BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengobatan sakit ringan (minor illnesses), tanpa resep atau intervensi dokter

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANALGETIK ANTIPIRETIK SEBAGAI UPAYA PENGOBATAN SENDIRI DI KELURAHAN PONDOK KARANGANOM KLATEN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempunyai kemampuan melakukan tugas fisiologis maupun psikologis

POLA PEMILIHAN OBAT SAKIT KEPALA PADA KONSUMEN YANG DATANG DI ENAM APOTEK DI KECAMATAN DELANGGU SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SOSIALISASI MENGENAL OBAT AGAR TAK SALAH OBAT PADA IBU-IBU PENGAJIAN AISYIYAH PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING

DEFENISI. Merupakan suatu gejala yang menunjukkan adanya gangguangangguan. peradangan, infeksi dan kejang otot.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 386/MEN.KES/SK/IV/1994, untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan suatu indikator yang menggambarkan tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Swamedikasi atau self medication adalah penggunaan obat-obatan tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Patah tulang (Euphorbia tirucalli L.) adalah salah satu jenis tanaman

SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG APOTEK DI APOTEK MARGI SEHAT TULUNG KECAMATAN TULUNG KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Self Medication menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini mengambil lokasi Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang. benda asing eksternal seperti debu dan benda asing internal seperti dahak.

ANALISIS IKLAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA ENAM MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL 2009

BAB I PENDAHULUAN. rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya

POLA PEMILIHAN OBAT SAKIT MAAG PADA KONSUMEN YANG DATANG DI APOTEK DI KECAMATAN DELANGGU SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Demografi Responden. Distribusi responden berdasarkan umur seperti pada tabel 3.

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal. Kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah pengobatan sendiri, meskipun belum terlalu populer, namun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALGETIKA. Non-Steroidal Antiinflamatory Drugs (OAINS/Obat Antiinflamasi Non-Steroid) Analgetika opioid. Analgetika opioid

ANALGETIKA. dr. Agung Biworo, M.Kes

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA REUMATIK DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masih terdapat dalam produk ruahan (Siregar,2010).

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang

BAB I. Kesehatan merupakan hal yang penting di dalam kehidupan. Seseorang. yang merasa sakit akan melakukan upaya demi memperoleh kesehatannya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pekerjaan. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

mengakibatkan reaksi radang yang ditandai dengan adanya kalor (panas), rubor (kemerahan), tumor (bengkak), dolor (nyeri) dan functio laesa (gangguan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,

NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Swamedikasi atau pengobatan sendiri merupakan kegiatan pemilihan dan

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN OBAT DI APOTEK KELURAHAN WONOKARTO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LEBIH DEKAT DENGAN OBAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu, tetapi juga oleh komunitas atau kelompok, bahkan oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengobatan sendiri (swamedikasi) merupakan bagian dari upaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apotek berasal dari bahasa Yunani apotheca, yang secara harfiah berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kefarmasian oleh apoteker (Menkes RI, 2016). Apotek merupakan salah satu. mencegah dan menyembuhkan penyakit pada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman (GNPOPA) Edukasi terkait OBAT pada Remaja dan Dewasa

Perpustakaan Unika LAMPIRAN- LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Karateristik Masyarakat Yang Melakukan Swamedikasi Di Beberapa Toko Obat Di Kota Makassar. Program Studi Diploma III Farmasi Yamasi.

DINAS KESEHATAN KABUPATEN TELUK WONDAMA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

OBAT ANALGETIK, ANTIPIRETIK dan ANTIINFLAMASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat yang setinggi tingginya (Depkes, 2009). Adanya kemajuan ilmu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. racun yang jika tidak digunakan sebagaimana mestinya dapat membahayakan

BAB I PENDAHULUAN. saraf pusat tanpa menghilangkan kesadaran. 2,3 Parasetamol umumnya digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat

2. Bentuk setengah Padat contohnya salep,krim,pasta,cerata,gel,salep mata. 3. Bentuk cair/larutan contohnya potio,sirop,eliksir,obat tetes,dan lotio.

