Oleh/Bj : Maman Mansyur Idris & Sona Suhartana

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh/Bj : Sona Suhartana dan Maman Mansyur Idris. Summary

Ohh/By: Sona Suhartana & Dulsalam

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh/By : Marolop Sinaga ABSTRACT

PENGARUH PEMBUATAN TAKIK REBAH DAN TAKIK BALAS TERHADAP ARAH JATUH POHON : STUDI KASUS DI HUTAN TANAMAN DI PULAU LAUT, KALIMANTAN SELATAN

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI PRODUKTIVITAS PENYARADAN KAYU DENGAN MENGGUNAKAN TRAKTOR KOMATSU D70 LE DI HUTAN ALAM

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk memindahkan kayu. kayu dibedakan atas 4 (empat) komponen yaitu:

0\eh/By: Maman Mansyur Idris & Sona Suhartana

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Objek dan Alat Penelitian

Ciri Limbah Pemanenan Kayu di Hutan Rawa Gambut Tropika. (Characteristics of Logging Waste in Tropical Peat Swamp Forest)

Analisis Potensi Limbah Penebangan dan Pemanfaatannya pada Hutan Jati Rakyat di Kabupaten Bone

DAMPAK PEMANENAN KAYU BERDAMPAK RENDAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL DI HUTAN ALAM

FAKTOR EKSPLOITASI HUTAN TANAMAN MANGIUM ( Accacia mangium Wild): STUDI KASUS DI PT TOBA PULP LESTARI Tbk., SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Hutan alam yang ada di Indonesia banyak diandalkan sebagai hutan produksi

PENINGKATAN PEMANFAATAN KAYU RASAMALA DENGAN PERBAIKAN TEKNIK PENEBANGAN DAN SIKAP TUBUH PENEBANG:

Sona Suhartana dan Yuniawati

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM RAWA GAMBUT

PERANCANGAN JALAN SAARAD UNTUK MEMINIMALKAN KERUSAKAN LINGKUNGAN MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara


KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

Oleh/By Wesman Endom dan Maman Mansyur Idris

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Yosep Ruslim 1 dan Gunawan 2

PRODUKTIVITAS PENEBANGAN PADA HUTAN JATI (Tectona Grandis) RAKYAT DI KABUPATEN BONE

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KOMPOSISI LIMBAH PENEBANGAN DI AREL HPH PT. TELUK BINTUNI MINA AGRO KARYA

Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian USU Medan 2)

IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH)

Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru 2 )Mahasiswa Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRACT

TINJAUAN PUSTAKA. kayu dari pohon-pohon berdiameter sama atau lebih besar dari limit yang telah

Penelitian dilakukan di areal HPH PT. Kiani. penelitian selama dua bulan yaitu bulan Oktober - November 1994.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penyaratan yang dimaksud adalah penyaradan (Pen)

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh/Bj : Wesman Endom. Summary

TEKNIK PENEBANGAN KAYU

III. METODOLOGI PE ELITIA

BIAYA DAN PRODUKTIVITAS TREE LENGTH LOGGING DI HUTAN ALAM PRODUKSI (Cost and Productivity of Tree Length Logging in Natural Production Forest)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

EVALUASI PENERAPAN PEMANENAN KAYU DENGAN TEKNIK REDUCED IMPACT LOGGING DALAM PENGELOLAAN HUTAN ALAM MUHDI, S.HUT., M.SI NIP.

Djoko Setyo Martono. 1) 1) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun.

