G30S dan Kejahatan Negara

dokumen-dokumen yang mirip
pengalaman putra 'tokoh integrasi' Tionghoa Indonesia pada 1965

Buku «Memecah pembisuan» Tentang Peristiwa G30S tahun 1965

Kesaksian Siauw Giok Tjhan dalam Gestapu 1965

Kenapa Soeharto Tidak Mencegah G30S 1965?

Bahan Renungan Sekitar G30S, Bung Karno, Suharto dan PKI

Pemberontakan Militer dan Ideologi Peristiwa Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI

Mengungkap Kegagalan Gerakan 30 September 1965

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

Partai PDIP dan Pembasmian PKI Melalui Supersemar.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1959 TENTANG FRONT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Siauw Giok Tjhan. Soe Tjen Marching 1

Meninjau Kembali Pembantaian 50 Tahun Lalu

G30S dan Kejahatan Negara

BAB 5 SIMPULAN DAN REKOMENDASI. memuat serangkaian peristiwa yang dijalin dan disajikan secara kompleks. Novel

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya.

Fakta Sejarah Perjuangan. Siauw Giok Tjhan Tidak Bisa Dihapus!

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Terdapat beberapa hal yang penulis simpulkan berdasarkan permasalahan yang

Ini Pantauan CIA Saat Kejadian G30S/PKI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KISI-KISI SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan

GARIS-GARIS BESAR DARI PADA HALUAN NEGARA (Penetapan Presiden Nomor 1 Tahun 1960 Tanggal 29 Januari 1960) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERANAN KOMUNITAS TIONGHOA DALAM PEMBANGUNAN BANGSA

BAB 5 KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa perlu diadakan peraturan tentang kedudukan keuangan Ketua, Wakil Ketua dan anggota M.P.R.S.

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3

Silahkan Baca Tragedi PKI Ini

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1967 TENTANG DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Surat-Surat Buat Dewi

KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN

Siauw Giok Tjhan, Sahabat-ku

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1959 TENTANG SUSUNAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT SEMENTARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

G30S - Dokumen Suparjo

PERATURAN PENGUASA PERANG TERTINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1961 TENTANG PENGAWASAN DAN PEMBINAAN TERHADAP PERCETAKAN SWASTA

Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris. dalam Genosida 65

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara

SISTEM PRESIDENSIIL TAHUN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis

SEJARAH SEHARUSNYA MENJADI INSPIRASI MEMANFAATKAN PELUANG

sherila putri melinda

PERANG BERUJUNG MAKAN BUAH SIMALAKAMA

A. Pengertian Orde Lama

Gerakan 30 September Hal tersebut disebabkan para kader-kader Gerwani tidak merasa melakukan penyiksaan ataupun pembunuhan terhadap para

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun

Tap XXXIII/MPRS/1967

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 3 TAHUN 1967 (3/1967) Tanggal: 6 MEI 1967 (JAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 19 TAHUN 1964 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. berposisi di baris depan, sebagai komunitas sosial yang memotori perwujudan

G 30 S PKI. DISUSUN OLEH Aina Aqila Rahma (03) Akhlis Suhada (04) Fachrotun Nisa (14) Mabda Al-Ahkam (21) Shafira Nurul Rachma (28) Widiyaningrum (32)

PERATURAN DAERAH PROVlNSl KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1966 TENTANG PEMBERIAN PENSIUN, TUNJANGAN BERSIFAT PENSIUN DAN TUNJANGAN KEPADA MILITER SUKARELA

Banyak pemilik akun Twitter yang muncul di. Setelah Bapakku Bebas

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1966 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

REPRESENTASI PERAMPASAN HAK HIDUP INDIVIDU YANG DIANGGAP TAPOL DALAM NOVEL MENCOBA TIDAK MENYERAH KARYA YUDHISTIRA ANM MASSARDI

PERANG DI INDONESIA. Pada tahun 1942, Jepang menjajah Indonesia. Betapa kejamnya Jepang terhadap Indonesia, sampai

