DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN (RKA-SKPD)

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN & PENGESAHAN DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN (DPPA) - SKPD

[A.2] PENYUSUNAN RKA PPKD

[A.3] PENYUSUNAN RKA SKPD

SISTEM DAN PROSEDUR PENGELUARAN

A. CONTOH FORMAT RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH RKAS TRIWULAN URAIAN I II III IV JUMLAH (Rp)

Penyusunan & Pengesahan Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran (DPPA)-SKPD

Penyusunan & Pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)-SKPD

BUPATI PONOROGO PERATURAN BUPATI PONOROGO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

Indonesia T a h u n Nomor 5, T a m b a h a n Lembaran Negara Republik Indonesia N o m o r 4355);

WALIKOTA BANJAR. PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 32.a TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH (APBS)

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 113 TAHUN 2012

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH

KEBIJAKAN PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) Tahun Kementerian Pendidikan Nasional Jakarta, 2011

CONTOH FORMAT RKA-SKPD DINAS KESEHATAN. Provinsi/Kabupaten/Kota *) RENCANA KERJA ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RKA-SKPD) TAHUN ANGGARAN.

SISTEM DAN PROSEDUR PERGESERAN ANGGARAN

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 51 TAHUN 2017 TENTANG

WALI KOTA DEPOK PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DRAFT PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH (RKAS)

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 17 SERI F NOMOR 313

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2017

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2010

Jakarta, 5 Mei Kepada

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SATU ATAP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

Jakarta, 5 Mei Kepada

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM SEKOLAH GRATIS DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG

TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH BIAYA OPERASIONAL PENDIDIKAN DAERAH KEPADA SEKOLAH SWASTA TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Deskripsi Singkat Topik :


BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 737 TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN & PENGESAHAN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN LANJUTAN (DPAL) - SKPD

CONTOH FORMAT DPA-SKPD DINAS KESEHATAN PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *).

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2008 TENTANG

DEPARTEMEN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH TAHUN 2006

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 14 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PERATURAN WALIKOTA DEPOK TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 1 TAHUN 2015 SISTEM PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 13 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 89 TAHUN 2015 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS LAPORAN KEUANGAN BOS TAHUN ANGGARAN 2012 BAB I PENDAHULUAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR ^^ TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Bertaraf Internasional sejak tahun pelajaran 2008/2009 (4 tahun)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH

=================================================================== PERATURAN WALIKOTA TANGERANG

PENGINTEGRASIAN SPM DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KABUPATEN/KOTA

K E P U T U S A N KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN KENDAL NOMOR 420/5998/DISDIKBUD/2017 T E N T A N G

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA SEMARANG NOMOR 420/4078 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 49 SERI E

Penyusunan & Pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Lanjutan (DPAL)-SKPD

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten

PETUNJUK TEKNIS LOMBA TATA KELOLA BOS TINGKAT SMP

========================================== PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 5 TAHUN 2006 LAMPIRAN :

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 76 TAHUN 2014

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 2 TAHUN 2016

PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) TAHUN PELAJARAN 2014/2015. Menuju LEBAK CERDAS 2019

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN JANGKA MENENGAH (RKJM) DAN RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN MADRASAH (RKAM) TAHUN PELAJARAN PROVINSI DIY

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 2 TAHUN 2015

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 1 6.A TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN SEKOLAH DI KABUPATEN PURWOREJO

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 3 TAHUN 2017

GUBERNUR SULAWESI BARAT

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN ANGGARAN 2017

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 79 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

=================================================================== PERATURAN WALIKOTA TANGERANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/PMK.05/2011 TENTANG PETUNJUK PENYUSUNAN DAN PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN TENTANG EVALUASI PELAKSANAAN BOS TINGKAT SDN DI KABUPATEN BANJAR KERJASAMA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 37 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

KEBIJAKAN- KEBIJAKAN PENDIDIKAN FORMAL. Rahmania Utari, M. Pd.

Transkripsi:

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Jl. Mayor Jenderal Sutoyo No. 69 Telepon (0275) 321112 Faks. (0275) 322274 Purworejo 54113 Nomor Lamp H a l : : : 900 / 3914 - Petunjuk Teknis Penyusunan APBS Tahun Ajaran 2011/2012, Kepada Yth. 1. Kepala UPT Pendidikan dan Kebudayaan 2. Kepala Sekolah......... Se Kab Purworejo Dasar : 1. Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 2. Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standard Nasional Pendidikan 3. Permendagri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 4. Permendagri No. 59 Thn 2007 - Perubahan atas Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 5. Permendiknas Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Dikdasmen 6. Permendagri Nomor 21 tahun 2011 tentang Perubahan kedua atas Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 7. Peraturan Bupati Purworejo nomor 16.A tahun 2008 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Sekolah di Kabupaten Purworejo; I. PENGERTIAN 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah, yang selanjutnya disingkat APBS, adalah dokumen yang memuat rencana pendapatan, belanja dan pembiayaan yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh pelaksana teknis kegiatan sekolah dalam satu tahun pelajaran yang dibahas dan disetujui bersama oleh sekolah dan komite sekolah, dan disahkan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

2. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah, yang selanjutnya disingkat RAPBS, adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan sekolah serta rencana pembiayaan sebagai dasar penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah. 3. Program Sekolah adalah penjabaran kebijakan sekolah dalam bentuk upaya yang berisi 1 (satu) atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan Visi dan Misi Sekolah. 4. Program Tahunan adalah sejumlah rencana kerja yang dituangkan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah yang akan dilaksanakan selama setahun dan berdasarkan rencana kerja jangka menengah dan jangka panjang. 5. Program Jangka Menengah Sekolah adalah Rencana Kerja Sekolah (RKS) yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu 4 (empat) tahun yang berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan. 6. Program Jangka Panjang Sekolah adalah sejumlah rencana kerja jangka panjang yang merupakan penjabaran dari Visi dan Misi Sekolah yang akan dicapai dalam kurun waktu 8 (delapan) tahun yang berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan. 7. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh sekolah sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya, baik yang berupa personil (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana atau kombinasi dari beberapa atau semua jenis sumber daya tersebut, sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa. 8. Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur. 9. Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan 10. Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program serta kebijakan 11. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari kegiatan-kegiatan dalam satu program.

II. PROGRAM DAN KEGIATAN Penetapan program dan Kegiatan di sekolah harus mengacu pada peraturan peraturan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Sebelum menetapkan suatu program dan kegiatan harus dilakukan evaluasi diri sekolah masing-masing. Hasil evaluasi diri yang dilakukan sekolah harus diperbandingkan dengan standar peraturan yang berlaku, sehingga kesenjangan yang ada dapat digunakan untuk menyusun rencana kerja sekolah maupun rencana kerja tahunan. Pada Permendiknas Nomor 19 tahun 2007 berkaitan dengan rencana kerja sekolah dan rencana kerja tahunan disampaikan bahwa a. Sekolah/Madrasah membuat: 1) Rencana kerja jangka menengah yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu empat tahun yang berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan; 2) Rencana kerja tahunan yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/Madrasah (RKA-S/M) dilaksanakan berdasarkan rencana jangka menengah. b. Rencana kerja jangka menengah dan tahunan sekolah/madrasah: 1) disetujui rapat dewan pendidik setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah / madrasah dan disahkan berlakunya oleh dinas pendidikan kabupaten/kota. Pada sekolah/madrasah swasta rencana kerja ini disahkan berlakunya oleh penyelenggara sekolah/madrasah; 2) dituangkan dalam dokumen yang mudah dibaca oleh pihakpihak yang terkait. c. Rencana kerja empat tahun dan tahunan disesuaikan dengan persetujuan rapat dewan pendidik dan pertimbangan komite sekolah/madrasah. d. Rencana kerja tahunan dijadikan dasar pengelolaan sekolah/madrasah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas. e. Rencana kerja tahunan memuat ketentuan yang jelas mengenai: 1) kesiswaan; 2) kurikulum dan kegiatan pembelajaran; 3) pendidik dan tenaga kependidikan serta pengembangannya; 4) sarana dan prasarana; 5) keuangan dan pembiayaan;

6) budaya dan lingkungan sekolah; 7) peranserta masyarakat dan kemitraan; 8) rencana-rencana kerja lain yang mengarah kepada peningkatan dan pengembangan mutu. Mengacu pada bidang-bidang rencana kerja tahunan Permendiknas tersebut maka sekolah dapat menggunakannya sebagai dasar penyusunan program. Penyusunan Program dan Kegiatan yang dilakukan sekolah harus mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah ditetapkan oleh Pemerintah, namun apabila sekolah telah mencapai batas minimal dalam pengelolaan pendidikan, maka program dan kegiatan yang akan dilaksanakan harus mengacu pada Standart Nasional Pendidikan (SNP). Sebagai gambaran dan acuan pembuatan program dan kegiatan terlampir disampaikan beberapa contoh. Program dan kegiatan yang belum terdapat pada contoh, sekolah dapat menyesuaikan dengan kondisi masing-masing. III. PENYUSUNAN Dengan telah ditetapkannya Peraturan Bupati Purworejo nomor 16.A tahun 2008 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Sekolah di Kabupaten Purworejo, maka agar dalam pengelolaan keuangan sekolah dilaksanakan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan dan manfaat perlu disusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (APBS). Sebelum Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (APBS) tersebut ditetapkan dan disahkan maka perlu adanya perencanaan yang matang dalam penyusunannya. Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) dilaksanakan oleh Kepala Sekolah dan guru bersama-sama Komite Sekolah dengan mendasarkan pada Rencana Kerja Sekolah RAPBS disusun menggunakan pendekatan berdasarkan prestasi kerja dengan memperhatikan keterkaitan antara indikator kinerja, capaian atau target kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga dan standar pelayanan minimal. Guna mempermudah pelaksanaan APBS maka seluruh bentuk Pendapatan dan Belanja / pengeluaran harus dianggarkan melalui kegiatan dalam bentuk format atau formulir Rencana Kerja Anggaran Sekolah (RKAS). Kegiatan yang ditetapkan dimaksud merupakan bagian dari pada suatu program, sehingga Program dan Kegiatan yang

