SELF EFFICACY AWAL MAHASISWA PENDIDIKAN IPA FMIPA UNY UNTUK MENJADI CALON GURU IPA SMP

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATKAN DAN PEMBERDAYAAN GURU UNTUK MENCIPTAKAN STANDARISASI DALAM MENGAJARKAN SAINS MELALUI PENGENALAN PEMBELAJARAN SEQIP.

Oleh: Insih Wilujeng, Zuhdan K.P., Pratiwi Puji A., Ikhlasul Ardi N Universitas Negeri Yogyakarta

LAPORAN PENELITIAN PROGRAM HIBAH PHK-A PGSD S-1

KESULITAN MAHASISWA PPG PENDIDIKAN FISIKA FKIP UNSYIAH DALAM MELAKSANAKAN PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN DI BANDA ACEH

I. PENDAHULUAN. yang diatur di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

P 75 PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN INTEGRASI INTERKONEKSI

Oleh : Elly Arliani dan Djamilah Bondan Widjajanti Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

PENGUASAAN KONSEP DASAR IPA PADA MAHASISWA PGSD UNIMED MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES

Ayudani Imania Fatimah 1,*

HAND OUT MATA KULIAH KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DIN KODE MK/SKS : UD 100/3 SKS

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir

I. PENDAHULUAN. Seorang guru memiliki peran utama dalam keberhasilan peserta didik

PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP MINAT BELAJAR MATEMATIKA KELAS X DI SMA MUHAMMADIYAH 1 SEMARANG

ANALISIS MATERI IPBA DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)


HASIL PENELITIAN PAYUNG TAHUN ANGGARAN 2012 EVALUASI KESIAPAN MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI MENJADI GURU PROFESIONAL

Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan

KEMAMPUAN CALON GURU BIOLOGI DALAM MENYUSUN RUBRIK ANALITIS PADA ASESMEN KINERJA PEMBELAJARAN

I. PENDAHULUAN. yang berkualitas. Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru pada tiga sekolah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

LAPORAN INDIVIDU KEGIATAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)

E-journal Prodi Edisi 1

ANALISIS KEMAMPUAN PEDAGOGIK DAN SELF CONFIDENCE CALON GURU MATEMATIKA DALAM MENGHADAPI PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN. Oleh :

IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN DALAM MENCAPAI KOMPETENSI GURU BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN PERKANTORAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan kajian awal yang memberi pengantar tentang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terdapat jenjang pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tinggi dituntut untuk membekali diri dengan kompetensi terstandar sebagai bekal

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

ANALISIS TINGKAT KEYAKINAN GURU (TEACHERS BELIEF) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

PROSIDING ISBN :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah komponen yang berperan penting sebagai modal utama

PENERAPAN PRAKTEK PEMBELAJARAN BERMAKNA BERBASIS BETTER TEACHING LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Rasional. Visi, Misi, dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi

KONTRIBUSI SELF CONCEPT MATEMATIS TERHADAP KEMAMPUAN AKADEMIK MAHASISWA PADA PEMBELAJARAN KALKULUS

PENGEMBANGAN BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM FISIKA: PENGUJIAN JENIS KAWAT KONDUKTOR KOMERSIAL

I. PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang kehidupan, yaitu politik, ekonomi, sosial dan budaya. Perubahan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISIS KECENDERUNGAN METODOE PENELITIAN SKRIPSI MAHASISWA DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI UNS

2015 PENGARUH IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMK NEGERI SE-KOTA BANDUNG

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)

PEMBELAJARAN IPA SMP MENURUT KURIKULUM 2013

I. PENDAHULUAN. Guru sains adalah salah satu komponen penting dalam meningkatkan mutu

OLEH : NINING SRININGSIH, M.PD NIP

BAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA

DESAIN PENGEMBANGAN MODEL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK BERBASIS MASALAH TERHADAP KETERAMPILAN SCIENTIFIC INQUIRY DAN KOGNISI MAHASISWA