BAB II A. TINJAUAN PUSTAKA. obat atau farmakoterapi. Tidak kalah penting, obat harus selalu digunakan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peningkatan kesehatan masyarakat. Definisi swamedikasi menurut

BAB I PENDAHULUAN. berkisar antara 36-37ºC. Jadi seseorang yang mengalami demam, suhu

Kata Kunci: Tingkat Pengetahuan, Asam Mefenamat, Pasien Poli Gigi

BAB I PENDAHULUAN. suksesnya sistem kesehatan adalah pelaksanaan pelayanan kefarmasian (Hermawati, kepada pasien yang membutuhkan (Menkes RI, 2014).

CERDAS MENGENALI PENYAKIT DAN OBAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

St.Aniah Hardiyanti Sitti Hajar Irmawati Sri Rezeki Amalia Suci Febriyani Suparmin Romi Tuti Ernawati Ulmi fajri Vera Febrianti Yanti Sari Syam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN dan 2000, kelompok umur tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta

Jika ciprofloxacin tidak sesuai, Anda akan harus minum antibiotik lain untuk menghapuskan kuman meningokokus.

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANALGETIK ANTIPIRETIK SEBAGAI UPAYA PENGOBATAN SENDIRI DI KELURAHAN PONDOK KARANGANOM KLATEN SKRIPSI

By: Kelompok 2 Amelia Leona Ayu Afriza Cindy Cesara Dety Wahyuni Fitri Wahyuni Ida Khairani Johan Ricky Marpaung Silvia Syafrina Ibrahim

BAB I PENDAHULUAN. Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat saat ini sudah tidak pasif lagi dalam menanggapi situasi sakit maupun gangguan ringan kesehatannya. Mereka sudah tidak lagi segan minum obat pilihan sendiri untuk menangkal gangguan tersebut. Swamedikasi merupakan upaya pengobatan yang dilakukan sendiri. Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat seperti : demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit maag, cacingan, diare, penyakit kulit dan lain-lain. Swamedikasi menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan. Pada pelaksanaannya swamedikasi dapat menjadi sumber terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) karena keterbatasan pengetahuan masyarakat akan obat dan penggunaannya (Depkes, 2006).Obat yang paling banyak digunakan untuk menyembuhkan atau mengurangi demam, sakit kepala dan nyeri adalah golongan analgetik-antipiretik. Sebagian besar analgetik-antipiretik yang beredar adalah merupakan obat bebas dan obat bebas terbatas yang banyak dipasarkan dan mudah didapat baik di toko, apotek bahkan di warung (Supardi, 2002). Berdasarkan penelitian sebelumnya yang berjudul pengobatan sendiri menggunakan analgetik-antipiretik oleh masyarakat di Kabupaten Klaten, didapatkan kesimpulan bahwa masyarakat yang melakukan pengobatan sendiri menggunakan analgetik-antipiretik sebagai langkah menghilangkan nyeri dan demam sebanyak 100% (Prewitasari, 2005). Dari survei pendahuluan yang dilakukan di Kelurahan Pondok Karanganom Klaten, terdapat 13 dari 15 orang yang pernah melakukan pengobatan sendiri menggunakan analgetik-antipiretik. Dilihat dari hasil survei pendahuluan tersebut dapat disimpulkan bahwa angka penggunaan obat analgetikantipiretik oleh masyarakat Pondok Karanganom Klaten relatif banyak sehingga peneliti menggunakan Kelurahan Pondok Karanganom Klaten sebagai tempat penelitian. 1

