BAB 3 KERANGKA PENELITIAN. yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang. Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian direncanakan akan dilaksanakan Tanggal 17 Mei-03 Juni

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN DAN RANCANGAN PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah jenis penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non-eksperimental dan

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah dekriptif kuantitatif non eksperimental bersifat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan hubungan antar

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan penelitian cross sectional untuk menentukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel independent dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskriptif dengan pendekatan survei (Arikunto, 2013). intervensi (Nursalam, 2013). Seperti pada penelitian gambaran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Desain pada penelitian ini adalah descriptive comparative

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah descriptive colerational yaitu

BAB III KERANGKA PENELITIAN. pada anggota keluarga yang mengalami halusinasi. Di dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. menilai pengaruh doa dan dzikir al-ma tsurat terhadap skor depresi pasien

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian. pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional yaitu suatu

BAB III METODA PENELITIAN. korelasional karena peneliti mencoba menggambarkan dan. indepeden dan variabel dependen (Notoatmodjo, 2002).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain descriptive untuk melihat gambaran self awareness

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan tingkat pengetahuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. intervensi diberikan pretest tentang pengetahuan stroke dan setelah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan tanggal 21 Mei - 4 juni tahun 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross-sectional. Pendekatan cross-sectional yaitu jenis penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan 15 Maret-28 Mei tahun akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi non-eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. usia, jenis kelamin, masa kerja, pengetahuan, tingkat pendidikan, ketersediaan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah non eksperimen dengan metode kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. angka kejadian tindakan secsio caesarea, tempat, dan waktu dilaksanakannya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan desain korelasional, pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2010).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. melakukan pembelajaran dari beberapa buku-buku literatur yang membahas. merupakan formula baku bersumber dari pustaka.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. descriptive analytic dengan pendekatan cross sectional, dimana waktu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. obyek dan subyek penelitian. Rancangan penelitian secara survei untuk

BAB III METODE PENELITIAN. adalah komorbiditas pada pasien hemodialisa. Kualitas hidup diukur setelah 2

BAB III METODE PENELITIAN. desain yang digunakan dalam penilitian ini adalah pendekatan cross sectional

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian non-ekperimen dengan desain cross sectional. Penelitian. diambil dalam waktu yang bersamaan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Correlational Penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi-experiment dengan rancangan nonrandomized

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antar variabel untuk menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan metode explanatory

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. ini menggunakan quasy eksperiment pre-test & post-test with control group

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu suatu metode

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional dengan bantuan kuesioner. Desain penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. correlative (hubungan) dengan menggunakan pendekatan cross sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat observasi analitik non-eksperimental dengan

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN. Kerangka penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan faktor-faktor yang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Konseptual Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2012). Kerangka konseptual pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebiasaan posisi tidur miring dengan kesehatan jantung lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai. Berdasarkan tinjauan pustaka tentang kesehatan jantung lansia dan kebiasaan posisi tidur miring serta sesuai dengan tujuan penelitian, maka dapat dirumuskan kerangka konsep sebagai berikut: Kebiasaan Posisi Tidur Miring dengan Kesehatan Jantung Lansia: 1. Tidak Terbiasa 2. Terbiasa Sehat Tidak Sehat Skema 1. Kerangka Konseptual Penelitian 21

22 3.2. Definisi Operasional Tabel 1. Definisi Operasional No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1. Kebiasaan Kebiasaan posisi Kuesioner Terbiasa: Ordinal Posisi Tidur tidur miring adalah sebanyak 8 5-8 Miring suatu upaya yang pertanyaan Tidak dilakukan untuk dengan Terbiasa: mempertahankan pilihan 0-4 kesehatan tubuh, jawaban: dapat dengan kanan diaplikasikan miring ke ataupun Ya = 1 Tidak = 0 miring ke kiri. 2. Kesehatan Kesehatan jantung Kuesioner Ordinal jantung lansia merupakan sebanyak lansia suatu kemampuan 20 jantung untuk pertanyaan Sehat: mempertahankan dengan 11-20 fungsinya secara pilihan Tidak Sehat: efektif untuk dapat meningkatkan jawaban: Ya = 0 0-10