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATA KULIAH KONSEP DASAR BILANGAN UNTUK MAHASISWA PGSD FKIP UNIVERSITAS BENGKULU

USAHA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PRAKTIKUM ELEKTRONIKA I MELALUI SEMINAR HASIL DAN PENILAIAN KINERJA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pembelajaran IPA Terpadu Melalui Keterampilan Kerja Ilmiah Untuk Mengembangkan Nilai Karakter. Henry Januar Saputra

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat,maka

(Invited Speaker dalam Seminar Nasional di Universitas Bengkulu, 29 Nopember 2009)

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini setiap orang berusaha untuk dapat bersekolah. Menurut W. S

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

PENGEMBANGAN ALAT PENILAIAN BERBASIS KETERAMPILAN GENERIK SAINS PADA PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN

~ 1 ~ PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

Oleh: Drs.NANA DJUMHANA M.Pd PRODI PGSD FIP UPI

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses belajar mengajar, guru merupakan faktor utama yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penelitian terpaku pada model yang digunakan guru pada saat

Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum URAIAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI

IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. Puskur Balitbang 1

Descey Natalia Simbolon* Chemistry Department of FMIPA State University of Medan. * ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi telah berlaku sebagai bagian integral dari setiap proses

BAB I PENDAHULUAN. agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran.

Unnes Physics Education Journal

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan diri, pendidikan merupakan upaya meningkatkan derajat. kompetensi dengan tujuan agar pesertanya adaptable

BAB I PENDAHULUAN tentang guru, yang menyebutkan bahwa, guru adalah pendidik profesional

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pusat bagi kemajuan sebuah bangsa, melalui

BAB I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu kemajuan suatu negara.

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar

Penyesuaian Akademis Mahasiswa Tingkat Pertama

BAB I PENDAHULUAN. Undang - Undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai suatu upaya pembinaan yang

PROFIL DAN ANALISIS MATERI IPBA DALAM KTSP

ANALISIS PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG ARTIKEL. Oleh :

PROFIL MOTIVASI BERPRESTASI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MUSIK STKIP CITRA BAKTI PERIODE 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan Alam (MIPA) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi

BAB III STANDAR KOMPETENSI LULUSAN STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan berperan penting dalam pembangunan masyarakat suatu bangsa,

PENERAPAN INTEGRASI SEQIP DENGAN 5 E LEARNING CYCLE UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI MAHASISWA

Abstrak. : Desi Hartinah, Dr. Insih Wilujeng, dan Purwanti Widhy H, M. Pd, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

EXPECTANCY BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS RIAU

PENGEMBANGAN PROFESIONALISME

Transkripsi:

