BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. bersifat produktif dan dinamis. Selain itu perkembangan bahasa juga dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan,

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan. Akan tetapi penelitian tentang interferensi bahasa telah banyak dilakukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peneliti di Indonesia. Penelitian-penelitian itu yang dilakukan oleh: Susi Yuliawati

BAB I PENDAHULUAN. dua bahasa atau lebih (multilingual), yaitu bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Akibatnya, banyak masyarakat

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas

Gorontalo untuk berkomunikasi. Selain bahasa Gorontalo, Provinsi Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam menyampaikan ide, gagasan, atau perasaan kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. dominan di antara sesama manusia. Realitas ini menunjukkan betapa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. alat berkomunikasi antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang

BAB I PENDAHULUAN. membedakannya dari makhluk-makhluk lain (Poerwadarminta, 2005: 106).

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa daerah bagi penuturnya telah mendarah daging karena tiap hari

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian.

IDENTIFIKASI KEDWIBAHASAAN SISWA: IMPLEMENTASI STUDI KEBAHASAAN DI SEKOLAH DASAR. Gio Mohamad Johan 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. semangat kebangsaan dan semangat perjuangan dalam mengantarkan rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Sudah sewajarnya bahasa dimiliki oleh setiap manusia di dunia ini yang secara rutin

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

BAB I PENDAHULUAN. lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan. Masing-masing pulau tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahasa Indonesia mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Apakah ia akan dengan mudah beradaptasi dengan bahasa barunya? Atau janganjangan,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB II LANDASAN TEORI. Biau. Kabupaten Buol. Adapun penelitian sejenis yang pernah diteliti antara lain:

BAB II KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Konsep dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosiolinguistik

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Dalam bab ini dijelaskan mengenai kajian pustaka, konsep, dan landasan teori

BAB I PENDAHULUAN. beragam suku dan budaya. Suku-suku yang terdapat di provinsi Gorontalo antara lain suku

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat komunikasi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan masyarakat dapat mempengaruhi perubahan bahasa. Era

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai peranan yang sangat. pada setiap bahasa, khususnya bahasa ibu atau bahasa asal.

BAB I PENDAHULUAN. dengan dua budaya, atau disebut juga dwibahasawan tentulah tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. campuran, yaitu campuran antara bahasa Indonesia dan salah satu atau kedua

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 3 OBJEK LINGUISTIK : BAHASA. Linguistik adalah ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya.

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lainnya. Berkomunikasi merupakan cara manusia saling

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dalam penggunaannya di tengah adanya bahasa baru dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dengan beberapa bangsa asing yang membawa bahasa dan kebudayaannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehidupan seseorang dalam bermasyarakat tidak lepas dari interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat sebagai salah satu tempat interaksi bahasa berlangsung,

PEMILIHAN BAHASA DALAM MASYARAKAT PEDESAAN DI KABUPATEN TEGAL DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI ALTERATIF BAHAN AJAR MATA KULIAH SOSIOLINGUISTIK.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bahasa. Tidak seperti sistem isyarat yang lain, sistem verbal bisa digunakan untuk

KAJIAN PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN SOLOPOS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2010 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Makhluk sosial

FILSAFAT BAHASA DAN BAHASA MENURUT LUDWIG WITTGENSTEIN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sekian banyak majalah remaja ternama di Indonesia, ada sebuah majalah yang

Pengertian Universal dalam Bahasa

PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan suatu bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. individu lain yang berasal dari daerah atau wilayah lain. Oleh karena itu, bahasa. Indonesia dijadikan sebagai bahasa nasional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INTERERENSI FONOLOGIS DAN MORFOLOGIS BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA PROSES PEMBELAJARAN DI SD SE-KECAMATAN KRAMAT, KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB 1 PENDAHULUAN. haruslah digunakan ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi. Tetapi

BAB I PENDAHULUAN. dapat disesuaikan, dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu lain dalam kehidupan sehari-hari. Dalam berinteraksi itulah manusia