23 kualitas hidup. Tidak = 1

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui kebiasaan posisi tidur miring dengan kesehatan jantung lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai. 4.2. Populasi dan Sampel Penelitian 4.2.1. Populasi Populai merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia yang berada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai yang jumlahnya diperkirakan sekitar 172 orang. 4.2.2. Sampel Sampel merupakan sebagian dari objek yang diteliti yang dianggap dapat mewakili seluruh populasi (Notoadmodjo, 2012). Untuk menentukan jumlah minimal sampel penelitian, maka pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut: n = N 1 + N (d) 2 Keterangan : n = jumlah sampel N = besarnya populasi d = batas toleransi error (10%) 24

25 n = n = n = 172 1 + 172 (0,1) 2 172 1 + 172 (0,01) 172 1 + 1,72 172 n = 2,72 n = 63,23 n = 63 Dari perkiraan rumus diatas, didapatkan bahwa jumlah sampel yang dapat mewakili keseluruhan populasi adalah 63 orang. 4.2.3. Teknik Sampling Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purposive Sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2009). Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah: 1. Lansia yang berada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai 2. Berusia 60 tahun ke atas 3. Membiasakan tidur miring 4. Bersedia menjadi responden.

26 4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.3.1. Lokasi Lokasi penelitian ini yaitu di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai. Pertimbangan peneliti memilih lokasi ini karena UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai merupakan panti sosial terbesar di Sumatera Utara yang dimiliki oleh pemerintah sehingga memudahkan penili dalam mendapatkan informasi dari lansia yang berada di lokasi tersebut. Selain itu, di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai belum pernah dilakukan penelitian mengenai kebiasaan posisi tidur miring dengan kesehatan jantung lansia. 4.3.2. Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan Fakultas Keperawatan USU yaitu pada bulan Maret-Juli 2017. 4.4. Pertimbangan Etik Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan pengesahan dari Komisi Etik Penelitian Keperawatan dan mendapatkan izin dari Fakultas Keperawatan, lalu mengirimkan surat izin ke UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai sebagai tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan dari Pimpinan UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai peneliti mulai mengumpulkan data dengan memberikan lembar persetujuan (informed consent) kepada responden yang diteliti. Sebelum responden mengisi dan menandatangani lembar persetujuan, peneliti menjelaskan maksud, tujuan, prosedur penelitian dan penelitian ini bersifat sukarela sesuai dengan ketentuan yang berlaku tanpa adanya

27 tekanan baik secara fisik maupun psikologis. Peneliti menanyakan kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan tersebut atau bersedia secara lisan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti tidak memaksa dan menghormati keputusan responden. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data. Peneliti cukup memberikan kode pada masingmasing lembar kuesioner. Kerahasiaan catatan tentang data responden dijaga dengan tidak menuliskan nama responden pada instrumen penelitian tetapi hanya menuliskan inisial namanya saja untuk menjaga kerahasiaan semua informasi yang diberikan. Data-data yang telah diperoleh dari calon responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian (Nursalam, 2008). 4.5. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner yang pertama berisikan data demografi yang meliputi: kode, tanggal pengisian kuesioner, ruangan, usia, jenis kelamin, suku, agama, dan pendidikan. Kuesioner kedua beisikan kuesioner kebiasaan posisi tidur lansia untuk mengetahui apakah responden membiasakan tidur miring untuk mengetahui apakah pasien mampu memposisikan tidur miring tanpa resiko cedera. Penilaian penelitian ini menggunakan skala Guttman yang dijawab dengan pilihan jawaban yaitu Ya dan Tidak yang diberi skor 1 untuk jawaban Ya dan skor 0 untuk jawaban Tidak, dengan skor tertinggi yaitu 8. Penilaian skor 5-8 poin artinya responden terbiasa memposisikan tidur miring, dan skor 0-4 artinya responden tidak terbiasa memposisikan tidur miring. Kuesioner ketiga berisikan kuesioner kesehatan

