BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dalam tubuh yang menyebabkan sakit yang disertai. dengan gejala klinis baik lokal maupun sistemik.

BAB 1 PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus penyebab utama infeksi akut, yaitu virus. yang di akibatkan oleh virus (Arief, 2012).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif, toksin, replikasi intra seluler atau reaksi antigen-antibodi.

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan klien merupakan sasaran dalam program Patient Safety yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke rumah sakit untuk menjalani perawataan dan. pengobatan sangat berharap memperoleh kesembuhan atau perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dampak dari proses pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kuratif, rehabilitatif, dan preventif kepada semua orang. Rumah sakit merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan gawat darurat, yang merupakan salah satu tempat pasien berobat atau dirawat, di tempat

No. Kuesioner : I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Sumber Informasi :

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat. lantai makanan dan benda-benda peralatan medik sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

BAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya

BAB I PENDAHULUAN. penangan oleh tim kesehatan. Penanganan yang diberikan salah satunya berupa

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit (RS) merupakan suatu unit yang sangat kompleks. Kompleksitas ini

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan berbagai penyebab penyakit lainnya yang dapat

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN PROTAP PERAWATAN LUKA POST OPERASI DI RUANG CENDANA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Penyedia pelayanan kesehatan dimasyarakat salah satunya adalah rumah sakit. Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

KUESIONER PENELITIAN. Perbedaan Sanitasi Lingkungan dan Perilaku Petugas Kesehatan terhadap Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki standar mutu pelayanannya. Dengan adanya peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN CUCI TANGAN PERAWAT DI RUANG RA, RB, ICU,CVCU, RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DENGAN PERILAKU CUCI TANGAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. spesifik, sehingga dapat dikembangkan setinggi-tingginya. Hal. ini. Ada beberapa kategori tingkat pendidikan seperti perawat

TINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman modernisasi seperti sekarang ini Rumah Sakit harus mampu

SURAT PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : RIA RIKI WULANDARI J

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir,

BAB 1 PENDAHULUAN. dari 12% pasien yang ada di rumah sakit akan terpasang kateter (Rahmawati,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

BAB I PENDAHULUAN. (Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010). Dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan (safety) telah menjadi issue global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima (5)

BAB I PENDAHULUAN. kadang-kadang mengakibatkan kematian pada pasien dan kerugian keuangan

BAB I PENDAHULUAN. obat-obatan dan logistik lainnya. Dampak negatif dapat berupa kecelakaan

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Tuberculosis menyebabkan 5000 kematian perhari atau hampir 2 juta

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan pekerjaan dalam rumah sakit di Indonesia, dikategorikan memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. berdampak terhadap perubahan pola penyakit. Selama beberapa tahun. terakhir ini, masyarakat Indonesia mengalami peningkatan angka

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

Pendahuluan BAB I. A. Latar Belakang Masalah

Kata kunci : Rumah Sakit, Infeksi Nosokomial, Antiseptic Hand rub Kepustakaan : 55 (15 Jurnal+20 Buku+6 Skrispi & tesis+14 Website)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN PENERAPAN PROSEDUR TETAP PEMASANGAN INFUS DI RUANG RAWAT INAP RSDM SURAKARTA SKRIPSI

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. (lebih dari 15 menit) dapat menyebabkan kematian (0,64-0,74%). pertama sebelum umur 4 tahun, terbanyak diantara bulan.

BAB 1. bagi semua bangsa Indonesia. Pandangan pencapaian kesehatan bagi semua ini sering

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Ponorogo, bermaksud melaksanankan penelitian dengan judul Perilaku

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. (World Health Organization (WHO), 2011). Menurut survei di Inggris,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks adalah kanker pembunuh perempuan nomor satu. maka pengobatan yang diberikan adalah kemoterapi (Baradero,2007).

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PRAKTIK PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DIRUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terdapat di RS PKU Muhammadiyah Gamping memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, seperti: sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehatan. Dewasa

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kematian di dunia.salah satu jenis infeksi adalah infeksi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Universitas Sumatera Utara

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Trend Angka Infeksi Triwulan III Tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dirumah sakit merupakan bentuk

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya pengendalian infeksi nosokomial menjadi tolak ukur pelayanan suatu rumah sakit dan menjadi standar penilaian akreditasi. Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi nosokomial apabila pada saat pasien mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan tanda-tanda klinik dari infeksi, pada saat pasien mulai dirawat di rumah sakit, di dapatkan tanda-tanda infeksi (Kozier, 2010). Peran perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial sangatlah penting mengingat angka insiden klien yang terkena infeksi nosokomial terus meningkat setiap tahunnya. Infeksi rumah sakit (nosokomial) yang timbul pada waktu pasien dirawat dirumah sakit yang bersumber dari petugas kesehatan, pasien lain, pengunjung rumah sakit, dan akibat dari prosedur rumah sakit maupun dari lingkungan rumah sakit (Saputra, 2013). Rumah sakit merupakan tempat yang beresiko tinggi terjadinya infeksi nosokomial karena mengandung populasi mikroorganisme yang tinggi dengan jenis virulen yang mungkin resisten terhadap antibiotic dan kebanyakan infeksi nosokomial ditularkan oleh pemberi pelayanan kesehatan (Potter and Perry,2005). Tingkat infeksi nosokomial yang terjadi dibeberapa Negara Eropa dan Amerika adalah rendah yaitu sekitar 1% dibandingkan dengan kejadian di negara-negara Asia, Amerika Latin dan Sub-Sahara Afrika yang tinggi hingga 1