BAB I PENDAHULUAN. antar-anggota masyarakat. Artis, pembawa acara, penonton, dan penelepon

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SD DOREMI EXCELLENT SCHOOL. oleh: Ni Made Yethi suneli

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam menyampaikan pendapat terhadap masyarakat, baik berupa

BAB I PENDAHULUAN. lain. Penggunaan suatu kode tergantung pada partisipan, situasi, topik, dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari kegiatan berkomunikasi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil dari penelitian berjudul Interferensi Morfologis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah penutur lebih dari satu juta jiwa (Bawa, 1981: 7). Bagi

BAB I PENDAHULUAN. lisan. Secara tertulis merupakan hubungan tidak langsung, sedangkan secara. sebuah percakapan antar individual atau kelompok.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi

INTERFERENSI SINTAKSIS BAHASA MINANGKABAU DALAM BAHASA INDONESIA PADA MASYARAKAT MINANG PERANTAU DI MEDAN

Abstraksi. Kata kunci: dialektologi, sikap, bahasa, minang, rantau

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi tersebut, manusia memerlukan bahasa. Menurut Samsuri (1978:69) bahasa adalah apa yang dimiliki bersama menetap di dalam kesadaran pembicara-pembicara. Hal tersebut menunjukan bahwa bahasa merupakan salah satu alat yang paling penting untuk melakukan komunikasi, menyampaikan maksud, serta tujuan yang ingin dicapai. Selain itu, bahasa juga sebagai wahana komunikasi dan sesuatu yang potensial (Sumarsono, 2004:65-66). Hal itu ditunjukkan oleh adanya sekelompok manusia yang mempunyai bahasa tertentu untuk berkomunikasi dan sebagai penanda ciri khas kelompoknya. Pada umumnya, ada bermacam-macam bahasa yang dikenal dan digunakan untuk berkomunikasi oleh manusia. Bahasa-bahasa tersebut muncul dan berkembang pesat seiring dengan perkembangan zaman. Munculnya bahasabahasa tersebut didasari oleh adanya bahasa daerah yang dimiliki oleh setiap daerah di Indonesia. Meskipun demikian, setiap bahasa daerah yang ada juga mempunyai ciri khas tersendiri sebagai pembedanya. Salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia dengan jumlah penutur yang sangat besar dan daerah persebaran yang luas adalah bahasa Jawa. 1

2 Pada kenyataan yang ada, tidak semua masyarakat yang berkomunikasi dengan bahasa Jawa menggunakan kata yang sama untuk menyebut sesuatu. Hal itu disebabkan oleh adanya idiolek dan dialek yang dimiliki oleh setiap masyarakat dalam suatu daerah. Menurut Alwasilah (1990:46-51) ujaran individu yang unik yaitu yang ditandai idiosyncrasy ini merupakan variabel dari bahasa yang dinamai idiolek. Selain itu, ada juga berbagai macam pengertian yang berkaitan dengan dialek, namun pada dasarnya dialek adalah sub unit dari bahasa yang disepakati untuk menjadi bahasa nasional. Dialek dibagi berdasarkan faktor daerah, waktu, dan sosial. Oleh sebab itu, muncul perbedaan dialek dari setiap daerah yang ada, seperti dialek Surabaya yang saat ini digunakan untuk menyampaikan berita dalam stasiun televisi lokal di wilayah Jawa Timur. Dalam penggunaannya, meskipun sama-sama diucapkan dengan bahasa Jawa, namun dialek ini memiliki perbedaan dengan bahasa Jawa umumnya (dialek Jawa standar). Selain itu, dalam siaran berita tersebut juga terdapat penggunaan bahasa Indonesia sehingga mempengaruhi bahasa Jawa dialek Surabaya. Secara sosiolinguistik, pengaruh tersebut dikenal sebagai interferensi yang sekaligus menjadi ciri penting dari seorang dwibahasawan. Menurut Alwasilah (1990:131) interferensi adalah kekeliruan yang disebabkan terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa atau dialek ibu ke dalam bahasa atau dialek kedua. Interferensi bisa terjadi pada pengucapan, tata bahasa, kosa kata, makna bahkan budaya. Berdasarkan data yang dikumpulkan, salah satu contoh interferensi yang ada dalam siaran berita tersebut adalah penggunaan kata air dan atap. Dalam bahasa Jawa, kata air seharusnya diganti menjadi banyu,

