, yaitu untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebijakan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan adalah UKDW

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Investment Opportunity Set, Komisaris

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANALISIS PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. jangka pendeknya saja, tetapi juga harus memiliki ketersediaan modal yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai kondisi perusahaan. Untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksilalkan nilai perusahaan. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu hal yang dapat menunjukkan trend negatif dalam pergerakan saham

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal. Dengan adanya pasar modal para investor dapat melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB 1 PENDAHULUAN. saham, kreditor dan manajer adalah pihak-pihak yang memiliki perbedaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan pertambangan go public yang tercatar pada tahun 1995

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Saat ini kebanyakan masyarakat mengukur keberhasilan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengambil keputusan investasi. Investor tidak terlibat secara langsung dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktivitas investasi yang dilakukan oleh investor kepada perusahaan bertujuan

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. dapat mereka peroleh dengan melakukan penerbitan saham kepada masyarakat luas yang

1 BAB II 2 TINJAUAN PUSTAKA. debt to equity ratio, arus kas operasi, return on assets dan earnings terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran pemilik. Nilai perusahaan yang go public di pasar modal tercermin

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. keuntungan dengan semua modal yang bekerja didalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan pada data keuangan yang dipublikasikan yang dibuat sesuai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. asimetri informasi antara pihak manajemen dan pihak eksternal. Untuk mengurangi

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Bab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu landasan teori dan pengembangan hipotesis.

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dipertimbangkan perusahaan dalam melakukan kebijaakn

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal perusahaan. Mereka selalu menggunakan laba sebagai

BAB I PENDAHULUAN. investasi disebut return. Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan

BAB I PENDAHULUAN. macam aktivitas. Menginvestasikan sejumlah dana pada aset rill (tanah, emas, satu tahun, seperti saham dan oblogasi.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Prastowo (2002), Seorang investor membeli dan mempertahankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. 1.6 Latar Belakang Masalah. Investasi merupakan kegiatan yang sangat dianjurkan, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan investasi di negara ASEAN lainnya. Bagi produsen, permintaan. keuntungan dari penjualan produk antar negara ASEAN.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

CAKUPAN PEMBAHASAN 1/23

BAB I PENDAHULUAN. modal. Modal merupakan salah satu faktor terpenting untuk menjalankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Aktvitas investasi yang dilakukan investor dihadapkan pada berbagai macam resiko

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan dunia usaha bagi perusahaan yang sudah Go Public semakin

BAB II LANDASAN TEORI. Laporan tahunan (annual report) adalah suatu laporan resmi mengenai keadaaan

BAB I PENDAHULUAN. (return) baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. CAKUPAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Leverage, Dividend Payout Ratio dan Net Profit Margin terhadap Perataan. Laba membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sarana yang efektif untuk mempercepat

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Brigham et.al,

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang kedua adalah ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tentang paparan teori mengenai return saham yang merupakan gambaran hasil

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti saat ini, dimana persaingan usaha sangat ketat

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGARUH KUALITAS LABA TERHADAP KINERJA PASAR DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN CONSTRUCTION, HOTEL AND TRAVEL SERVICES DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saham sebagai hasil dari investasinya. Jogiyanto (2000 : 143) membedakan return

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh variabel

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang. atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara

Penelitian tentang pengaruh profitability dan investment opportunity set. (pada perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia) memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian di Indonesia semakin berkembang, hal ini dapat tercermin dari

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini semakin banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. disebut agency conflict disebabkan pihak-pihak yang terkait yaitu prinsipal

BAB I PENDAHULUAN. harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan sebaliknya semakin

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. tersebut. Nilai perusahaan lazim diindikasikan dengan Price to Book Value

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan acuan yaitu: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh leverage dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment opportunity

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan bagi para pemiliknya. Untuk mencapai tujuannya perusahaan harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan akhir dari investor perorangan maupun badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah salah satu alternatif sumber dana eksternal bagi perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. baik. Kinerja perusahaan tersebut dapat dinilai melalui laporan keuangan yang dibuat oleh UKDW

ANALIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL FUNDAMENTAL YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai pedoman agar dapat digunakan didalam penelitian ini. Sebagai berikut

