II. SISTEM MONITORING DAN EVALUASI PROYEK

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN SISTEM MONITORING DAN EVALUASI PROYEK AGROINDUSTRI JAMBU METE NAPISMAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Monitoring dan Evaluasi dalam Program Pemberdayaan

2013, No BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-01.PW TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN INTERN PEMASYARAKATAN.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 133/PMK.01/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT KOMITE PENGAWAS PERPAJAKAN

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

TINJAUAN PUSTAKA. dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berpikir, cara kerja dan

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III MEKANISME PELAKSANAAN EVALUASI KINERJA DENGAN PENYUSUNAN INDIKATOR DAN SASARAN KINERJA

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

WALIKOTA BANJARBARU PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG

MANAJEMEN DALAM KOPERASI

PEDOMAN UMUM MONITORING, EVALUASI, DAN PELAPORAN MINAPOLITAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dampak

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG

SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No. 78 Telepon (0421) Fax. (0421) 24330

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2011 T E N T A N G PEMBENTUKAN BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN KONAWE UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN KOPERASI

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran

PEMERINTAH KOTA KEDIRI KEDIRI KEDIRI

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 82 TAHUN 2008 TENTANG

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 17 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/XI/2010 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA MAKRO

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PUSAT KERJASAMA LUAR NEGERI

PEMERINTAH KOTA DUMAI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

PEDOMAN PENGAWASAN BAB I U M U M. Pasal 1

TINJAUAN PUSTAKA. pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi

KATA PENGNTAR RKT INSPEKTORAT

REFORMASI BIROKRASI KATA PENGANTAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

BAB IV SUSUNAN ORGANISASI DAN ESELON

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN BLITAR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

BERITA NEGARA. Ombudsman RI. Organisasi dan Tata Kerja. PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH

BAB IV MEKANISME PELAKSANAAN EVALUASI KINERJA DENGAN STUDI EVALUASI KINERJA

- 1 - WALIKOTA GORONTALO,

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS BALAI LATIHAN KERJA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

Penetapan Konteks Komunikasi dan Konsultasi. Identifikasi Risiko. Analisis Risiko. Evaluasi Risiko. Penanganan Risiko

BAB I PENDAHULUAN Evaluasi Kinerja Proyek Pembangunan (EKPP)

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1974 POKOK-POKOK ORGANISASI DEPARTEMEN TENTANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

BUPATI BANGKA. Jalan A. Yani (Jalur Dua) Sungailiat Bangka Telp. : (0717) Faximile : (0717) 92534

BAB II KAJIAN TEORI. pengawasan (control) sebagai berikut : control is the process by which an executive

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG

BUPATI BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 66 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KOTA DUMAI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TATA CARA PELAKSANAAN MONITORING & EVALUASI KEGIATAN KONSERVASI SUMBER DAYA AIR

2017, No Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

-1- GUBERNUR BALI, Jdih.baliprov.go.id

BAB I PENDAHULUAN. maksimal sehingga laba yang diharapkan untuk diperoleh juga maksimal.

GUBERNUR JAWA TENGAH

PEMERINTAH KOTA KEDIRI SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KOTA KEDIRI

BUPATI GUNUNGKIDUL BUPATI GUNUNGKIDUL,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 18 TAHUN 2008

PEMERINTAH KOTA DUMAI

GUBERNUR BALI, Mengingat

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 73 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 16 TAHUN 2008 T E N T A N G

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR : 6 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PESISIR SELATAN

7. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia;