28 jantung pada lansia. Penilaian pada penelitian ini juga menggunakan skala Guttman yang dijawab dengan pilihan jawaban yaitu Ya dan Tidak yang diberi skor 0 untuk jawaban Ya dan skor 1 untuk jawaban Tidak, dengan skor tertinggi yaitu 20. Skor 0-10 artinya jantung tidak sehat, dan skor 11-20 artinya jantung sehat. 4.6. Validitas dan Reliabilitas 4.6.1. Validitas Validitas instrumen adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan dengan mengungkap variabel yang diteliti secara tepat (Nursalam, 2009). Sebelum dilakukan pengumpulan data, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas pada instrumen ini dilakukan oleh dosen dari departemen Komunitas Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 4.6.2. Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmojo, 2012). Uji reliabilitas untuk kuesioner kebiasaan posisi tidur terhadap kesehatan jantung lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai dilakukan

29 sebelum pengumpulan data terhadap responden lain sebanyak 20 orang di tempat yang sama di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai, dan hasil data yang diperoleh diolah dengan menggunakan komputerisasi. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program komputerisasi yaitu KR21. Hasil yang diperoleh untuk uji reliabilitas kebiasaan posisi tidur miring lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai yaitu 0,72. Dan hasil uji reliabilitas kesehatan jantung lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai yaitu 0,74. Polit and Beck (2003) menjelaskan bahwa suatu instrumen dikatakan reliabel jika memiliki nilai reliabilitas >0,70. 4.7. Rencana Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: pertamatama pengumpulan data dilakukan setelah melakukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada Fakultas Keperawatan kemudian mengirimkan surat permohonan izin pengambilan data yang diperoleh dari fakultas ke Badan Penelitian dan Pengembangan Sumatera Utara, selanjutnya mengirimkan surat dari Badan Penelitian dan Pengembangan Sumatera Utara ke Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Sumatera Utara, kemudian mengirimkan surat dari Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Sumatera Utara ke Dinas Sosial Sumatera Utara yang kemudian surat tersebut ditujukan untuk UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai. Setelah mendapat persetujuan dari UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian. Peneliti menjelaskan pada calon responden tentang tujuan, manfaat dan proses pengisian kuesioner.

30 Calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani informed consent (surat persetujuan). Selanjutnya peneliti mengambil data dari responden yang bersedia mengisi kuesioner dan responden diberikan kesempatan untuk bertanya bila ada yang tidak dimengerti. Setelah selesai, peneliti kemudian memeriksa kelengkapan data. Jika ada data yang kurang, dapat langsung dilengkapi Selanjutnya data yang diperoleh dikumpulkan untuk dianalisa. 4.8. Analisa Data Analisis data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan program komputer (program microsoft office excel 2013 dan Statistical Package for the Social atau SPSS 20.0) dan disajikan dalam bentuk tabel. Proses pengolahan data dilakukan melalui tahap berikut: Pertama yaitu editing, merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Kedua yaitu coding, merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Dalam pemberian kode dibuat daftar kode dan artinya untuk memudahkan dalam memasukkan data (data entry). Ketiga yaitu entri data, merupakan kegiatan memasukkan data yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau software komputer. Keempat yaitu cleaning data, setelah semua data dari setiap responden selesai dimasukkan, perlu di cek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Kelima yaitu saving, data yang telah diperiksa dilakukan penyimpanan