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 SELF EFFICACY AWAL MAHASISWA PENDIDIKAN IPA FMIPA UNY UNTUK MENJADI CALON GURU IPA SMP Oleh: Insih Wilujeng (FMIPA, UNY) Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian awal yang mempunyai tujuan untuk mengungkap latar belakang mahasiswa dan seberapa tingkat keyakinan awal atau tingkat percaya diri awal mahasiswa pendidikan IPA S 1 di FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta untuk menjadi calon guru IPA SMP. Subyek penelitian ini adalah mahasiswa jurusan pendidikan IPA semester III. (sampel 88 mahasiswa). Penelitian ini dilakukan akhir semester III tahun perkuliahan 2008/2009. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana peneliti menggunakan angket untuk menjaring data. Adapun angket yang digunakan ada dua macam, yaitu angket pertama tentang riwayat pendidikan awal mahasiswa serta motivasi memilih program studi pendidikan IPA yang diisikan dalam data curriculum vitae, sedangkat angket kedua merupakan angket Self-efficacy Beliefs about Equitable Science Teaching (SEBEST) yang dikembangkan Ritter tersebut terdiri dari 34 butir pertanyaan yang berkaitan dengan personal self-efficacy dan outcome expectancy dalam Likert-scale. Berdasarkan analisis data deskriptif dari angket hasil penelitian adalah sebagai berikut 97,6% mahasiswa berlatar belakang SMA/MA IPA dan 2,4% mahasiswa berlatar belakang SMK; 26,8% mahasiswa memilih prodi pendidikan IPA karena senang menjadi guru IPA; 7,3% dorongan orang tua; 24,4% melihat prospektif tentang program studi pendidikan IPA dan 41,5% memilih prodi pendidikan IPA bukan pilihan utama. Persentase mahasiswa yang memilih bidang fisika sebagai materi subyek sains yang paling mereka senangi ada 7,3%, paling senang materi subyek biologi sebanyak 41,5%, paling senang materi subyek kimia sebanyak 12,2% dan paling senang materi subyek kebumian dan astronomi sebanyak 3,9%. Self-efficacy Beliefs about Equitable Science Teaching (SEBEST) yang berkaitan dengan personal self-efficacy dan outcome expectancy mahasiswa dapat dikategorikan tinggi. Pertanyaan positip tentang personal self efficacy untuk jawaban sangat setuju (22,0%); setuju (47,8%); biasa saja (18,1%), sedangkan yang rendah dengan pilihan jawaban tidak setuju dan sangat tidak setuju ratarata (12,1%). Pertanyaan negatip tentang personal self-efficacy untuk jawaban sangat tidak setuju (24,1%); tidak setuju (56,4%); biasa saja (15,2%), sedangkan yang rendah untuk jawaban sangat setuju dan setuju rata-rata (4,3%). Pertanyaan positip tentang outcome expectancy untuk jawaban sangat setuju (27,8%); setuju (40,3%); biasa saja (11,3%), sedangkan jawaban yang rendah dengan pilihan tidak setuju dan sangat tidak setuju rata-rata(19,6%). Pertanyaan negatip tentang outcome expectancy untuk jawaban sangat tidak setuju (26,6%); tidak setuju (54,2%); biasa saja (15,6%), sedangkan yang rendah dengan jawaban sangat setuju dan setuju rata-rata (4,6%). Hasil deskripsi penelitian ini dijadikan dasar untuk penelitian lanjutan tentang pengembangan program IPA terintegrasi guna membekali calon guru IPA SMP. Kata-kata Kunci: Self efficacy; SEBEST, personal self-efficacy;outcome expectancy PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 26 disebutkan, bahwa standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan tinggi bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan sikap untuk menemukan, mengembangkan serta menerapkan ilmu, teknologi, dan seni yang bermanfaat bagi kemanusiaan. Selanjutnya dalam pasal 28, ayat (1) disebutkan, bahwa pendidikan tinggi harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pada ayat (2) disebutkan, S-33