3 sedangkan atap menjadi payon. Selain itu, adanya hubungan yang erat antara bahasa daerah dengan bahasa Indonesia juga menjadi salah satu alasan munculnya kata air dan atap dalam siaran berita. Untuk mengetahui dialek suatu daerah maka dapat diketahui dari tindakan bertutur. Dengan tindakan tersebut, adanya ragam bahasa atau variasi yang digunakan oleh masyarakat tutur dapat diketahui. Selain itu, unit sosiolinguistik yang paling kecil yang menarik perhatian kita ialah suatu perbuatan bertutur (Schegloff 1968 dalam Fishman, 1991:33). Hymes (1968 dalam Fishman, 1991:33) menyebutkan bahwa pertuturan biasanya adalah sebagian kejadian bertutur yang lebih besar, seperti perbualan, pengenalan, kuliah, doa, perbahasan, dan lain-lain yang sudah tentu mestilah diiktiraf oleh masyarakat dan berulang-ulang. Dalam kajian sosiolinguistik, sosiologi bahasa adalah aspek yang sering menjadi tajuk-tajuk berita yang utama dalam akbar-akbar (Fishman, 1991:1). Hal lain yang juga dianggap penting dalam kajian sosiolinguistik adalah situasi kebahasaan dalam masyarakat. Situasi kebahasaan yang dimaksud adalah situasi kebahasaan dalam masyarakat bilingual maupun multilingual sehingga menarik untuk diteliti. Salah satu contoh masyarakat multilingual adalah masyarakat Surabaya yang berkomunikasi dengan dialek Surabaya dan bahasa Indonesia secara bersamaan. Secara linguistik, interferensi merupakan salah satu gejala kebahasaan yang sering terjadi dalam bahasa pertama, sehingga dengan penelitian ini diharapkan masyarakat memahami pentingnya menguasai bahasa pertama. Selain

4 itu, adanya penggunaan bahasa Indonesia dalam siaran berita Pojok Kampung juga menjadi alasan pemilihan tema dalam penelitian ini. Oleh sebab itu, dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai interferensi leksikal terhadap bahasa Jawa dalam siaran berita Pojok Kampung di stasiun televisi lokal wilayah Jawa Timur. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah kemajuan teori bahasa, terutama dalam kajian sosiolinguistik, sehingga dapat membantu proses pemahaman bahasa Indonesia yang menginterferensi bahasa Jawa secara leksikal. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, permasalahan yang ada dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Apa saja bentuk-bentuk interferensi leksikal bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa dalam siaran berita Pojok Kampung? 2. Bagaimana pengaruh interferensi leksikal bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa dalam siaran berita Pojok Kampung?

5 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk interferensi leksikal bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa dalam siaran berita Pojok Kampung. 2. Menjelaskan pengaruh interferensi leksikal bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa dalam siaran berita Pojok Kampung. 1.4 Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pelengkap dalam kajian sosiolinguistik. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk memberikan pengetahuan terhadap masyarakat mengenai interferensi secara leksikal bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa melalui siaran berita Pojok Kampung. 1.5 Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai interferensi bahasa pada dasarnya telah banyak dilakukan oleh ahli-ahli bahasa di Indonesia. Hal tersebut terbukti dengan adanya beberapa penelitian yang ditemukan peneliti. Hasil penelitian yang sudah ada tersebut ada yang dicetak dalam bentuk buku dan diterbitkan ada juga yang berupa skripsi dan laporan penelitian. Akan tetapi, kebanyakan penelitian tersebut merupakan penelitian yang berhubungan dengan interferensi bahasa Jawa ke