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1966 TENTANG PEMBERIAN PENSIUN, TUNJANGAN BERSIFAT PENSIUN DAN TUNJANGAN KEPADA MILITER SUKARELA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Hemat Energi. Belajar Apa di Pelajaran 8? Menjelaskan isi drama dan memerankan drama melalui kegiatan mendengarkan

ASPEK HUKUM PEMBERHENTIAN DAN PENGGANTIAN ANTAR WAKTU (PAW) ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. Oleh: Husendro

UNDANG-UNDANG NO.7 TAHUN 1967 TENTANG VETERAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PJ. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR ISI DAFTAR PUSTAKA

Kelompok 10. Nama :- Maria Yuni Artha (197) - Neni Lastanti (209) - Sutarni (185) Kelas : A5-14

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2010 TENTANG KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

Presiden Seumur Hidup

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN. Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai

YUNUS. 1 Yunus 1. Yunus menolak perintah ALLAH untuk pergi memperingatkan penduduk kota Niniwe

PERATURAN PENGUASA PERANG TERTINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1960 TENTANG KEGIATAN-KEGIATAN POLITIK SELAMA DALAM KEADAAN BAHAYA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1961 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai gagasan pemersatu bangsa Indonesia dengan tujuan melanjutkan revolusi kita

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOYOLALI,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. PKI merupakan sebuah Partai yang berhaluan Marxisme-Lenisme(Komunis).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1964 TENTANG BADAN PEMERIKSA KEUANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pada tanggal 1 September 1945, Komite Sentral dari Komite-komite Kemerdekaan Indonesia mengeluarkan sebuah manifesto:

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

Transkripsi:

Telah terbit Buku: G30S dan Kejahatan Negara Catatan Penyunting Pada tanggal 1 Oktober 1965, sekitar pukul 7 pagi, saya bermain catur dengan ayah saya, Siauw Giok Tjhan di beranda depan rumah. Sebuah kebiasaan di pagi hari kalau ayah memiliki waktu luang. Pada hari yang sangat khusus dan penting itu, ia terlihat tenang seperti biasa. Ini menandakan bahwa ia tidak tahu menahu tentang akan adanya rencana Gerakan 30 September (G30S) menculik para jendral Angkatan Darat dan tidak tahu menahu tentang rencana G30S mengambil alih pemerintahan dari tangan kabinet Dwikora dan menyerahkannya ke Dewan Revolusi. Tidak terbayang olehnya bahwa mala petaka hebat sebagai akibat kejahatan negara berada di ambang pintu. Ia tidak 1

menyadari bahwa mala petaka tersebut akan menghancurkan semua perjuangan dan harapan politiknya. Ia tetap tenang bermain catur dengan saya yang pada waktu itu berumur 9 tahun. Tidak lama kemudian, ada mobil masuk ke pekarangan rumah. Keluarlah Sunito, salah seorang tokoh Partindo. Sunito yang memang kerap datang ke rumah adalah sekretaris Universitas Respublica, universitas yang dikelola dan diasuh oleh Baperki Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia. Siauw Giok Tjhan adalah ketua umum Baperki. Ia anggota DPRGR, MPRS, DPA, Dewan Harian Angkatan 45 dan beberapa lembaga resmi lainnya Sunito dengan suara lantang berseru sambil menjabat tangan ayah: Selamat. Ayah jelas tidak tahu mengapa ia diselamati dan apa yang membuat Sunito gembira. Pembicaraan antara ke dua orang tua ini berlangsung sebentar. Sunito kemudian pergi meninggalkan rumah. Ayah menyatakan bahwa permainan catur harus dihentikan dan ia segera menyalakan radio mencari berita. Tidak lama kemudian ia bergegas meninggalkan rumah. Dan baru kembali ke rumah pada malam hari. Ia tampak muram dan ketika berbicara dengan ibu, saya dengar ia menyatakan: Keadaan gawat. G30S sudah ditumpas oleh Angkatan Darat. Pasti akan ada perubahan politik yang merugikan kita semua. Tentunya sekarang mudah untuk disimak bahwa yang dihadapi oleh Siauw Giok Tjhan pada hari itu adalah peristiwa G30S, yang oleh pemerintah Suharto ditambahi predikat PKI menjadi G30S/PKI. Sebagai manifestasi tuduhan pemerintah Suharto bahwa PKI terlibat bahkan mendalangi G30S. Siauw Giok Tjhan ternyata masuk dalam Dewan Revolusi yang dibentuk oleh G30S. Sebuah Dewan yang tidak sempat bersidang, karena G30S keburu ditumpas oleh Jendral Suharto. Sejak tanggal 2 Oktober 1965, Jendral Suharto, dengan dalih menumpas G30S, melaksanakan Kejahatan Negara yang mungkin terburuk setelah Perang Dunia ke II. Penghancuran PKI, organisasi yang resmi dan 2