ditentukan harus mendukung Visi dan Misi Sekolah, Tujuan dan Sasaran Sekolah. Sedangkan format format RKAS yang digunakan untuk penyusunan APBS adalah sebagai berikut : (contoh format terlampir) 1. Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah, (Form RKAS) 2. Rincian Anggaran Pendapatan Sekolah, (Form RKAS 1); 3. Rincian Belanja Tidak Langsung Sekolah, (Form RKAS 2.1); 4. Rekapitulasi Rincian Anggaran Belanja Langsung memuat Program, Kegiatan dan jenis belanja Sekolah (Form RKAS 2.2); 5. Rincian Anggaran Belanja Langsung menurut Program dan Per Kegiatan (Form RKAS 2.2.1); 6. Rincian Penerimaan Pembiayaan Sekolah, (Form RKAS 3.1); 7. Rincian Pengeluaran Pembiayaan Sekolah, (Form RKAS 3.2); 8. Rekapitulasi per Sumber Dana 9. Perubahan anggaran Dalam pembuatan RKAS format yang digunakan harus sesuai dengan format yang telah tentukan. Contoh format terlampir. Cara Pengisian Format / Formulir 1. RKAS Ringkasan Anggaran dan Belanja Sekolah : Sumber data formulir RKAS diperoleh dari peringkasan jumlah pendapatan menurut kelompok dan jenis pendapatan yang diisi dalam formulir RKAS 1, jumlah belanja tidak langsung menurut kelompok dan jenis belanja yang diisi dalam formulir RKAS 2.1 dan penggabungan dari seluruh jumlah kelompok dan jenis belanja langsung yang diisi dalam setiap formulir RKAS 2.2.1. 1. Tahun Pelajaran diisi dengan tahun pelajaran yang direncanakan 2. Organisasi diisi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Purworejo 3. Unit Kerja diisi nama sekolah 4. Kolom 1 (kode rekening), diisi dengan nomor kode rekening pendapatan/nomor kode rekening belanja/nomor kode rekening pembiayaan. Pengisian kode rekening dimaksud secara berurutan dimulai dari kode rekening anggaran pendapatan/belanja/pembiayaan, diikuti dengan masing-masing kode rekening kelompok pendapatan/ belanja/pembiayaan dan diakhiri dengan kode rekening jenis pendapatan/belanja/pembiayaan.

5. Kolom 2 (uraian), diisi dengan uraian pendapatan / belanja / pembiayaan a. Pencantuman pendapatan diawali dengan uraian pendapatan, selanjutnya diikuti dengan uraian kelompok dan setiap kelompok diikuti dengan uraian jenis pendapatan yang dipungut atau diterima oleh sekolah. b. Untuk belanja diawali dengan pencatuman uraian belanja, selanjutnya uraian belanja dikelompokkan ke dalam belanja tidak langsung dan belanja langsung. Dalam kelompok belanja tidak langsung diuraikan jenis-jenis belanja sesuai dengan yang tercantum dalam formulir RKAS 2.1. Dalam kelompok belanja langsung diuraikan jenis-jenis belanja sesuai dengan yang tercantum dalam formulir RKAS 2.2.1. c. Untuk pembiayan diawali dengan pencantuman uraian pembiayaan, selanjutnya uraian pembiayaan dikelompokkan ke dalam penerimaan dan pengeluaran pembiayaan. Dalam kelompok penerimaan pembiayaan diuraikan jenis-jenis penerimaan sesuai dengan yang tercantum dalam formulir RKAS 3.1. Dalam kelompok pengeluaran pembiayaan diuraikan jenis-jenis pengeluaran sesuai dengan yang tercantum dalam formulir RKAS 3.2. 6. Kolom 3 (jumlah) diisi dengan jumlah menurut kelompok, menurut jenis pendapatan dan belanja. 7. Suplus diisi apabila jumlah anggaran pendapatan diperkirakan lebih besar dari jumlah anggaran belanja. 8. Defisit diisi apabila jumlah anggaran pendapatan diperkirakan lebih kecil dari jumlah anggaran belanja, dan ditulis dalam tanda kurung. 9. Selanjutnya pada baris uraian pembiayaan neto menerangkan selisih antara jumlah penerimaan pembiayaan dengan jumlah pengeluaran pembiayaan yang tercantum dalam kolom 3. 10. Rencana pelaksanaan anggaran sekolah per triwulan diisi sebagai berikut : a. Baris pendapatan diisi dengan jumlah pendapatan yang dapat dipungut atau diterima setiap triwulan selama satu tahun pelajaran yang direncanakan. b. Baris belanja tidak langsung diisi dengan jumlah belanja tidak langsung yang dibutuhkan setiap triwulan selama satu tahun pelajaran yang direncanakan.