Insih Wilujeng/ Self Efficacy Awal bahwa kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang mendidik yang dibuktikan dengan ijasah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Mulai tahun perkuliahan 2007/2008, Universitas Negeri Yogyakarta, khususnya Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) membuka Program Studi Pendidikan IPA. Program studi pendidikan IPA jenjang S 1 ini memiliki visi, yaitu mewujudkan program studi yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif di abad 21 (di era global) dalam pendidikan IPA (Kurikulum 2002 FMIPA, 2007: 58). Apabila dikaitkan dengan pasal 28 PP No. 19 Tahun 2005, khusunya ayat 2 tentang kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, ternyata jika ditelaah terdapat kesesuaian dengan rumusan dalam kompetensi lulusan program studi pendidikan IPA yang dirumuskan dalam Kurikulum 2002, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, sebagai berikut: Program Studi jenjang S1 Pendidikan IPA bertujuan menghasilkan tenaga pendidik dan kependidikan dengan gelar sarjana Pendidikan Sains bidang keahlian IPA (S.Pd., Si. ) yang memiliki : 1. Kompetensi dasar tenaga pendidik bidang IPA, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. 2. Kompetensi pendidikan bidang IPA, yaitu kompetensi melakukan penelitian dalam rangka mengembangkan pendidikan IPA, serta kompetensi melakukan penyebaran bidang pendidikan IPA melalui pendidikan dan pelatihan (diklat). 3. Kompetensi menghadapi masa depan, yaitu kompetensi menghadapi dan memahami kecenderungan pendidikan IPA, serta memanfaatkan hal tersebut untuk memajukan pendidikan IPA 4. Kompetensi dasar-dasar IPA dan rumpun IPA yang cukup untuk studi lanjut. (2007: 58-59) Lulusan program studi pendidikan IPA memiliki beberapa kewenangan, salah satunya, yaitu menjadi guru IPA SMP/MTs. B. Rumusan Masalah Mengacu pada pada kewenangan lulusan tersebut, maka pertanyaan mendasar adalah bagaimana tingkat keyakinan awal atau tingkat percaya diri mahasiswa prodi pendidikan IPA sebagai calon guru IPA SMP? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengungkap: 1. latar belakang mahasiswa Pendidikan IPA S 1, 2. seberapa tingkat keyakinan awal atau tingkat percaya diri awal mahasiswa pendidikan IPA S 1 di FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta untuk menjadi calon guru IPA SMP. D. Manfaat Penelitian Sesudah kita mengetahui kondisi awal dari mahasiswa pendidikan IPA, terutama tingkat keyakinan atau tingkat kepercayaan diri awal mahasiswa, maka manfaatnya adalah bagi pengelola program studi khususnya mampu mengupayakan bagaimana meningkatkan self-efficacy mahasiswa, melalui beberapa aspek terkait perkuliahan sains, serta bagaimana tetap mempertahankan self-efficacy mahasiswa melalui langkah riil pembekalan bagi mahasiswa sebagai calon guru sains SMP. PUSTAKA Kehebatan, potensi, seseorang dalam mengeluarkan seluruh kemampuannya untuk mengajar dengan efektif dalam mata pelajaran apa pun sangat dibutuhkan. Kehebatan di atas disebut efficacious dan kehebatan seseorang dengan kemampuannya melaksanakan tugas-tugas tertentu disebut self-efficacy sebagai kata benda yang kata sifatnya adalah efficacious. Menurut Tobim, Tippins, dan Gallard (Gabel, 1994: 63) dalam Research on Instructional Strategies for Teaching Science mengemukakan bahwa Self-efficacy theory, in its original form, S-34

