BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara pihak agent dengan pihak principal. Jensen dan Meckling (1976)

PENDAHULUAN Laba merupakan komponen yang penting dalam sebuah laporan keuangan. Laba dapat digunakan sebagai evaluasi bagi pihak internal dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. manajer dalam memilih kebijakan akuntansi yang mempengaruhi laba untuk

RINGKASAN MATERI KULIAH EARNING MANAGEMENT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengambil keputusan. Kewenangan ini akan membawa konsekuensi logis yang

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. manajer (agent) dengan pemilik perusahaan (principal) ( Jensen dan Meckling,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Landasan teori merupakan penjelasan mengenai definisi teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. digunakanuntukmemahamimanajemenlabadan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya dunia ekonomi ditandai dengan banyaknya alternatif perusahaan.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. menjelaskan hubungan keagenan di dalam teori agensi (agency theory) bahwa

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menyatakan bahwa teori keagenen mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal

BAB II LANDASAN TEORI. Teori pensinyalan (signaling theory) mengasumsikan bahwa terdapat asimetri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prinsipal mempekerjakan agen untuk melakukan tugas untuk kepentingan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perusahaan. Untuk masuk dan berinvestasi di pasar modal, investor

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data atau

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keagenan muncul ketika pemilik perusahaan (principal) tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Adanya pemisahan kepemilikan oleh principal dengan pengendalian oleh agent

BAB I PENDAHULUAN. individu, sosiasi atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laba rugi,

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam menjalankan usahanya perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana, baik untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, dan sistematika penulisan tesis. Standar Akuntansi Keuangan Nomor 1 Paragraf 05 adalah memberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. prinsipal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari prinsipal

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan oleh manajemen bertujuan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Investment Opportunity Set, Komisaris

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. principal dengan agent yaitu wewenangan yang diberikan principal kepada agent

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan

ISNI WIYATMI B

BAB I PENDAHULUAN. karena laporan keuangan memperlihatkan kondisi perusahaan pada tahun bersangkutan. Laporan

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena teori ini merupakan teori yang menjelaskan praktik manajemen laba dalam

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. merupakan sebuah kontrak, dimana pemilik perusahaan (principal) tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeluarkan untuk membiayai sumber pendanaan (source

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen (agent) di bahas dalam Teori Agensi. Teori agensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi

BAB I PENDAHULUAN. Investasi di pasar bursa indonesia sampai pada saat ini telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi disebut dengan Agency Theory (teori keagenan). Teori agensi

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakainya. Laporan keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan didalam teori agensi bahwa

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan laporan keuangan untuk pihak pihak yang berkepentingan seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak pengelola dan konsumennya. Fact Book Bursa Efek Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menggambarkan hubungan kontrak kerjasama antara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejak 2008 hingga pada saat ini kinerja perekonomian Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Yustisia dan Andiyani, 2006). Jensen dan Meckling (1976) dalam Sunarto (2009)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2013) tujuan laporan keuangan. pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan arus informasi di era globalisasi ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Bab 2 Telaah Pustaka dan Pengembangan Model

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. antara pihak pemilik perusahaan dengan pihak manajemen. Menurut Jensen dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prespektif agency theory merupakan dasar yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dalam laporan tahunan harus disertai pengungkapan yang penuh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan produk akuntansi yang menyajikan data-data

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Informasi tersebut berisikan mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keagenan mengungkapkan hubungan antara pemilik (principal) dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan komponen penting dalam perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. melihat kinerja perusahaan dari tahun ke tahun. Nilai perusahaan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. penelitian ini sebagai berikut: Ulfah (2013) dan Sumomba (2012) melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini mengacu pada penelitian terdahulu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I tahun 2015 tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Efek Jakarta. Pasar modal merupakan suatu pasar yang didalamnya terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan. mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Manajemen Laba 2.1.1.1. Defenisi Manajemen Laba Manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan (Sulistyanto, 2008:6). Schipper (dalam Sulistyanto 2008:49), adalah campur tangan dalam proses penyusunan pelaporan keuangan eksternal, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi (pihak yang tidak setuju mengatakan bahwa hal ini hanyalah upaya untuk memfasilitasi operasi yang tidak memihak dari sebuah proses). Menurut Sugiri (dalam Widyaningdyah, 2001) membagi definisi manajemen laba menjadi dua yaitu: 1. Definisi sempit Earning management dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Earning management dalam didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk bermain dengan arti sempit komponen discretionary accrual dalam menentukan besarnya earning. 2. Definisi luas