c. Baris belanja langsung diisi dengan jumlah belanja langsung yang dibutuhkan untuk mendanai program dan kegiatan setiap triwulan dalam tahun pelajaran yang direncanakan. d. Baris penerimaan pembiayaan diisi dengan jumlah pembiayaan yang direncanakan dapat diterima setiap triwulan selama satu tahun pelajaran e. Baris pengeluaran pembiayaan diisi dengan jumlah pembiayaan yang akan dikeluarkan setiap triwulan selama satu tahun pelajaran. Kolom 7 (jumlah) diisi dengan penjumlahan dari jumlah pada kolom 3, kolom 4, kolom 5 dan kolom 6. Pengisian setiap kolom triwulan I sampai dengan triwulan IV harus disesuaikan dengan rencana kegiatan berdasarkan jadwal pelaksanaan kegiatan.oleh karena itu tidak dibenarkan pengisian jumlah setiap triwulan dengan cara membagi 4 dari jumlah yang direncanakan dalam satu tahun pelajaran. 2. Cara Pengisian Formulir RKAS 1 Formulir RKAS 1 sebagai formulir untuk menyusun rencana pendapatan atau penerimaan sekolah dalam tahun pelajaran yang direncanakan. Oleh karena itu kode rekening dan uraian nama kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek pendapatan yang dicantumkan dalam formulir RKAS 1 disesuaikan dengan pendapatan tertentu yang akan dipungut atau penerimaan tertentu.untuk memenuhi azas transparansi dan prinsip anggaran berdasarkan rencana pendapatan yang dianggarkan, pengisian rincian penghitungan tidak diperkenankan mencantumkan satuan ukuran yang tidak terukur, seperti paket, pm, up, lumpsum. 1. Organisasi diisi dengan nama Dinas Pendidikan Kabupaten Purworejo 2. Unit Kerja diisi nama sekolah 3. Kolom 1 (kode rekening) diisi dengan kode rekening akun, kelompok, dan rincian obyek pendapatan sekolah 4. Kolom 2 (uraian) diisi dengan uraian nama akun, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek pendapatan 5. Kolom 3 (volume) diisi dengan jumlah target dari rincian obyek pendapatan yang direncanakan. 6. Kolom 4 (satuan) diisi dengan satuan hitung dari target rincian obyek yang direncanakan seperti unit, waktu/jam/hari/bulan/tahun, ukuran berat, ukuran luas, ukuran isi dan sebagainya. 7. Kolom 5 (tarif/harga) diisi dengan besarnya iuran

8. Kolom 6 (jumlah) diisi dengan jumlah pendapatan yang direncanakan kelompok, jenis, obyek, rincian obyek pendapatan. Jumlah pendapatan dari setiap rincian obyek yang direncanakan seperti unit, waktu /jam/hari/bulan/tahun, ukuran berat, ukuran luas, ukuran isi dan sebagainya. 9. Kolom 5 (tarif/harga) diisi tarif pajak / retribusi atau harga /nilai satuan lainnya dapat berupa besarnya tingkat suku bunga, persentase bagian laba, atau harga atas penjualan barang milik daerah yang tidak dapat dipisahkan. 10. Kolom 6 (jumlah) diisi dengan jumlah pendapatan yang direncanakan menurut kelompok, jenis, obyek, rincian pendapatan. Jumlah pendapatan dari setiap rincian obyek yang dianggarkan merupakan hasil perkalian kolom 3 dengan kolom 5. 11. Formulir RKAS 1 merupakan input data untuk menyusun formulir RKAS 3. Cara Pengisian Formulir RKAS 2.1 Formulir RKAS 2.1 merupakan formulir untuk menyusun rencana kebutuhan belanja tidak langsung satuan kerja perangkat daerah dalam tahun anggaranyang direncanakan.pengisian jenis belanja tidak langsung supaya mempedomani ketentuan Pasal 37 peraturan ini.untuk memenuhi azas transparasi dan prinsip anggaran berdasarkan prestasi kerja,pengisian rincian penghitungan tidak diperkenankan mencantumkan satuan ukuran yang tidak terukur,seperti paket,pm,up,lumpsum. 1. Tahun Pelajaran diisi dengan tahun Pelajaran yang direncanakan. 2. Organisasi diisi dengan Nama Sekolah 3. Kolom 1 (kode rekening) diisi dengan kode rekening akun, kelompok, jenis, obyek, rincian obyek belanja tidak langsung. 4. Kolom 2 (uraian) diisi dengan uraian nama akun, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek belanja tidak langsung 5. Kolom 3 (volume) diisi dengan jumlah satuan dapat berupa jumlah orang/pegawai. 6. Kolom 4 (satuan) diisi dengan satuan hitung dari target rincian obyek yang direncanakan seperti unit, waktu/jam/hari/bulan/tahun, ukuran berat, ukuran luas, ukuran isi dan sebagainya. 7. Kolom 5 (tarif/harga) diisi dengan harga satuan dapat berupa tarif, harga 8. Kolom 6 (jumlah tahun n) diisi dengan jumlah perkalian antara jumlah volume dengan jumlah satuan dan harga satuan. Setiap jumlah uraian rincian obyek dijumlahkan menjadi jumlah rincian