Bab II SISTEM PEMANENAN HASIL HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. (renewable resources), namun apabila dimanfaatkan secara berlebihan dan terusmenerus

MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara

ANALISIS KEBIJAKAN PENEBANGAN RATA TANAH UNTUK POHON JATI (Tectona grandis Linn f ) di KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur RIZQIYAH

Bab III PERENCANAAN PEMANENAN HASIL HUTAN

DI HUTAN RAKYAT DESA PUNGGELAN, KECAMATAN PUNGGELAN, BANJARNEGARA, JAWA TENGAH

Balai Besar Penelitian Dipterokarpa Samarinda Jl. A. Syahrani Samarinda Telp. (0541) Fax (0541)

ANALISIS BIAYA PEMANENAN KAYU BULAT SISTEM KEMITRAAN HPH - KOPERASI DESA DI KALIMANTAN TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBELAJARAN PENERAPAN RIL-C DI PERUSAHAAN (PENERAPAN PRAKTEK PENGELOLAAN RENDAH EMISI DI HUTAN PRODUKSI DI AREAL PT. NARKATA RIMBA DAN PT.

BAB IX ANGGARAN PENDAPATAN PERUSAHAAN HUTAN

ANALISIS BIAYA DAN PRODUKTIVITAS PRODUKSI KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI (Studi Kasus : PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kab.

EFISIENSI KEBUTUHAN PERALATAN PEMANENAN DI HUTAN TANAMAN INDUSTRI, DI KALIMANTAN BARAT

III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN


Abstract. Pendahuluan

DAMPAK PEMANENAN KAYU TERHADAP TERJADINYA KETERBUKAAN LANTAI HUTAN MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

PERBANDINGAN BESARNYA KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL PADA PEMANENAN KAYU MENGGUNAKAN METODE REDUCED IMPACT LOGGING DAN CONVENTIONAL LOGGING DI IUPHHK PT

KAJIAN SISTEM DAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang berkaitan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Industri adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas

ADI W!DIYA. JURUSAN TEKNOLOGI HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN Ii\STlTUT PERTANIAN BOGOR. Oleh: E

PERENCANAAN PRODUKSI HUTAN ALAM YANG LESTARI MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMADATAN TANAH AKIBAT PENYARADAN KAYU DENGAN TEKNIK PEMANENAN KAYU BERDAMPAK RENDAH DI KALIMANTAN BARAT

GUBERNUR PAPUA. 4. Undang-Undang.../2

PAPER BIOMETRIKA HUTAN PENDUGAAN POTENSI EKONOMI TEGAKAN TINGGAL PADA SUATU PERUSAHAAN PEMEGANG HAK PENGUSAHAAN HUTAN (HPH) Oleh : Kelompok 4

Dulsalam, Sukadaryati, & Yuniawati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Teak Harvesting Waste at Banyuwangi East Java. Juang Rata Matangaran 1 dan Romadoni Anggoro 2

KAYU SISA POHON YANG DITEBANG DAN TIDAK DITEBANG DI IUPHHK-HA PT INHUTANI II UNIT MALINAU KALIMANTAN UTARA WINDA LISMAYA

EFISIENSI PEMBALAKAN DAN KUALITAS LIMBAH PEMBALAKAN DI HUTAN TROPIKA PEGUNUNGAN : STUDI KASUS DI IUPHHK-HA PT RODA MAS TIMBER KALIMANTAN

DINAMIKA PERMUDAAN ALAM AKIBAT PEMANENAN KAYU DENGAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM INDONESIA (TPTI) MUHDI, S.HUT., M.SI NIP.

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. 6 No. 1 : 1-5 (2000)

FAKTOR EKSPLOITASI HUTAN DI SUB REGION KALIMANTAN TIMUR (Forest Exploitation Factors in Sub Region of East Kalimantan)

FAKTOR EKSPLOITASI PADA HUTAN PRODUKSI TERBATAS DI IUPHHK-HA PT KEMAKMURAN BERKAH TIMBER

BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTAN LATAR BELAKANG. Defisit kemampuan

Buletin Penelitian Hutan (Forest Research Bulletin) 630 (2002): 1-15

EFISIENSI PENGGUNAAN CHAINSAW PADA KEGIATAN PENEBANGAN: STUDI KASUS DI PT SURYA HUTANI JAYA, KALIMANTAN TIMUR

Struktur Dan Komposisi Tegakan Sebelum Dan Sesudah Pemanenan Kayu Di Hutan Alam. Muhdi

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan?