2 B. Perumusan Masalah Dengan adanya latar belakang di atas maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahannya yaitu : 1. Bagaimana ketepatan pemilihan obat analgetik antipiretik untuk penyakit demam, sakit kepala dan nyeri oleh masyarakat di Kelurahan Pondok Karanganom? 2. Bagaimana ketepatan aturan pakai obat analgetik antipiretik untuk penyakit demam, sakit kepala dan nyeri oleh masyarakat di Kelurahan Pondok Karanganom? 3. Apa alasan yang mendasari tindakan pengobatan sendiri dan darimana informasi yang diperoleh masyarakat Kelurahan Pondok Karanganom dalam menentukan penggunaan obat analgetik antipiretik? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka pada penelitian ini mempunyai tujuan : 1. Menilai ketepatan pemilihan obat analgetik antipiretik untuk penyakit demam, sakit kepala dan nyeri oleh masyarakat di Kelurahan Pondok Karanganom. 2. Menilai ketepatan aturan pakai penggunaan obat analgetik antipiretik untuk penyakit demam, sakit kepala dan nyeri oleh masyarakat di Kelurahan Pondok Karanganom. 3. Mengetahui alasan yang mendasari tindakan pengobatan sendiri dan darimana informasi yang diperoleh masyarakat Kelurahan Pondok Karanganom dalam menentukan penggunaan obat analgetik antipiretik. D. Tinjauan Pustaka 1. Pengobatan Sendiri Pengobatan sendiri adalah penggunaan obat oleh masyarakat untuk tujuan pengobatan sakit tanpa resep atau nasehat dokter. Manfaat pengobatan sendiri adalah : (a) tidak memerlukan konsultasi medis, (b) mengurangi beban pelayanan

3 kesehatan, (c) serta meningkatkan keterjangkauan pelayanan bagi masyarakat yang jauh dari puskesmas atau rumah sakit (Supardi, 2002). Penyakit yang sering diobati sendiri oleh masyarakat untuk mengatasi keluhan yang dikenali sendiri antara lain nyeri otot, nyeri sendi, sakit kepala, demam, batuk, dan pilek. Keluhan-keluhan tersebut pada umumnya merupakan gejala penyakit sederhana yang dapat disembuhkan sendiri dalam waktu singkat. Karena itu biasanya pengobatan sendiri hanya dilakukan dalam waktu terbatas, kurang lebih 3-4 hari (Supardi, 1997). Keuntungan pengobatan sendiri antara lain aman bila digunakan sesuai dengan aturan, efektif untuk menghilangkan keluhan, efisiensi biaya, dan efisiensi waktu, ikut berperan dalam mengambil keputusan terapi dan meringankan beban pemerintah dalam keterbatasan jumlah tenaga dan sarana kesehatan di masyarakat (Supardi, 2002). Kekurangan pengobatan sendiri yaitu obat dapat membahayakan kesehatan apabila tidak digunakan sesuai dengan aturan, pemborosan biaya dan waktu apabila salah menggunakan obat, kemungkinan kecil timbul reaksi obat yang tidak diinginkan, misalnya sensitifitas, efek samping atau resistensi, penggunaan obat yang salah akibat salah diagnosis dan pemilihan obat yang dipengaruhi oleh pengalaman menggunakan obat di masa lalu dan lingkungan sosial (Supardi dan Notosiswoyo, 2005). 2. Penggolongan Obat Golongan obat yang sering digunakan untuk pengobatan sendiri adalah: a. Obat Bebas Obat bebas dapat diperoleh dai toko obat, pedagang eceran obat berijin dan di apotek tanpa menggunakan resep dokter. Obat bebas tersebut dalam kemasan asli dari pabrik dengan disertai tanda lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam sebagai tanda obat bebas. Contoh dari obat bebas adalah tablet Vitamin C, tablet B kompleks, tablet B1, tablet multivitamin dan sebagainya (Anief, 1997).