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 was most frequently used to explain coping behaviors in situations containing elements of fear. Self-efficacy kemudian didefinisi ulang, diterapkan, dan dipelajari secara ekstensif dalam konteks lain, termasuk dalam pendidikan guru sains SMP. Bandura (Gabel, 1994: 63) dalam A Social Cognitive Theory, menurunkan teori selfefficacy dengan memasukkan fenomena psikologi sebagai aspek penting dalam teori belajar. Dua komponen dasar teori self-efficacy adalah belief yang berkaitan dengan harapan-harapan atau pertimbangan-pertimbangan dan outcome expectations. Dalam pembelajaran sains, Ramsey- Gassert dan Enochs (Cannon dan Scharmann, 1996: 420) mendefinisikan self-efficacy adalah kepercayaan (confidence) guru tentang kemampuan mengajar dan outcome expectancy sebagai keyakinan (belief) guru bahwa belajar siswa dapat dipengaruhi oleh mengajar efektif. Dalam pendidikan sains, mula-mulai teori self-efficacy dimanfaatkan untuk menilai perilaku-perilaku career-relevant yang berkaitan dengan pilihan pekerjaan dalam karis sains dan teknologi. Misalnya, menurut Tobin, Tippins, dan Gallard (Gabel, 1994: 63), para pendidik sains memusatkan usaha-usaha penelitian mereka pada efficacy para guru, khususnya guru-guru sains SD. Ritter (Ramsey, John M. (1994: 8) dalam disertasi yang disusunnya mengembangkan Selfefficacy Beliefs about Equitable Science Teaching (SEBEST), yaitu instrumen yang dikembangkan dan divalidasi untuk mengukur self-efficacy belief about science teaching and learning mahasiswa calon guru sekolah dasar. SEBEST yang dikembangkan Ritter tersebut terdiri dari 34 butir pertanyaan yang berkaitan dengan personal self-efficacy dan outcome expectancy dalam Likertscale. Efficacy mahasiswa dalam mengajar dan belajar sains di SMP tidak saja menguntungkan dari dimensi dirinya (self-efficacy) yang percaya mampu mengajarkan sains karena konsep-konsep dasar sains dan cara mengajarkannya telah dikuasai, tetapi juga bermanfaat bagi dimensi siswa SMP (outcome expectation) yang berkaitan dengan peningkatan prestasinya kelak. Dengan demikian, upaya peningkatan efficacy calon guru SMP dalam pembelajaran sains memerlukan cara-cara tertentu, karena kekhasan efficacy bagi masing-masing individu dalam bidang tertentu. METODE PENELITIAN A. Subyek dan Tempat Penelitian Subyek penelitian ini adalah mahasiswa jurusan pendidikan IPA semester III dan tempat penelitian di prodi pendidikan IPA, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta B. Waktu dan lamanya Penelitian Penelitian ini dilakukan pada akhir semester Gasal, tahun perkuliahan 2008/2009 dan lama penelitian kurang lebih 1 bulan. C. Instrumen Penelitian Adapun instrumen dalam penelitian deskriptif ini adalah angket riwayat pendidikan asal dari mahasiswa dan motivasi memilih prodi pendidikan IPA S 1, serta angket Self-efficacy Beliefs about Equitable Science Teaching (SEBEST) yang dikembangkan Ritter tersebut terdiri dari 34 butir pertanyaan yang berkaitan dengan personal self-efficacy dan outcome expectancy dalam Likert-scale. S-35

Insih Wilujeng/ Self Efficacy Awal HASIL PENELITIAN A. Deskripsi latar belakang pendidikan awal mahasiswa Tabel 1. Persentase latar belakang pendidikan awal mahasiswa SMA/SMK/MA (%) NEGERI SWASTA IPA IPS IPS IPA 89,1 ---- ---- 10,9 Tabel 2. Persentase Pekerjaan orang tua Petani PNS Pedagang Swasta Buruh Pensiun Ibu Rumah Tangga Ayah Ibu Ayah Ibu Ayah Ibu Ayah Ibu Ayah Ibu Ayah Ibu 10,5% 1,8% 59,5% 51,7% 4,1% 5,3% 20,2% 8,6% 5,4% 1,7% 3,0% 31,0% B. Deskripsi motivasi mahasiswa memilih program studi pendidikan IPA dan Pemilihan materi subyek Sains yang paling disenangi mahasiswa Tabel 3. Persentase motivasi (latar belakang) mahasiswa memilih program studi pendidikan IPA Latar Belakang Memilih Prodi Pendidikan IPA (%) Senang menjadi guru IPA Dorongan Orang Tua Melihat Prospek Bagus Bukan Pilihan Utama 26,8 7,3 24,4 41,5 Tabel 4. Persentase pemilihan materi subyek Sains yang paling disenangi mahasiswa Persentase materi subyek yang paling disenangi mahasiswa (%) Fisika Biologi Kimia Kebumian dan Astronomi 7,3 41,5 12,2 39 C. Desripsi Self-efficacy mahasiswa Tabel 5. Persentase personal self-efficacy mahasiswa berdasarkan analisis angket SEBBET untuk pertanyaan positip dan negatip Kategori pertanyaan Sangat setuju (%) Setuju (%) Biasa saja (%) Tidak setuju dan sangat tidak setuju (%) Positip 22,0 47,8 18,1 12,1 Kategori pertanyaan Sangat tidak setuju (%) Tidak setuju (%) Biasa saja (%) Setuju dan Sanagt setuju (%) Negatip 24,1 56,4 15,2 4,3 Tabel 6. Persentase outcome expectancy mahasiswa berdasarkan analisis angket SEBBET untuk pertanyaan positip dan negatip Kategori pertanyaan Sangat setuju (%) Setuju (%) Biasa saja (%) Tidak setuju dan sangat tidak setuju (%) Positip 27,8 40,3 11,3 19,6 Kategori Sangat tidak Tidak setuju Biasa saja (%) pertanyaan setuju (%) (%) Setuju dan Sangat setuju (%) Negatip 26,6 54,2 15,6 4,6 S-36