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari peneliti untuk melakukan pengujian kembali yaitu: 2.1.1. Nanda (2011) Penelitian ini menguji pengaruh kualitas laba terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2000 2001. Variabel independen yang digunakan adalah kualitas laba dengan (tiga) pengukuran, yaitu persistensi laba, prediktabilitas laba, dan variabilitas laba. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja perusahaan diukur menggunakan ROA dan Tobin s Q. Sampel yang digunakan adalah 162 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2000-2001. Hasil pengujian kualitas laba menurut persistensi terhadap kinerja keuangan tidak bisa membuktikan secara teori bahwa kualitas laba menurut persistensi mempengaruhi kinerja keuangan suatu perusahaan. Hasil pengujian kualitas laba menurut prediktabilitas terhadap kinerja keuangan secara teori tidak bisa membuktikan secara teori bahwa kualitas laba menurut prediktabilitas mempengaruhi kinerja keuangan. Hasil pengujian kualitas laba menurut variabilitas terhadap kinerja keuangan secara teori tidak bisa membuktikan secara teori bahwa kualitas laba menurut variabilitas mempengaruhi kinerja keuangan. Hanya satu pengukuran yang signifikan atau kualitas laba dengan pengukuran 8

9 persistensi berpengaruh terhadap kinerja pasar dengan hasil 0,09 tetapi jika menggunakan variabel control leverage dan size perusahaan mempunyai hasil 0,07. Secara umum kualitas laba dengan perhitungan persistensi bisa membuktikan teori bahwa kualitas laba mempengaruhi kinerja perusahaan. Persamaan: Dalam penelitian sebelumnya dan penelitian sekarang memiliki kesamaan dalam variabel independen yaitu kualitas laba. Perbedaan: a. Penelitian Nanda menggunakan variabel dependen kinerja perusahaan yang diukur dengan menggunakan ROA dan Tobin s Q. Sedangkan penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah kinerja pasar dan kinerja keuangan. b. Penelitian Nanda menggunakan variabel kontrol DER dan logaritma dari total aktiva (log TA), sedangkan penelitian ini tidak menggunakan variabel kontrol. c. Sampel yang digunakan Nanda adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2000-2001, sedangkan penelitian ini menggunakan sampel perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI dari tahun 2005-2011. 2.1.2. Zaenal (2010) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menemukan bukti empiris pengaruh volatilitas arus kas, besaran akrual, volatilitas penjualan, tingkat hutang, siklus operasi terhadap persistensi laba. Sampel penelitian ini perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2001-2006 sampel 141 perusahaan. Variabel Independen yaitu volatilitas arus kas, besaran akrual. volatilitas

10 penjualan, tingkat hutang, siklus operasi; variabel dependennya yaitu persistensi laba. Analisis penelitian menggunakan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkkan bahwa volatilitas arus kas, besaran akrual, volatilitas penjualan dan tingkat hutang berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba, tetapi siklus operasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap persistensi laba. Persamaan: Dalam penelitian sebelumnya dan penelitian sekarang memiliki kesamaan yaitu menggunakan variabel kualitas laba dengan pengukuran persistensi laba. Perbedaan: a. Penelitian Zaenal menggunakan persistensi laba sebagai variabel dependen, penelitian ini menggunakan pengukuran persistensi laba sebagai indikator kualitas laba yang menjadi variabel independen. b. Sampel yang digunakan peneliti Zaenal adalah perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2001-2006. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI tahun 2005-2011. 2.1.3. Hamonangan (2009) Penelitian ini menguji tentang pengaruh kualitas laba terhadap nilai perusahaan pada 74 perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun 2002-2006. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu nilai perusahaan, variabel independennya yaitu kualitas laba, sedangkan variabel kontrol yang digunakan yaitu, ukuran perusahaan (FSIZE) dan leverage (LEV). Hasil penelitian mendukung hipotesis yang diajukan dan konsisten dengan penelitian terdahulu.

11 Dengan menggunakan alpha 5%, hasil penelitian menunjukkan kualitas laba secara positif berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Leverage secara positif dan signifikan mempengaruhi nilai perusahaan. Size secara negatif dan signifikan mempengaruhi nilai perusahaan. Persamaan: Dalam penelitian sebelumnya dan penelitian sekarang memiliki kesamaan yaitu variabel independen yang digunakan adalah kualitas laba. Perbedaan: a. Penelitian Hamonangan Siallagan menggunakan variabel dependen nilai perusahaan yang diproxykan dengan nilai Tobins Q. Sedangkan pada penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah kinerja pasar dan kinerja keuangan. b. Variabel kontrol penelitian Hamonangan yaitu ukuran perusahaan (FSIZE) dan leverage (LEV). Sedangkan pada penelitian ini tidak menggunakan variabel kontrol. c. Penelitian Hamonangan tidak menguji pengaruh pengukuran kualitas laba dengan menggunakan persistensi laba dan prediktabilitas laba. Sedangkan pada penelitian ini, menguji pengukuran tersebut. d. Sampel yang digunakan penelitian Hamonangan yaitu seluruh perusahaan kecuali perusahaan perbankan dan perusahaan asuransi yang terdaftar dalam BEJ tahun 2002-2006. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI tahun 2005-2011.