2 mencapai lebih dari 40% (Ningsih 2013) dan menurut WHO, angka kejadian infeksi di Rumah Sakit sekitar 3-21% (rata-rata 9%). Infeksi nosokomial merupakan persoalan serius yang menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien (Taek, 2010). Jumlah infeksi nosokomial di Indonesia pada tahun 2006 lebih tinggi di rumah sakit umum 23.223 dari 2.434.26 pasien. Sedangkan jumlah infeksi di rumah sakit khusus 297 pasien dari 38.408 (Depkes, 2007 dalam kurniasari, 2011). Sedangkan di Jawa Timur sendiri angka kejadian infeksi nosokomial 11,7% (KKP-RS,2011). Infeksi nosokomial yang paling umum terjadi adalah infeksi luka operasi (ILO). Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa angka kejadian ILO pada rumah sakit di Indonesia bervariasi antara 2-18% dari keseluruhan prosedur pembedahan (Ratna, 2012). Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh penulis (Aisyah, 2012) di salah satu rumah sakit X Surabaya menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kejadian infeksi daerah operasi dari 2011 hingga 2012. Pada tahun 2011 terjadi 3 kasus IDO ( infeksi daerah operasi) di antara 970 operasi bersih dan bersih terkontaminasi, sedangkan pada 2012 terjadi 6 kasus IDO (infeksi daerah operasi) diantara 1098 operasi bersih dan bersih terkontaminasi (Aisyah, 2012). Sedangkan di RSUD Dr.Harjono Ponorogo di dapatkan data infeksi nosokomial dari bulan Januari- Juni 2015 di ruang Delima dan Aster sebesar 244 pasien yang terkena infeksi nosokomial ( decubitus dan infeksi infeksi jarum infus/phlebitis) sedangkan pada tahun 2014 di dapatkan data infeksi nosokomial sebesar 288 kasus infeksi nosokomial. (Rekam Medik RSUD Dr.Harjono Ponorogo,2014).

3 Secara umum faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial adalah faktor endogen (umur, jenis kelamin, penyakit penyerta, daya tahan tubuh) dan faktor eksogen (lama penderita dirawat, kelompok yang merawat, alat medis serta lingkungan) (Kurniasari, 2011). Sumber penularan dan cara penularan terutama melalui tangan dan dari petugas kesehatan maupun personal kesehatan lainnya, jarum injeksi, kateter IV, kateter urin, kasa pembalut atau perban, dan cara yang keliru dalam menangani luka. Infeksi nosokomial ini pun tidak hanya mengenai pasien saja, tetapi juga dapat mengenai seluruh personal rumah sakit yang berhubungan langsung dengan pasien maupun penunggu dan para pengunjung pasien. Di unit perawat intensif aktifitas perawat tinggi dan cepat, hal ini sering menyebabkan perawat kurang memperhatikan teknik aseptik dalam melakukan tindakan keparawatan (Potter, 2005). Tindakan salah lainnya yang sering dilakukan perawat adalah jarang mencuci tangan dalam melakukan tindakan. Kadang kala ada juga perawat yang menggunakan sarung tangan dan lupa menggantinya sewaktu memeriksa satu pasien ke pasien lain atau dari bagian tubuh kebagian tubuh lainnya. Dengan perilaku perawat yang seperti itu sangatlah mudah terjadi infeksi nosokomial dengan berbagai dampak yaitu merugikan pasien menemukan masalah baru, menambah biaya di rumah sakit pasien, dan menambah masa perawatan di rumah sakit (Habni 2009). Dampak terbanyak yang di sebabkan oleh infeksi nosokomial adalah penyebaran virus penyakit. Sejauh ini diare, infeksi saluran pernafasan atas (ISPA), dan penyakit kulit menduduki posisi teratas. Penyakit lainnya adalah infeksi saluran kemih, sebab banyak pasien yang menggunakan kateter untuk

