BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau kesehatan rujukan dan upaya kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya diharapkan senantiasa memperhatikan fungsi sosial dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Mutu pelayanan rumah sakit sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yang paling dominan adalah sumber daya manusia (Depkes RI, 2002 dalam Prihatini, 2007). Perawat sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan, tidak hanya dituntut untuk menunjukkan kemampuan dan profesionalitasnya semata dalam melaksanakan semua tindakan medis keperawatan. Seorang perawat juga diharapkan memiliki sensitivitas emosional dalam menghadapi semua pasien yang ditanganinya dengan berbagai situasi dan kondisi psikologis (Pieter & Lubis, 2010). Beban kerja merupakan siklus frekuensi kegiatan rata-rata dari masing-masing pekerjaan dalam jangka waktu tertentu. Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang perawat menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.beban kerja berkaitan erat dengan produktifitas tenaga kesehatan, dimana 53,2% waktu yang benar-benar produktif yang digunakan pelayanan kesehatan langsung dan sisanya 39,9% digunakan untuk kegiatan penunjang (Gani, dalam Irwandy, 2007). Beban kerja yang banyak disertai tuntutan dari pihak keluarga pasien menyebabkan perawat harus selalu bergegas dan terburu-buru dalam melakukan tindakan 1
2 keperawatan (Djojodibroto, 1997). Beberapa aspek yang berhubungan dengan beban kerja tersebut adalah jumlah pasien yang harus dirawat, kapasitas kerjanya sesuai dengan pendidikan yang diperoleh, shift yang digunakan untuk mengerjakan tugasnya yang sesuai dengan jam kerja yang berlangsung setiap hari, serta kelangkapan fasilitas yang dapat membantu perawat menyelesaikan kerjanya dengan baik (Irwandy, 2007 dalam Prihatini, 2007). Kondisi dan beban kerja di Instalasi Gawat Darurat (IGD) perlu diketahui agar dapat ditentukan kebutuhan kuantitas dan kualitas tenaga perawat yang diperlukan dalam ruang IGD sehingga tidak terjadi beban kerja yang tidak sesuai yang akhirnya menyebabkan stres kerja. Bila banyaknya tugas tidak sebanding dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waktu yang tersedia maka akan menjadi sumber stres (Ilyas, 2000). Stres merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Stres dapat muncul apabila seseorang mengalami beban atau tugas berat dan orang tersbut tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan berespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat mengalami stres (Selye, 1950 dalam Hidayat, 2011). Stres kerja perawat dapat terjadi apabila perawat dalam bertugas mendapatkan beban kerja yang lemebihi kemampuannya sehingga perawat tersebut tidak mampu memenuhi atau menyelesaikan tugasnya, maka perawat tersebut dikatakan mengalami stres kerja.manifestasi dari stres kerja perawat antara lain akibat karakterisasi pasien, pengkajian terhadap pasien, dan aspek lingkungan kerja yang mengganggu merupakan langkah awal dalam menangani masalah-masalah yang datang mengenai tingkat kepadatan ruangan emergency, efisiensi pelaksanaan tugas, serta adanya tuntutan untuk menyelamatkan pasien (Levin et al, 2004). Salah satu perawat yang memiliki tugas dantanggung jawab besar adalah perawat IGD. Karena selain bertugas melayani semua kasus pasien yang masuk ke rumah
3 sakit, perawat IGD juga dituntut untuk memiliki kemampuan lebih di banding dengan perawat yang melayani pasien di ruang yang lain. Selain itu perawat yang bertugas di ruang IGD juga wajib membekali diri mereka dengan ilmu pengetahuan, keterampilan, bahkan dianggap perlu mengikuti pelatihan-pelatihan yang menunjang kemampuan perawat dalam menangani pasien secara cepat dan tepat sesuai dengan kasus yang masuk ke IGD. Perawat juga dituntut untuk mampu bekerjasama dengan tim kesehatan lain serta dapat berkomunikasi dengan pasien dan keluarga pasien yang berkaitan dengan kondisi kegawatan kasus di ruang tersebut. Sehingga perawat IGD beresiko terhadap terjadinya stres kerja (Rahardjo, 2007). Hasil penelitian yang di lakukan oleh Supardi, (2007) di dapatkan bahwa kondisi kerja memperlihatkan kontribusi paling besar terhadap terjadinya stres kerja kemudian tipe kepribadian dan beban kerja. Akibat negatif dari meningkatnya beban kerja adalah kemungkinan timbul emosi perawat yang tidak sesuai yang di harapkan pasien. Beban kerja yang berlebihan ini sangat berpengaruh terhadap produktifitas perawat. Perawat merasakan bahwa jumlah perawat yang ada tidak sebanding dengan jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan. Kondisi ini dapat memicu munculnya stres kerja, karena semua pasien yang berkunjung secara tidak langsung menuntut mendapatkan pelayanan yang efektif dan efisien sehingga permasalahan yang dihadapi pasien segera diselesaikan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rony, (2008) di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru yang menunjukkan bahwa perawat yang dapat mengatasi stres kerja di Instalasi Gawat Darurat secara adekuat hanya sebesar 37,5%, sebagian besar perawat mengalami stres kerja dengan tingkat stres rendah sebesar 50% dan ditemui juga stres tingkat sedang, namun masih dalam persentase yang rendah yaitu 12,5%. Berdasarkan hasil survey awal pada tanggal 17 Maret 2014 di RSUP H.Adam Malik Medan 2014 terhadap 5 orang perawat pelaksana di Instalasi Gawat Darurat
4 dengan menggunakan metode wawancara, mengatakan bahwa uraian tugas perawat pelaksana di RSUP H.Adam Malik Medan tidak hanya melakukan tindakan keperawatan saja tetapi di tuntut melakukan tugas di luar tindakan keperawatan seperti antara lain : Membersihkan ruangan Instalasi Gawat Darurat (IGD), menghubungi dokter saat penerimaan pasien baru. Hal ini mengurangi jam atau waktu dalam melakukan tindakan keperawatan murni yang langsung pada pasien, dan jumlah pasien yang datang terlalu banyak dari jumlah perawat yang tersedia, yang sangat berpengaruh pada gejala terjadinya stress kerja pada perawat pelaksana, hal ini terjadi keseringan pada shift sore dan shift malam.maka data di peroleh di atas dapat digambarkan bahwa IGD merupakan lingkungan kerja yang memiliki kecenderungan Stres kerja tinggi. Hal ini dimungkinkan karena perawat IGD dihadapkan pada pasien dengan kondisi jiwa yang terancam, sehingga membutuhkan perhatian, pengetahuan dan keterampilan khusus untuk dapat memberikan tindakan dengan cepat dan tepat. Didapatkan data dari kepegawaian bahwa jumlah perawat pelaksana di Triage IGD adalah 36 perawatdan perawat di OK (Operasi Kamar) / RR (Recovery Room) IGD digabung dalam satu tim atau masih dalam satu penanganan adalah sebanyak 19 perawat. Jadi jumlah perawat pelaksana keseluruhan sebanyak 55 perawat. Perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUP H.Adam Malik Medan dalam sehari rata-rata menangani 80 pasien, dengan jumlah tenaga perawat yang bertugas pada shift pagi sebanyak 9 perawat yang menangani pasien rata-rata 25 pasien, dan 9 perawat pada shift siang menangani rata-rata 38 pasien dan 7 perawat pada shift malam menangani rata-rata 27 pasien, dengan kapasitas jumlah tempat tidur Triase 26, OK 3 dan RR 6. Dan hasil pendataan yang di lakukan bagian catatan medikrata-rata jumlah pasien yang datang ke IGD dalam satu tahun terakhir 2013 sebanyak 27.300 pasien. Atas dasar uraian tersebut untuk memberikan masukan guna meningkatkan produktifitas dan kualitas asuhan keperawatan di ruang IGD. Oleh karena itu,
5 penulis tertarik untuk meneliti tentang hubungan beban kerja perawat dengan stres kerja perawat pelaksana di RSUP H.Adam Malik Medan 2014. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat pelaksana di IGD RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2014? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengidentifikasi Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Stres Kerja Pada Perawat Pelaksana di IGD di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2014. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi Beban Kerja Perawat Pelaksana di IGD RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2014. b. Mengidentifikasi stres kerja perawat pelaksana di IGD RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2014. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit Untuk memberikan masukan dan gambaran tentang beban kerja perawat, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pihak manajemen rumah sakit untuk menyesuaikan beban kerja dengan kemampuan dan keahlian perawat sehingga tidak terjadi stres kerja yang tinggi pada perawat. 2. Bagi Perawat Pelaksana Sebagai gambaran nyata tentang pengaruh beban kerja terhadap stress kerja perawat pelaksana di lingkungan kerja, sehingga dapat mengantisipasi terjadinya stres kerja dan sebagai informasi penting bagi Perawat IGD agar
6 mereka dapat mempersiapkan diri, sehingga mengurangi tekanan mental saat bekerja. 3. Bagi Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data awal dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut yang terkait dengan beban kerja dan stres kerja perawat pelaksana.