obyek belanja. Setiap jumlah rincian obyek pada masing-masing obyek belanja selanjutnya dijumlahkan menjadi obyek belanja berkenaan. Setiap obyek belanja pada masing-masing jenis belanja kemudian dijumlahkan menjadi jumlah jenis belanja. 9. Kolom 7 (jumlah tahun n + 1) diisi dengan perkiraan jumlah menurut jenis belanja untuk 1 tahun berikutnya. 10. Baris jumlah pada kolom 7 merupakan penjumlahan dari seluruh jenis belanja tidak langsung yang tercantum dalam kolom 7. 4. Cara Pengisian Formulir RKAS 2.2.1. Formulir RKAS 2.2.1 digunakan untuk merencanakan belanja langsung dari setiap kegiatan yang diprogramkan.dengan demikian apabila dalam 1 (satu) program terdapat 1 (satu) atau lebih kegiatan maka setiap kegiatan dituangkan dalam formulir RKAS 2.2.1 masingmasing.pengisian jenis belanja langsung supaya mempedomani ketentuan pasal 50 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006.Untuk memenuhi azas transparansi dan prinsip anggaran berdasarkan prestasi kerja, pengisian rincian perhitungan tidak diperkenankan mencantumkan satuan ukuran yang tidak terukur, seperti paket, pm, up, lumpsum. 1. Tahun Pelajaran diisi Tahun Pelajaran yang direncanakan. 2. Organisasi diisi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Purworejo. 3. Unit Kerja diisi dengan Nama Sekolah 4. Baris kolom program inmi diisi dengan nomor kode program dan nama program dari kegiatan yang berkenaan. Program merupakan instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan atau kegiatan siswa yang dikoordinasikan pihak sekolah untuk mencapai sasaran dan tujuan kegiatan yang ditetapkan untuk memperoleh alokasi anggaran. 5. Baris kolom kegiatan ini diisi dengan kode kegiatan dan nama kegiatan yang akan dilaksanakan.kegiatan merupakan tindakan yang akan dilaksanakan sesuai dengan program yang direncanakan untuk memperoleh keluaran atau hasil tertentu yang diinginkan dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. 6. Baris kolom lokasi kegiatan diisi dengan nama lokasi atau tempat dari setiap kegiatan yang akan dilaksanakan.lokasi atau tempat dimaksud dapat berupa nama desa, kelurahan,kecamatan.

7. Baris kolom Jumlah Tahun n-1 diisi dengan jumlah perkiraan belanja kegiatan berkenaan untuk 1 (satu) tahun sebelumnya. 8. Baris kolom Jumlah Tahun n diisi dengan jumlah perkiraan belanja kegiatan berkenaan pada tahun yang direncanakan. 9. Baris kolom Jumlah Tahun n+1 diisi dengan jumlah perkiraan belanja kegiatan berkenaan untuk tahun berikutnya. 10. Indikator dan tolok ukur belanja langsung : Contoh 1 : Program : Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun : Kegiatan : Pembangunan Gedung Sekolah SMP - Tolok ukur untuk capaian program : kualitas pendidikan bagi seluruh anak usia pendidikan SMP - Target kinerja untuk capaian program : 1000 anak didik usia SMP - Tolok ukur untuk masukan : jumlah dana yang dibutuhkan - Target kinerja dari tolok ukur masukan : Rp. 5 Miliar - Target ukur untuk keluaran : tersedianya ruang belajar bagi peserta didik SMP - Target kinerja dari tolok ukur keluaran : 5 gedung SMP - Tolok ukur untuk hasil : tersedianya ruang belajar yang dapat menampung peserta didik SMP - Target kinerja dari tolok ukur hasil : 5 gedung untuk 6000 peserta didik atau 60 % dari target capaian program. 11. Kelompok sasaran kegiatan diisi dengan penjelasan terhadap karakteristik kelompok sasaran seperti status ekonomi dan gender. Contoh : peserta didik usia SMP yang belum tertampung di sekolah SMP. 12. Kolom 1 (kode rekening) diisi dengan kode rekening, akun, kelompok, jenis, obyek, rincian obyek belanja langsung. 13. Kolom 2 (uraian) diisi dengan uraian nama akun, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek belanja langsung. 14. Kolom 3 (volume) diisi dengan jumlah satuan dapat berupa jumlah orang/pegawai dan barang. 15. Kolom 4 (satuan) diisi dengan satuan hitung dari target rincian obyek yang direncanakan seperti unit, waktu / jam / hari / bulan / tahun, ukuran berat, ukuran luas, ukuran isi dan sebagainya. 16. Kolom 5 (harga satuan) diisi dengan harga satuan dapat berupa tarif, harga