B. BIDANG PEMANFAATAN

POTENSI LIMBAH DAN TINGKAT EFEKTIVITAS PENEBANGAN POHON DI HUTAN DATARAN RENDAH TANAH KERING META FADINA PUTRI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Peta lokasi pengambilan sampel biomassa jenis nyirih di hutan mangrove Batu Ampar, Kalimantan Barat.

Sona Suhartana & Yuniawati ABSTRACT. The appropriate felling technique by paying attention to feller postures and

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan bahan 3.3 Pengumpulan Data

Transkripsi:

Jumal Penelitian Hasil Hutan Forest Products Research Journal Vol. 13 No. 3 (1995) pp. 94-100 PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI PEMANENAN KAYU DENGAN TEKNIK PENEBANGAN POHON SERENDAH MUNGKIN DI HUTAN PRODUKSI ALAM : STUDI KASUS DI TIGA PERUSAHAAN HUTAN DI KALIMANTAN TENGAH (The productivity and efficiency of wood harvesting by practicing the lowest possible felling technique :a case study in three logging companies in Central Kalimantan) Oleh/Bj : Maman Mansyur Idris & Sona Suhartana Summary Tliis paper presents the results of the study of wood harvesting productivity and efficiency when practicing the lowest possible felling technique. Tlie case study was selected in three logging companies in Central Kalimantan in 1994. Tlien, the results are compared to those obtained from conventional felling technique. TJie results of the study are as follow : 1. Vie average of wood harvesting productivity is 25,2 m^/hr for lowest possible felling technique and 28,8 in^/hrfor conventional felling. Tliis difference is statistically significant. 2. Tlie average of wood harvesting efficiency is 86,1 % for lowest possible felling technique and 82,1 % for conventional felling technique. Tliis difference of 1,28 ni^/tree is highh significant. 3. Tlie average of stump height when practicing the lowest possible felling technique is 0,45 m while for conventional felling technique is 1,21 rn. J. PENDAHULUAN Suatu langkah baru di bidang teknik penebangan pohon di hutan produksi alam di Indonesia dewasa ini telah niulai dirintis. Teknik penebangan pohon yang sebelumnya memperkenankan ketinggian tunggak sampai dua meter, diubah menjadi ketinggian tunggak serendah mungkin atau bila memungkinkan rata dengan tanah. Langkah ini menjadi kuat segi hukumnya karena arahan pelak sanaannya dicantumkan dalam lampiran Sural Keputusan Direktur Jenderal Pengu sahaan Hutan Nomor 15 l/kpts/iv-bphh/1993 tanggal 19 Oktober 1993 tentang Petunjuk Teknis Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) pada hutan alam daratan I (Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan, 1994). 94