6 dalam bahasa Indonesia, baik secara morfologis maupun leksikal. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini, peneliti lebih menitikberatkan kepada permasalahan interferensi leksikal bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa yang terjadi dalam siaran berita Pojok Kampung. Selain itu, ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Sutoko, dkk (1998) dengan judul Geografi Dialek Bahasa Madura. Dalam penelitian tersebut, peneliti menjelaskan keberadaan bahasa Madura yang tidak jauh beda dengan dialek Surabaya. Kedua bahasa tersebut mempunyai kesamaan, yaitu sama-sama dianggap kurang etis dan kasar. hal tersebut menunjukkan bahwa apabila bahasa tersebut digunakan untuk berkomunikasi dengan orang Jawa lainnya akan menimbulkan kesan yang kurang baik. Kedua, penelitian yang dilakukan Poedjosoedarmo, dkk (1981) yang berjudul Beberapa Masalah Sintaksis Bahasa Jawa. Penelitian tersebut membahas tentang struktur frase, kelompok kata kerja dan sintaksis kalimat, struktur informasi, serta topikalisasi dan referensi yang semuanya berhubungan dengan bahasa Jawa. Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Soeharno, dkk (1990) dengan judul Pemakaian Bahasa Jawa dalam Media Massa Cetak. Dalam penelitian tersebut, Soeharno memberikan kesimpulan terkait topik yang dimuat dalam media massa cetak, wacana dalam media massa cetak bahasa Jawa, keunikan bahasa dalam media massa cetak bahasa Jawa, serta pendapat masyarakat tentang arah perkembangan media massa cetak bahasa Jawa.

7 Keempat, ada penelitian yang dilakukan oleh Mustakim (1994) dengan judul Interferensi Bahasa Jawa dalam Surat Kabar Berbahasa Indonesia. Dalam penelitian tersebut membahas masalah yang berkaitan dengan interferensi, yaitu kedwibahasaan, integrasi, dan interferensi, serta interferensi dalam bahasa Jawa dalam bahasa Indonesia. Selain hasil penelitian yang sudah dibukukan dan diterbitkan tersebut, ada juga penelitian lain yang berupa skripsi. Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Amita Dwi Sunaryati (2009) dengan judul Interferensi Morfologis dan Leksikal Bahasa Jawa Terhadap Bahasa Indonesia Dalam Kegiatan Belajar Murid Kelas I SDN Sidoarum, Godean, Sleman. Dalam skripsi tersebut, peneliti membahas interferensi morfologis dan interferensi leksikal dalam bahasa Jawa terhadap bahasa Indonesia yang terjadi di SDN Sidoarum, Godean, Sleman. Keenam, penelitian Poedjosoedarmo (1977) dengan judul Interferensi Gramatikal Bahasa Jawa dalam Pemakaian Bahasa Indonesia Murid Sekolah Dasar. Dalam laporan penelitian tersebut, peneliti membahas tipe kesalahan murid-murid, intensitas kesalahan, tipe interferensi yang muncul, interferensi morfologis, dan interferensi sintaksis. Ketujuh, laporan penelitian yangdisusun oleh Suhardi, dkk (1982) berjudul Interferensi Leksikal Bahasa Jawa dalam Bahasa Indonesia. Dari penelitian tersebut, peneliti menyimpulkan tentang jenis interferensi leksikal berdasarkan bentuk, jenis interferensi leksikal berdasarkan pola kata, jenis interferensi leksikal berdasarkan makna, sebab interferensi leksikal, dan hasil interferensi leksikal. Kedelapan, penelitian yang dilakukan oleh Indah Wahyuningsih dengan judul Interferensi Leksikal Bahasa Indonesia Dalam