4 b. Obat Bebas Terbatas Obat yang termasuk dalam golongan obat bebas terbatas yaitu obat keras dengan batasan jumlah dan kadar isi berkhasiat dan harus ada tanda peringatan. Obat bebas terbatas dapat diperoleh tanpa resep dokter dari pedagang eceran obat berijin, dan di apotek dalam bungkus asli yang ditandai dengan tanda lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam, disamping itu pada obat bebas terbatas ada tanda peringatan, seperti P. No. 1, P. No. 2, P. No. 3, P. No. 4, P. No. 5, dan P. No. 6 (Anief, 1997). Penandaan : Gambar 1. Logo untuk obat bebas. Gambar 2. Logo untuk obat bebas terbatas. P.No 1 Bacalah aturan memakainya P.No2 Hanya untuk kumur, jangan ditelan P.No 3 P.No 4 Hanya untuk bagian luar dari badan Hanya untuk dibakar P.No 5 Tidak boleh ditelan P.No 6 Awas wasir, jangan ditelan Gambar 3. Tanda peringatan untuk obat bebas terbatas.

5 3. Patofisiologi Nyeri dan Demam Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering. Walaupun nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi serta sering memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang tidak mengenakkan, kebanyakan menyiksa dan berusaha bebas dari nyeri yang dirasakan (Mutschler, 1991). Rasa nyeri disebabkan rangsang mekanis atau kimiawi, kalor atau listrik, yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan dan melepaskan zat yang disebut mediator nyeri. Zat ini merangsang reseptor nyeri yang terletak pada ujung syaraf bebas di kulit, selaput lendir dan jaringan lain. Dari tempat ini rangsang dialirkan melalui syaraf sensorik ke susunan syaraf pusat, melalui sumsum tulang belakang ke talamus kemudian ke pusat nyeri dalam otak besar, dimana rangsang terasa sebagai nyeri (Anief, 1997). Demam adalah keadaan dimana suhu tubuh menjadi meningkat, namun masih dapat dikontrol. Suhu oral normal adalah 35,8-37,3 C (96,5-99,2 F). suhu rektal lebih tinggi, sekitar 0,3-0,5 C (0,5-1 F). Suhu tubuh normal biasanya terletak dalam rentang ini dengan suatu variasi diurnal yang berbedabeda antar individu (Amlot, 1997). 4. Analgetik-Antipiretik Analgetik merupakan obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Nyeri sebenarnya berfungsi sebagai tanda adanya penyakit atau kelainan dalam tubuh dan merupakan bagian dari proses penyembuhan (inflamasi). Nyeri perlu dihilangkan jika telah mengganggu aktifitas tubuh (Priyanto, 2008). Sedangkan antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Jadi analgetik-antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi (Anief, 1997).

6 Analgetik dibagi dalam dua kelompok besar atas dasar farmakologisnya, yaitu : a. Analgetik perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. b. Analgetik narkotik khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti pada fractura dan kanker. Obat-obat tersebut mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri, tanpa mempengaruhi system syaraf pusat atau menurunkan kesadaran, serta tidak menimbulkan ketagihan. Efek samping yang paling umum adalah gangguan lambung dan usus (salisilat, penghambat prostaglandin/nsaid dan derivatderivat pirazolinon), kerusakan darah (parasetamol, salisilat, derivat-derivat antranilat dan derivat-derivat pirazolinon), kerusakan hati dan ginjal (parasetamol dan penghambat prostaglandin/nsaid) dan reaksi alergi pada kulit. Efek samping terjadi terutama pada penggunaan yang lama atau dalam dosis tinggi. Penggunaan analgetik secara kontinu tidak dianjurkan (Tjay dan Rahardja, 2002). Analgetik-antipiretik yang sering digunakan adalah : a. Parasetamol (Asetaminofen) Indikasi : nyeri ringan sampai sedang dan pireksia. Peringatan : gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal dan ketergantungan alkohol. Efek samping : reaksi hipersensitivitas, kelainan darah, kerusakan hati, kerusakan ginjal. Dosis : 0,5-1 gram setiap 4-6 jam hingga maksimum 4 gram per hari (Badan POM RI, 2008). b. Asetosal (Asam Asetilsalisilat) Indikasi : nyeri ringan sampai sedang dan demam. Peringatan : asma, penyakit alergi, gangguan fungsi ginjal, menurunnya fungsi hati, dehidrasi, kehamilan, pasien lansia dan defisiensi G6PD.