Langkah!ni dianggap suatu kemajuan karena acuan m^genai teknik penebangan sebelumnya masih mempericenankan tinggi tunggak yang relatif masih tinggi. Sebagai teladan, Wenger (1984) menganjurkan tinggi tunggak sampai sqjertiga dari diameter setinggi dada untuk pohon yang tidak berbanir. Sedangkan untuk pohon yang berbanir, ^inggi tunggak yang masih diizinkan disepakati sampai dengan tinggi banimya. Langkah terobosan ini pada hakekatnya merupakan salah satu realisasi dari upaya peningkatan efisiensi pemanenan kayu. Dengan menebang pohon serendabv mungkin, dapat diharapkan bagian kayu yang dapat dimanfaatkan menjadi lebyi banyak, karena bagian kayu yang biasanya tertinggal di tunggak sebagai limbah, juga dapat dimanfaatkan. Upaya peningkatan efisiensi pemanfaatan kayu dengan mengubah teknik penebangan tersebut, nampaknya tidak akan memasyarakat, apabila tidak memiliki cukup bukti bahwa penerapannya menghasilkan dampak positif dalam kegiatan pemanfaatan sumberdaya hutan. Oleh karena itu suatu uji coba perlu dilakukan di lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari penerapan teknik penebangan serendah mungkin terhadap produktivitas kerja pemanenan kayu dan efisiensi pemanenan kayunya. Di samping itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui tinggi tunggak terendah yang masih dapat dicapai oleh penebangan serendah mungkin. //. METODE PENELITIAN A. Waktu, Lokasi dan Peralatan Penelitian dilaksanakan pada bulan September 1994 di tiga areal Hak Pengusahaan Hutan (HPH), yaitu HPH A yang termasuk ke dalam wilayah Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Barito Hulu sedangkan HPH B dan C termasuk ke dalam wilayah CDK Barito Tengah. Menurut administrasi pemerintahan, HPH A termasuk ke dalam wilayah kabupaten Puruk Cahu sedangkan HPH B dan C termasuk ke dalam wilayah kabupaten Muarateweh. Ketiga HPH ini termasuk ke dalam wilayah propinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Tengah. Ketiga areal penelitian umumnya memiliki kelerengan lapangan berkisar antara 18% - 25% dengan ketinggian tempat antara 25 meter sampai 18 meter dari permukaan laut. Keadaan tegakan yang didominasi oleh jenis-jenis dari famili Dipterocarpaceae memiliki kerapatan antara 174-196 pohon/ha (untuk pohonpohon dengan diameter 20 cm dan ke atas). Keadaan pohon-pwhonnya hampir seluruhnya memiliki banir. Untuk tumbuhan bawah, rata-rata memiliki kerapatan sedang. Dalam pemanenan kayunya alat utama yang digunakan adalah gergaji rantai untuk kegiatan penebangan dan pembagian batang, traktor untuk penyaradan dan pembuatan jalan serta truk trailler untuk pengangkutan kayunya. Objek dalam penelitian ini adalah kegiatan penebangan yang dilakukan dengan menggunakan gergaji rantai (chain saw) meliputi teknik penebangan dan pembagian batang {bucking) serta keadaan pohon. Peralatan yang digunakan adalah : meteran, pita phi, jam henti (5to/? w<wc/z) serta perlengkapan daftar isian (to/fy.y/zeer). For. Prod. Res. J. Vol. 13 No. 3 (1995) 95

B. Prosedur Penelitian Pada dasamya penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan produk tivitas dan efisiensi pemanenan kayu antara teknik penebangan serendah mungkii dengan teknik penebangan konvensional sebagai kontrol. Pengumpulan dat dilakukan dengan menggunakan metode pengukuran langsung di lapangan dai pengamatan serta wawancara sebagai data penunjang. Pengumpulan data dilakukan sebagai berikut : (1) Menetapkan satu petak tebang yang akan dilakukan penebangan. (2) Mengukur efisiensi penebangan dan produktivitasnya yang meliputi : nam; pohon, tinggi banir, jumlah banir, waktu tebang (pembuangan banir pembuatan takik rebah, pembuatan takik balas dan pembagian batang) pengukuran batang bebas cabang (diameter pangkal, diameter ujung, panjan, dan keadaannya) serta pengukuran tinggi tunggak. (3) Mengumpulkan data penunjang seperti keadaan umum lapangan dan keadaa umum perusahaan dengan cara wawancara serta pengutipan data c perusahaan. Sebagai objek pengamatan adalah jenis pohon perdagangan (komersial) yan ditebang berdiameter 50 cm dan ke atas, dengan ulangan pengamatan 30 poho untuk teknik penebangan serendah mungkin (meninggalkan tunggak serenda mungkin) dan 30 pohon untuk teknik penebangan konvensional (sebagai kontrol). C. Analisis Data Volume batang dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut : di mana : V = volume batang (m3) L = panjang batang (m) D = diameter rata-rata (m) diperoleh dengan cara sebagai berikut : V = 0,25 71 D2 L D = 0,5 (Dp + Du) di mana Dp dan Du masing-masing adalah diameter pangkal dan diameter ujung. Efisiensi dan produktivitas pemanenan kayu dihitung sebagai berikut : Volume kayu batang bebas cabang yang dipungut (m^) Produktivitas = (m^/menit) Waktu tebang (menit) Efisiensi (%) = Volume kayu batang bebas cabang yang dipungut (m^) Volume kayu batang bebas cabang yang seharusnya dapat dimanfaatkan (m^) x 100 ' Untuk mengetahui hubungan antara tinggi banir dan diameter pohon denga waktu tebang digunakan analisis regresi berganda dengan model berikut : 96 Jum. Pen. Has. Hut. Vol. 13 No.3 (19