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 SIMPULAN DAN TINDAK LANJUT Hasil penelitian awal ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Latar belakang pendidikan mahasiswa sebagian besar dari SMA/MA negeri jurusan IPA (97,6%) 2. Latar belakang pekerjaan orang tua sebagian besar adalah PNS (guru)(59,5% untuk ayah dan 51,7% untuk ibu) 3. Latar belakang mahasiswa memilih program studi pendidikan IPA sebagian besar adalah karena bukan pilihan utama (41,5%) 4. Materi subyek sains yang paling disenangi mahasiswa adalah biologi (41,5%) 5. Tingkat kepercayaan diri mahasiswa untuk menjadi calon guru IPA termasuk kategori tinggi, baik ditinjau dari dimensi dirinya (self-efficacy) yang percaya mampu mengajarkan sains karena konsep-konsep dasar sains dan cara mengajarkannya telah dikuasai, juga ditinjau dari kebermanfaatan bagi dimensi siswa SMP (outcome expectation) yang berkaitan dengan peningkatan prestasinya kelak. Hasil penelitian ini sebagai langkah awal tahap define (pendefinisian) dalam research and development tentang pengembangan program IPA terintegrasi guna membekali calon guru IPA SMP. Hasil dari analisis ini akan menjadi dasar dan ditindaklanjuti dengan analisis konsep dan analisis tugas sampai pada penyusunan tujuan perkuliahan khusus untuk IPA terintegrasi. DAFTAR PUSTAKA Cannon, John, dan Scharmann, Lawrence C. (1996). Influence of a Cooperative Early Field Experience on Preservice Elementary Teachers Science Self-Efficacy. Journal of Science Education. 80(4): 419 436. Gabel, Dorothy L. (1994). Handbook of Research on Science Teaching & Learning. NY: Mcmillan Publishing Company. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Ramsey, John M. (1994). The Development and Validation of the Self-Efficacy Belief about Equitable Science Teaching and Learning Instrument for Prospective Elementary Teachers. Desertasi Doktor pada College of Education, Pennsylvania STATE University. --------------.(2007).Kurikulum 2002 FMIPA. Departemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri Yogyakarta S-37