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

II. SISTEM MONITORING DAN EVALUASI PROYEK 2.1 Sistem Monitoring dan Evaluasi Monitoring merupakan kegiatan mencakup pengamatan/peninjauan secara terus-menerus atau berkala dan kegiatan mengawasi, yang dilakukan oleh pengelola proyek di setiap tingkat pelaksanaan kegiatan, untuk memastikan bahwa semua hasil yang ditargetkan berjalan sesuai dengan rencana. Monitoring menyediakan umpan balik berkelanjutan mengenai pelaksanaan proyek kepada pimpinan dan pejabat penting lainnya. Monitoring mengidentifikasi keberhasilan dan permasalahan yang terjadi sebenarnya dan yang mungkin terjadi sedini mungkin (USDA, 1993). Evaluasi merupakan suatu proses dalam menentukan relevansi, efisiensi, efektifitas dan dampak kegiatan-kegiatan program sesuai dengan tujuan yang akan dicapai secara sistematik dan obyektif. Evaluasi merupakan proses penyempurnaan kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan, membantu perencanaan, penyusunan program dan pengambilan keputusan (Diwan, 1997). Kegiatan evaluasi akan membantu para pengambil keputusan dengan menyediakan informasi tentang langkah-langkah penyesuaian pelaksanaan proyek atau segi lainnya serta informasi untuk keperluan semua asumsi dan hipotesa yang telah dirumuskan selama masa persiapan proyek. Menurut Mardikanto (1992), kegiatan evaluasi mencakup kegiatan: (1) observasi (pengamatan), (2) membanding-bandingkan antara hasil pengamatan dengan pedoman-pedoman yang ada, dan (3) pengambilan keputusan atau penilaian atas obyek yang diamati. Evaluasi sebagai proses pengambilan keputusan melalui kegiatan membanding-bandingkan hasil pengamatan terhadap suatu obyek. Jadi dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu aspek penting dan harus dilakukan dalam evaluasi. Slamet (2003), mengemukakan bahwa evaluasi mencakup enam pokok yang perlu masing-masing dipertimbangkan, yaitu: (1) tujuan dari program yang akan dinilai, baik program maupun kegiatan program harus selalu mempunyai tujuan yang dijadikan pedoman lebih lanjut, (2) metoda-metoda/kegiatan-kegiatan

6 yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, (3) penentuan, pengumpulan, analisa dan interpretasi data atau bukti-bukti, (4) membandingkan hasil-hasil yang dicapai dengan hasil-hasil yang diharapkan, (5) mengambil kesimpulan dari pembandingan tersebut, dan (6) penggunaan hasil evaluasi itu untuk penyusunan program-program berikutnya. Pada dasarnya tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai atau menyimpang dari pedoman yang ditetapkan, atau untuk mengetahui tingkat kesenjangan antara keadaan yang telah dicapai dengan keadaan yang dikehendaki atau seharusnya dapat dicapai, dengan demikian akan dapat diketahui tingkat efektifitas dan efisiensi yang dikehendaki. Tiga matra kegunaan evaluasi program, yaitu: (1) kegunaan bagi kegiatan itu sendiri, (2) kegunaan bagi para pelaksana program, dan (3) kegunaan bagi pelaksana evaluasi (Mardikanto, 1992). 2.2 Proyek Gittinger (1986), menjelaskan bahwa proyek adalah suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan atau manfaat-manfaat setelah beberapa priode waktu. Selain sebagai kegiatan investasi, proyek juga merupakan kegiatan produksi dan darinya dapat ditentukan kuantifikasi yang biasanya pada proyek-proyek pertanian dihitung nilainya. Reksoputranto (1992), proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan manfaat bagi masyarakat dan dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai suatu unit. Proyek adalah suatu pelaksanaan pekerjaan yang terencana, mencakup serangkaian kegiatan yang saling berkaitan dan terkoordinasi untuk mencapai suatu tujuan khusus, dengan jumlah dana dan jangka waktu tertentu. Proyek bertujuan untuk mengubah seperangkat sumber-sumber daya menjadi hasil yang diinginkan melalui serangkaian kegiatan atau proses. Sumber daya yang diubah itu disebut input (masukan) sedangkan hasil yang dicapai dibagi menjadi tiga golongan yaitu, output (hasil), efek (pengaruh langsung) dan dampak (Departemen Monitoring dan Evaluasi IFAD, 1990).

