BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jamur merupakan salah satu penyebab infeksi, terutama di negara-negara tropis. Penyakit kulit akibat jamur merupakan penyakit kulit yang sering muncul di Indonesia. Iklim tropis kelembaban udara yang tinggi di Indonesia sangat mendukung pertumbuhan jamur. Menurut Adiguna (2004), insidensi penyakit jamur yang terjadi di berbagai rumah sakit pendidikan di Indonesia bervariasi antara 2,93-27,6% meskipun angka ini tidak menggambarkan populasi umum. Data Profil Kesehatan Indonesia 2010 menunjukkan bahwa penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi peringkat ketiga dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit se-indonesia berdasarkan jumlah kunjungan yaitu sebanyak 192.414 kunjungan dan 122.076 kunjungan diantaranya merupakan kasus baru (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Terdapat berbagai jenis infeksi jamur kulit, yang paling sering muncul di antaranya adalah dermatofitosis dan kandidiasis. Dermatofitosis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur dermatofita yaitu Epidermophyton, Mycrosporum dan Trycophyton (Verma dan Heffernan, 2008). Berbagai faktor risiko yang mempengaruhi pertumbuhan dari dermatofita antara lain: higienitas diri yang buruk 1
2 obesitas, iklim yang panas dan lembab, sering berkeringat, kontak langsung sumber infeksi, atau beberapa penyakit sistemik seperti penyakit diabetes melitus, penyakit Cushing, terapi kortikosteroid oral, serta penyakit infeksi kronis yang menyebabkan penurunan sistem imun tubuh seperti HIV/AIDS (Wolff, 2007). World Health Organization (WHO) memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Laporan ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2035. Sedangkan International Federation (IDF) memprediksi adanya kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta tahun 2035. Dari seluruh penderita diabetes melitus, proporsi kejadian diabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia yang menderita diabetes melitus (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2015). Tingginya angka diabetes melitus tipe 2 dibandingkan diabetes melitus tipe lainnya membuat peneliti ingin melakukan penelitian pada penderita diabetes melitus tipe 2. Oktavia, dkk (2014) melakukan penelitian di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dan disimpulkan terdapat hubungan Kandidiasis kutis Melitus (DM) tingkat hubungan yang lemah. Winarni, dkk (2002) melakukan penelitian di RS dr Sardjito Yogyakarta dan disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara kadar gula darah frekuensi dermatofitosis. Dikarenakan tingginya kejadian diabetes melitus tipe 2 dan terjadinya infeksi jamur kulit pada 2
3 penderita tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian di RS Bethesda Yogyakarta untuk mengetahui Melitus Tipe 2 sebagai Faktor Risiko Infeksi Jamur Kulit. 1.2 MASALAH PENELITIAN Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Apakah Melitus Tipe 2 merupakan Faktor Risiko Infeksi Jamur Kulit di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta? 1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui Melitus Tipe 2 sebagai Faktor Risiko Infeksi Jamur Kulit di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengaruh Melitus tipe 2 terhadap munculnya Infeksi Jamur Kulit di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. b. Untuk mengetahui distribusi terjadinya Infeksi Jamur Kulit pada penderita Melitus tipe 2 berdasarkan usia dan jenis kelamin di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. 1.4 MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 Manfaat Teoritis a. Sebagai sumber data bagi Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta mengenai angka penderita Melitus tipe 2 yang menderita Infeksi Jamur Kulit.
4 b. Bagi peneliti dan pembaca, yaitu untuk menambah pengetahuan mengenai Melitus Tipe 2 sebagai Faktor Risiko Infeksi Jamur Kulit. c. Bagi peneliti lain, sebagai referensi untuk melakukan penelitian yang sama atau terkait. 1.4.2 Manfaat Praktis a. Bagi penderita Melitus tipe 2, dapat menjadi masukan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan meningkatkan kebersihan kulit untuk mencegah terjadinya Infeksi Jamur Kulit. b. Bagi penderita Infeksi Jamur Kulit, dapat memberikan gambaran untuk mengetahui penyakitnya dan melakukan pengobatan sehingga tidak menjadi sumber penularan bagi orang lain.
5 1.5 KEASLIAN PENELITIAN Terdapat beberapa penelitian yang berhubungan judul peneliti yaitu: Tabel 1. Keaslian penelitian No Peneliti, Tahun 1. Winarni, dkk 2002 2. Atmaja, dkk 2012 3. Mardila, dkk 2012 4. Oktavia, dkk 2014 Judul Dermatofitosis pada penderita Melitus tipe 2 Korelasi antara tinea korporis diabetes mellitus Hubungan kandidiasis intertriginosa Melitus Hubungan penyakit mellitus kejadian kandidiasis kutis Desain penelitian Deskriptif Potong Lintang Kasus Kontrol Kasus Kontrol Potong Lintang Kesimpulan Gula darah terkontrol buruk dan atau obesitas meningkatkan risiko terkena dermatofitosis pada melitus tipe 2 Terdapat hubungan bermakna tinea corporis melitus Kandidiasis intertriginosa berhubungan Melitus tipe 2 Terdapat hubungan kandidiasis kutis mellitus tingkat hubungan yang lemah Perbedaan Metode, desain, variabel Variable Variable Desain, Variabel