8 Bahasa Jawa Pada Jagad Jawa Harian Umum Solopos. Dalam penelitiannya, Indah membahas tentang kategori kata dari unsur leksikal dan faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya interferensi. Dari beberapa hasil penelitian yang telah disebutkan tersebut, dapat diketahui adanya penelitian terkait yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Indah Wahyuningsih. Objek penelitian tersebut sama dengan penelitian ini, yaitu bahasa Indonesia yang menginterferensi bahasa Jawa. Selain itu, penelitian tersebut juga menggunakan kajian sosiolinguistik dan berhubungan dengan jurnalistik. Akan tetapi, dalam penelitian tersebut studi kasusnya adalah Jagad Jawa dalam Harian Umum Solopos dan lebih menekankan penelitiannya pada katagori kata dari unsur bahasa Indonesia yang berinterferensi ke dalam bahasa Jawa. Hal tersebut menjadi salah satu alasan bagi peneliti untuk melakukan penelitian dengan objek dan kajian yang sama, namun studi kasus dan pembahasan yang tentunya berbeda dengan penelitian yang ada sebelumnya. Penelitian-penelitian lain tentang interferensi masih banyak, terutama yang secara langsung berkaitan dengan bahasa asing. Oleh sebab itu, melalui penelitian ini, peneliti ingin menambah khazanah keilmuan mengenai interferensi leksikal bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa dengan studi kasus siaran berita Pojok Kampung.

9 1.6 Landasan Teori 1.6.1 Sosiolinguistik dan Masyarakat Bahasa Sosiolinguistik adalah kajian tentang bahasa yang dikaitkan dengan kondisi kemasyarakatan (Sumarsono, 2010:1). Selain itu, Chaer dan Agustina (2004:2) menyebutkan bahwa sosiolinguistik merupakan ilmu antar disiplin antara sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan sangat erat. Oleh sebab itu, untuk memahaminya perlu juga memahami pengertian awal sosiologi dan linguistik yang menjadi dasar kemunculannya. Suwito (1985:2) menjelaskan pula bahwa sosiolinguistik menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakaiannya di dalam masyarakat. Ini berarti bahwa sosiolinguistik memandang bahasa pertama-tama sebagai sistem sosial dan sistem komunikasi, serta merupakan bagian dari masyarakat dan kebudayaan tertentu. Hal tersebut menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi merupakan salah satu bentuk interaksi sosial. Dalam hal ini, pemakaian bahasa dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial dan situasional sehingga menyebabkan munculnya variasi-variasi bahasa. Menurut Suwito (1985:3) adanya berbagai variasi bahasa menunjukkan bahwa bahasa atau lebih tepatnya pemakaian bahasa itu bersifat aneka ragam (heterogen). Keanekaragaman tersebut nampak dalam pemakaiannya baik secara individu maupun secara kelompok. Secara kelompok heterogenitas pemakaian bahasa dapat dikenal antara lain dengan memperhatikan adanya berbagai dialek. Melalui dialek maka dapat diektahui adanya kekhususan pemakaian bahasa di dalam daerah tertentu atau