17. Kolom 6 (jumlah) diisi dengan jumlah perkalian antara jumlah satuan dengan jumlah volume dan harga satuan. Setiap jumlah uraian rincian obyek dijumlahkan menjadi jumlah rincian obyek belanja. Setiap jumlah rincian obyek pada msing-masing obyek belanja selanjutnya dijumlahkan menjadi obyek belanja berkenaan. Setiap obyek belanja pada masing-masing jenis belanja kemudian dijumlahkan menjadi jumlah jenis belanja.penjumlahan dari seluruh jenis belanja kemudian dijumlahkan menjadi jumlah jenis belanja. Penjumlahan dari seluruh jenis belanja merupakan jumlah kelompok belanja Langsung yang dituangkan dalam formulir RKAS 2.2. 18. Baris jumlah pada kolom 7 merupakan penjumlahan dari seluruh jenis belanja Langsung yang tercantum dalam kolom 7. 5. Cara Pengisian Formulir RKAS 2.2 Formulir RKAS 2.2 merupakan formulir rekapitulasi dari seluruh program dan kegiatan sekolah yang dikutip dari setiap formulir RKAS 2.2.1 (Rincian Anggaran Belanja Langsung menurut Program dan Per Kegiatan Sekolah) 1. Tahun Pelajaran diisi dengan tahun Pelajaran yang direncanakan. 2. Organisasi diisi dengan Nama Sekolah 3. Kolom 1 (kode program) diisi dengan nomor kode program. 4. Kolom 2 (kode kegiatan) diisi dengan nomor kode kegiatan. 5. Untuk nomor kode program dan kegiatan tersebut pada angka 5 dan 6 tersebut diatas disesuaiakan dengan kebutuhan sekolah. 6. Kolom 3 (uraian) diisi dengan uraian nama program yang selanjutnya diikuti penjabaran uraian kegiatan untuk mendukung terlaksananya program dimaksud. 7. Kolom 4 (lokasi kegiatan) diisi dengan nama lokasi atau tempat setiap kegiatan dilaksanakan.lokasi atau tempat dimaksud dapat berupa nama desa/kelurahan atau kecamatan. 8. Kolom 6 (Jumlah Tahun n belanja pegawai) diisi dengan jumlah belanja pegawai per program dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam tahun pelajaran yang direncanakan. Jumlah belanja pegawai per program merupakan penjumlahan dari seluruh jumlah belanja pegawai per kegiatan yang termasuk dalam program dimaksud, sedangkan untuk jumlah belanja pegawai setiap kegiatan merupakan jumlah belanja pegawai untuk mendukung pelaksanmaan masing-masing kegiatan. 9. Kolom 7 (Jumlah Tahun n barang & jasa) diisi dengan jumlah belanja barang dan jasa per program dan kegiatan yang akan

dilaksanakan dalam tahun pelajaran yang direncanakan. Jumlah belanja barang dan jasa per program merupakan penjumlahan dari seluruh jumlah nelanja barang dan jasa per kegiatan yang termasuk dalam program dimaksud, sedangkan untuk jumlah belanja barang dan jasa setiap kegiatan merupakan jumlah belanja barang dan jasa untuk mendukung pelaksanaan masingmasing kegiatan. 10. Kolom 8 (Jumlah Tahun n barang & jasa) diisi dengan jumlah belanja modal per program dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam tahun pelajaran yan g direncanakan.jumlah belanja modal per program merupakan penjumlahan dan seluruh jumlah belanja modal per kegiatan yang termasuk dalam program dimaksud, sedangkan untuk jumlah belenja modal setiap kegiatan merupakan jumlah belanja modal untuk mendukung pelaksanaan masingmasing kegiatan. 11. Kolom 9 (jumlah Tahun n) diisi dengan jumlah menurut program dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam tahun pelajaran yang direncanakan. Jumlah program merupakan penjumlahan dari seluruh jumlah kegiatan yang termasuk dalam program dimaksud, sedangkan untuk jumlah setiap kegiatan merupakan penjumlahan dari seluruh jenis belanja untuk mendukung pelaksanaan masingmasing kegiatan. 12. Kolom 10 (jumlah Tahun n +1) diisi dengan jumlah menurut program dan kegiatan yang akan dilaksanakan 1 tahun berikutnya dari tahun pelajaran yang direncanakan. Kolom ini diisi apabila program dan kegiatan tersebut diselesaikan lebih dari satu tahun.dalam hal program dan kegiatan tersebut dalam tahun yang direncanakan merupakan tahun terakhir maka kolom 10 tidak perlu diisi. 13. Baris jumlah pada kolom 6,7,8,9 dan kolom 10 diisi dengan penjumlahan dari seluruh jumlah program yang tercantum dalam kolom 6,7,8,9 dan kolom 10. 6. Cara Pengisian Formulir RKAS 3.1 Formulir ini tidak diisi oleh satuan kerja perangkat daerah lainnya termasuk sekolah, pengerjaannya dilakukan oleh satuan kerja pengelola keuangan daerah. 7. Cara Pengisian Formulr RKAS 3.2