Earnings management merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomis jangka panjang unit tersebut. Permasalahan merupakan masalah keagenan yang seringkali dipicu oleh adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemilik (pemegang saham) dengan pengelola (manajemen) perusahaan. Menurut Healy dan Wahlen (1998) muncul ketika manajer menggunakan keputusan tertentu dalam pelaporan keuangan untuk menyesatkan stakeholder yang ingin mengetahui kinerja ekonomi yang diperoleh perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang menggunakan angka-angka akuntansi yang dilaporkan. 2.1.1.2. Motivasi Manajemen Laba Scott (2009:406) menemukan beberapa motivasi terjadinya, yaitu: 1. Bonus purposes Manajer akan melakukan tindakan oportunistik dengan memaksimalkan laba saat ini untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan pribadi. 2. Political motivation Banyak perusahaan memiliki politik yang terlihat. Terutama untuk perusahaan yang menaungi hajat hidup banyak orang seperti perusahaan minyak, gas, dll. Beberapa perusahaan melakukan earnings management untuk mengurangi visibilitasnya. 3. Taxation motivation

Pajak pendapatan mungkin motivasi yang paling nyata dari manajemen laba. Otoritas perpajakan cenderung memaksakan peraturan akuntansi mereka dalam menghitung pajak pendapatan, mengurangi ruang lingkup perusahaan untuk melakukan manuver. 4. Perubahan CEO Beberapa dari motivasi ada pada saat adanya perubahan CEO. Hipotesis perencanaan bonus memprediksikan bahwa pengunduran diri CEO akan beberapa terlibat dalam strategi maksimalisasi laba untuk meningkatkan bonus mereka. 5. IPO (Initial Public Offering) Perusahaan yang akan melakukan IPO belum memiliki nilai pasar yang telah terbangun. Dan memungkinkan manajer dari perusahaan going public akan melakukan untuk menaikkan harga saham mereka. 6. Informasi kepada investor Manajemen tipikalnya akan memberikan informasi yang terbaik tentang prospek laba masa depan kepada investor. Dengan memberikan memberikan estimasi yang baik pada kekuatan laba maka dapat meningkatkan nilai pasar saham. 2.1.1.3. Pola Manajemen Laba Menurut Scott (2009:405), mengidentifikasikan adanya empat pola yang dilakukan manajemen untuk melakukan pengelolaan atas laba sebagai berikut: 1. Taking a Bath

Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang. Manajemen mencoba mengalihkan expected future cost ke masa kini, agar memiliki peluang yang lebih besar mendapatkan laba di masa yang akan datang. 2. Income Minimization Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat laba yang tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya. Manajemen mencoba memindahkan beban ke masa kini agar memiliki peluang yang lebih besar mendapatkan laba di masa yang akan datang. 3. Income Maximization Dilakukan pada saat laba menurun dengan cara memindahkan beban ke masa mendatang. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang. 4. Income Smoothing Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.

2.1.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba Menurut Watt dan Zimmerman (Denies, 2009) dalam positive accounting theory terdapat tiga hipotesis yang melatarbelakangi terjadinya, yaitu: 1. The bonus plan hypothesis Pada perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, manajer perusahaan akan lebih memilih metode akuntansi yang dapat menggeser laba dari masa depan ke masa kini sehingga dapat menaikkan laba saat ini. Hal ini dikarenakan manajer lebih menyukai pemberian upah yang lebih tinggi untuk masa kini. Dalam kontrak bonus dikenal dua istilah yaitu bogey (tingkat laba terendah untuk mendapatkan bonus) dan cap (tingkat laba tertinggi). Jika laba berada di bawah bogey, tidak ada bonus yang diperoleh manajer sedangkan jika laba berada di atas cap, manajer tidak akan mendapat bonus tambahan. Jika laba bersih berada di bawah bogey, manajer cenderung memperkecil laba dengan harapan memperoleh bonus lebih besar pada periode berikutnya, demikian pula jika laba berada di atas cap. Jadi hanya jika laba bersih berada di antara bogey dan cap, manajer akan berusaha menaikkan laba bersih perusahaan. 2. The debt covenant hypothesis Pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity tinggi, manajer perusahaan cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan atau laba. Perusahaan dengan rasio debt to equity yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihak kreditor bahkan perusahaan terancam melanggar perjanjian utang. 3. The politcal cost hypothesis