7 Aji dan Sirait (1982), mengemukakan tiga masalah dasar yang dapat diatasi dalam desain proyek dengan pendekatan kerangka logis, yaitu: (1) adanya kejelasan perencanaan proyek yang meliputi cara yang digunakan dan tujuan yang diinginkan dengan kriteria dan ukuran keberhasilan proyek yang telah disepakati, (2) adanya kejelasan tanggung jawab pengelola proyek yang mencakup wewenang dan hal-hal yang diluar kontrol pengelola proyek, dan (3) adanya kejelasan peranan evaluasi terhadap suatu proyek yang sedang berlangsung maupun ketika telah selesai. 2.3 Indikator Kinerja Aji dan Sirait (1982) menyatakan bahwa indikator kinerja merupakan ukuran dari suatu pengelola proyek untuk menentukan di dalam suatu waktu dan tempat tertentu melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan suatu proyek. Untuk mempermudah perhitungan dalam peramalan pelaksanaan proyek, pengelola proyek membuat indikator penentu yang merupakan sasaran-sasaran antara sehingga indikator tersebut akan dievaluasi pada saat proyek dilaksanakan. Departemen Monitoring dan Evaluasi IFAD (1990), indikator adalah alat untuk memantau dan mengevaluasi efek-efek dari suatu kegiatan. Batasan indikator adalah ukuran-ukuran obyektif dan spesifik, yang mencerminkan perubahan/hasil yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan. Indikator dirancang untuk menyediakan suatu standar/alat ukur kemajuan suatu kegiatan dibandingkan target, baik input (indikator input) yang digunakan seperti dana, SDM, teknologi dan sumberdaya lainnya, output yang dihasilkan (indikator output) misalnya hasil fisik berupa luas lahan (hektar) jumlah koperasi yang terbentuk, pembangunan sarana dan prasarana pendukung lainnya atau pelayanan/jasa berupa pelatihan, jasa kredit, maupun tujuan yang dicapai (indikator efek) contohnya hasil yang diperoleh dari penggunaan output proyek seperti pertambahan hasil pertanian dan peningkatan pelayanan bagi masyarakat, sedangkan indikator dampak (impact) adalah hasil yang diperoleh dari efek proyek misalnya peningkatan pendapatan, perubahan sosial ekonomi, peningkatan SDM. Indikator memberikan data kualitatif dan kuantitatif dalam perumusan tujuan yang merupakan pernyataan tentang situasi yang akan terjadi bila tujuan sudah dicapai. Kemampuan untuk merumuskan indikator setelah melakukan

8 konsultasi dengan pejabat proyek dan menyetujui nilai dan waktu sasaran, merupakan peragaan agar tujuan proyek dapat dinyatakan dengan jelas, dipahami dan mendapat dukungan. Untuk menjamin tersedianya informasi tentang kemajuan suatu proyek mulai dari tahap awal pelaksanaan, indikator perlu disusun sedemikian rupa. Pendekatan kerangka logis terhadap desain proyek memberikan susunan yang cukup efisien dengan menerima hirarki tujuan yang dipergunakan untuk mendapatkan indikator (Departemen Evaluasi Pengoperasian Bank Dunia, 1996). Secara skematis kegiatan monitoring dan evaluasi dalam proyek dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Skema Kegiatan Monitoring dan Evaluasi dalam Proyek Tujuan Dasar Monitoring Melacak mengamati/mengawasi perkembangan pelaksanaan proyek dan berbagai komponennya, dikaitkan dengan pencapaian targettarget, penanggulangan kendala dan kesenjangan yang timbul, secara tepat waktu, dan mengambil tindakan korektif jika diperlukan. Sumber-Sumber Informasi Evaluasi Ongoing Mengetahui apakah tercapai kesinambungan relevansi serta output, efektivitas dan dampak kegiatan proyek yang timbul atau akan/ mungkin timbul selama proyek berlangsung dan memberikan koreksikoreksi penting jika diperlukan. Evaluasi Terminal dan Expost Mengkaji keseluruhan output, efek, dan dampak proyek, serta menarik pelajaran atau manfaat dari pengalamanpengalaman penyelenggaraan proyek masa yang lalu. Laporan administratif berkala dan hasil pengamatan Pelaporan Pengkajian mendalam, observasi partisipan, survey sample Survey sosial ekonomi Pelaporan ditujukan kepada: Pemimpin Proyek dan para suvervisor di semua tingkatan organisasi proyek, kelompok sasaran, dan organisasi yang menyediakan dana Pelaporan ditujukan kepada: Pengelola Proyek, penentu kebijaksanaan, kelompok sasaran dan organisasi yang menyediakan dana Sumber : Departemen Evaluasi Pengoperasian Bank Dunia (1996). Sama seperti pada evaluasi on going dan dimungkinkan pula dilaksanakan oleh kelompok sasaran dan/atau lembaga perwakilannya