7 Kontraindikasi : anak dan remaja dibawah 16 tahun ibu menyusui (Sindrom Reye), riwayat maupun sedang menderita tukak saluran cerna, hemofilia, tidak untuk pengobatan gout. Efek samping : biasanya ringan dan tidak sering, tetapi kejadiannya tinggi untuk terjadinya iritasi saluran cerna dengan pendarahan ringan yang asimptomatis, memanjangnya waktu pendarahan, bronkospasme, dan reaksi kulit pada pasien hipersensitif. Dosis : 300-900 mg tiap 4-6 jam bila diperlukan, maksimum 4 gram per hari (Badan POM RI, 2008). c. Asam Mefenamat Indikasi : nyeri ringan sampai sedang serta kondisi yang berhubungan dengan dismenore dan menoragi. Peringatan : sebaiknya digunakan dengan hati-hati pada pasien lansia, pengobatan jangka lama dilakukan tes darah. Kontraindikasi : pada peradangan usus besar. Efek samping : mengantuk, diare atau ruam kulit (hentikan pengobatan), trombositopenia, anemia hemolitik, kejang pada over dosis. Dosis : 500 mg 3 kali sehari, sebaiknya sebaiknya diminum setelah makan, selama tidak lebih dari 7 hari (Badan POM RI, 2008). d. Ibuprofen Indikasi : nyeri ringan sampai sedang antara lain nyeri pada penyakit gigi atau pencabutan gigi, nyeri pasca bedah, sakit kepala, gejala nyeri ringan sampai sedang pada gejala reumatik tulang sendi dan non sendi, terkilir, menurunkan demam pada anak-anak. Peringatan : menyusui. Kontraindikasi : pada ibu menyusui.

8 Efek samping : mual, dispepsia, ulkus gastrointestinal/ perdarahan, diare, sembelit, sakit kepala, pusing, ruam, retensi garam dan cairan, hipertensi. Dosis : sehari 3-4 kali 200-250 mg (Badan POM RI, 2008). 5. Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap), maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata). Sedangkan stimulus atau rangsangan terdiri dari 4 unsur pokok, yakni : sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan dan lingkungan (Notoatmodjo, 2003). Menurut Ensiklopedi Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Dengan demikian, maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu (Notoatmodjo, 2003). 6. Gambaran Wilayah Dan Masyarakat Kelurahan Pondok Luas wilayah Kelurahan Pondok adalah 125.8525 Ha. Dengan batas wilayah antara lain : sebelah utara berbatasan dengan Desa Jeblok, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Gledek, sebelah barat berbatasan dengan Desa Gempol dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Ngabeyan. Kelurahan Pondok terdiri dari 6 dukuh antara lain : Dukuh Krasak Lor, Dukuh Krasak Kidul, Dukuh Jayan, Dukuh Pondok, Dukuh Sadikan dan Dukuh Putat. Jumlah penduduk Kelurahan Pondok adalah 2.252 jiwa dan mempunyai Kepala Keluarga 559. Penduduk lakilaki berjumlah 1.092 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 1.160 jiwa. Penduduk yang berusia antara 18-40 tahun sebanyak 1.182 jiwa. Mayoritas pekerjaan masyarakat Kelurahan Pondok adalah buruh dengan penghasilan ratarata Rp. 600.000 - Rp. 800.000 per bulan (Rosidi, 2011).

9 Di Kelurahan Pondok tenaga kesehatan masih sedikit. Hanya terdapat 1 bidan desa, 1 poliklinik dan 1 rumah bersalin. Tidak ada dokter praktek swasta atau klinik kesehatan. Jangkauan puskesmas induk maupun puskesmas pembantu jauh. Hal ini yang menyebabkan masyarakat Kelurahan Pondok menggunakan obat analgetik-antipiretik yang banyak dijual di toko atau warung (Rosidi, 2011).