W = a + bxl+cx2 di mana : W = waktu tebang (menit) XI = diameter pohon (m) X2 = tinggi banir (m) a,b,c = parameter regresi. Pengolahan data dilakukan dengan pendekatan statistik dengan menghitung nilai rata-rata dan nilai simpangan bakunya. Data lapangan berupa efisiensi dan produktivitas pemanenan kayu diolah ke dalam bentuk tabulasi dan dibandingkan dengan kontrol dengan menggunakan uji-t. ///. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran berupa produktivitas dan efisiensi pemanenan kayu disajikan pada Tabel 1 dan 2. Tabel 1. Produktivitas dan efisiensi pemanenan kayu dengan teknik penebangan serendah mungkin Table 1. Productivity and efficiency of wood harvesting by practicing the lowest possible felling technique No. Diameter Tinggi Waktu Tinggi Panjang batang Produktivitas Efisiensi banir tebang tunggak bebas cabang (Buttress (Harvesting (Stump (Clear bole (Productivity) (Efficiency) height) time) height) length) (m) (m) (mnt) (m) (m) (m'/mnt) (%) 1. 1 0,91 27,7 0,54 16,5 0,44 84.5 2. 0.75 0,94 22,1 0,32 22 0,39 85.2 3. 0,8 2.03 19,4 0,42 18,8 0.43 79.3 4. 0.95 1,03 42,8 0,56 24,2 0.38 90.4 5. 1 0.95 29,3 0.46 17,9 0,46 91,1 6. 0.7 1.78 20,4 0,47 18,4 0.34 88.9 7. 0.95 1.11 29,3 0.52 29,2 0.66 90 8. 0.85 0.89 19,4 0,48 19,3 0.47 79.1 9. 0.85 0.85 20 0.46 15,5 0.37 79.8 10. 0.85 1,22 23,1 0,45 20,3 0.45 85.3 11. 0.8 0,68 22,6 0.42 18,2 0,34 81 12. 0.9 1,62 26,2 0,48 18.8 0,39 79,1 13. 0.95 1.8 42,6 0.52 22,2 0.36 90,2 14. 0.95 1,6 30 0,47 24,4 0.53 86.5 15. 0.85 1.5 19,9 0,43 17,5 0.49 90,4 16. 0.8 1,2 16,6 0.42 16,8 0,46 86.7 17. 0.9 1.4 30,3 0,45 18.6 0.38 90.6 18. 0.85 1,3 26,9 0.43 18.2 0.36 87,3 19. 0,9 2,03 23,1 0.42 18.8 0,43 79 20. 0,9 0,89 28,1 0.48 19.3 0,39 85.5 21. 1 1.62 41,4 0.48 18.9 0,35 90,5 22. 0,8 2 19,33 0.55 16.5 0.41 84,9 23. 0,8 1,1 20,1 0,42 16.9 0.38 84 24; 0,9 1 23,5 0,4 18.5 0.46 87 25. 0.85 1,05 26,5 0,41 17.95 0.35 85,8 26. 0.85 0.9 20.2 0,4 19.1 0.48 85,7 27. 0.9 1,7 23,5 0,45 19.3 0.49 86 28. 0.75 1,2 22.2 0.43 18.8 0,34 85.9 29. 0.75 1 20,2 0,4 18,5 0.37 86.8 30. 0,8 0,75 22,1 0,38 20,25 0,45 94,9 Jumlah (Sum) 25,9 39,03 759,1 13,52 579,6 12,6 2581,4 kata-rata (Average) 0,86 1,301 25,3 0,45 19,32 0,42 86,1 For. Prod. Res. J. Vol. 13 No. 3 (1995) 97