Pada perusahaan besar yang memiliki biaya politik tinggi, manajer akan lebih memilih metode akuntansi yang menangguhkan laba yang dilaporkan dari periode sekarang ke periode masa mendatang sehingga dapat memperkecil laba yang dilaporkan. Biaya politik muncul dikarenakan profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menarik perhatian media dan konsumen. 2.1.2. Good Corporate Governance Berkaitan dengan masalah keagenan, corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan. Dengan adanya corporate governance diharapkan dapat berfungsi sebagai alat untuk memberi keyakinan kepada para investor dan kreditur bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan di suatu perusahaan. Prinsip prinsip dasar dari corporate governance pada dasarnya bertujuan untuk memajukan kinerja nperusahaan. Pentingnya penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) masih menjadi fokus utama pengembangan iklim usaha di Indonesia dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi. Organization mendefinisikan of Economic Corporation and Developmnt (2004:12) corporate governance sebagai suatu sistem dimana sebuah perusahaan atau entitas bisnis diarahkan dan diawasi. Sejalan dengan itu, maka struktur dari Corporate Governance menjelaskan distribusi hak-hak dan tanggungjawab dari masing-masing pihak yang terlibat dalam sebuah bisnis, yaitu antara lain Dewan Komisaris dan Direksi, Manajer, Pemegang saham, serta pihakpihak lain yang terkait sebagai stakeholders. Selanjutnya, struktur dari Corporate

Governance juga menjelaskan bagaimana aturan dan prosedur dalam pengambilan dan pemutusan kebijakan sehingga dengan melakukan itu semua maka tujuan perusahaan dan pemantauan kinerjanya dapat dipertangungjawabkan dan dilakukan dengan baik. Sedangkan menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG, 2009) mendefinisikan corporate governance merupakan suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan untuk memberikan nilai tambah pada perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang saham, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan peundangundangan dan norma yang berlaku. Mekanisme corporate governance dibagi menjadi dua kelompok yaitu (1) internal mechanism (mekanisme internal) seperti komposisi dewan direksi/ komisaris, kepemilikan manajerial dan kompensasi eksekutif. (2) external mechanisms (mekanisme eksternal) seperti pengendalian oleh pasar dan level debt financing (Barnhart & Rosentein, 1998). Mekanisme corporate governance yang mempengaruhi yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite audit, dan komposisi dewan komisaris independen. 2.1.3. Struktur Institusional Institusional adalah kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian dan institusi lainnya pada akhir tahun (Shien, et. al 2006). Adanya kepemilikan institusional di suatu perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan agar lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber

kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap kinerja manajemen. Tujuan adanya kepemilikan institusional yang dimilki pihak luar perusahaan yang berbentuk institusi karena dianggap pihak yang independen, sehingga diharapkan dapat mengurangi tindakan kecurangan yang dilakukan manajemen. Menurut Moh d et al, (dalam Wahidahwati, 2002) suatu konsentrasi kepemilikan oleh investor yang berbentuk institusional dapat mengurangi biaya keagenan karena mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya tentang keberadaan dan kebijakan manajemen. 2.1.4. Struktur Manajerial manajerial adalah kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan presentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen Sujono dan Soebiantoro (2007). Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa untuk meminimalkan konflik keagenan adalah dengan meningkatkan kepemilikan manajerial di dalam perusahaan. Dengan adanya kepemilikan manajerial, manajemen tidak hanya berfungsi sebagai pengelola perusahaan namun juga sebagai pemegang saham. Ross et al (dalam Siallagan dan Machfoedz, 2008) menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan manjemen dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung untuk berusaha untuk meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan untuk kepentingannya sendiri. 2.1.5. Leverage Leverage adalah perbandingan antara total kewajiban dengan total aktiva perusahaan. Rasio ini menunjukkan besarnya besar aktiva yang dimiliki perusahaan