31 data untuk siap dianalisa. Keenam yaitu analisisdata, data yang telah terkumpul dianalisis kembali untuk menghindari terjadinya kesalahan data. Kemudian data yang dianalisa ditabulasikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian Pada bab ini peneliti akan mendeskripsikan hasil penelitian dan pembahasan tentang kebiasaan posisi tidur miring dengan kesehatan jantung lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai, dengan jumlah responden sebanyak 63 orang. Selanjutnya hasil data penelitian meliputi karakteristik responden dan deskripsi kebiasaan posisi tidur miring dengan kesehatan jantung lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai. 5.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan penelitian dengan jumlah responden 63 orang di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai menunjukkan gambaran hasil penelitian tentang karakteristik responden yang mencakup usia, jenis kelamin, suku, agama, dan pendidikan. Pada tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai berusia 60-69 tahun yaitu sebanyak 30 orang (47,6%). Dan sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 34 orang (54%). Sedangkan sebagian besar responden dalam penelitian ini bersuku Jawa dengan jumlah 29 orang (46%). Kemudian mayoritas responden beragama Islam dengan jumlah 59 orang (93,7%). Serta sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan SD sebanyak 34 orang (54%). 32

33 Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan data demografi (n=63) Variabel Frekuensi (n) Persentase (%) Usia: 60-69 tahun 71-79 tahun 81-89 tahun 91-99 tahun 30 24 8 1 47,6 38,1 12,7 1,6 Jenis Kelamin: Laki-laki Perempuan 34 29 54,0 46,0 Suku: Batak Jawa Melayu Lain-lain 11 29 2 21 17,5 46,0 3,2 33,3 Agama: Islam Kristen 59 4 93,7 6,3 Pendidikan: Tidak Sekolah SD SMP SMU Perguruan Tinggi 7 34 14 7 1 11,1 54,0 22,2 11,1 1,6

34 5.1.2. Kebiasaan Posisi Tidur Miring Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai Hasil penelitan menunjukkan bahwa mayoritas responden yang berada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai memiliki kebiasaan posisi tidur miring yaitu 52 orang (82,5%). Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase kebiasaan posisi tidur miring lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai (n=63). Kebiasaan Posisi Tidur Frekuensi (n) Persentase (%) Miring Lansia Tidak Terbiasa Terbiasa 11 52 17,5 82,5 5.1.3. Kesehatan Jantung Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai Hasil penelitian menunjukkan dari 63 orang responden terdapat 56 responden memiliki kesehatan jantung yang sehat dengan persentase 88,9%, sedangkan 7 responden memiliki kesehatan jantung yang tidak sehat dengan persentase 11,1%. Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase kesehatan jantung lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai (n=63). Kesehatan Jantung Frekuensi (n) Persentase (%) Lansia Tidak Sehat Sehat 7 56 11,1 88,9

35 5.2. Pembahasan 5.2.1. Kebiasaan Posisi Tidur Miring Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa kebiasaan posisi tidur miring lansia yang berada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai sebanyak 52 orang (82,5%). Hal ini menunjukkan bahwa hampir seluruh lansia yang berada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai terbiasa dengan posisi tidur miring dan merasa nyaman memposisikan tidur miring. Dalam penelitian Bahammam (2011) menyatakan bahwa rata-rata orang dewasa lebih terbiasa tidur miring, terutama miring ke kanan karena seiring bertambahnya usia dan perubahan terkait usia pada struktur muskuloskeletal ataupun fungsi jantung. Hasil penelitian Sutrisno (2015) bahwa sebanyak 11 orang (55%) pasien penyakit jantung koroner di poli jantung RSUD Gambiran Kediri memiliki kebiasaan posisi tidur miring ke kiri, 9 orang (45%) memiliki kebiasaan tidur tengkurap, dan 0% memiliki kebiasaan posisi tidur miring ke kanan. Hal ini terjadi dikarenakan kurangnya pengetahuan mereka tentang tidur sehat, dan apa saja posisi yang boleh diterapkan untuk penderita penyakit jantung. Posisi tidur yang baik sangat penting untuk kesehatan tubuh, terutama dalam proses penyembuhan suatu penyakit. Posisi tidur miring ke kanan jantung merupakan posisi tidur yang baik bagi kesehatan jantung.