Tabel 1 kolom 7 menyajikan gambaran produktivitas pemanenan kayu dengan teknik penebangan serendah mungkin yang besamya berkisar antara 0,34-0,66 m3/menit dengan nilai rata-rata 0,42 m^/menit atau setara dengan 25,2 m^/jam. Tabel 2 kolom 7 memperlihatkan gambaran produktivitas pemanenan kayu dengan teknik penebangan konvensional yang besamya berkisar antara 0,34-0,75 m^/menit dengan nilai rata-rata 0,48 m^/menit atau setara dengan 28,8 m3/jam. Gayut dengan hasil penelitian ini, Idris, M M dan Soenamo (1991) melaporkan bahwa nilai produktivitas penebangan konvensional (22,9 m^/jam) adalah lebih besar dibandingkan dengan produktivitas penebangan dengan teknik yang diperbaiki (19,3 m3/jam). Dari Tabel 1 kolom 7 dan Tabel 2 kolom 7 dapat dilihat bahwa besamya produktivitas rata-rata untuk teknik penebangan serendah mungkin (25,2 m^/jam) adalah lebih rendah dari pada untuk teknik penebangan konvensional (28,8 m^/jam). Tabel 2. Produktivitas dan efisiensi pemanenan kayu dengan teknik penebangan konvensional Table 2. The productivity and efficiency of wood harvesting by practicing conventional felling technique No. Diameter Tinggi Waktu Tinggi Panjang batang Produktivitas Efisiensi banir tebang tunggak bebas cabang (Buttress (Han-esting (Stump (Clear bole (Productivity) (Efficiency height) time) height) length) (m) (m) (mno (m) (m) (m'/mnl) (%) 1. 1 1.7 22,3 1.7 1X,3 0,5 71.1 2. 0.75 1.2 18.2 1.2 19.8 0,42 82,2 3. 0.8 1.6 23.4 1.6 17,4 0,34 83,1 4. 0.9 1.1 16.8 1.1 20.9 0,6 72,3 5. 0.7 1^5 13.1 1.5 22.5 0,57 81,1 6. 0.85 1 20.4 1 16 0,4 84.4 7. 0.95 1.4 16.2 1.4 17.6 0,75 90,1 8. 1.05 0.9 28.9 0.9 17.1 0.46 85.5 9. 0.7 1.3 18.2 1.3 22.7 0.37 73,1 10. 0.85 0.8 20.1 0.8 19.2 0.49 86.6 11. 0,75 0.95 20.4 0.95 22.05 0.37 74.1 12. 0.8 1.05 14.8 1.05 17.95 0.49 75.7 13. 0.9 1 18.2 1 17 0.58 76.1 14. 0.95 0.75 18.6 0.75 16.25 0.57 87.8 15. 1 1.65 21.8 1.65 15.35 0.54 88.1 16. 0.95 1.6 25.5 1.6 16.4 0.45 89.9 17. 0.9 0.9 23.9 0.9 19.1 0.41 77.1 18. 0.«5 1 18.7 1 21 0.52 78 19. 0.8 0.85 20.7 0,85 20.15 0.41 80.2 20. 0.75 2 14,6 22 0.59 81.1 21. 0.7 2.1 14.4 2.1 22.9 0.55 82.2 22. 0.75 0.7 14.9 0,7 18.3 0.47 83.2 23. 0.8 1.1 18.4 1.1 19,9 0.46 84.3 24. 0.85 1.2 21.1 1.2 15.8 0.39 85.2 25. 0.9 0.8 21.5 0.8 17,2 0.46 86,4 26. 0.95 1.3 27.3 1,3 17.7 0.45 91.2 27. 0.9 1.4 31.7 1.4 19.6 0.39 92,5 28. 0.85 1.5 17 1.5 15.5 0.45 79.2 29. 0.8 0.9 17.3 0,9 19.1 0.41 70.6 30. 0J5 1 16.1 I 18 0.47 90.2 Jumlah (Sum) 25.45 36,25 594,5 36.25 562,75 14,33 2462.6 Rata-rata (Average) 0,85 1.21 19,8 1.21 18,76 0,48 82,1 Hasil uji-t untuk membandingkan produktivitas kedua teknik f)enebangan tersebut adalah t hitung = 3** (t tabel 99 % = 2,660). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa 98 Jum. Pen. Has. Hut. Vol. 13 No.3 (1995)