Formulir ini tidak diisi oleh satuan kerja perangkat daerah lainnya termasuk sekolah, pengerjaannya dilakukan oleh satuan kerja pengelola keuangan daerah. Urutan Penyusunan APBS Guna mempermudah penataan, evaluasi dan pengesahan maka RAPBS disusun urut sebagai berikut : 1. Cover APBS masing-masing sekolah 2. Lembar Pengesahan Tim peneliti APBS 3. Surat Keputusan Kepala Sekolah tentang Penetapan APBS 4. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran sekolah masing-masing 5. Data kode dan nama formulir APBS 6. Formulir RKAS 7. Formulir RKAS 1 8. Formulir RKAS 1.1, 1.2, 1.3, dst 9. Formulir RKAS 2.1 10. Formulir RKAS 2.2 11. Formulir RKAS 2.2.1, 2.2.2, 2.2.3, dst 12. Formulir RKAS 3.1 13. Formulir RKAS 3.2 14. Rencana penggunaan dana per jenis anggaran/sumber dana 15. Rencana penggunaan dana per triwulan 16. Daftar hadir rapat pleno bersama komite dan orang tua siswa 17. Ringkasan / notulen hasil rapat pleno RAPBS yang ditetapkan sebelum dievaluasi dan disahkan dibuat dalam rangkap satu dan tidak dibendel. IV. PENETAPAN Mengacu peraturan Bupati Purworejo nomor 16.A tahun 2008 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Sekolah Kabupaten Purworejo pasal 18 bahwa RAPBS yang telah disusun oleh Kepala Sekolah dan guru bersama-sama Komite Sekolah dengan mendasarkan pada Rencana Kerja Sekolah maupun Rencana Kerja Tahunan. dibahas dalam forum musyawarah sekolah dengan menghadirkan orangtua/wali murid. Hasil pembahasan bersama yang menghadirkan orang tua / wali murid (ringkasan hasil rapat bersama) dituangkan dalam daftar atau notulen hasil rapat. Sedangkan kedatangan orang tua / wali murid dibuatkan daftar hadir. RAPBS yang telah disepakati bersama dalam forum musyawarah sebagaimana dimaksud di atas selanjutnya ditetapkan oleh Kepala Sekolah dengan memperhatikan pertimbangan Komite Sekolah

V. EVALUASI DAN PENGESAHAN RAPBS RAPBS yang telah ditetapkan oleh Kepala Sekolah segera dikirimkan kepada Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupatren untuk mendapatkan evaluasi dan pengesahan. Evaluasi dan pengesahan RAPBS yang telah ditetapkan oleh Kepala Sekolah dan diketahui oleh komite sekolah untuk tingkat satuan pendidikan sekolah dasar didelegasikan kepada Kepala Unit Pelaksana Teknis Pendidikan dan Kebudayaan wilayah masing-masing. Sedangkan untuk tingkat SMP/SMA/SMK oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten. Bagi Sekolah Swasta sebelum RAPBS disampaikan kepada Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk mendapatkan evaluasi dan pengesahan, maka RAPBS tersebut disampaikan terlebih dahulu kepada Penyelenggara Satuan Pendidikan untuk mendapat persetujuan. Tahapan Pelaksanaan Evaluasi : 1. Pelaksanaan Evaluasi dilakukan oleh Tim yang dibentuk dan ditetapkan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. 2. Hasil evaluasi oleh Tim, apabila mengharuskan adanya penyempurnaan segera dikembalikan kesekolah untuk diperbaiki. 3. Revisi, penyempurnaan atau perbaikan RAPBS dari sekolah segera dikirimkan kembali ke Dinas untuk dimintakan pengesahan sebagai APBS. 4. Tim atau pegawai yang ditunjuk untuk menandatangani pengesahan ditetapkan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. 5. Setelah pengesahan, APBS dikembalikan ke sekolah untuk dilaksanakan sekolah dengan mengacu pada peraturan yang berlaku sesuai petunjuk pelaksanaan / petunjuk teknis masing masing sumber dana. Jadwal secara keseluruhan sebagai berikut : 1 Rapat Koordinasi Materi Penyusunan RAPBS :.. 2 Pelaksanaan Penjelasan Teknis.. Juni Penyusunan RAPBS : 2011 3. Penyusunan RAPBS di Sekolah : s/d 6 Juli 2011 4 Pengiriman RAPBS ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan : s/d 10 Juli 2011 5 Penelitian oleh Tim Dinas : s/d 20 Juli