36 Suatu praktik klinis menyatakan bahwa penderita gagal jantung sering mengeluhkan ketidaknyamanan saat tidur dengan posisi miring ke kiri, dan mereka lebih memilih posisi tidur miring ke kanan, dan beberapa laporan kesehatan menyarankan bahwa tidur miring ke kanan mungkin dapat melindungi pasien dengan penyakit gagal jantung (Ozeke et al, 2011). Sejalan dengan studi ilmiah pada tahun 2003 yang diterbitkan dalam The Journal of American College of Cardiology melakukan penelitian pada subjek dengan penyakit jantung memiliki kecenderungan yang signifikan untuk menghindari tidur di sisi kiri, sementara pada subjek tanpa riwayat penyakit jantung tidak menghindari tidur di sisi kiri. Menghindari tidur miring ke kiri berhubungan dengan meningkatnya pada jantung. Temuan ini sesuai dengan konsep bahwa posisi tidur miring ke kiri dapat memberikan efek buruk pada tekanan jantung, curah jantung atau fungsi saraf pada jantung. Hal ini timbul dari ketidaknyamanan karena merasakan detak jantung yang lebih kuat (Ray, 2011). Sebuah studi ilmiah menilai efek dari tiga posisi tidur yaitu posisi tidur terlentang, posisi tidur miring ke kiri, dan posisi tidur miring ke kanan, hasilnya menunjukkan bahwa aktivitas jantung paling baik pada subjek yang tidur dengan posisi miring ke kanan. Penelitian lain menunjukkan bahwa posisi telentang mempengaruhi aktivitas sistem saraf otonom pada pasien gagal jantung kongestif (Bahammam, 2011).

37 5.2.2. Kesehatan Jantung Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa kesehatan jantung lansia yang berada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai adalah 7 orang (11,1%) kesehatan jantungnya tidak baik dan 56 orang (88,9%) kesehatan jantungnya baik. Hal ini dilihat dari riwayat penyakit jantung, tekanan darah, riwayat kolesterol, riwayat diabetes, kebiasaan merokok, gaya hidup, pola makan, dan tanda gejala penyakit jantung seperti nyeri dada, pusing, berkeringat dingin, sesak nafas, dan jantung berdebar-debar. Penyakit jantung merupakan penyakit yang terjadi karena adanya kelainan pada pembuluh darah di jantung. Resiko terjadinya penyakit jantung dapat dikurangi dengan menjalankan berbagai tahap untuk mencegah dan mengontrol faktor resiko yang memperburuk terjadinya penyakit jantung atau serangan jantung (The State Goverment of Victoria, 2004). Faktor resiko penyakit jantung yang paling utama adalah hipertensi, hiperkolesterolemi, dan merokok. Ketiga faktor tersebut dapat saling mempengaruhi dan memperkuat resiko penyakit jantung, akan tetapi dapat diperbaiki dan bersifat reversibel bila upaya pencegahan benar-benar dilaksanakan. Faktor resiko lainnya adalah usia, jenis kelamin, geografis, ras, diet, obesitas, diabetes, exercise, perilaku dan kebiasaan, stress, keturunan, dan perubahan keadaan sosial (Anwar, 2004). Aktivitas intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk pasien penyakit

38 jantung diantaranya menempatkan pasien dalam posisi yang terapeutik (Melanie, 2012). Posisi tidur miring ke kanan menyimpan banyak manfaat terutama bagi kesehatan jantung karena berdasarkan analisa medis tidur miring ke kanan dapat membuat jantung dan pembuluh darah besar besar berada di sebelah kiri menjadi lebih bebas dalam memompa dan mengalirkan darah (Widjajakusuma, 2015). Hasil penelitian Sutrisno (2015) bahwa sebanyak 12 orang (60%) memiliki resiko tinggi terjadinya serangan ulang, 7 orang (35%) memiliki resiko sedang terjadinya serangan ulang, dan 1 orang (5%) memiliki resiko rendah terjadinya serangan ulang pada pasien penyakit jantung koroner di poli jantung RSUD Gambiran Kediri. Dari penelitian ini didapatkan hubungan kebiasaan posisi tidur miring dengan resiko terjadinya serangan ulang pada pasien penyakit jantung koroner di poli jantung RSUD Gambiran Kediri, dimana tingginya angka resiko tinggi terjadinya serangan ulang pasien penyakit jantung dikarenakan kurangnya pengetahuan responden mengenai tidur sehat dan posisi tidur yang boleh untuk penderita penyakit jantung. Menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2009, jantung merupakan organ yang sangat penting bagi manusia, karena jantung diperlukan untuk memompa darah ke seluruh tubuh sehingga tubuh mendapatkan oksigen dan sari makanan yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Oleh karena itu, jantung perlu dijaga agar dapat menjalankan fungsinya secara baik. Dan hal yang perlu dihindari adalah