12 2.1.4. Andri dan Hanung (2007) Penelitian ini menguji tentang pengaruh kualitas laba terhadap nilai perusahaan pada 38 perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun 2001-2005. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu nilai perusahaan dan kualitas laba, variabel independennya yaitu Investment Opportunity Set (IOS) dan mekanisme corporate governance, sedangkan variabel kontrol yang digunakan yaitu, ukuran perusahaan (size), ukuran KAP, dan Leverage. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1) kualitas laba yang diukur dengan discreationary accrual tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. 2) IOS berpengaruh positif terhadap discreationary accrual sehingga bisa dikatakan IOS yang meningkat dapat membuat kualitas laba menurun. IOS berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. 3) keberadaan komite audit dan komposisi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap discreationary accrual (kualitas laba). 4) keberadaan komite audit dan komposisi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. 5) kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kualitas laba (discreationary accrual) tetapi berpengaruh terhadap nilai perusahaan. 6) variabel kontrol: ukuran KAP berpengaruh negatif (positif) terhadap discreationary accrual (kualitas laba) tetapi tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Leverage dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kualitas laba tetapi keduaya berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

13 Persamaan: Dalam penelitian sebelumnya dan penelitian sekarang memiliki kesamaan dalam sifat penelitian ini menggunakan survei data sekunder dan meneliti tentang kualitas laba. Perbedaan: a. Penelitian Andri dan Hanung menggunakan variabel dependen kualitas laba yang diukur dengan discreationary accrual dan nilai perusahaan yang diukur dengan Price Book Value (PBV). Sedangkan pada penelitian ini menggunakan variabel independen kualitas laba yang diukur dengan persistensi laba dan prediktabilitas laba. b. Variabel kontrol penelitian Andri dan Hanung yaitu ukuran perusahaan (size), ukuran KAP, dan leverage. Sedangkan pada penelitian ini tidak menggunakan variabel kontrol. c. Penelitian Andri dan Hanung tidak menguji pengaruh pengukuran kualitas laba dengan menggunakan persistensi laba dan prediktabilitas laba. Sedangkan pada penelitian ini menguji pengukuran tersebut. d. Sampel yang digunakan penelitian Andri dan Hanung yaitu seluruh perusahaan publik yang terdaftar dalam BEJ tahun 2001-2005. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI tahun 2005-2011. 2.1.5. Handayani (2006) Penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2006) menguji tentang analisis pengaruh perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal terhadap persistensi

14 laba, akrual, dan arus. Penelitian ini menggunakan aliran kas operasi (PTCF) dan laba akrual (PTACC) sebagai variabel independen, variabel book-tax differences meruapakan variabel moderasi yang mewakili subsampel perusahaan dengan perbedaan besar positif, perbedaan negatif, dan perbedaan kecil antara laba akuntansi dan laba fiskal. Ketiga subsampel tersebut berupa variabel indikator yang diukur dengan cara large positive book-tax differences (LPBTD), large negatif book-tax differences (LNBTD), dan small book-tax differences. Sedangkan untuk variabel dependen dalam penelitian ini adalah laba sebelum pajak masa depan (PTBI t+1 ) sebagai proksi laba akuntansi dan kumulatif return tidak normal masa depan (CAR t+1 ) sebagai proksi perubahan harga saham. Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Hasil pengujian menunjukkan bahwa (1) book-tax differences secara negatif berpengaruh signifikan secara statistik terhadap persistensi laba akuntansi satu perioda kedepan, (2) perusahaan dengan large (negatif) positif book-tax differences signifikan secara statistik mempunyai persistensi laba lebih rendah yang disebabkan oleh komponen akrualnya daripada perusahaan dengan small book-tax differences, dan (3) harga saham tidak mencerminkan informasi yang digunakan dalam model ekspektasi. Berarti bahwa investor belum mampu membedakan komponen laba dalam menentukan persistensi laba. Persamaan: Dalam penelitian sebelumnya dan penelitian sekarang memiliki kesamaan yaitu meneliti tentang persistensi laba.