10 tingkat masyarakat tertentu (Suwito, 1985:3). Hal tersebut menunjukkan bahwa munculnya dialek Surabaya adalah salah satu gejala dari adanya heterogenitas pemakaian bahasa secara berkelompok. Selain itu, apabila dipandang secara linguistik, maka pemakaian bahasa tersebut menjadi bagian dari manfaat sosiolinguistik. Hal itu ditunjukkan bahwa sosiolinguistik memandang bahasa (language) pertama-tama sebagai sistem sosial dan sistem komunikasi serta merupakan bagian dari masyarakat dan kebudayaan tertentu. Akan tetapi, pemakaian bahasa (language use) adalah bentuk interaksi sosial yang terjadi di dalam situasi-situasi yang kongkret (Suwito, 1985:5). Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang bersifat interdispliner dengan ilmu sosiologi yang objek penelitiannya adalah hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor sosial di dalam suatu masyarakat bahasa. Menurut Alwasilah (1990:41-43) ada delapan gagasan tentang speech community (masyarakat ujaran). Akan tetapi, pada pokoknya, masyarakat bahasa itu terbentuk karena adanya saling pengertian (mutual intelligibility), terutama karena adanya kebersamaan dalam kode-kode linguistik (secara terperinci dalam aspek-aspeknya, yaitu: sistem bunyi, sintaksis, dan semantik). Anwar (1990:30 dalam Wahyuningsih, 2011:10) mengungkapkan bahwa masyarakat bahasa adalah suatu masyarakat yang didasarkan kepada penggunaan bahasa tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa lahir dan hidup bersama masyarakat. Dalam Wardhaugh (1986:113) juga dijelaskan bahwa masyarakat bahasa tidak lebih dari sekelompok sosial dengan karakteristik ujaran yang menarik dan

11 masuk akal. Selain itu, Lyons (1970:326 dalam Wardhaugh, 1986:113) memberikan penjelasan bahwa masyarakat bahasa adalah semua orang yang menggunakan bahasa tertentu (dialek). Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam masyarakat bahasa ada umumnya masyarakat berkomunikasi dengan beberapa ragam bahasa atau dialek tertentu. Ini berarti dalam masyarakat terdapat hubungan yang erat dengan bahasa dan hubungan sosial yang berbeda-beda. 1.6.2 Kontak Bahasa dan Kedwibahasaan Bahasa adalah sarana yang dipakai oleh manusia untuk saling berkomunikasi (Dik dan Kooij, 1994:11). Dalam bahasa terjadi kontak bahasa yang dapat menyebabkan munculnya interferensi. Untuk memahami interferensiterlebih dahulu dijelaskan tentang bilingualisme yang juga merupakan peristiwa kebahasaan dan terjadi sebagai akibat adanya kontak bahasa. Secara umum, kontak bahasa merupakan suatu gejala bahasa yang terjadi karena pemakaian dua bahasa secara bergantian oleh seorang penutur. Selain itu, kontak bahasa juga bisa disebut sebagai sebuah gejala bahasa yang terjadi karena adanya kedwibahasaan. Umumnya, kontak bahasa terjadi dalam situasi konteks sosial, yaitu situasi seseorang belajar bahasa kedua di dalam masyarakatnya (Suwito, 1985:39). Menurut Diebold dalam Hymes (1964:495 dalam Suwito, 1985:39) situasi seperti yang dijelaskan tersebut dapat dibedakan menjadi situasi belajar bahasa, proses pemerolehan bahasa kedua atau pendwibahasaan, dan orang yang belajar bahasa kedua atau dwibahasawan. Selain itu, kontak bahasa juga berpengaruh

12 terhadap bahasa yang satu kepada bahasa yang lain, baik secara langsung maupun tidak sehingga dapat menimbulkan perubahan bahasa yang dimiliki oleh ekabahasawan (Mackey, 1968:554 dalam Suwito, 1985:39). Akan tetapi, perlu diketahui bahwa kontak bahasa dan kedwibahasaan mempunyai perbedaan. Kontak bahasa cenderung kepada gejala bahasa (langue), sedangkan kedwibahasaan cenderung pada gejala tutur (parole). Kedwibahasaan terjadi sebagai akibat adanya kontak bahasa (Suwito, 1985:39). Dalam Chaer dan Agustina (2004:84) disebutkan bahwa peristiwa-peristiwa kebahasaan yang mungkin terjadi sebagai akibat adanya kontak bahasa disebut bilingualisme/kedwibahasaan, diglosia, alih kode, campur kode, interferensi, integrasi, konvergensi, dan pergeseran bahasa. Mackey dan Fishman (1962:12; 1975:73 dalam Chaer dan Agustina, 2004:84) menyebutkan bahwa secara sosiolingusitik, bilingualisme atau kedwibahasaan adalah penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian. Dengan begitu dapat diketahui bahwa bilingualisme merupakan kejadian dimana seorang penutur menggunakan dua bahasa sekaligus secara bergantian untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dwibahasa merupakan proses penguasaan dua bahasa, seperti penutur aslinya atau kemampuan seorang penutur untuk menggunakan dua bahasa dengan sama baiknya. Dengan demikian dapat dikatakan jika seseorang menguasai dua bahasa berarti juga orang tersebut menguasai dua buah sistem kode. Menurut Haugen (Chaer dan Agustina, 2004:86) menguasai dua bahasa atau lebih berarti