merupakan salah satu pilar kebijakan politik negara sebelum 30 September 1965, Nasakom, dilaksanakan oleh penguasa militer secara sistimatik. Penghancuran ini melibatkan pengejaran, penangkapan dan pembunuhan massal. Lebih dari sejuta orang yang dianggap menganut paham komunisme dibunuh secara kejam. Sekitar 500 ribu orang ditahan. Puluhan ribu di antaranya ditahan berbelas tahun tanpa proses hukum. Sebelas ribu di antaranya dibuang ke Pulau Buru. Disamping itu, jutaan orang yang dianggap berhaluan politik kiri mengalami persekusi yang resmi dilaksanakan oleh Negara berbelas tahun. Dipecat dari pekerjaannya, tidak bisa memperoleh pekerjaan lain, diusir dari tempat kediamannya, anak-anaknya tidak bisa memperoleh pendidikan yang baik. Mereka didiskriminasi dan diasingkan dari masyarakat dan hidup sebagai elemen yang membahayakan masyarakat. Siauw Giok Tjhan memimpin Baperki melawan rasisme dan mencanangkan konsep integrasi wajar. Ia mengajak komunitas Tionghoa untuk menerima Indonesia sebagai tanah airnya dan menjadi patriot Indonesia tanpa menanggalkan latar belakang etnisitasnya. Harapannya adalah komunitas Tionghoa diterima sebagai salah satu suku Indonesia. Menjelang akhir zaman Demokrasi Terpimpin (1959-1965), polarisasi politik di Indonesia kian meruncing. Kelompok berhaluan kiri dipimpin oleh PKI. Kelompok berhaluan kanan dipimpin oleh Angkatan Darat. Presiden Sukarno cenderung mendukung kelompok kiri. Siauw dan Baperki bersikap mendukung Sukarno. Karena Sukarno cenderung berhaluan kiri, dengan sendirinya Siauw membawa Baperki ke perahu Sukarno yang bertentangan dengan partai-partai politik berhaluan kanan dan Angkatan Darat. Pengejaran, penangkapan dan pembunuhan yang dilaksanakan oleh Suharto turut menghancurkan Baperki dan banyak anggotanya di berbagai daerah menjadi korban. Siauw Giok Tjhan mendorong 3