15 Perbedaan: a. Penelitian Handayani menggunakan aliran kas operasi (PTCF) dan laba akrual (PTACC) sebagai variabel independen, variabel book-tax differences meruapakan variabel moderasi yang mewakili subsampel perusahaan dengan perbedaan besar positif, perbedaan negatif, dan perbedaan kecil antara laba akuntansi dan laba fiskal. Sedangkan penelitian ini menggunakan kualitas laba sebagai variabel independen dengan dua pengukuran yaitu persistensi laba dan prediktabilitas laba sebagai. b. Sampel yang diambil pada penelitian Handayani adalah laporan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ tahun 2000-2004, sedangkan penelitian ini menggunakan perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI tahun 2005-2011. 2.2 Landasan Teori 2.2.1. Teori Sinyal (Signaling Theory) Wolk, et al. (2001), teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut. Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan memberikan sinyal-sinyal pada pengguna laporan keuangan. Menurut teori signaling, ada kecenderungan harga saham akan naik jika ada pengumuman kenaikan dividen, dan harga saham akan turun jika ada pengumuman penurunan dividen. Peningkatan dividen seringkali diikuti dengan peningkatan harga saham, sebaliknya penurunan dividen umumnya menyebabkan penurunan harga saham. Peningkatan dividen dari biasanya dapat menjadi sinyal

16 kepada investor bahwa manajemen memperkirakan laba di masa mendatang lebih baik. Teori sinyal ini juga menjelaskan hubungan informasi asimetri dengan kebijakan dividen. Adanya informasi asimetri antara pemegang saham dan manajemen karena perubahan pembayaran dividen akan berdampak pada reaksi harga saham di pasar. Pembayaran dividen merupakan sinyal bagi pemegang saham mengenai prospek perusahaan di masa mendatang. Hal ini memberikan motivasi bagi perusahaan-perusahaan untuk mengungkapkan melalui laporan keuangan, bahwa mereka lebih baik dari pada perusahaan yang tidak melakukan pengungkapan. Dengan demikian, signaling theory menekankan bahwa perusahaan akan cenderung menyajikan informasi yang lebih lengkap untuk memperoleh reputasi yang lebih baik dibandingkan perusahaanperusahaan yang tidak mengungkapkan, yang pada akhirnya akan menarik investor. 2.2.2. Kualitas Laba Kualitas laba menurut Schipper dan Vincent (2003), menunjukkan tingkat kedekatan laba yang dilaporkan dengan hicksian income, yang merupakan laba ekonomik yaitu jumlah yang dapat dikonsumsi dalam satu periode dengan menjaga kemampuan perusahaan pada awal dan akhir periode tetap sama. Kualitas laba adalah korelasi antara laba akuntansi dan laba ekonomi. Tingkat kualitas laba ditentukan melalui selisih antara laba akuntansi dan laba ekonomi. Laba yang berkualitas merupakan penunjang untuk mencapai kualitas informasi pada laporan keuangan. Persistensi mengacu pada kemampuan laba untuk konsisten atau mampu untuk bertahan pada laba yang telah diperolehnya. Laba yang memiliki kecenderungan naik atau turun secara drastis bukanlah tipe

17 dari laba yang persisten. Prediktabilitas menunjukkan bahwa laba yang dilaporkan harus dapat memprediksi laba di masa yang akan datang yang sesuai dengan proses dan tujuan yang diprediksikan. Kualitas laba dalam penelitian ini menggunakan dua pengukuran yaitu persistensi laba dan prediktabilitas laba. a. Persistensi Laba Persistensi laba menurut Handayani (2006), laba yang persisten adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba (sustainable earnings) di masa depan yang ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kasnya. Lipe (1990) menggunakan koefisien regresi dari regresi antara laba akuntansi perioda sekarang dengan perioda yang akan datang sebagai proksi persistensi laba akuntansi. Laba akuntansi dianggap semakin persisten, jika koefisien variasinya semakin kecil. Persamaan rumus persistensi adalah: Persistensi laba merupakan revisi laba yang diharapkan di masa yang akan datang, yang diimplikasikan melalui laba tahun berjalan. Laba merupakan salah satu tujuan perusahaan selain untuk dapat bertahan hidup (going concern). Informasi yang terkandung dalam laba (earnings) memiliki peran penting dalam menilai kinerja perusahaan. Estimasi (b) yang dihasilkan menunjukkan persistensi laba pada perusahaan tersebut. Nilai (b) yang mendekati satu menunjukkan persistensi laba yang tinggi (atau kualitas laba tinggi), sedangkan nilai (b) yang mendekati nol menunjukkan tingginya laba transitori (kualitas laba rendah), Margani dan Asnawi (2009).