Pendidikan dan Kebudayaan 2011 6 Pengambilan RAPBS setelah s/d 24 Juli diteliti : 2011 7. Pengembalian ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan : s/d 25 Juli 2011 setelah direvisi dan ditandatangani oleh Kepala Sekolah 8. Pengesahan oleh Tim dan Kepala Dinas : s/d 30 Juli 2011 9. s/d 30 Juli Pengambilan APBS oleh Sekolah : 2011 VI. PERUBAHAN RAPBS Pada Peraturan Bupati Purworejo nomor 16. A Tahun 2008 Bab VII pasal 21tentang Perubahan APBS disebutkan bahwa : 1) Perubahan APBS dapat dilakukan apabila terjadi : a. perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi Rencana Kerja Sekolah; b. keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar kegiatan dan jenis belanja; c. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan dalam tahun berjalan; d. keadaan darurat dan keadaan luar biasa. 2) Hal-hal yang menyebabkan terjadinya perubahan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibahas bersama dengan komite sekolah dan dituangkan dalam Usulan Perubahan APBS. 3) Perubahan APBS hanya dapat dilakukan satu kali dalam satu tahun anggaran sekolah, kecuali dalam keadaan luar biasa. 4) Keadaan luar biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah suatu keadaan yang menyebabkan estimasi penerimaan dan/atau pengeluaran dalam APBS mengalami kenaikan atau penurunan lebih besar dari 50 % 5) Pengesahan Perubahan APBS dilakukan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setelah diteliti oleh Tim Peneliti APBS. 6) Perubahan anggaran dapat berupa penggeseran antar kegiatan, antar jenis belanja, antar obyek belanja dan antar rincian obyek belanja. 7) Perubahan yang akan dilaksanakan harus dibahas dalam forum musyawarah sekolah untuk mendapatkan kesepakatan bersama guru dan komite sekolah. Hasil musyawarah dituangkan dalam berita acara yang ditandatangani Kepala Sekolah, komite sekolah dan perwakilan dari guru. 8) RKAS yang mengalami perubahan dalam tahun berjalan seluruhnya harus disalin kembali ke dalam RKAS sekolah masing-masing.

9) Dalam RKAS tersebut di atas terdapat rincian obyek pendapatan, belanja dan pembiayaan yang mengalami penambahan atau pengurangan atas penggeseran harus disertai dengan penjelasan latar belakang perbedaan jumlah anggaran baik sebelum dilakukan perubahan maupun setelah dilakukan perubahan. 10) Contoh rekap format perubahan terlampir PELAKSANAAN APBS Pelaksanaan program dan kegiatan yang dananya telah dianggarkan pada APBS : a. Dilaksanakan berdasarkan rencana kerja tahunan; b. Dilaksanakan oleh penanggung jawab kegiatan yang didasarkan pada ketersediaan sumber daya yang ada. c. Dilaksanakan sesuai dengan apa yang tertuang dalam APBS d. Pelaksanaan kegiatan sekolah yang tidak sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan perlu mendapat persetujuan melalui rapat dewan pendidik dan komite sekolah. VIII. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN 1. Format yang digunakan untuk penyusunan APBS harus sesuai dengan yang sudah ditentukan 2. Program dan Kegiatan yang ditentukan harus mendukung Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran sekolah yang sudah ditetapkan 3. Seluruh bentuk Pendapatan dan Belanja / pengeluaran harus dianggarkan dalam kegiatan pada format RKAS 4. Besaran satuan harga tidak boleh melebihi standard indek biaya yang telah ditetapkan Bupati 5. Pemberian honor honor yang tidak merefleksikan kegiatan langsung tidak diperkenankan ( honor Kepala Sekolah, honor Wakil Kepala, honor Wali Kelas, honor Komite Sekolah ) 6. Kegiatan di luar jam sekolah yang ditetapkan yang bisa dianggarkan adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah jam 14.00 7. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Pendidikan Nasional No. 186/MNP/KU/2008 tanggal 2 Desember 2008, menegaskan bahwa dengan kenaikan kesejahteraan guru PNS dan kenaikan anggaran BOS sejak Januari 2009, semua SD dan SMP Negeri harus membebaskan siswa dari biaya operasional sekolah kecuali pada sekolah kategori Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) 8. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 37 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Bantuan

Operasional Sekolah (BOS) Tahun Anggaran 2011 pada Tujuan Khusus Program BOS disebutkan bahwa : a. Membebaskan pungutan bagi seluruh siswa SD negeri dan SMP negeri terhadap biaya operasi sekolah, kecuali pada rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan sekolah bertaraf internasional (SBI). b. Membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan dalam bentuk apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta. c. Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah swasta. 9. Tarikan dana / iuran siswa / komite hanya diperkenankan guna mencukupi kekurangan kebutuhan operasional seperti yang diamanatkan pada Permendiknas Nomor 69 tahun 2009 tentang Standar Biaya Operasi Non personalia Tahun 2009 Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) 10. Kelebihan iuran siswa / komite sekolah dari amanat Permendiknas tersebut digunakan untuk biaya investasi ataupun pengembangan institusi sekolah. 11. Investasi yang akan dilaksanakan oleh sekolah agar diprioritaskan untuk kepentingan siswa sebagai contoh buku buku teks mata pelajaran, buku sumber dan buku buku bacaan di perpustakaan, alat pembelajaran siswa di laboratorium, perabot dan meubelair siswa, peralatan dan perlengkapan pembelajaran siswa maupun lainnya. 12. Sambil menunggu petunjuk teknis lebih lanjut tentang tata cara dan mekanisme pengaturan dana komite sekolah, dan peraturan iuran sekolah dari pemerintah pusat, diminta dalam penyusunan APBS, sekolah mentaati hal-hal yang perlu diperhatikan di atas. Purworejo, 2011 Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo Drs. BAMBANG ARYAWAN, MM

NIP. 19601004 198603 1 012