pimpinan Baperki untuk tidak melarikan diri dan melindungi para anggotanya. Mereka berupaya sekuat tenaga membersihkan nama Baperki dari semua tuduhan penguasa militer. Pada tanggal 15 Oktober 1965 kampus Universitas Respublica di Jakarta diserbu dan dibakar oleh massa yang didukung oleh militer. Pada tanggal 4 Nopember, Siauw Giok Tjhan ditahan, dengan dalih di amankan dari masyarakat. Pada bulan Maret 1966, ia dipecat dengan hormat dari DPR, MPRS dan DPA. Sejak Nopember 1965 hingga Agustus 1978, Siauw Giok Tjhan tercatat sebagai seorang tahanan politik (tapol). Ia resmi di bebaskan dengan predikat ET Eks Tapol pada tahun 1978. Ia ditahan di berbagai penjara di Jakarta. Dimulai dengan penahanan sementara di Lapangan Banteng dan kompleks Unra (Universitas Rakyat) dari Nopember 1965 hingga Juli 1966. Di penjara Salemba dari Juli 1966 hingga Nopember 1969. Di tahanan Satgas, Nopember 1969 hingga Pebruari 1970. Di penjara RTM (Rumah Tahanan Militer), Pebruari 1970 hingga Desember 1972. Di penjara Nirbaya, Desember 1972 hingga Nopember 1973. Di Penjara Salemba, Nopember 1973 hingga Oktober 1975. Tahanan rumah, Oktober 1975 hingga Agustus 1978. Di berbagai tahanan inilah ia bertemu dan berdiskusi dengan banyak tokoh politik dan militer yang langsung dan tidak langsung terlibat dalam peristiwa G30S. Ia berdiskusi dengan banyak orang dari berbagai lapisan, sipil maupun militer. Dari tokoh-tokoh utama seperti KSAU Omar Dhani, KSAD Pranoto, Menteri Setiadi, Menteri Sumarno dan Menteri Oei Tjoe Tat, Kolonel Latief hingga para tentara yang ikut dalam operasi penculikan para jendral pada tanggal 1 Oktober 1965. Ia juga berkesempatan berdiskusi dengan para tokoh yang memimpin operasi Blitar Selatan, di antaranya Munir dan Ruslan. Diskusi-diskusi dengan para pelaku sejarah dari berbagai tingkat dan aliran ini mendorongnya menulis beberapa catatan berbentuk analisa tentang G30S, kesalahan dan kecerobohan yang dilakukan oleh pimpinan PKI, setelah ia keluar dari penjara. 4

Ketika ia diizinkan oleh Adam Malik, pada waktu itu Wakil Presiden, untuk berobat di negeri Belanda pada tahun 1978, ia-pun sering berbicara dengan para teman dan mahasiswa di Eropa. Sebagian dari pembicaraan-pembicaraan ini direkam. Catatan-catatan Siauw sebenarnya disebar secara terbatas di antara para temannya pada tahun 1978. Jadi sebelum banyak tulisan tentang G30S terbit. Siauw Giok Tjhan menyimpulkan bahwa PKI secara organisasi tidak terlibat dalam G30S. Dan dari berbagai kenyataan yang ia amati, Suharto memainkan peranan penting dalam peristiwa yang kemudian menjadi dasar dari Kejahatan Negara yang dilaksanakan secara sistimatik berbelas tahun. Buku ini merupakan gabungan semua catatan, tulisan dan rekaman Siauw Giok Tjhan tentang peristiwa G30S, peristiwa yang terjadi 50 tahun yang lalu, yang secara drastis mengubah struktur politik Indonesia dan membuahkan penderitaan jutaan orang yang tidak bersalah di Indonesia. Dan kesemuanya ini dilakukan oleh Negara yang dipimpin oleh Jendral Suharto. Diharap buku ini, bersama banyaknya publikasi lain tentang G30S, memperkuat kemampuan para sejarawan dan generasi muda untuk secara objektif mempelajari dan menganalisa G30S. Dan yang lebih penting lagi, diharap buku ini mendorong generasi di kemudian hari untuk berjuang menjamin tidak terulangnya Kejahatan Negara yang dilakukan oleh Suharto. Semua kelemahan dan kesalahan penyuntingan dari berbagai dokumen dan rekaman ini adalah tanggung jawab saya sebagai penyunting. Siauw Tiong Djin 1 Oktober 2015. 5

<< UNDANGAN >> Herb Feith Foundation mengundang Anda untuk menghadiri acara peluncuran buku: G30S dan Kejahatan Negara, oleh Siauw Giok Tjhan Waktu: 28 Oktober 2015 13:00 s/d 15:00 Rabu Lokasi: Cening Coffee House, Jalan Raya Celuk 6X, Sukawati Gianyar (Dekat Ubud). Nara Sumber: Siauw Tiong Djin (penyunting), Romo Baskara and Putu Oka Sukanta 6