39 penyakit jantung teruma penyakit jantung koroner yang merupakan salah satu penyakit yang berbahaya yang dapat menyebabkan serangan jantung. Salah satu cara untuk menjaga kesehatan jantung yaitu dengan memiliki kebiasaan posisi tidur yang baik. Posisi tidur yang baik untuk kesehatan jantung yaitu tidur dengan miring ke kanan karena posisi tidur ini dapat memungkinkan darah terdistribusi merata dan terkonsentrasi disebelah kanan, hal ini menyebabkan beban aliran darah yang masuk dan keluar dari jantung menjadi lebih rendah dampaknya yaitu denyut jantung menjadi sedikit lebih lambat, tekanan darah akan menurun serta akan membantu kualitas tidur (Setiawati, 2015). Ditinjau dari kebiasaan posisi tidur lansia yang berada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai yang berdasarkan penelitian termasuk dalam kategori baik, maka status kesehatan jantung lansia dalam keadaan baik. Kesehatan jantung yang tidak baik disebabkan karena riwayat hipertensi, riwayat hiperkolesterolemi, dan kebiasaan merokok. Jadi setiap manusia harus menjaga kesehatan jantungnya, salah satu caranya adalah dengan terbiasa dengan posisi tidur. Walaupun sederhana hal ini dapat meringankan kerja jantung selama kita tidur, sehingga beban aliran darah yang masuk dan keluar dari jantung menjadi lebih rendah. Dampak lainnya adalah denyut jantung menjadi lebih lambat, tekanan darah juga menurun, serta membantu meningkatkan kualitass tidur.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan tentang kebiasaan posisi tidur miring dengan kesehatan jantung lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai adalah sebagai berikut: 6.1. Kesimpulan Hasil penelitian dengan jumlah responden 63 orang di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai menunjukkan bahwa sebagian besar responden di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai berusia 60-70 tahun yaitu sebanyak 33 orang (52,4%). Dan sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 34 orang (54%). Sedangkan sebagian besar responden dalam penelitian ini bersuku Jawa dengan jumlah 29 orang (46%). Kemudian mayoritas responden beragama Islam dengan jumlah 59 orang (93,7%). Serta sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan SD sebanyak 34 orang (54%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yang berada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai memiliki kebiasaan posisi tidur miring yaitu 52 orang (82,5%). Hasil penelitian menunjukkan dari 63 orang responden terdapat 56 responden memiliki kesehatan jantung yang sehat dengan persentase 88,9%, sedangkan 7 responden memiliki kesehatan jantung yang tidak sehat dengan persentase 11,1%. 40

41 6.2. Saran 6.2.1. Pelayanan Keperawatan Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan pelayanan keperawatan khususnya keperawatan gerontik agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada lansia seperti melakukan pemeriksaan jantung bagi lansia yang berada di Pelayanan Sosial. 6.2.2. Instansi Terkait Kepada instansi terkait agar lebih melakukan pemantaun terhadap kebiasaan posisi tidur miring dengan kesehatan jantung lansia. 6.2.3. Penelitian Selanjutnya Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan pengembangan penelitian seperti melakukan observasi untuk melihat kebiasaan posisi tidur dan melakukan pemeriksaan jantung dengan menggunakan metode tertentu baik dalam ilmu keperawatan ataupun dalam ilmu kedokteran sehingga mendapatkan hasil yang lebih baik serta melakukan penelitian bagi lansia yang memiliki riwayat penyakit jantung. 6.3. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan, yaitu: adanya keterbatasan dalam mengetahui kesehatan jantung lansia.