Insih Wilujeng/ Self Efficacy Awal Lampiran: CURRICULUM VITAE NAMA :...(L/ P) TEMPAT DAN TANGGAL LAHIR : NAMA ORANG TUA: AYAH : IBU : PEKERJAAN ORANG TUA : AYAH : IBU :. ALAMAT RUMAH :. ASAL SEKOLAH :. JUMLAH SAUDARA : LATAR BELAKANG MEMILIH/MASUK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA: 1. 2. 3. MATERI SUBYEK SAINS YANG PALING DISENANGI a. FISIKA b. BIOLOGI c. KIMIA d. KEBUMIAN DAN ASTRONOMI SEBEST Nama :. NIM :.. Tanggapilah semua pernyataan di bawah ini dengan memberi tanda x sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan Anda, apa pun pilihan Anda tidak akan mempengaruhi prestasi akademis yang berkaitan dengan mata kuliah tertentu Tanggapan dimulai dari: (5) sangat setuju, (4) setuju, (3) biasa saja, (2) tidak setuju, atau (1) sangat tidak setuju No Pernyataan Tanggapan 1. Saya akan dapat mengajar sains dengan efektif kepada para siswa.. 2. Para siswa dapat mempelajari sains jika mereka menerima pengajaran sains yang efektif.. 3. Saya tidak memiliki kemampuan mengajar sains kepada para siswa.. 4. Walau para guru menggunakan strategi mengajar sains yang paling efektif, namun beberapa siswa tetap tidak dapat mengusai sains 5. Saya akan dapat menjembatani kebutuhan pembelajaran para siswa ketika saya mengajar sains. 6. Bahkan saat para guru menggunakan strategi mengajar sains yang paling efektif, beberapa siswa tidak dapat berprestasi dalam sains.. 7. Saya dapat melaksanakan banyak hal sebagai guru untuk meningkatkan prestasi para siswa dalam sains.. 8. Para siswa dapat berhasil dalam sains bila digunakan strategi pengajaran sains yang telah terjamin.. 9. Saya dapat membantu para siswa mempelajari sains pada tingkat yang sama pada semua siswa. S-38

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 10. Para siswa tidak mampu berprestasi dalam sains walaupun pada saat pengajaran berlangsung efektif 11. Saya tidak tahu bagaimana mengajar konsep sains pada para siswa. 12. Para siswa tidak cakap dalam belajar sains bahkan ketika pengajaran dilangsungkan efektif. 13. Saya akan menjadi efektif dalam mengajar sains dengan cara yang bermakna kepada para siswa. 14. Para siswa dapat mengembangkan sains pada tingkat yang sama jika mereka mendapat pengajaran fisika yang efektif 15. Saya akan dapat membantu para siswa mempelajari sains. No Pernyataan Tanggapan 16. Mengajar sains dengan efektif dapat membantu para siswa mengatasi ringtangan untuk menjadi siswa yang baik dalam sains 17. Saya tidak dapat membantu para siswa belajar sains pada tingkat yang sama 18. Para siswa tidak dapat mempelajari sains dengan baik bahkan saat perintah pengajaran sains yang efektif diberikan 19. Saya akan mampu mengajarkan sains dengan sukses kepada para siswa.. 20. Para siswa tidak memiliki kemampuan mempelajari sains, bahkan saat strategi pengajaran yang efektif digunakan 21. Saya tidak akan mampu mencapai sukses dalam mengajar sains kepada para siswa. 22. Pengajaran sains yang efektif tidak dapat meningkatkan prestasi para siswa dalam sains. 23. Saya memiliki kemampuan membantu para siswa mencapai sukses dalam sains.. 24. Para siswa memiliki kemampuan untuk bersaing secara akademis dalam sains ketika mereka mendapatkan pengajaran sains yang bermutu.. 25. Saya akan dapat mengajar sains dengan sukses kepada para siswa 26. Pengajaran yang baik tidak akan membantu para siswa berprestasi dalam sains.. 27. Saya akan dapat memonitor secara efektif pemahaman sains para siswa. 28. Para siswa tidak mempunyai kemampuan mencapai sukses dalam sains walaupun pengajaran sains ketika itu efektif. 29. Saya tidak akan dapat mengajar sains dengan sukses kepada para siswa. 30. Para siswa dapat belajar sains bila digunakan pengajaran sains yang efektif. 31. Saya tidak tahu strategi pengajaran yang akan dapat menolong para siswa mencapai sukses dalam sains.. 32. Seorang guru sains yang baik dapat membantu para siswa berprestai dalam sains dengan tingkat yang sama kepada S-39

Insih Wilujeng/ Self Efficacy Awal semua siswa 33. Saya tidak akan mampu mengajar sains kepada para siswa dengan efektif 34. Para siswa dapat mencapai suskes dalam belajar sains jika pengajarannya berlangsung efektif S-40