yang dibiayai dengan hutang. Semakin tinggi nilai leverage maka risiko yang akan dihadapi investor akan semakin tinggi dan para investor akan meminta keuntungan yang semakin besar. Leverage dalam Van Horne (2007:182) adalah penggunaan biaya tetap dalam usaha untuk meningkatkan profitabilitas. Leverage merupakan pedang bermata dua menurut Van Horne (2007:182) yang mana jika laba perusahaan dapat diperbesar, maka begitu pula dengan kerugiannya. Dengan kata lain, penggunaan leverage dalam perusahaan bisa saja meningkatkan laba perusahaan, tetapi bila terjadi sesuatu yang tidak sesuai harapan, maka perusahaan dapat mengalami kerugian yang sama dengan persentase laba yang diharapkan, bahkan mungkin saja lebih besar. Leverage dalam konteks bisnis terdiri atas dua macam yaitu leverage operasional (operating leverage) dan leverage keuangan (financial leverage). Van Horne (2007:183) juga menyatakan bahwa leverage ini menjadi tahapan dalam proses pembesaran laba perusahaan. Sebagai tahap pertama yaitu leverage operasional, yang akan memperbesar pengaruh perubahan dalam penjualan atas perubahan laba operasional. Dalam tahap kedua, manajer keuangan memiliki pilihan untuk menggunakan leverage keuangan agar dapat makin memperbesar pengaruh perubahan apa pun yang dihasilkan dalam laba operasional atas perubahan EPS (Earning Per Share). 2.1.6. Profitabilitas Menutur Sudarmadji (2007), profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan. Selain dari itu, profitabilitas didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari penjualan barang atau jasa yang

diproduksinya (Astuti, 2004:36). Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan posisi keuangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus sebagai evaluasi terhadap kinerja manajemen sehingga dapat diketahui penyebab dari perubahan kondisi keuangan perusahaan tersebut. Semakin tinggi rasio yang diperoleh maka semakin efisien manajemen aset perusahaan. 2.2. Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian mengenai pengaruh struktur kepemilikan dan kinerja keuangan terhadap telah banyak dilakukan sebelumnya. Tabel 2.1 menjabarkan penelitian-penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini. Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu Nama Peneliti (tahun) Tri Widyastuti (2009) Judul Penelitian Pengaruh Struktur dan Kinerja Keuangan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di BEI Variabel Penelitian Variabel dependen: Manajemen Laba Variabel independen: institusional dan manajerial, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Profitabilitas Teknik Analisis Regresi Linear Berganda Hasil Penelitian 1. institusional dan manajerial berpengaruh negatif tidak. 2. Leverage dan profitabilitas berpengaruh positif earnings management.

Karina Praditya (2008) Pengaruh Struktur, Ukuran Perusahaan, Praktek Corporate Governance terhadap Earning Management Pada Industri Manufaktur di BEI Variabel dependen: Earning Management Variabel independen: institusional, ukuran perusahaan, jumlah dewan direksi, dan reputasi auditor Analisis Regresi Linear Berganda 1. institusional, dewan direksi, reputasi auditor berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap earning manajemen 2. Ukuran perusahaan berpengaruh negatif tidak earning management. Siregar dan Utama (2008) Jao dan Pagulung (2011) Riko Perdana (2012) Indri Wahyu (2011) Pengaruh Struktur, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance Terhadap Pengelolaan Laba (Earning Management) Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Leverage terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di BEI Pengaruh Firm Size, Leverage, Good Corporate Governance, dan Profitabilitas Terhadap Earning Management Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Profitabilitas, dan Leverage Terhadap Praktek Manajemen Laba Variabel dependen : Earning Management Variabel independen : institusional dan keluarga, ukuran perusahaan, kualitas audit, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit Variabel dependen: Variabel independen: manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris independen dan komite audit, ukuran perusahaan, leverage variabel dependen: earning managements Variabel independen: firm size, leverage, kualitas audit, proporsi komisaris independen, dan profitabilitas variabel dependen: Variabel independen: komite audit, dewan direksi, proporsi komisaris independen, Analisis Regresi Linear Berganda Analisis Regresi Linear Berganda Analisis Regresi Linear Berganda 1. institusional, kualitas audit, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit tidak berpenaruh earning management 2. keluarga dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap earning management 1. Manajerial, komposisi dewan komisaris independen, komite audit, dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif 2. institusional, ukuran dewan komisaris, dan leverage berpengaruh positif 1. Kualitas audit dan leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba 2..Profitabilitas berpengaruh positif 3.Firm size dan proporsi komisaris independen tidak berpengaruh 1. Komite audit, kepemilikan institusional, dan profitabilitas berpengaruh negatif 2. Ukuran dewan direksi, proporsi komisaris