i produktivitas antara perlakuan teknik penebangan serendah mungkin dengan tdcnik penebangan konvensional adalah sangat berbeda nyata. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bila ditinjau dari produktivitasnya saja, maka teknik penebangan konvensional adalah lebih baik dari pada teknik penebangan serendah mungkin. Hal di atas dapat terjadi karena salah satu faktor penentu produktivitas penebangan adalah waktu tebang. Pada penebangan serendah mungkin, dilakukan pembuangan banir dahulu sebelum penebangan dilakukan. Dengan demikian waktu yang diperlukan untuk membuang banir akan memperpanjang waktu tebang, sehingga produktivitasnya menjadi lebih rendah. Selain faktor di atas, dapat pula terjadi karena faktor dimensi pohon yang dalam hal ini diameter pohon serta tinggi banirnya. Hasil analisis regresi berganda antara diameter pohon (XI) dan tinggi banir (X2) dengan waktu tebang (Wl) untuk teknik penebangan serendah mungkin didapatkan persamaan berikut : Wl = - 29,2 + 61,1 XI + 1,4 X2 dengan nilai koefisien korelasi (R) =71 % dan nilai koefisien determinasi (R2) = 50 % serta nilai Fhitung= 14,553** (F label 99 % = 5,49). Sedangkan untuk teknik penebangan konvensional persamaan yang didapatkan adalah sebagai berikut: W2 = - 4,6 + 28,9 XI + 0,09 X2 dengan nilai koefisien korelasi (R) = 63 % dan nilai koefisien determinasi (R2) = 40 % serta nilai Fhitung = 8,727** (F tabel 99 % = 5,49). Berdasarkan hasil analisis di atas untuk teknik penebangan serendah mungkin dan konvensional jelas terlihat bahwa waktu tebang (yang sangat mempengaruhi nilai produktivitasnya) dipengaruhi oleh diameter pohon dan tinggi banirnya. Hal ini tampak dari nilai F hitung untuk kedua teknik penebangan tersebut adalah lebih besar dari pada nilai F tabelnya pada taraf 99 % yang berarti sangat berbeda nyata. Dengan perkataan lain produktivitas pemanenan kayu akan dipengaruhi oleh diameter pohon dan tinggi banirnya. Pada Tabel 1 kolom 2 dan 5 dapat dilihat bahwa untuk pohon-pohon dengan kisaran diameter antara 0,7-1 m dan tinggi banir antara 0,75-2,03 m, tinggi tunggak terendah yang bisa dicapai oleh teknik penebangan serendah mungkin berkisar antara 0,32-0,56 m dengan rata-rata 0,45 m. Sedangkan pada Tabel 2 untuk kolom yang sama, dapat dilihat bahwa untuk pohon-pohon dengan kisaran diameter 0,7-1,05 m dan tinggi banir antara 0,7-2,1 m, tinggi tunggak terendah yang bisa dicapai oleh teknik penebangan konvensional berkisar antara 0,7-2,1 m dengan rata-rata 1,21 m. Tabel 1 kolom 8 memperlihatkan gambaran efisiensi pemanenan kayu dengan teknik penebangan serendah mungkin yang besamya berkisar antara 79-94,9 % dengan nilai rata-rata 86,1 %. Tabel 2 kolom 8 menyajikan gambaran efisiensi pemanenan kayu dengan teknik penebangan konvensional yang besamya berkisar antara 71,1-92,5% dengan nilai rata-rata 82,1 %. Ini berarti bahwa efisiensi penebangan serendah mungkin adalah lebih tinggi daripada efisiensi penebangan konvensional. Kemudian dari hasil uji-t untuk membandingkan efisiensi kedua teknik penebangan tersebut di atas, menghasilkan t hitung = 2,912**(t tabel 99 % =2,660). Maka dapatlah dikatakan bahwa efisiensi pemanenan kayu antara teknik penebangan serendah mungkin dengan teknik penebangan konvensional adalah berbeda sangat nyata pada taraf 99 %. For. Prod. Res. J. Vol. 13 No. 3 (1995) 99