18 b. Prediktabilitas Laba Prediktabilitas didefinisikan sebagai kemampuan laba untuk memprediksi dirinya sendiri (Lipe, 1990). Pandangan yang mendasari digunakannya prediktabilitas sebagai ukuran kualitas laba adalah angka laba yng cenderung mengulang dirinya sendiri merupakan angka laba berkualitas tinggi (Francis et al, 2006). Persamaan rumus prediktabilitas adalah: Di mana: Prediktabilitas diukur dari akar varian error persamaan regresi persistensi. Di mana semakin besar nilai prediktabilitas laba maka semakin kecil kualitas laba, sebaliknya semakin kecil nilai prediktabilitas laba maka laba semakin berkualitas karena nilai prediktabilitas laba diperoleh dari error persamaan regresi, maka semakin kecil error nilai prediktabilitas laba semakin baik. 2.2.3. Kinerja Pasar Meiza (2011) mengatakan bahwa kinerja pasar merupakan suatu ukuran kinerja perusahaan yang diukur dari tingkat pengembalian investasi (return) jangka panjang perusahaan atau return saham. Tingkat pengembalian yang diharapkan dapat dilihat dari harga pasar yang ditentukan dan disesuaikan dengan tingkat pengembalian yang diinginkan untuk investor. Untuk para investor tingkat pengembalian yang diharapkan sama dengan tingkat pengembalian yang diharapkan mereka, oleh karena itu mereka mau membayar harga pasar yang sekarang berlaku untuk sekuritas tersebut.

19 Kinerja pasar diukur dengan empat indikator, yaitu PER, PBV, Dividend Payout, dan Dividend Yield (ECFIN, 2012). Perumusan model untuk menguji hipotesis adalah: Empat indikator pengukuran yang terkait dengan kinerja pasar adalah: a. Price Earning Ratio (PER) PER adalah salah satu ukuran paling dasar dalam analisis saham secara fundamental. Merupakan indikator atas antisipasi pasar akan laba perusahaan di masa datang dan kualitas laba masa lalu. b. Price to Book Value (PBV) PBV merupakan perbandingan harga pasar suatu saham dengan nilai bukunya. PBV adalah indikator yang dipakai untuk menilai kinerja perusahaan. c. Dividend Payout Ratio (DPR) DPR adalah sebuah parameter untuk mengukur besaran dividen yang akan dibagikan ke pemegang saham.

20 d. Dividend Yield Dividend Yield merupakan tingkat pengembalian dalam bentuk dividen atas investasi yang ditanamkan. 2.2.4. Kinerja Keuangan Kinerja sebuah perusahaan merupakan suatu tampilan keadaan perusahaan selama periode tertentu. Untuk menilai kinerja perusahaan, maka dibutuhkan informasi karena informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan ini berkaitan dengan pemilihan portofolio investasi yang paling menguntungkan dengan tingkat resiko tertentu. Kinerja adalah suatu gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan perusahaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu perusahaan. Sedangkan kinerja keuangan adalah prestasi kerja yang telah dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu dan tertuang pada laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan (Munawir, 2002). Tujuan manajemen adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Untuk mencapai tujuan ini, perusahaan harus memanfaatkan keunggulan dari kekuatan perusahaan dan secara terus menerus memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada. Salah satu caranya adalah mengukur kinerja keuangan dengan menganalisa laporan keuangan menggunakan rasio-rasio keuangan. Hasil pengukuran terhadap capaian kinerja dijadikan dasar bagi manajemen atau pengelola perusahaan untuk

21 perbaikan kinerja pada periode berikutnya dan dijadikan landasan pemberian reward and punishment terhadap manajer dan anggota organisasi. Pengukuran kinerja yang dilakukan setiap periode waktu tertentu sangat bermanfaat untuk menilai kemajuan yang telah dicapai perusahaan dan menghasilkan informasi yang sangat bermanfaat untuk pengambilan keputusan manajemen serta mampu menciptakan nilai perusahaan itu sendiri kepada para stakeholder. Kinerja keuangan diukur dengan data fundamental perusahaan, yaitu data yang berasal dari laporan keuangan dengan delapan indikator yaitu Operating Profit Margin, Net Profit Margin (NPM), Expenses Ratio, Loss Ratio, Solvency Ratio, Investment to Total Asset, ROI, dan ROE (ECFIN, 2012). Perumusan model untuk menguji hipotesis adalah: Delapan indikator pengukuran yang terkait dengan kinerja keuangan adalah: a. Operating Profit Margin (OPM) OPM didefinisikan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. b. Net Profit Margin (NPM) NPM merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan.