Bayu (2010) Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Dan Konsekuensi Manajemen Laba Terhadap Kinerja Keuangan kepemilikan institusional, profitabilitas, dan leverage variabel dependen: dan kinerja keuangan Analisis Regresi Linear Berganda Variabel independen: kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris independen dan leverage tidak terbukti berpengaruh 1. manajerial berpengaruh positif 2. institusional, proporsi dewan komisaris independen dan ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap 3. Ukuran komite audit berpengaruh negatif 2.3. Kerangka Konseptual Manajemen laba adalah intervensi manajemen dengan sengaja dalam penentuan laba, untuk kepentingan pribadi, maupun perusahaan. Tindakan dan tanggung jawab manajemen dalam melakukan penentuan laba dipengaruhi oleh struktur kepemilikan perusahaan. Investor institusional dengan kepemilikan saham dalam jumlah besar akan mempunyai dorongan yang cukup kuat untuk mengumpulkan informasi, mengawasi tindakan-tindakan manajemen dan mendorong kinerja yang lebih baik. Bilamana investor institusional mempunyai kepemilikan saham dalam jumlah yang relatif rendah, maka para investor institusional hanya memiliki sedikit dorongan untuk melakukan pengawasan terhadap tindakan oportunistik manajer. Oleh karena itu, keberadaan investor institusi ini dipandang mampu menjadi alat monitoring efektif bagi perusahaan. manajerial juga mempengaruhi terjadinya. Sesuai dengan yang dikemukakan Ross et. al. (1999) dalam Sandra (2004), semakin besar proporsi kepemilikan manajemen pada perusahaan maka manajemen cenderung berusaha lebih giat untuk

memaksimalkan kepentingan pemegang saham yang juga termasuk dirinya. Hal ini mengindikasikan perlunya kepemilikan manajerial dalam struktur kepemilikan perusahaan. Leverage sebagai salah satu usaha dalam peningkatan laba perusahaan, dapat menjadi tolok ukur dalam melihat perilaku manajer dalam hal. Perusahaan yang mempunyai leverage finansial tinggi akibat besarnya hutang dibandingkan aktiva yang dimiliki perusahaan, diduga melakukan karena perusahaan terancam default, yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban membayar hutang pada waktunya (J.C. Shanti dan C. Bintang Hari Yudhanti, 2007). Keadaan ini mengindikasikan bahwa perusahaan dengan leverage tinggi memiliki pengawasan yang lemah terhadap manajemen yang menyebabkan manajemen dapat membuat keputusan sendiri, dan juga menetapkan strategi yang kurang tepat. Profitabilitas juga akan mempengaruhi manajer dalam melakukan tindakan (Salno dan Baridwan dalam Rahmawati, 2008). Pihak principal cenderung menuntut manajemen untuk mencapai profitabilitas yang tinggi. Apabila manajemen mampu mencapai target dari principal, manajemen akan dianggap mempunyai kinerja baik. Manajemen cenderung akan melakukan aktivitas tersebut karena dengan laba yang rendah atau bahkan menderita kerugian, akan memperburuk kinerja manajemen di mata pemegang saham atau principal, dan nantinya akan memperburuk citra perusahaan di mata publik. Hubungan antara kepemilikan institusional, struktur kepemilikan manajerial, leverage dan profitabilitas terhadap dapat digambarkan dalam kerangka sebagai berikut :

Institusional (X1) Manajerial (X2) Manajemen Laba Leverage (X3) Profitabilitas (X4) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu yang telah dipaparkan, maka penelitian ini akan menguji pengaruh struktur kepemilikan yang terdiri dari struktur kepemilikan institusional dan struktur kepemilikan manajerial dan kinerja keuangan yang diukur dengan rasio keuangan leverage dan profitabilitas berpengaruh terhadap. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Struktur kepemilikan institusional berpengaruh terhadap. 2. Struktur kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap. 3. Leverage berpengaruh terhadap. 4. Profitabilitas berpengaruh terhadap.