13 bilingual. Seorang bilingual tidak perlu secara aktif menggunakan kedua bahasa, tetapi cukup memahami saja. Secara umum, kedwibahasaan berfungsi untuk keperluan apa bahasa-bahasa yang dikuasai oleh dwibahasawan itu dipergunakan dan peranan apakah yang ada pada bahasa-bahasa itu dalam pola keseluruhan perilakunya (Mackey dalam Suwito, 1985:42). Menurut Grosjean (1982 dalam Tarigan, 1988:39) kedwibahasaan atau bilingualisme praktis ada pada setiap negara di dunia, pada semua lapisan/tingkat masyarakat dan pada semua kelompok usia. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa dwibahasawan menjadi salah satu hal penyebab munculnya kontak bahasa. Selain itu, adanya rasa kesetiaan ganda terhadap bahasa menyebabkan kedwibahasaan sebagai masalah sosial dan melatarbelakangi munculnya masalah kebahasaan, seperti interferensi. 1.6.3 Interferensi Pada umumnya, interferensi merupakan peristiwa pemakaian unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain yang terjadi dalam diri penutur dan disebabkan oleh adanya kontak bahasa. Menurut Suwito (1985:54) interferensi merupakan salah satu mekanisme yang cukup frekuentif dalam perubahan bahasa. Dalam sosiolinguistik, dijelaskan bahwa interferensi merupakan kejadian dimana unsur-unsur bahasa lain digunakan dalam suatu bahasa, sehingga dianggap sebagai suatu penyimpangan dari kaidah yang ada. Interferensi biasanya terjadi dalam penggunaan bahasa pertama, yaitu bahasa Jawa karena terbatasnya kemampuan dalam menuturkan bahasa tersebut, sehingga dipengaruhi oleh bahasa

14 lain atau bahasa kedua. Selain itu, penutur juga kurang menguasai kode-kode yang dipakai dalam bertutur. Menurut Alwasilah (1990:131) interferensi adalah kekeliruan yang disebabkan terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa atau dialek ibu ke dalam bahasa atau dialek kedua. Interferensi bisa terjadi pada pengucapan, tata bahasa, kosa kata, makna, dan bahkan budaya. Penggunaan bahasa Indonesia dalam penyampaian berita pada siaran Pojok Kampung sangat erat kaitannya dengan pemakaian bahasa Jawa dialek Surabaya yang memang menjadi bahasa ibu bagi sebagian masyarakat yang ada di wilayah Jawa Timur. Dalam Chaer dan Agustina (2004:120), interferensi dan integrasi juga merupakan dua topik dalam sosiolinguistik yang terjadi sebagai akibat adanya penggunaan dua bahasa atau lebih dalam masyarakat tutur yang multilingual, sehingga yang berkaitan erat adalah sosiologi dan linguistik. Dalam Suwito (1985:55) interferenasi terjadi dalam semua komponen kebahasaan. Ini berarti bahwa peristiwa interferensi dapat terjadi dalam bidang-bidang tata bunyi, tata bentuk, tata kalimat, tata kata, dan tata makna. Pada peristiwa interferensi juga digunakan unsur-unsur bahasa lain dalam menggunakan suatu bahasa. Hal itu dianggap sebagai suatu kesalahan yang menyimpang yang biasanya terjadi dalam penggunaan bahasa kedua (B2). Istilah interferensi pertama kali digunakan oleh Weinreich (1953, dalam Chaer dan Agustina, 2004:120) untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan oleh penutur yang bilingual.