22 c. Expenses Ratio Rasio beban mencerminkan persentase aktiva dana yang masuk murni ke arah beban operasional. d. Loss Ratio Loss ratio adalah total kerugian yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi dalam bentuk klaim. Kerugian ditambahkan ke biaya penyesuaian dan kemudian dibagi dengan total premi yang diterima. e. Solvency Ratio Salah satu dari banyak rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio solvabilitas mengukur ukuran pendapatan setelah pajak perusahaan, termasuk beban penyusutan non tunai, dibandingkan dengan jumlah kewajiban utang perusahaan.

23 f. Investment to Total Asset Investment to Total Asset didefinisikan untuk mengukur investasi perusahaan dibandingkan dengan total asset yang dipergunakan. g. Return On Equity (ROE) ROE adalah rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya, posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. h. Return On Investment (ROI) ROI menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. 2.3 Rerangka Pemikiran 2.3.1. Hubungan Kualitas Laba dengan Kinerja Keuangan Kinerja perusahaan diukur dengan profitabilitas yang diinformasikan oleh manajemen kepada pemilik melalui penyajian laporan keuangan. Manajemen laba dilakukan oleh manajer pada faktor-faktor fundamental perusahaan, yaitu dengan intervensi pada penyusunan laporan keuangan berdasarkan akuntansi akrual. Padahal

24 kinerja fundamental perusahaan tersebut digunakan oleh pemodal untuk menilai prospek perusahaan, yang tercermin pada kinerja saham. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh suatu perusahaan menyajikan informasi yang digunakan oleh beberapa pihak dalam mengambil keputusan sesuai dengan kepentingan masingmasing, khususnya informasi laba yang mencerminkan kinerja perusahaan yang terdapat dalam laporan laba rugi menjadi fokus perhatian bagi para penggunanya. Kinerja keuangan adalah prestasi kerja yang telah dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu dan tertuang pada laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan (Munawir, 2002). Kinerja keuangan dapat dilihat dari analisis laporan keuangan atau analisis rasio keuangan. Kualitas laba yang baik adalah laba yang relatif tumbuh dan stabil (sustainable), maka kinerja keuangan perusahaan juga baik. 2.3.2. Hubungan Kualitas Laba dengan Kinerja Pasar Dalam teori sinyal, perusahaan mempublikasikan informasi keuangan untuk memberikan sinyal kepada pihak eksternal yang tercermin dari rasio pasar (market ratios) suatu perusahaan. Pendekatan nilai pasar didasarkan kepada perkiraan laba per saham di masa yang akan datang, sehingga dapat diketahui berapa lama investasi suatu saham akan kembali. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas. Tingkat pengembalian yang diharapkan dapat dilihat dari harga pasar yang ditentukan dan disesuaikan dengan tingkat pengembalian yang diinginkan untuk investor.

25 Jika manajer menginvestasikan kembali pada tingkat pengembalian yang lebih besar dari tingkat pengembalian yang dinginkan investor maka akan berdampak pada meningkatnya nilai pada perusahaan. Sedangkan jika menajer berinvestasi pada tingkat yang lebih rendah daripada tingkat pengembalian yang diinginkan untuk para investor maka nilai perusahaan sebenarnya akan turun. Husnan dan Pudjastuti (1998), perusahaan yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan laba cenderung harga sahamnya juga akan meningkat atau karena jika perusahaan memperoleh laba yang semakin besar, maka secara teoritis perusahaan akan mampu membagikan dividen yang semakin besar danakan berpengaruh secara positif terhadap return saham.

26 PER Persistensi Laba Kualitas Laba Kinerja Pasar PBV Dividend Payout Dividend Yield Prediktabilitas Laba Operating Profit Margin Net Profit Margin Kinerja Keuangan Expenses Ratio Loss Ratio Solvency Ratio Investment to Total Asset ROI ROE Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran

27 1.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H1 : Kualitas laba yang diukur dengan persistensi laba dan prediktabilitas laba mempengaruhi kinerja pasar. H2 : Kualitas laba yang diukur dengan persistensi laba dan prediktabilitas laba mempengaruhi kinerja keuangan.