Dengan demikian, ditinjau dari efisiensinya, tdcnik penebangan serendah mungkin adalah lebih baik dari pada teknik penebangan konvensional. Dari hasil analisis di muka terlihat bahwa teknik penebangan serendah mungkin di satu sisi dapat meningkatkan efisiensi pemanenan kayu yang berarti meningkatkan pemanfaatan kayu rata-rata sebesar 1,28 m3/pohon, namun disisi lain nilai produktivitasnya menjadi menurun yang rata-rata besamya penurunan tersebut adalah 3,6 m3/jam. Hal ini dapat terjadi karena dengan teknik penebangan serendah mungkin akan meninggalkan tinggi tunggak rata-rata lebih rendah dari pada teknik penebangan konvensional, yang dapat diartikan volume kayu yang dapat dimanfaatkan menjadi lebih besar. Dengan demikian dapat diharapkan akan memberi dampak positif dalam upaya untuk memasyarakatkan peraturan pemerintah dalam hal penebangan serendah mungkin. Upaya yang perlu dilakukan agar produktivitas dan efisiensi pemanenan kayu dapat meningkat adalah dengan cara melatih para operator gergaji rantai untuk terbiasa melakukan pembuangan banir terlebih dahulu sebelum melakukan penebangan serta meninggalkan tinggi tunggak serendah mungkin. Dengan terbiasanya operator tersebut, maka diharapkan kasus pecah bontos {barber chair) dapat dihindari sehingga bagian kayu yang dapat dimanfaatkanpun akan bertambah yang selanjutnya dapat meningkatkan efisiensinya. IV. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Rata-rata nilai produktivitas pemanenan kayu pada teknik penebangan serendah mungkin adalah 25,2 m^/jam dan yang konvensional adalah 28,8m3/jam. Telah terjadi penurunan produktivitas sebesar 3,6 m^/jam. 2. Rata-rata nilai efisiensi pemanenan kayu pada teknik penebangan serendah mungkin adalah 86,1% dan teknik penebangan konvensional adalah 82,1%. Telah terjadi peningkatan pemanfaatan kayu sebesar 1,28 m^/pohon. 3. Tinggi tunggak terendah yang bisa dicapai dengan teknik penebangan serendah mungkin berkisar antara 0,32-0,56 m dengan rata-rata 0,45 m dan yang konvensional berkisar antara 0,7-2,1 m dengan rata-rata 1,21 m. 4. Perlunya penerapan peraturan-peraturan di bidang pemanenan kayu, khususnya yang menyangkut teknik penebangan, dilaksanakan dengan disertai sangsi yang tegas dan konsisten. DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan, 1994. Petunjuk teknis Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) pada hutan alam daratan. Departemen Kehutanan, Jakarta. Idris, M M dan Soenarno, 1991. Produktivitas dan beban kerja operator gergaji rantai, pada kegiatan penebangan pohon berbanir tinggi di hutan alam di Kalimantan Tengah. Jumal Penelitian Hasil Hutan, Vol. 9 (2), pp. 45-52, Bogor. Wenger, K. F., 1984. Forestry handbook. 2nd edition. John Wiley & Sons, Inc, New York, USA. 100 Jum. Pen. Has. Hut. Vol. 13 No.3 (1995)