15 1.7 Ruang Lingkup Penelitian Sebelum menjelaskan lebih lanjut, pada bagian ini akan dibahas mengenai ruang lingkup penelitian. Pada dasarnya, sosiolinguistik merupakan ilmu yang mengkaji hubungan masyarakat dengan bahasa yang menimbulkan adanya kontak bahasa. kontak bahasa tersebut mempengaruhi munculnya gejala berupa kedwibahasaan dan interferensi. Pada tingkat unsur bahasa, interferensi dibagi menjadi dua, yaitu interferensi morfologis dan leksikal. dalam penelitian ini akan membahas masalah interferensi leksikal yang didasarkan pada unsur leksikal dalam data. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah naskah berita dalam siaran Pojok Kampung. Naskah berita tersebut dipilih sebagai objek penelitian, karena dalam naskah tersebut terdapat kata-kata yang mengalami interferensi secara leksikal. adanya penggunaan kata-kata dari bahasa Indonesia menunjukkan bahwa dalam siaran berita tersebut terjadi percampuran antara bahasa daerah dengan bahasa Indonesia yang sifatnya lebih kultural. 1.8 Metode Penelitian Dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu penyediaan data, penganalisisan data yang telah disediakan, dan penyajian hasil analisis data yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:5). Untuk tahap pertama, yaitu penyediaan data, yang dilakukan secara berturut-turut dengan cara mengumpulkan naskah berita

16 yang menggunakan bahasa Jawa dialek Surabaya. Data yang ada tersebut kemudian diklasifikasikan berdasarkan bentuk dasar dan bentuk berafiks. Dalam tahap kedua ini, data yang telah terkumpul dianalisis sehingga peneliti mampu mengetahui adanya interferensi secara leksikal bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Pada tahap ini pula data yang ada dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Metode ini bertujuan untuk mendeskripsikan interferensi leksikal dalam data yang diperoleh. Analisis tersebut dilakukan secara bertahap, yaitu dengan menandai interferensi yang ada kemudian mengelompokannya berdasarkan bentuk dan hasil interferensi. Selain itu, dalam tahap tersebut data yang ada juga diklasifikasikan berdasarkan bentuk bahasa Indonesia, bentuk dasar BI + afiks BI, bentuk dasar BI + afiks BJ, bentuk frase, dan bentuk ulang (reduplikasi) BI. Tahap terakhir yaitu, penyajian hasil analisis data yang dilakukan peneliti dengan menyajikannya dalam bentuk topik yang sudah dirumuskan. Dalam tahap ini, data disajikan dengan metode penyajian informal dan formal. Dalam metode penyajian informal, data yang ada disajikan dengan kata-kata biasa, meskipun ada terminologi yang bersifat teknis. Metode formal digunakan untuk menyampaikan hasil analisis data dengan menggunakan lambang-lambang (Sudaryanto, 1993:145). Dalam tahap ini juga dilakukan penarikan kesimpulan berdasarkan data yang sudah diklasifikasikan dan dianalisis pada tahap sebelumnya.

17 1.9 Sistematika Penyajian Laporan penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tulisan dan terdiri atas empat bab. Bab pertama merupakan pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, ruang lingkup penelitian, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Dalam bab dua akan membahas tentang bentuk-bentuk interferensi leksikal bahasa Indonesia dalam bahasa Jawa. Bab ketiga menjelaskan tentang hasil interferensi leksikal bahasa Indonesia dalam bahasa Jawa. Bab terakhir berisi kesimpulan dan saran yang disusun berdasarkan hasil analisis data pada bagian sebelumnya.