9 Proyek UFDP dalam proses pelaksanaan dilakukan suatu pengukuran kinerja terhadap pelaksanaan tujuan proyek. Tujuan proyek secara umum dapat dibagi dalam tujuan proyek jangka pendek dan jangka panjang. Indikator kinerja dalam jangka pendek berdasarkan kepada program kerja dan rencana kerja proyek, program dasar kegiatan pelatihan petugas dan petani, petunjuk teknis jambu mete proyek. Indikator kinerja untuk jangka panjang dapat dilihat melalui tingkat kesejahteraan petani dan keluarganya melalui peningkatan taraf hidup petani yang berbasis kepada pertanian yang berkelanjutan. Menurut Casley dan Kumar (1991), pemilihan indikator yang tepat merupakan hal yang sangat penting karena mempunyai akibat-akibat terhadap para pemakai yang akan dilayani, priode pelaporan dan cara-cara pengumpulan data. Indikator yang tidak tepat dapat merusak sistem monitoring dan evaluasi. Lebih lanjut kegagalan ditutup ketika para manajer memilih semua indikator yang muncul di benak mereka atau yang tersusun pada berbagai pedoman. Begitu daftar semakin panjang, jumlah indikator menjadi semakin tidak tepat guna. 2.4 Sistem Monitoring dan Evaluasi Proyek Pertanian Sistem monitoring evaluasi proyek Departemen Pertanian dibagi dalam beberapa hirarki, yaitu hirarki terendah adalah Bagian Proyek (Bagpro), kemudian secara berjenjang ke atas adalah Proyek, Unit Eselon: Setditjen, Setbadan), dan Departemen Pertanian (Setjen). Hirarki yang lebih rendah memberi laporan kepada yang lebih tinggi (panah garis putus), untuk kemudian dikoordinasi, direkapitulasi, dianalisis, disentesis, dan diarsipkan dengan sistem katalog, hirarki yang lebih tinggi melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pada hirarki dibawahnya (panah garis tebal). Untuk keperluan pengawasan dan pengendalian setiap jenjang menyampaikan tembusan laporan kepada Inspektorat Jenderal. Hirarki sistem monitoring diperlihatkan pada Gambar 2.1 Sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 431/Kpts/RC.210/7/2000 mengenai pedoman umum sistem monitoring, evaluasi, dan pelaporan program/proyek dilingkungan departemen pertanian.

10 BAPPENAS Nasional Departemen Pertanian (Form D) Sektor/Program Unit : Eselon (Form C) Sub Sektor/Sub Program Proyek (Form B) Proyek/Kegiatan Bagian Proyek (Form A) Bagian Proyek/Kegiatan Keterangan: Monitoring dan evaluasi Laporan Gambar 2.1 Hirarki Sistem Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan Departemen Pertanian (Deptan, 2000).