4 buang air. Kemudian infeksi aliran darah, akibat pemasangan infus kateter vena, dan lain-lain. Selain itu ada pula infeksi saluran napas akibat pemasangan ventilator, serta infeksi luka di daerah operasi pada tubuh pasien. Proses penularan infeksi nosokomial, bisa berlangsung dalam berbagai cara. Misalnya melalui interaksi langsung maupun tidak langsung antara petugas medis kepada pasien, pasien satu kepada pasien lainnya, atai pasien kepada orang yang berkunjung (Andapita, 2013) Mengingat dampak yang begitu besarnya pada pasien peran perawat di sini sangatlah penting dalam meningkatkan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial diperlukan peran yang mendukung menuju perubahan yang lebih baik. Khususnya bagi seseorang perawat harus lebih mengutamakan keselamatan pasien terutama dalam pencegahan infeksi nosokomial, upaya dalam pencegahan infeksi nosokomial dapat dilakukan dengan cara kewaspadaan universal kususnya pada penggunaan jarum suntik, cuci tangan yang benar, penggunaan sarung tangan. Langkah ini dapat dijadikan untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial yang harus di terapkan oleh tenaga kesehatan khususnya pada perawat. Selain itu upaya pencegahan infeksi nosokomial dapat dilakukan oleh pihak rumah sakit dengan cara perawat yang menjadi anggota dari tim pengendalian infeksi bertanggung jawab untuk mengidentifikasi infeksi nosokomial, melakukan penyelidikan terhadap jenis infeksi dan organisme yang menginfeksi, berpartisipasi dalam pelatihan, surveilans infeksi di rumah sakit, berpartisipasi dalam pengendalian dan praktik terkini dalam mencegah,

5 mendeteksi dan mengobati infeksi, memastikan peran perawat terhadap peraturan pengendalian infeksi. Dari latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Peran Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah adalah bagaimana Peran Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di RSUD Dr. Harjono Ponorogo? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui peran perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di RSUD Dr. Harjono Ponorogo 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1) Bagi Ilmu Pengetahuan Dapat dijadikan bahan penelitian lebih lanjut sebagi dasar untuk lebih menetapkan dan memberikan informasi tentang peran perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial. 2) Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan pengembangan ilmu keperawatan tentang pencegahan infeksi nosokomial, dan dapat mengembangkan pendidikan keperawatan dalam praktik pencegahan infeksi nosokomial yang lebih baik lagi.

6 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Rumah Sakit Memberikan informasi tambahan bagi rumah sakit dalam meningkatkan mutu pelayanan khususnya dalam pencegahan dan penanggulangan infeksi nosokomial. Di rumah sakit banyak tindakan yang salah sering dilakukan perawat seperti menggunakan satu sarung tangan untuk pasien satu dengan pasien yang lainnya. 2. Bagi Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan pengembangan ilmu keperawatan tentang pencegahan infeksi nosokomial, dan dapat mengembangkan pendidikan keperawatan dalam praktik pencegahan infeksi nosokomial yang lebih baik lagi. 1.5 Keaslian Penulisan Berikut merupakan penelitian yang terkait dengan infeksi nosokomial: 1. Habni, 2009 yang meneliti tentang perilaku perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di rindu a, rindu b, ICU, UGD, rawat jalan di rumah sakit umum pusat Haji Adam Malik Medan. Hasil penelitian diuji dengan komputerisasi dan menggunkan metode descriptive untuk mengetahui frekuensi, presentase, dan hasil penelitian disajikan dengan tabel distribusi frekuensi. Dengan hasil perilaku perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial didapatkan tingkat pengetahuan baik sebesar 88% tingkat pengetahuan sedang sebesar 10% tingkat pengetahuan kurang sebesar 1%, penilaian sikap positif sebesar 84,3% sikap negatif sebesar 15.7%, keterampilan kurang sebesar 17,6%. Perbedaan dalam penelitian yang

7 akan dilakukan yaitu terkait pada variabelnya di atas yaitu perilaku perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial sedangkan peneliti mengambil tentang peran perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di RSUD Dr.Harjono Ponorogo dan terkait pengambilan data menggunakan teknik pengisian kuesioner oleh responden dengan jenis penelitian deskriptif. Persamaan dari penelitian ini adalah sama menggunakan diskriftif 2. Purniawati (2014), dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik perawat terhadap pencegahan infeksi nosokomial kejadian phlebitis di RSUD kota Semarang. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa Praktik perawat di RSUD kota semarang sudah baik karena sebanyak (100%) perawat sudah biasa melakukan tindakan pemasangan infus sesuai teknik septik dan aseptik sesuai dengan SOP yang berlaku. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu terletak pada variabelnya yaitu peran perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial. Jenis penelitian adalah Explanatory Research, pendekatan secara Cross Sectional teknik sampling adalah purposive Sampling. Analisis data menggunakan pearson product Moment. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian kuesioner oleh responden. Sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan ini yaitu jenis penelitian deskriptif. Persamaannya yaitu terletak pada pengumpulan datanya dengan cara kuesioner oleh responden. 3. Ningsih (2013) dengan judul hubungan antara tingkat pengetahuan dan motivasi perawat dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial di

8 rumah sakit umum daerah sukoharjo hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Hasil pengujian dengan uji fisher exact test didapatkan nilai p value < ɑ (0,05) tabel dapat disimpulkan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan dan motivasi dengan perilaku pencegahan tentang infeksi nosokomial oleh perawat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan motivasi perawat dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial. metode yang dipergunakan deskriftif korelatif dengan rancangan penelitian menggunakan cross sectional. Perbedaan dalam penelitian yang akan dilakukan yaitu terkait dengan variabelnya yaitu peneliti mengambil peran perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial dan terkait dengan pengambilan data menggunakan teknik kuesioner oleh responden, dan jenis penelitian ini menggunakan metode deskriftif. Persamaan dalam penelitian inin yaitu sama-sama meneliti tentang perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial.